TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu
lintas dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Arti lintasan menyangkut jalur
tanah yang diperkuat dan arti lalu lintas menyangkut semua benda dan makhluk
hidup yang lewat dijalan tersebut. Tanah saja tidak cukup kuat dan tahan tanpa
adanya deformasi yang berarti terhadap beban roda berulang. Untuk itu perlu
lapis tambahan yang terletak antara tanah dan roda, atau lapis paling atas dari
badan jalan.
II-1
kolektor
yaitu
jalan
yang
melayani
angkutan
II-2
2)
3)
II-3
dengan
ibukota
kabupaten/kodya
atau
antar
II-4
5) Jalan Khusus
Adalah jalan yang dibangun dan dipelihara oleh instansi/badan
khusus atau perorangan untuk melayani kepentingan masingmasing. Penetapan status oleh instansi yang bersangkutan
dengan memperhatikan pedoman yang ditetapkan menteri PU.
6) Jalan Tol
Adalah jalan yang dibangun dimana pemilikan dan hak
penyelenggaraannya ada pada pemerintah.
7) Jalan Desa
Adalah jalan sederhana yang dibangun secara swadaya oleh
masyarakat desa dan mengakses ke jalan Kabupaten/Kodya.
Biasanya untuk kepentingan warga setempat agar lebih mudah
memasarkan hasil bumi/pertanian mereka.
II-5
1) Jalan kelas I
Jalan ini untuk semua jalan utama dan diutamakan untuk
melayani lalulintas cepat dan berat. Tidak terdapat kendaraan
lambat dan tidak bermotor. Jalan kelas I merupakan jalan yang
berjalur banyak dengan perkerasan dari jenis terbaik atau
lalulintas dengan pelayanan tinggi.
2) Jalan kelas II
Jalan ini mencakup jalan-jalan sekunder yang melayani
lalulintas lambat. Berdasarkan sifat komposisi lalulintasnya
dibagi menjadi tiga, yaitu kelas IIA, IIB, IIC.
a) Kelas IIA
Jalan kelas IIA merupakan jalur-jalur sekunder dua jalur
dengan permukaan jalan dari beton (hotmix). Lalulintas
lambat dan tanpa kendaraan tak bermotor.
b) Kelas IIB
Jalan IIB merupakan jalan sekunder dua jalur, tanpa
kendaraan lambat dan tanpa kendaraan bermotor.
c) Kelas IIC
Jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan
jalan terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor.
3) Jalan kelas III
Mencakup semua jalan-jalan penghubung dan berkonstruksi
berjalur tunggal atau dua. Konstruksi permukaan paling tinggi
adalah pelebaran dengan aspal.
II-6
b)
c)
II-7
II-8
II-9
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Perkerasan kaku
merata.
Perkerasan lentur
Terpusat.
Susunan
perkerasan
II-10
.. 2.1
II-11
Derajat kejenuhan
< 0,03
0,10 0,50
0,50 0,70
0,70 0,90
0,90 1
>1
II-12
Dimana : VJP
K
II-13
Co
kapasitas
dasar
untuk
kondisi
tertentu/ideal
(smp/jam).
FCw
FCsp
FCsf
jalan.
FCcs
II-14
Kapasitas dasar
(smp/jam)
1.650
1.500
2.900
Keterangan
Per lajur
Per lajur
Total 2 arah
2 lajur tak
terbagi
FCw
0,92
0,96
1,00
1,04
1,08
0,91
0,95
1,00
1,05
1,09
0,56
0,87
1,00
1,14
1,25
1,29
1,24
50-50
1,00
1,00
60-40
0,94
0,97
70-30 80-20
0,88
0,82
0,94
0,91
1,00
II-15
90-10
0,76
0,88
100-0
0,70
0,85
4/2 D
FCsf
Jarak: kereb - penghalang Wk (m)
0,5
1,0
1,5
2,0
1,00
1,01
1,01
1,02
0,97
0,98
0,99
1,00
0,93
0,95
0,98
0,99
0,87
0,90
0,93
0,96
0,81
0,85
0,88
0,92
4/2 UD
1,00
0,96
0,91
0,84
0,77
1,01
0,98
0,93
0,87
0,81
1,01
0,99
0,96
0,90
0,85
1,02
1,00
0,98
0,94
0,90
0,94
0,93
0,87
0,78
0,68
0,99
0,95
0,89
0,81
0,72
0,99
0,96
0,92
0,84
0,77
1,00
0,98
0,95
0,88
0,82
2/2 atau
jalan 1
arah
FCcs
0,86
0,90
0,94
1,00
1,04
2.2.1.5.Tanah dasar
Parameter yang paling umum digunakan untuk menyatakan daya
dukung tanah dasar pada perkerasan kaku adalah modulus reaksi
tanah dasar (k). Nilai k dapat juga ditentukan berdasarkan nilai cbr
dengan cara menentukannya lewat grafik hubungan antara CBR
tanah dengan k. Nilai modulus reaksi tanah (k) minimum 2kg/cm.
II-16
II-17
Tabel 2.10. Kecepatan Rencana, VR, sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi
medan jalan
Fungsi
Kecepatan Rencana, VR (km/jam)
Datar
Bukit
Pegunungan
Arteri
70 120
60 80
40 70
Kolektor
60 90
50 60
30 50
Lokal
40 70
30 50
20 30
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Ditjen Bina Marga,1997
II-18
Dimana:
()
. 2.5
2.7
II-19
Kendaraan niaga
1 Arah
2 Arah
1
1
0,70
0,50
0,50
0,475
0,45
0,425
0,40
1 jalur
2 jalur
3 jalur
4 jalur
5 jalur
6 jalur
e)
FK (faktor keamanan)
1,2
1,1
1,0
-
II-20
Jumlah pengulangan
Perbandingan
Jumlah pengulangan
Tegangan
Tegangan*
0,51+
400000
0,69
2500
0,52
300000
0,70
2000
0,53
240000
0,71
1500
0,54
180000
0,72
1100
0,55
130000
0,73
850
0,56
100000
0,74
650
0,57
75000
0,75
490
0,58
57000
0,76
360
0,59
42000
0,77
270
0,60
32000
0,78
210
0,61
24000
0,79
160
0,62
18000
0,80
120
0,63
24000
0,81
90
0,64
22000
0,82
70
0,65
8000
0,83
50
0,66
6000
0,84
40
0.67
4000
0,85
30
0,68
3500
Sumber: Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen), Departemen Pekerjaan Umum,
2003
II-21
2.8
jumlah
sambungan
melintang
sehingga
dapat
meningkatkan kenyamanan.
3) Mengurangi pengaruh kembang susut karena perubahan suhu.
4) Mengurangi biaya pemeliharaan.
Besi tulangan yang dipakai harus lebih bersih dari oli, kotoran, karat dan
pengelupasan. Tulangan harus dipasang sebelum pembetonan dengan
diberi penyangga yang ditahan pada letak yang diinginkan.
II-22
menerus
dengan
tulangan
dihitung
menggunakan
persamaan:
As =
(..)
.. 2.9
.
II-23
F =
koefisien gesekan antara plat beton dengan
lapisan dibawahnya (tabel 2.14.).
Es = modulus elastisitas baja (20000 kg/cm).
Jenis pondasi
Burtu, Lapen dan konstruksi sejenis
Aspal beton, lataston
Stabilisasi kapur
Stabilisasi aspal
Stabilisasi semen
Koral
Batu pecah
Sirtu
Tanah
Sumber: Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen), Departemen Pekerjaan Umum,
2003
II-24