Anda di halaman 1dari 31

PRASARANA TRANSPORTASI DARAT

DISUSUN OLEH
1. Triwahyudi

PROGRAM STUDI TEKNIK


SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAKIDENDE
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahamat dan hidayah-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Prasarana Transportasi Darat ini
dengan baik. Makalah ini merupakan suatu tugas khusus untuk kami Mahasiswa Fakultas
Teknik Program Studi Teknik Sipil pada mata kuliah Prasarana Transportasi.

Adapun penulisan makalah ini dapat terampung dengan baik melalui bimbingan,
bantuan dan dorongan dari Dosen mata kuliah, dan berbagai pihak secara langsung maupun
tidak langsung.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan Anugerah dan limpahan Rahmat-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu kelompok kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat.

Ambon, September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah............................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................6

2.1 Jalur Gerak...................................................................................................6


2.2 Terminal.....................................................................................................18

BAB 3 KESIMPULAN....................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30

ii
i
BAB 1
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang

Prasarana (infrastruktur) sistem transportasi merupakan komponen berbentuk


fasilitas fisik yang bersifat tetap yang menjadi media untuk menjalani, memulai
atau mengakhiri pergerakan pindah seperti jalan raya, rel, air (sungai, danau dan
laut), udara, terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan, bandar udara dan
sebagainya.

Ruang lingkup pengangkutan darat itu sepanjang dan selebar negara,


maksudnya adalah ruang lingkupnya sama dengan ruang lingkup negara,
sedangkan angkutan itu sendiri dapat dilakukan dengan jenis-jenis angkutan.
Untuk dapat berjalannya dengan baik proses pengangkutan sangatlah dibutuhkan
dukungan infrastruktur yang baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah
pusat. Beberapa sarana prasarana hal yang harus dipenuhi untuk memberikan
pelayanan yang baik dalam pengangkutan yaitu;

1. Jalan;

2. Terminal atau stasiun;

3. Kendaraan;

4. Unsur tenaga penggerak atau unsur non fisik yaitu pengemudi.

Berarti di sini terdapat dua sub-komponen prasarana transponasi sesuai


dengan manfaat media yang diembannya yang sudah diutarakan di atas yaitu:

1. Jalur gerak untuk melakukan pergerakan pindah


2. Terminal untuk memulai dan mengakhiri pergerakan pindah

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelompokkan sub-komponen prasarana transportasi darat ?

1.3 Tujuan Malasah


1. Menjelaskan sub-komponen prasarana transportasi darat.

5
BAB 2

PEMBAHASA

2.1 Jalur Gerak


Dalam teknologi ada dua jalur gerak yaitu diatas tanah (jalan raya), diatas baja
(rel).
2.1.1 Jalan Raya

Jalan raya merupakan salah satu sub-komponen prasarana sistem transportasi


yang paling dominan dan sering digunakan setiap hari oleh masyarakat yang
melakukan perjalanan. jalan raya dapat dimanfaatkan dengan memakai kendaraan
bermotor (mobil alau sepeda motor) dan kendaraan tak bermotor (tenaga manusia,
tenaga hewan atau jalan kaki). Fungsi utama jalan raya adalah untuk mengalirkan
arus pergerakan semua alat transportasi yang memakainya. Untuk mengatur
pengadaan dan tata cara pemakaian jalan raya ini telah ditetapkan sebuah
peraturan berupa Undang-undang No.13 Tahun 1980 tentang jalan dan Peraturan
Pemerintah (PP) No.26 Tahun 1985. Undang-undang No.13 Tahun 1980 tentang
jalan ini mengatur tentang pengertian, klasifikasi, tipe, karakteristik fisik
rancangan geometrik (penampang melintang), pemeliharaan dan lain-lain.

1. Pengertian
Jalan raya, menurut Undang-undang No.13 Tahun 1980 tentang jalan, adalah
suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apa pun yang melipuli segala
bagian jalan temasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu limas. Dalarn pengertian ini yang dimaksud dengan:
 Bangunan pelengkap aalah bangunan yalng melekat dan tidak dapat
dipisahkan dari badan jalan itu sendiri, misalnya Jembatan, ponton, lintas
atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong tembok Penahan tanah
(lebing), saluran air.
 Perlengkapan adalah bangunan yang dapat dibongkar-pasang dan
dipindahkan dari jalan. Tanpa bangunan ini jalan masih dapat digunakan,

6
misalnya rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, pagar pengaman lalu lintas,
patok daerah milik jalan (DMJ), serta lampu lalu lintas.

2. Klasifikasi

Undang-undang N0. 13 Tahun 1980 tentang jalan membagi struktur jalan


transportasi jalan raya berdasarkan:

1. Sistem (pelayanan penghubung). Sebagai sistem pelayanan penghubung,


jaringan jalan dibagi lagi menjadi:
 Sistem jaringan jalan primer adalah system jaringan jalan yang
menghubungkan kota (wilayah) ditingkat nasional atau, alam
pengertian lain, ruas yang menghubungkan simpul-simpul jasa
distribusi yang kemudian berwujud kota ditingkat nasional, dan
 Sistem jaringan jalan sekunder adalah system jaringan jalan yang
menghubungkan zona-zona (Kawasan-kawasan), titik-titik simpul
didalam kota.

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.1 Pembedaan sistem jaringan jalan, (a) primer, dan (b) sekunder

2. Peranan (Fungsi)

Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan dapat dibagi atas:

7
 jalan arteri adalah Jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan
kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk (persimpangan)
sebidang dibatasi secara efisien atau ditiadakan
 Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan jarak sedang
(angkutan pengumpul atau pembagi) dengan kecepatan rata-rata
sedang dan jumlah jalan masuk (persimpangan sebidang) masih
dibatasi.
 jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan jarak dekat dengan
kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk (persimpangan
sebidang) tidak dibatasi.

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.2 Hirarki jalan berdasarkan peranan (fungsi)

3. Peruntukan
Berdasarkan peruntukannya jaringan jalan hanya dibedakan atas dua jenis:
 Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
 Jalan khusus adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum
atau jalan yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum seperti jalan
yang terdapat dikompleks-kompleks perumahan, perkebunan,
kehutanan, pertambangan, kompleks hankam, jalan pipa, jalan inspeksi
(irigasi an gas).
4. Klasifikasi Teknis
Klasifikasi teknis jaringan jalan dapat juga dibedakan berdasarkan
klasifikasi teknis atau kelas jalan terkait kemampuan teknis tiap-tiap kelas
jalan dalam mendukung beban lalu lintas berat kendaraan) yang
melewatinya. Berdasarkan pembagian ini, jalan dapat dikategorikan
menjadi enam kelas yang biasanya terkait langsung dengan kelompok

8
jaringan jalan lain seperti kelompok berdasarkan peranan (fungsi)
jalannya. Jalan kelas I biasanya jalan itu adalah jalan arteri primer an arteri
sekunder. Jalan kelas II biasanya jalannya berupa jalan kolektor primer
dan sekunder begitu eterusnya kebawah sampai Jalan Kelas IV.
5. Status (wewenang pembinaan)
Dalam hal status dan wewenang pembinaannya, jalan dibedakan atas jalan
nasional (negara), jalan provinsi, jalan kabupaten (kota), dan jalan desa.
Pembagian jalan berdasarkan status ini juga dapat dikaitkan langsung
kepada kelompok jaringan jalan berdasarkan system, peranan (fungsi), dan
berdasarkan klasifikasi teknisnya:
 Jalan nasional (negara) adalah janngan jalan primer, aarteri, dan kelas I
yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian PU
cq. Direktorat Jenderal Bina Marga)
 Jalan provinsi biasanya merupakan jalan kolektor primer dan kelas l
yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah provinsi (Dinas
Prasarana Jalan).
 Jalari kabupaten (kota) biasanya berupa jalan kolektor dan lokal
primer, kelas jalannya kebanyakan jalan kelas II, III dan IV yang
pembinaannya dilakukan oleh pemerintah kabupaten (Dinas PU
kabupaten). Sementara itu, jalan kota mutlak merupakan jaringan jalan
sekunder yang bisa merupakan jalan arteri sekunder, kolektor sekunder
atau Iokal sekunder yang kelas jalannya bisa dari jalan kelas I sampai
dengan VI. Pembinaan jalan kabupaten ini dilakukan oleh pemerintah
kota (Dinas PU kota).
 Jalan desa umumnya merupakan jalan lokal dan jalan akses untuk
mencapai pekarangan rumah. Jalan desa ini bisa berupa jalan lokal
primer dan jalan akses yang pembinaanya dilakukan oleh
pemerintahan desa setempat melalui swadaya masyarakat dan bantuan
dana dari pemerintahan yang lebih tinggi.
6. Kualitas/bentuk permukaan
Kualitas permukaan membedakan jalan atas jalan aspal dan jalan
campuran aspal—beton, jalan kerikil_ dan jalan tanah. Pembedaan jalan
menurut jenis permukaan ini dapat dikaitkan langsung dengan kelompok
jalan yang
9
didasarkan pada system peranan. Klasifikasi teknis, peruntukan, dan status
serta wewenang pembinaannya. Umumnya jalan aspal (dan campuran
aspal- beton) adalah jalan negara, provinsi_ kabupaten (kota) yang bisa
berupa jalan kelas I hingga VI dan bisa Juga merupakan jalan arteri primer
dan sekunder, jala tol, jalan kolektor primer, jalan sekunder, atau jalan
lokal primer dan sekunder. Sementara itu, jalan kerikil biasanya jalan
kabupaten dan desa, jalan lokal primer. Jalan tanah biasanya berada di
desa-desa dan merupakan jalan local, namun pada zaman pembangunan
sekarang ini, untuk menjaga perekonomian masyarakat, sudah jarang
ditemui jalan tanah kecuali, salah satunya, di areal perkebunan.
3. Tipe
Di Indonesia, menurui Standar MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia), tipe
jalan raya
dibedakan atas:
 Jalan perkotaan (dalam kota) ditandai derigan kegiatan yang padat
(intensitas tinggi) di kiri-kanan jalan dan ukuran jalan lebih lebar.
 Jalan antar kota (Iuar kota) ditandai oleh kondisi di kiri-kanan jalan
dengan kegiatan yang sedikit (intensitas rendah) dan ukuran Jalan yang
relatif lebih sempit.
4. Karakteristik Fisik

Ada dua aspek karakteristik fisik jalan yaitu:

1. Geometrik jalan. Geometrik jalan mencakup:


 Lengkung (alignment) horizontal (belokan/tikungan)
 Lengkung (alignment) vertikal (tanjakan)
 Penampang melintang
2. Konstruksi perkerasan jalan terbagi atas:
 Perkerasan model lama (Telford) yang terdiri dan bahan batu pecah
(kerikil), batu blondos, pasir, tanah dasar. Perkerasan ini banyak
dijumpai pada jalan-jalan di lingkungan desa.
 Perkerasan modern yang terbagi atas perkerasan lentur dan perkerasan
kaku.

10
 Lapis permukaan seperti campuran aspal—beton atau konstruksi
makadam

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.3 Skema struktur jaringan jalan dan keterkaitannya

5. Penampang Melintang

Penampang melintang jalan merupakan konstruksi ruas jalan secara melintang

mulai dari sisi pertama ke sisi seberang jalan tersebut. Penampang melintang
jaian terbagi atas:

 Jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai tempat kendaraan meluncur. Jaur
ini diberi kemiringan dari pusat ke setiap sisi agar air dapat mengalir ke
selokan pinggir jalan; disebut juga badan jalan.
 Bahu jalan yang berfungsi sebagai konstruksi uniuk memperkuat jalur lalu
lintas, memberi tempat (ruang) kendaraan berhenti (parkir), dan
memberikan keleluasan pandangan.
 Selokan pinggir yang berfungsi untuk menurunkan muka air tanah dalam
badan jaian, mengalirkan limpasan air permukaan, dan mengantisipasi
genangan air (banjir).

11
 Daerah manfaat jalan (DAMAJA) yang merupakan suatu daerah yang
dimanfaatkan untuk konstruksi jalan yang terdiri dari jalur lalu lintas
(Perkerasan), bahu jalan, drainase (trotoar), ambang pengaman dan jalur
pemisah.
 Daerah milik jalan (DAMIJA = DMJ) yang meliputi daerah manfaaat jalan
ditambah dengan sejalur tanah tertentu di luar daerah manfaat jalan yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan keleluasaan dan keamanan
pengguna jalan. Untuk jangka panjang, daerah ini akan digunakan untuk
pelebaran daerah manfaat jalan di kemudian hari. DMJ ini diberi tanda
patok DMJ sebagai penjelasan batasnya.
 Daerah pengawasan jalan (DAWASJA) yang berupa sejalur tanah tertentu
yang terletak di luar daerah milik jalan (DMJ), yang penggunaannya
diawasi oleh Pembina jalan (PU atau Dinas Prasarana Jalan), yang
disediakan agar tidak mengganggu pandangan pengemui dan konstruksi
bangunan jalan. Jalur pemisah tengah atau yang disebut juga median jalan
yang berfungsi untuk pemisah arus lalu lintas pada jalur-jalur yang
berlawanan arahnya dan berfungsi untuk menjaga keamanan baik yang
fisiknya dikonstruksikan (beton atau jalur hijau) ataupun dicat (marka
jalan).

12
Tabel 2.1 Keterkaitan Kelompok Jaringan Jalan

Sumber: Miro (2011)

Tabel 2.2 Tipe Jalan Raya di Indonesia Menurut MKJI (Manual Kapasitas Jalan
Indonesia)

Sumber: Miro (2011)

13
Sumber: Miro
(2011)
Gambar 2.4 Penampang melintang jalan raya

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.5 Patok DMJ

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.6 Persimpangan sebidang

14
Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.7 Persimpangan tidak sebidang

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.8 Simpang susun Cawang, Jakarta

15
Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.9 Beberapa bentuk simpang-susun dan semanggi

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan jalan dilakukan secara teratur oleh badan pembinaan jalan yaitu
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum atau dinas di
daerah yang meliputi pengawasan, perbaikan, dan pelebaran.

7. Lain-lain

Hal utama terkait jalan raya adalah pertemuan dua ruas jalan raya
(persimpangan). Terdapat dua jenis persimpangan dalam system jaringan jalan
raya secara fisik, yaitu:

 Persimpangan sebidang. Persimpangan seperti ini merupakan


persimpangan satu permukaan jalan seperti yang biasa ditemui.
Persimpangan ini ada berupa simpang 3, 4, atau 5.
 Persempangan tidak sebidang atau simpang susun. Persimpangan ini
berupa persimpangan yang berlapis secara vertical ke atas atau ke
bawah. Pada

16
persimpangan ini lalu lintas yang akan berbelok ke kanan harus berbelok
ke kiri terlebih dahulu baru melintasi jalur asalnya. Sebagai contoh antara
lain adalah Jembatan Semanggi, Simpang-susun Cawang (Jakarta),
Simpang- susun Waru, Surabaya.

2.1.2 Jalan Rel

1. Pengertian
Jalan rel merupakan kelompok jalan buatan yang terbuat dari baja yang
dilewati oleh roda yang terbuat dari baja dan dapat dikonstruksikan dibawah
tanah (kereta api bawah tanah, di permukaan tanah, dan melayang
(ditinggikan). Jalan rel hanya dapat dipakai oleh kendaraan yang baroda besi
saja (kereta api) secara eksklusif dalam arti tidak ada jenis kendaraan lain
yang dapat melewatinya. Konstruksi jalan rel terdiri atas: ,.
1) Konstruksi bagian atas
 Rel-rel yang setiap batang panjangnya 12 meter yang disambung dan
diletakkan di atas bantalan secara sejajar
 Bantalan (terbuat dari bahan kayu, baja, atau beton bertulang) yang
memegang kedua rel dan meneruskan tekanan roda kereta api pada alas
balas
 Paku penjepit rel ke bantalan yang berbentuk baut atau pandrol agar rel
dapat dibongkar pasang untuk pemeliharaan dan pengontrolan
2) Konstruksi bagian bawah
 Pelat dasar di bawah rel dan di atas alas kerikil
 Alas pasir dan kerikil (balas)
 Tubuh tanah di bawah alas balas

2. Klasifikasi
Jalan rel pun dapat dikelompokkan atas:
 Jalan rel umum lintas utama yang merupakan jalan rel yang dimanfaatkan
untuk lalu lintas umum pada jalur dengan perjalanan jarak jauh jalur

17
 Jalan rel umum lintas lokal yang dimanfaatkan umuk lalu lintas umum
pada jalur dengan perjalanan jarak dekat seperti kereta api jabodetabek
atau kereta api dalam kota lainnya
 Jalan rel khusus yang merupakan jalan rel yang dimanfaatkan untuk lalu
lintas keperluan-keperluan khusus oleh badan usaha tertentu dan
kepentingan sendiri seperti kompleks perkebunan karet, kelapa sawit,
semen, batu bara, pabrik, dan lain-lain.

2.2 Terminal

Secara umum, Pengertian terminal untuk seluruh moda transponasi adalah


sama. Pengertiannya dapat

dilihat melalui tiga segi yaitu:

 Kedudukan dan keberadaan terminal dalam sistem transportasi


 Fungsinya
 Kewilayahan (tata ruang wilayah)
Dari segi kedudukan dan keberadaannya dalam system transportasi, terminal
merupakan salah satu komponen system transportasi yang berupa prasarana dan
fasilitas tetap. Terminal ini merupakan titik (simpul) dalam jaringan transportasi
dan menjadi tempat terhenti atau terputusnya arus pergerakan lalu lintas
kendaraan. Sebagai contoh, pergerakan mobil terhenti di tempat parkir, di halte,
di terminal, bus. Di pangkalan dan lain-lain; pergerakan kereta api terhenti di
stasiun kereta api, dan sebagainya.
Sementara itu, dari segi fungsinnya terminal merupakan tempat:
 Mengawali dan mengakhiri satu perjalanan
 Perawatan sementara kendaraan
 Pool kendaraan
 Istirahat penumpang dan awak kendaraan
 Pengaturan jadwal keberangkatan, kedatangan dan keas pelayanan
 Penjualan tiket dan sebagainya.
Dari segi tata ruang wilayah, terminal dapat diartikan sebagai unsur tata ruang
yang mempunyai peran penting bagi efisiensi kehidupan wilayah, yang dapat

18
membangkitkan perjalanan serta berbentuk sebuah zona (Kawasan) dalam
ruang wilayah (kota) seperti:
 Pelabuhan Tanjung Priok, zona Tanjung Priok di Jakarta
 Terminal bus regional Bingkuang (TRB), Air Pacah, zona TRB Air Pacah di
Padang
 Bandar Udara Sukarno-Hatta, zona bandara Sukarno-Hatta I Jakarta dan lain-
lain

Tabel 2.3 Fungsi-fungsi Terminal Transportasi Secara Umum

Sumber: Miro (2011)

2.2.1 Terminal di Jalan Raya

Istilah terminal di jalan raya ini dapat dikemukakan di antaranya ialah:

1. Garasi

Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal di jalan raya yang


peruntukannya lebih dikhususkan bagi kendaraan pribadi. Fungsi yang
menonjol adalah tempat menyimpan kendaraan pribadi.

19
2. Parkiran
Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal di jalan raya yang
peruntukannya ialah sebagai tempat menghentikan kendaraan pelaku
perjalanan apabila telah sampai pada tempat tujuan atau di tengah
perjalanannya.
3. Perhentian dan Halte
Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal yang berlokasi di pinggir
jalan raya I sepanjang lintasan yang dilewati kendaraan umum (bus dan
mikrolet). Letaknya sudah ditentukan sedemikian rupa sehingga penumpang
kendaraan dapat naik atau turun ke dan dari kendaraan dari tempat-tempat
yang strategis.
4. Pangkalan
Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal, tetapi diperuntukkan
bagi kendaraan-kendaraan yang tidak melewati suatu lintasan rute tetap (non-
trayek) seperti ojek, bajaj, becak, becak motor, taksi, dan lain-lain.
5. Pool Kendaraan
Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal, namun terdapat pada
kantor-kantor perusahaan transportasi tertentu yang diperuntukkan khusus
bagi bus-bus (armada) yang dimilikinya dan bukan untuk bus-bus lain.
6. Terminal (Stasiun) Bus Angkutan Umum dan Terminal Truk
Merupakan tempat sejumlah bus (truk) mengawali dan mengakhiri perjalanan
dan lintasan operasionalnya. Di terminal inilah penumpang bus dan barang
yang diangkut truk, memulai dan mengakhiri perjalanannya dan berganti
moda angkutan lainnya (transit). Terminal ini juga merupakan tempat
perawatan ringan kendaraan.
1) Masalah Teknis Terminal Bus (Truk)
 Penentuan kapasitas (daya tamping) dan jumlah teluk yang diperlukan
untuk kendaraan, orang, dan barang
 Geometri dan tata letak tapak terminal dari pinggir jalan raya arteri
primer kota
 Penentuan kapasitas untuk pejalan kaki, mobil pribadi, dan ruang
tunggu penumpang

20
 Perancangan model sirkulasi lalu lintas di kawasan terminal misalnya
jalur kedatangan bus antar kota dan dalam kota, jalur keberangkatan,
area menurunkan penumpang (barang), area menaikkan atau memuat
penumpang atau barang, jalur parkir kendaraan pribadi dan rambu-
rambu petunjuk lainnya.
2) Fasilitas Penunjang Terminal Bus (Truk)
Yaitu prasarana dasar untuk mendukung pengoperasian sebuah terminal
bus atau truk yang mutlak harus disediakan.

21
Tabel 2.4 Fasilitas Terminal Bus dan Truk

Sumber: Miro (2011)

22
Tabel 2.4 Lanjutan

Sumber: Miro (2011)

3) Klasifikasi Terminal Bus (Truk)


a. Peranan
Berdasarkan peranannya terminal bus (truk) digolongkan atas:
 Terminal primer adalah terminal bus (truk) pelayanan arus
penumpang/barang (jasa angkutan) yang beroprasi dalam
wilayah regional
 Terminal sekunder adalah terminal bus (truk) pelayanan arus
penumpang/bbarang yang beroprasi di dalam wilayah lokal dan
atau melengkapi kegiatan terminal primer
b. Fugsi
Berdasarkan fungsinya terminal bus (truk) dibedakan atas:
 Terminal utama yaitu temmpat terputusnya arus penumpang
dan barang (jasa angkutan) dengan ciri sebagai berikut:
- Berfungsi sebagai alat pengatur angkutan yang melayani
arus angkutan penumpang dan jarak jauh dengan volume
tinggi

23
- Tempat bongkar/muat lebih besar atau sama dengan 8
ton/unit angkutan atau 40 penumpang/unit angkutan.
 Terminal madya adalah tempat terputusnya arus penumpang
dan barang dengan ciri sebagai berikut:
- Berfungsi sebagai alat pengatur angkutan yang berisfat
melayani arus angkutan penumpang dan barang untuk
jarak sedang dann volume sedang
- Tempat bongkar/muat lebih besar atau sama dengan 5
ton/unit angkutan atau 20 penumpang/unit angkutan.
 Termial cabang yaitu tempat terputusnya arus penumpang dan
barang dengan ciri sebagai berikut:
- Berfungsi sebagai alat pengatur angkutan yang bersifat
melayani arus angkutan penumpang dan barang jarak
pendek/dekat dengan volume kecil/sedikit/rendah.
- Tempat bongkar/muat lebih kecil atau sama dengan 2,5
ton/unit angkutan atau 10 penumpang/unit angkutan.
c. Jenis angkutan
Berdasarkan jenis angkutannya, terminal bus (truk) terbagi atas:
 Terminal penumpang (bus) yaitu terminal untuk menaikkan
atau menurunkan penumpang. Faktor – faktor yang perlu di
perhatikan adalah:
- Jumlah kedatangan kendaraan per satuan unit armada
- Berapa lama setiap kendaraan atau armada boleh berada
dalam terminal
- Fasilitas pelayanan yang di perlukan
 Terminal barang (truk) adalah terminal untuk perpindahan
(bongkar/muat) barang dari moda transportasi yang satu ke
moda trasnportasi lain. Kapasitas terminal serta fasilitas yang
diadakan harus direncanakan dengan baik, dalam arti jangan
sampai terminal menjadi leher botol dalam mengalirkan arus
barang. Faktor – faktor yang perlu di perhatikan antara lain :
- Jeis barang yang menggunakan fasilitas terminal

24
- Jumlah barang (ton/hari atau 𝑚3/hari) dari setip jenis
barang
- Jumlah tuk yang masuk tetminal untuk bongkar muat
- Alat bongkar/muat yang cocok untuk setiap jenis barang
- Fasilitas pelayanan untuk sopir, awak dan sebagainya
Terminal khusus yaitu terminal yang di pengaruhi oleh sifat-sifat atau
jenis- jenis barang yang yang diangut seperti barang curah (batu bara,
semen dan lain-lain) , cair (air,minyak, dan lain-lan), ikan, gas dan
sebagainya.
4) Tipe Terminal Bus
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1995 terminal
bus (penumpang) dapat dibagi atas:
 Terminal bus tipe A merupakan terminal yang melayani armada
kendaraan untuk:
- Angkutan local (angkutan kota dan pedesaan)
- Angkutan regional (antar kota dalam provinsi-AKDP)
- Angkutan nasional (antar kota antar provinsi-AKAP)
- Angkutan internasional (antar negara tau lintas batas)
 Terminal Bus tipe B merupakan terminal yang melayani armada
kerndaraan untuk:
- Angkutan lokal (angkutan kota dan pedesaan)
- Angkutan regional (antar kota dalam provinsi – AKDP)
 Terminal Bus tipe C merupakan terminal yang melayani armada
kerndaraan untuk Angkutan lokal (angkutan kota dan pedesaan) saja.
5) Ukuran Terminal (Truk)
Ukuran Terminal Bus tergantung pada beberapa faktor seperti ketersediaan
lahan, fungsi, peranan, peruntukan, tipe, klasifikasi, tata guna lahan, dan
pemusatan trayek asal-tujuan. Seperti misalnya terminal bus tipe A, tenru
ukurannya harus luas, besar, dan seterusnya.
6) Model Lokasi Terminal Bus Khusus Bus
Terdapat dua model lokasi terminalnya, yaitu:
 Model pinggiran (nearside terminating) merupakan model yang
mengembangkan sejumlah terminal di pinggir kota. Arus kendaraan

25
angkutann antar kota berakhir di terminal yang ada baik di pinggir kota
atau di tengah kota. Ukuran kota yang cocok untuk model ini adalah
kota besar, kota raya, dan metropolitan.
 Model tenngah kota (central terminating) merupakan model yang
hanya menggabungkan satu terminal saja di tengah kota yang melayani
semua jenis angkutan mulai dari angkutann lokal sampai nasional dan
internasional . ukutan yang cocok untuk model ini adalah kota kecil
dan sedang.
7) Daerah Kewenangan Terminal Bus/Truk
Sebuah terminal bus/truk yang dibangun di atas lahan pada lokasi yang
sudah diputuskan memiliki tiga daerah kewenangan, yaitu:
 Daerah manfaat terminal (DAMATER), diperuntukkan bagi kegiatan
utama terminal yaitu turun/naik dengan bongkar/muat barang dan
parkir kendaraan umum.
 Daerah milik terminal (DAMITER), diperuntukkan bagi kegiatan yang
menunjang kegiatan terminal. Daerah ini diberi batas pagar untuk
menunjukkan bahwa daerah ini merupakan wilayah terminal, seperti
- Bangunan (ruang tunggu) terminal
- Pergudangan (untuk termina angkutan barang/truk)
- Bangunan kantor terminal
 Daerah pengawasan terminal (DAWASTER), merupakan aerah diluar
terminal. Lahannya tidak dimiliki oleh terminal, tetapi penggunaannya
diawasi agar tidak mengganggu kegiatan terminal, seperti
bongkar/muat dan parkir kendaraan diluar terminal.
8) Kajian Terminal Bus (Truk)
Pengadaan sebuah terminal bus/truk tipe A yang representative sebenarnya
harus didahului oleh proses beberapa kajian yang antara lain:
 Rencana induk kota
 Rencana strategis (renstra) kota
 RUTRK atau RUTRW tempat terminal akan dibangun
 Rencana induk atau rencana strategis terminal itu sendiri
 Kajian kelayakan terminal

26
 Rencana detail terminal
 Kajian teknis terminal
 Kajian AMDAL terminal
 Kajian ANDALL (analisis dampak lalu lintas) terminal
 Kajian jangka pendek (program)aksi pendirian terminal
9) Perencanaan Terminal Bus/Truk
Perencanaan pengadaan sebuah terminal bus/truk harus mempertimbangkan
dan mengacu pada pangkalan data tentang:
 Ukuran kota yang ditanyakan dalam jumlah penduduk
 Bentuk kota
 Jaringan jalan
 Tata guna lahan kota (dalam RUTRK)
 Kepadatan penduduk
 Pendapatan perkapita penduduk
2.2.2 Terminal Jalan Rel (Stasiun Kereta Api)
Terminal pada jalan rel (baja) popular dengan istilah stasiun kereta api, yaitu
Kawasan yang digunakan untuk kgiatan ganti moda (transit) dari kereta api ke moa
transportasi jalan raya bus, angkot, taksi, bajaj, dan lain-lain. Selain itu, stasiun
kereta api juga berbentuk sebuah zona tempat orang beraktifitas seperti kantor
cabang perusahaan kereta api, serta usaha-usaha lain yang terdapat di dalam stasiun
kereta api, seperti bank, pertokoan, wartel, restoran, dan sebagainya.
Stasiun kereta api disebut juga sebagai emplasemen penumpang, dapat dibagi
menurut ukuran, letaknya, dan menurut bentuknya.
1. Ukuran
1) Stasiun besar (utama) yang melayani perjalanan kereta api jarak jauh
(kereta api antar kota antar provinsi) seperti stasiun Gambir (Jakarta) ke
Stasiun Gubeg (Surabaya), dan lain-lain.
2) Stasiun sedang (sekunder) yang melayani perjalanan kereta api untuk jarak
sedang atau regional (kereta api antar kota dalam provinsi) seperti stasiun
Kertapatti (Palembang, Sumatera Selatan) ke stasiun Lubuk Linggau
(Sumatera Selatan), dan lain-lain.

27
3) Stasiun kecil local (stasiun kota); stasiun ini hanya melayani perjalanan
kereta api dalam local atau jarak dekat (kereta api dalam kota) seperti
kereta api Jabotabek dari stasiun Manggarai ke stasiun Cikini dan lain-lain.
2. Letak
1) Stasiun awal ialah stasiun tempat rangkaian kereta api (gerbong dan
lokomotif) benar-benar memulai perjalanannya (simpul asal).
2) Stasiun akhir ialah stasiun tempat rangkaian kereta api (gerbong dan
lokomotif) betul-betul mengakhiri perjalanannya (simpul tujuan).
3) Stasiun antara merupakan stasiun-stasiun persinggahan rangkaian kereta
api di sepanjang perjalanannya antara stasiun awal dan stasiun akhir.
4) Stasiun pertemuan ialah stasiun yang terletak pada pertemuan
(persilangan) ruas jalan rel yang menghubungkan dua jalan rel berlainan
arah seperti ruas jalan rel Jakarta-Surabaya bertemu dan bersilang di
stasiun Cikampek dengan ruas jalur rel Bandung-Jakarta, atau ruas jalan
rel Jakarta-Surabaya bertemu ruas jalan rel Jakarta-Yogyakarta yang
bertemu di stasiun Cirebon, dan lain-lain.

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.10 Posisi stasiun antara, awal, dan akhir

3. Bentuk
1) Stasiun siku-siku
2) Stasiun parallel
3) Stasiun pulau
4) Stasiun semenanjung

28
BAB 3

KESIMPULA

1. Sub-komponen transportasi terbagi menjadi dua macam yaitu:


1) Jalur gerak untuk melakukan pergerakan pindah
2) Terminal untuk memulai dan mengakhiri pergerakan pindah
2. Untuk jalur gerak prasarana transportasi darat meliputi:
1) Seluruh klasifikasi dan jenis jalan raya
2) Rel
3. Untuk terminal prasarana transportasi darat meliputi:
1) Terminal di jalan raya
Meliputi:
 Garasi
 Parkir
 Halte
 Pangkalan
 Pool kendaraan
 Terminal bus
2) Stasiun kereta api

29
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.scribd.com/doc/267084233/Sarana-Dan-Prasarana-Transportasi.
Diakses 22 September 2018
2. Miro Fidel. 1997. Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta: Penerbit Erlangg

30
31

Anda mungkin juga menyukai