Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prasarana (infrastruktur) sistem transportasi merupakan komponen berbentuk


fasilitas fisik yang bersifat tetap yang menjadi media untuk menjalani, memulai atau
mengakhiri pergerakan pindah seperti jalan raya, rel, air (sungai, danau dan laut),
udara, terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan, bandar udara dan sebagainya.

Ruang lingkup pengangkutan darat itu sepanjang dan selebar negara, maksudnya
adalah ruang lingkupnya sama dengan ruang lingkup negara, sedangkan angkutan itu
sendiri dapat dilakukan dengan jenis-jenis angkutan. Untuk dapat berjalannya dengan
baik proses pengangkutan sangatlah dibutuhkan dukungan infrastruktur yang baik dari
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Beberapa sarana prasarana hal yang
harus dipenuhi untuk memberikan pelayanan yang baik dalam pengangkutan yaitu;

1. Jalan;
2. Terminal atau stasiun;
3. Kendaraan;
4. Unsur tenaga penggerak atau unsur non fisik yaitu pengemudi.

Berarti di sini terdapat dua sub-komponen prasarana transponasi sesuai dengan


manfaat media yang diembannya yang sudah diutarakan di atas yaitu:

1. Jalur gerak untuk melakukan pergerakan pindah


2. Terminal untuk memulai dan mengakhiri pergerakan pindah

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengelompokkan sub-komponen prasarana transportasi darat ?


1.3 Tujuan Malasah
1) Menjelaskan sub-komponen prasarana transportasi darat.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Jalur Gerak

Dalam teknologi ada dua jalur gerak yaitu diatas tanah (jalan raya), diatas baja
(rel).

2.1.1 Jalan Raya

Jalan raya merupakan salah satu sub-komponen prasarana sistem transportasi


yang paling dominan dan sering digunakan setiap hari oleh masyarakat yang
melakukan perjalanan. jalan raya dapat dimanfaatkan dengan memakai kendaraan
bermotor (mobil alau sepeda motor) dan kendaraan tak bermotor (tenaga manusia,
tenaga hewan atau jalan kaki). Fungsi utama jalan raya adalah untuk mengalirkan arus
pergerakan semua alat transportasi yang memakainya. Untuk mengatur pengadaan dan
tata cara pemakaian jalan raya ini telah ditetapkan sebuah peraturan berupa Undang-
undang No.13 Tahun 1980 tentang jalan dan Peraturan Pemerintah (PP) No.26 Tahun
1985. Undang-undang No.13 Tahun 1980 tentang jalan ini mengatur tentang
pengertian, klasifikasi, tipe, karakteristik fisik rancangan geometrik (penampang
melintang), pemeliharaan dan lain-lain.

1. Pengertian

Jalan raya, menurut Undang-undang No.13 Tahun 1980 tentang jalan, adalah suatu
prasarana perhubungan darat dalam bentuk apa pun yang melipuli segala bagian jalan
temasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
limas. Dalarn pengertian ini yang dimaksud dengan:

a. Bangunan pelengkap aalah bangunan yalng melekat dan tidak dapat dipisahkan
dari badan jalan itu sendiri, misalnya Jembatan, ponton, lintas atas, lintas bawah,
tempat parkir, gorong-gorong tembok Penahan tanah (lebing), saluran air.
b. Perlengkapan adalah bangunan yang dapat dibongkar-pasang dan dipindahkan
dari jalan. Tanpa bangunan ini jalan masih dapat digunakan, misalnya rambu-
rambu lalu lintas, marka jalan, pagar pengaman lalu lintas, patok daerah milik
jalan (DMJ), serta lampu lalu lintas.

2. Klasifikasi

Undang-undang N0. 13 Tahun 1980 tentang jalan membagi struktur jalan


transportasi jalan raya berdasarkan:

2
1) Sistem (pelayanan penghubung). Sebagai sistem pelayanan penghubung,
jaringan jalan dibagi lagi menjadi:
a. Sistem jaringan jalan primer adalah system jaringan jalan yang
menghubungkan kota (wilayah) ditingkat nasional atau, alam pengertian lain,
ruas yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi yang kemudian
berwujud kota ditingkat nasional, dan
b. Sistem jaringan jalan sekunder adalah system jaringan jalan yang
menghubungkan zona-zona (Kawasan-kawasan), titik-titik simpul didalam
kota.
2) Peranan (Fungsi)

Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan dapat dibagi atas:

a. jalan arteri adalah Jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan
rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk (persimpangan) sebidang dibatasi
secara efisien atau ditiadakan
b. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan jarak sedang (angkutan
pengumpul atau pembagi) dengan kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
masuk (persimpangan sebidang) masih dibatasi.
c. jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan jarak dekat dengan kecepatan
rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk (persimpangan sebidang) tidak
dibatasi.
3) Peruntukan

Berdasarkan peruntukannya jaringan jalan hanya dibedakan atas dua jenis:

a. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
b. Jalan khusus adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum atau jalan
yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum seperti jalan yang terdapat
dikompleks-kompleks perumahan, perkebunan, kehutanan, pertambangan,
kompleks hankam, jalan pipa, jalan inspeksi (irigasi an gas).
4) Klasifikasi Teknis

Klasifikasi teknis jaringan jalan dapat juga dibedakan berdasarkan klasifikasi


teknis atau kelas jalan terkait kemampuan teknis tiap-tiap kelas jalan dalam
mendukung beban lalu lintas berat kendaraan) yang melewatinya. Berdasarkan
pembagian ini, jalan dapat dikategorikan menjadi enam kelas yang biasanya terkait
langsung dengan kelompokjaringan jalan lain seperti kelompok berdasarkan
peranan (fungsi) jalannya. Jalan kelas I biasanya jalan itu adalah jalan arteri primer

3
an arteri sekunder. Jalan kelas II biasanya jalannya berupa jalan kolektor primer
dan sekunder begitu eterusnya kebawah sampai Jalan Kelas IV.

5) Status (wewenang pembinaan)

Dalam hal status dan wewenang pembinaannya, jalan dibedakan atas jalan
nasional (negara), jalan provinsi, jalan kabupaten (kota), dan jalan desa. Pembagian
jalan berdasarkan status ini juga dapat dikaitkan langsung kepada kelompok
jaringan jalan berdasarkan system, peranan (fungsi), dan berdasarkan klasifikasi
teknisnya:

a. Jalan nasional (negara) adalah janngan jalan primer, aarteri, dan kelas I yang
pembinaannya dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian PU cq.
Direktorat Jenderal Bina Marga)
b. Jalan provinsi biasanya merupakan jalan kolektor primer dan kelas l yang
pembinaannya dilakukan oleh pemerintah provinsi (Dinas Prasarana Jalan).
c. Jalari kabupaten (kota) biasanya berupa jalan kolektor dan lokal primer, kelas
jalannya kebanyakan jalan kelas II, III dan IV yang pembinaannya dilakukan
oleh pemerintah kabupaten (Dinas PU kabupaten). Sementara itu, jalan kota
mutlak merupakan jaringan jalan sekunder yang bisa merupakan jalan arteri
sekunder, kolektor sekunder atau Iokal sekunder yang kelas jalannya bisa dari
jalan kelas I sampai dengan VI. Pembinaan jalan kabupaten ini dilakukan oleh
pemerintah kota (Dinas PU kota).
d. Jalan desa umumnya merupakan jalan lokal dan jalan akses untuk mencapai
pekarangan rumah. Jalan desa ini bisa berupa jalan lokal primer dan jalan akses
yang pembinaanya dilakukan oleh pemerintahan desa setempat melalui
swadaya masyarakat dan bantuan dana dari pemerintahan yang lebih tinggi.
6) Kualitas/bentuk permukaan

Kualitas permukaan membedakan jalan atas jalan aspal dan jalan campuran
aspal—beton, jalan kerikil_ dan jalan tanah. Pembedaan jalan menurut jenis
permukaan ini dapat dikaitkan langsung dengan kelompok jalan yangdidasarkan
pada system peranan. Klasifikasi teknis, peruntukan, dan status serta wewenang
pembinaannya. Umumnya jalan aspal (dan campuran aspal- beton) adalah jalan
negara, provinsi_ kabupaten (kota) yang bisa berupa jalan kelas I hingga VI dan
bisa Juga merupakan jalan arteri primer dan sekunder, jala tol, jalan kolektor
primer, jalan sekunder, atau jalan lokal primer dan sekunder. Sementara itu, jalan
kerikil biasanya jalan kabupaten dan desa, jalan lokal primer. Jalan tanah biasanya
berada di desa-desa dan merupakan jalan local, namun pada zaman pembangunan

4
sekarang ini, untuk menjaga perekonomian masyarakat, sudah jarang ditemui jalan
tanah kecuali, salah satunya, di areal perkebunan.

3. Tipe

Di Indonesia, menurui Standar MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia), tipe


jalan raya

dibedakan atas:

a. Jalan perkotaan (dalam kota) ditandai derigan kegiatan yang padat (intensitas
tinggi) di kiri-kanan jalan dan ukuran jalan lebih lebar.
b. Jalan antar kota (Iuar kota) ditandai oleh kondisi di kiri-kanan jalan dengan
kegiatan yang sedikit (intensitas rendah) dan ukuran Jalan yang relatif lebih
sempit.

4. Karakteristik Fisik

Ada dua aspek karakteristik fisik jalan yaitu:

1. Geometrik jalan. Geometrik jalan mencakup:

a. Lengkung (alignment) horizontal (belokan/tikungan)


b. Lengkung (alignment) vertikal (tanjakan)
c. Penampang melintang
2. Konstruksi perkerasan jalan terbagi atas:
a. Perkerasan model lama (Telford) yang terdiri dan bahan batu pecah (kerikil),
batu blondos, pasir, tanah dasar. Perkerasan ini banyak dijumpai pada jalan-
jalan di lingkungan desa.
b. Perkerasan modern yang terbagi atas perkerasan lentur dan perkerasan kaku.
c. Lapis permukaan seperti campuran aspal—beton atau konstruksi makadam

5. Penampang Melintang

Penampang melintang jalan merupakan konstruksi ruas jalan secara melintang mulai
dari sisi pertama ke sisi seberang jalan tersebut. Penampang melintang jaian terbagi
atas:

a. Jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai tempat kendaraan meluncur. Jaur ini
diberi kemiringan dari pusat ke setiap sisi agar air dapat mengalir ke selokan
pinggir jalan; disebut juga badan jalan.
b. Bahu jalan yang berfungsi sebagai konstruksi uniuk memperkuat jalur lalu
lintas, memberi tempat (ruang) kendaraan berhenti (parkir), dan memberikan
keleluasan pandangan.

5
c. Selokan pinggir yang berfungsi untuk menurunkan muka air tanah dalam
badan jaian, mengalirkan limpasan air permukaan, dan mengantisipasi
genangan air (banjir).
d. Daerah manfaat jalan (DAMAJA) yang merupakan suatu daerah yang
dimanfaatkan untuk konstruksi jalan yang terdiri dari jalur lalu lintas
(Perkerasan), bahu jalan, drainase (trotoar), ambang pengaman dan jalur
pemisah.
e. Daerah milik jalan (DAMIJA = DMJ) yang meliputi daerah manfaaat jalan
ditambah dengan sejalur tanah tertentu di luar daerah manfaat jalan yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan keleluasaan dan keamanan pengguna
jalan. Untuk jangka panjang, daerah ini akan digunakan untuk pelebaran
daerah manfaat jalan di kemudian hari. DMJ ini diberi tanda patok DMJ
sebagai penjelasan batasnya.
f. Daerah pengawasan jalan (DAWASJA) yang berupa sejalur tanah tertentu
yang terletak di luar daerah milik jalan (DMJ), yang penggunaannya diawasi
oleh Pembina jalan (PU atau Dinas Prasarana Jalan), yang disediakan agar
tidak mengganggu pandangan pengemui dan konstruksi bangunan jalan. Jalur
pemisah tengah atau yang disebut juga median jalan yang berfungsi untuk
pemisah arus lalu lintas pada jalur-jalur yang berlawanan arahnya dan
berfungsi untuk menjaga keamanan baik yang fisiknya dikonstruksikan (beton
atau jalur hijau) ataupun dicat (marka jalan).

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan jalan dilakukan secara teratur oleh badan pembinaan jalan yaitu
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum atau dinas di daerah
yang meliputi pengawasan, perbaikan, dan pelebaran.

7. Lain-lain

Hal utama terkait jalan raya adalah pertemuan dua ruas jalan raya (persimpangan).
Terdapat dua jenis persimpangan dalam system jaringan jalan raya secara fisik, yaitu:

a. Persimpangan sebidang. Persimpangan seperti ini merupakan persimpangan


satu permukaan jalan seperti yang biasa ditemui. Persimpangan ini ada berupa
simpang 3, 4, atau 5.
b. Persempangan tidak sebidang atau simpang susun. Persimpangan ini berupa
persimpangan yang berlapis secara vertical ke atas atau ke bawah. Pada
persimpangan ini lalu lintas yang akan berbelok ke kanan harus berbelok ke
kiri terlebih dahulu baru melintasi jalur asalnya. Sebagai contoh antara lain

6
adalah Jembatan Semanggi, Simpang-susun Cawang (Jakarta), Simpang-
susun Waru, Surabaya.

2.1.2 Jalan Rel

1. Pengertian

Jalan rel merupakan kelompok jalan buatan yang terbuat dari baja yang dilewati
oleh roda yang terbuat dari baja dan dapat dikonstruksikan dibawah tanah (kereta api
bawah tanah, di permukaan tanah, dan melayang (ditinggikan). Jalan rel hanya dapat
dipakai oleh kendaraan yang baroda besi saja (kereta api) secara eksklusif dalam arti
tidak ada jenis kendaraan lain yang dapat melewatinya. Konstruksi jalan rel terdiri
atas: ,.

1) Konstruksi bagian atas

a. Rel-rel yang setiap batang panjangnya 12 meter yang disambung dan


diletakkan di atas bantalan secara sejajar
b. Bantalan (terbuat dari bahan kayu, baja, atau beton bertulang) yang memegang
kedua rel dan meneruskan tekanan roda kereta api pada alas balas
c. Paku penjepit rel ke bantalan yang berbentuk baut atau pandrol agar rel dapat
dibongkar pasang untuk pemeliharaan dan pengontrolan

2) Konstruksi bagian bawah

a. Pelat dasar di bawah rel dan di atas alas kerikil


b. Alas pasir dan kerikil (balas)
c. Tubuh tanah di bawah alas balas

2. Klasifikasi

Jalan rel pun dapat dikelompokkan atas:

a. Jalan rel umum lintas utama yang merupakan jalan rel yang dimanfaatkan
untuk lalu lintas umum pada jalur dengan perjalanan jarak jauh jalur
b. Jalan rel umum lintas lokal yang dimanfaatkan umuk lalu lintas umum pada
jalur dengan perjalanan jarak dekat seperti kereta api jabodetabek atau kereta
api dalam kota lainnya
c. Jalan rel khusus yang merupakan jalan rel yang dimanfaatkan untuk lalu lintas
keperluan-keperluan khusus oleh badan usaha tertentu dan kepentingan sendiri
seperti kompleks perkebunan karet, kelapa sawit, semen, batu bara, pabrik, dan
lain-lain.

7
2.2 Terminal

Secara umum, Pengertian terminal untuk seluruh moda transponasi adalah


sama. Pengertiannya dapat

dilihat melalui tiga segi yaitu:

a. Kedudukan dan keberadaan terminal dalam sistem transportasi


b. Fungsinya
c. Kewilayahan (tata ruang wilayah)

Dari segi kedudukan dan keberadaannya dalam system transportasi, terminal


merupakan salah satu komponen system transportasi yang berupa prasarana dan
fasilitas tetap. Terminal ini merupakan titik (simpul) dalam jaringan transportasi dan
menjadi tempat terhenti atau terputusnya arus pergerakan lalu lintas kendaraan.
Sebagai contoh, pergerakan mobil terhenti di tempat parkir, di halte, di terminal, bus.
Di pangkalan dan lain-lain; pergerakan kereta api terhenti di stasiun kereta api, dan
sebagainya.

Sementara itu, dari segi fungsinnya terminal merupakan tempat:

a. Mengawali dan mengakhiri satu perjalanan


b. Perawatan sementara kendaraan
c. Pool kendaraan
d. Istirahat penumpang dan awak kendaraan
e. Pengaturan jadwal keberangkatan, kedatangan dan keas pelayanan
f. Penjualan tiket dan sebagainya.

Dari segi tata ruang wilayah, terminal dapat diartikan sebagai unsur tata ruang yang
mempunyai peran penting bagi efisiensi kehidupan wilayah, yang dapat

membangkitkan perjalanan serta berbentuk sebuah zona (Kawasan) dalam ruang


wilayah (kota) seperti:

a. Pelabuhan Tanjung Priok, zona Tanjung Priok di Jakarta


b. Terminal bus regional Bingkuang (TRB), Air Pacah, zona TRB Air Pacah di
Padang
c. Bandar Udara Sukarno-Hatta, zona bandara Sukarno-Hatta I Jakarta dan lain-
lain

2.2.1 Terminal di Jalan Raya

Istilah terminal di jalan raya ini dapat dikemukakan di antaranya ialah:

8
1. Garasi

Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal di jalan raya yang peruntukannya
lebih dikhususkan bagi kendaraan pribadi. Fungsi yang menonjol adalah tempat
menyimpan kendaraan pribadi.

2. Parkiran

Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal di jalan raya yang peruntukannya
ialah sebagai tempat menghentikan kendaraan pelaku perjalanan apabila telah sampai
pada tempat tujuan atau di tengah perjalanannya.

3. Perhentian dan Halte

Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal yang berlokasi di pinggir jalan
raya I sepanjang lintasan yang dilewati kendaraan umum (bus dan mikrolet). Letaknya
sudah ditentukan sedemikian rupa sehingga penumpang kendaraan dapat naik atau
turun ke dan dari kendaraan dari tempat-tempat yang strategis.

4. Pangkalan

Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal, tetapi diperuntukkan bagi


kendaraan-kendaraan yang tidak melewati suatu lintasan rute tetap (non-trayek) seperti
ojek, bajaj, becak, becak motor, taksi, dan lain-lain.

5. Pool Kendaraan

Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal, namun terdapat pada kantor-
kantor perusahaan transportasi tertentu yang diperuntukkan khusus bagi bus-bus
(armada) yang dimilikinya dan bukan untuk bus-bus lain.

6. Terminal (Stasiun) Bus Angkutan Umum dan Terminal Truk

Merupakan tempat sejumlah bus (truk) mengawali dan mengakhiri perjalanan dan
lintasan operasionalnya. Di terminal inilah penumpang bus dan barang yang diangkut
truk, memulai dan mengakhiri perjalanannya dan berganti moda angkutan lainnya
(transit). Terminal ini juga merupakan tempat perawatan ringan kendaraan.

1) Masalah Teknis Terminal Bus (Truk)

a. Penentuan kapasitas (daya tamping) dan jumlah teluk yang diperlukan untuk
kendaraan, orang, dan barang
b. Geometri dan tata letak tapak terminal dari pinggir jalan raya arteri primer kota

9
c. Penentuan kapasitas untuk pejalan kaki, mobil pribadi, dan ruang tunggu
penumpang
d. Perancangan model sirkulasi lalu lintas di kawasan terminal misalnya jalur
kedatangan bus antar kota dan dalam kota, jalur keberangkatan, area
menurunkan penumpang (barang), area menaikkan atau memuat penumpang
atau barang, jalur parkir kendaraan pribadi dan rambu-rambu petunjuk lainnya.

2) Fasilitas Penunjang Terminal Bus (Truk)

Yaitu prasarana dasar untuk mendukung pengoperasian sebuah terminal bus


atau truk yang mutlak harus disediakan.

3) Klasifikasi Terminal Bus (Truk)

a. Peranan

Berdasarkan peranannya terminal bus (truk) digolongkan atas:

a) Terminal primer adalah terminal bus (truk) pelayanan arus


penumpang/barang (jasa angkutan) yang beroprasi dalam wilayah regional
b) Terminal sekunder adalah terminal bus (truk) pelayanan arus
penumpang/bbarang yang beroprasi di dalam wilayah lokal dan atau
melengkapi kegiatan terminal primer

b. Fugsi

Berdasarkan fungsinya terminal bus (truk) dibedakan atas:

a) Terminal utama yaitu temmpat terputusnya arus penumpang dan barang


(jasa angkutan) dengan ciri sebagai berikut:
b) Berfungsi sebagai alat pengatur angkutan yang melayani arus angkutan
penumpang dan jarak jauh dengan volume tinggi
c) Tempat bongkar/muat lebih besar atau sama dengan 8 ton/unit angkutan
atau 40 penumpang/unit angkutan.
d) Terminal madya adalah tempat terputusnya arus penumpang dan barang
dengan ciri sebagai berikut:
e) Berfungsi sebagai alat pengatur angkutan yang berisfat melayani arus
angkutan penumpang dan barang untuk jarak sedang dann volume sedang
f) Tempat bongkar/muat lebih besar atau sama dengan 5 ton/unit angkutan
atau 20 penumpang/unit angkutan.
g) Termial cabang yaitu tempat terputusnya arus penumpang dan barang
dengan ciri sebagai berikut:

10
h) Berfungsi sebagai alat pengatur angkutan yang bersifat melayani arus
angkutan penumpang dan barang jarak pendek/dekat dengan volume
kecil/sedikit/rendah.
i) Tempat bongkar/muat lebih kecil atau sama dengan 2,5 ton/unit angkutan
atau 10 penumpang/unit angkutan.

c. Jenis angkutan

Berdasarkan jenis angkutannya, terminal bus (truk) terbagi atas:

a) Terminal penumpang (bus) yaitu terminal untuk menaikkan atau


menurunkan penumpang. Faktor – faktor yang perlu di perhatikan adalah:
b) Jumlah kedatangan kendaraan per satuan unit armada
c) Berapa lama setiap kendaraan atau armada boleh berada dalam terminal
d) Fasilitas pelayanan yang di perlukan
e) Terminal barang (truk) adalah terminal untuk perpindahan (bongkar/muat)
barang dari moda transportasi yang satu ke moda trasnportasi lain.
Kapasitas terminal serta fasilitas yang diadakan harus direncanakan
dengan baik, dalam arti jangan sampai terminal menjadi leher botol dalam
mengalirkan arus barang. Faktor – faktor yang perlu di perhatikan antara
lain :
f) Jeis barang yang menggunakan fasilitas terminal
g) Jumlah barang (ton/hari atau 𝑚3/hari) dari setip jenis barang
h) Jumlah tuk yang masuk tetminal untuk bongkar muat
i) Alat bongkar/muat yang cocok untuk setiap jenis barang
j) Fasilitas pelayanan untuk sopir, awak dan sebagainya Terminal khusus
yaitu terminal yang di pengaruhi oleh sifat-sifat atau jenis- jenis barang
yang yang diangut seperti barang curah (batu bara, semen dan lain-lain) ,
cair (air,minyak, dan lain-lan), ikan, gas dan sebagainya.

4) Ukuran Terminal (Truk)

Ukuran Terminal Bus tergantung pada beberapa faktor seperti


ketersediaan lahan, fungsi, peranan, peruntukan, tipe, klasifikasi, tata guna
lahan, dan pemusatan trayek asal-tujuan. Seperti misalnya terminal bus tipe A,
tenru ukurannya harus luas, besar, dan seterusnya.

5) Model Lokasi Terminal Bus Khusus Bus

Terdapat dua model lokasi terminalnya, yaitu:

11
a) Model pinggiran (nearside terminating) merupakan model yang
mengembangkan sejumlah terminal di pinggir kota. Arus kendaraan angkutan
antar kota berakhir di terminal yang ada baik di pinggir kota atau di tengah
kota. Ukuran kota yang cocok untuk model ini adalah kota besar, kota raya,
dan metropolitan.
b) Model tenngah kota (central terminating) merupakan model yang hanya
menggabungkan satu terminal saja di tengah kota yang melayani semua jenis
angkutan mulai dari angkutann lokal sampai nasional dan internasional .
ukutan yang cocok untuk model ini adalah kota kecil dan sedang.

12
BAB 3

KESIMPULAN

1. Sub-komponen transportasi terbagi menjadi dua macam yaitu:

a. Jalur gerak untuk melakukan pergerakan pindah


b. Terminal untuk memulai dan mengakhiri pergerakan pindah

2. Untuk jalur gerak prasarana transportasi darat meliputi:

a. Seluruh klasifikasi dan jenis jalan raya


b. Rel

3. Untuk terminal prasarana transportasi darat meliputi:

1) Terminal di jalan raya Meliputi:

a. Garasi
b. Parkir
c. Halte
d. Pangkalan
e. Pool kendaraan
f. Terminal bus

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/267084233/Sarana-Dan-Prasarana-Transportasi.
Diakses 22 September 2018

Miro Fidel. 1997. Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta: Penerbit Erlangg

14

Anda mungkin juga menyukai