1. Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanannya jarak jauh, dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk ke jalan
ini sangat dibatasi secara berdaya guna
2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri-
ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah dan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah dan jalan masuk dibatasi.
1
lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan
lingkungan.
4) Jalan Lingkungan Primer
Menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam
lingkungan kawasan perdesaan.
2
Lokal III C > 2,10 > 9,00 8
Tipe Jalan
Berbagai tipe jalan akan memberikan kinerja yang berbeda pada pembebanan lalu lintas. Pada
tabel dapat dilihat kondisi dasar dari masing-masing tipe jalan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia 1997, yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan tipe jalan.
3
rute, (2) fluktuasi dalam arus, (3) distribusi lalu lintas pada sebuah sistem jalan, (4) kecenderungan
pemakai jalan (Hobbs, 1995).
Pengertian Kecepatan
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh kendaraan dibagi waktu
tempuh. Biasanya dinyatakan dalam kilometer per jam (km/jam). Kecepatan ini menggambarkan nilai
gerak dari kendaraan. Perencanaan jalan yang baik harus berdasarkan kecepatan yang dipilih sesuai
dengan kondisi dan fungsi jalan yang diharapkan. Hobbs, F.D (1995:86), menyatakan bahwa,
kecepatan umumnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Kecepatan setempat (spot speed) adalah kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur dari suatu
tempat yang ditentukan.
2. Kecepatan begerak (running speed) adalah kecepatan kendaraan rata-rata pada suatu jalur saat
kendaraan bergerak dan didapat dengan membagi panjang jalur dengan lawa waktu kendaraan
bergerak menempuh jalur tersebut.
3. Kecepatan perjalanan (journey speed) adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam
perjalanan Antara dua tempat dan merupakan jarak Antara dua tempat dibagi dengan lama waktu
bagi kendaraan untuk menyelesaikan Antara dua tempat tersebut, dengan lama waktu yang termasuk
di dalamnya waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan (penundaan) lalu intas.
Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, manual menggunakan kecepatan
tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen jalan, karena mudah dimengerti dan diukur, dan
merupakan masukan yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisa ekonomi. Kecepatan
tempuh didefinisikan dalam manual ini sebagai kecepatan rata-rata ruang dari kendaraan ringan (LV)
sepanjang segmen jalan
V = L / TT
dimana :
1. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipih untuk keperluan perencanaan setiap
bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan, jarak pandang dan lainlain.
Kecepatan yang dipilih tersebut adalah kecepatan tertinggi menerus dimana kendaraan
dapat berjalan dengan aman dan keamanan itu sepenuhnya tergantung dari bentuk badan
jalan. Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan
syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam. Kecepatan rencana (VR)
untuk masing-masing fungsi jalan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
4
Tabel 2.3 Kecepatan Rencana Sesuai Klasifikasi Fungsi dan Medan
Fungsi Kecepatan Rencana (VR)
(km/jam)
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70 – 120 60 – 80 40 – 70
Kolektor 60 – 90 50 – 60 30 – 50
Lokal 40 – 70 30 – 50 20 – 30
2. Batas Kecepatan
Pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 disebutkan bahwa batas
kecepatan, jika secara tepat dilaksanakan, dapat mengurangi tingkat kecelakaan sesuai
dengan factor (Vsesudah / Vsebelum)2. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 21 ayat 1 dan 2
disebutkan bahwa setiap jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan
secara nasional dan ditentukan bedasarkan kawasan permukiman, kawasan perkotaan,
jalan antar kota, dan jalan bebas hambatan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2013 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan pada pasal 23 ayat 4 huruf a sampai d ditetapkan batas kecepatan
sebagaimana berikut :
a. paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dalam kondisi arus bebas dan
pling tinggi 100 (seratus) kilometer per jam untuk jalan bebas hambatan;
b. paling tinggi 80 (delapan puluh) kilometer per jam untuk jalan antar kota;
c. paling tinggi 50 (lima puluh) kilometer per jam untuk kawasan perkotaan; dan
d. paling tinggi 30 (tiga puluh) kilometer per jam untuk kawasan permukiman.
SAMPEL
Dalam ilmu statistika sering ditemui istilah populasi dan sampel, dimana keduanya merupakan aspek
penting dalam analisa statistika. Populasi adalah kumpulan seluruh elemen / objek yag diteliti,
sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Karena penelitian terhadap seluruh populasi kadang-
kadang tidak mungkin dilakukan karena populasi tidak terbatas, maka diperlukan sampel. Adapun
penentuan jumlah sampel yang dapat mewakili suatu penelitian adalah dengan melalui
tahapantahapan sebagai berikut (Effendy Judi Arianto, 2005) :
1. Melakukan survey pendahuluan untuk mengumpulkan besaran parameter data yang dibutuhkan
2. Berdasarkan besaran parameter data, dihitung :
Nilai rata-rata sampel (mean)
Deviasi standar (S)
5
Varians (S2)
3. Dalam penelitian ini spesifikasi tingkat ketelitian yang diinginkan sebesar 95 % yang berarti bahwa
besarnya tingkat kesalahan sampling yang dapat ditolerir tidak melebihi 5 %. Dengan demikian
besarnya standard error yang dapat diterima (acceptable standard error) yang ditunjukkan dalam
table distribusi normal adalah 1.96 % dari acceptable sampling error.
4. Pada tingkat ketelitian 95% besarnya acceptable sampling error (Se) adalah sebesar 5 % dari
sampel – mean, sehingga :
Se (x) = Se / 1.96
5. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka besarnya jumlah sampel yang representative (n) dapat
dihitung dengan rumus :
Keterangan :
n = jumlah sampel yang representative
S2 = varians atau standard error yang dikuadratkan
[Se(x)]2 = acceptable standard error yang dikuadratkan
UKURAN PEMUSATAN
Rata-rata (average) adalah nilai yang mewakili himpunan atau sekelompok data (a set of data). Nilai
rata-rata umumnya cenderung terletak di tengah suatu kelompok data yang disusun menurut
besar/kecilnya nilai (J. Supranto : 2008). Dimana pada penelitian ini akan dianalisa nilai kecepatan
rata-rata kendaraan pada area tanpa speed bump, area speed bump dan area antar speed bump. Oleh
karenanya diperlukan suatu ukuran pemusatan terhadap nilai rata-rata hitung dari pengumpulan data
kecepatan kendaraan di lokasi studi evaluasi. Data hasil survey tersebut kemudian dikelompokkan
sehingga menjadi data berkelompok. Pada penyajian data berkelompok tersebut diperlukan interval
kelas yang dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kelas kecepatan terlebih dahulu dengan
persamaan berikut :
k = 1 + 3,322 log n dimana : k = banyaknya
kelas kecepatan
n = banyaknya data
Setelah diketahui jumlah banyaknya kelas kecepatan, tahapan selanjutnya adalah menentukan
perkiraan lebar/interval kelas dengan persamaan berikut :
6
Xn X1 c=
k = banyaknya kelas
Setelah diketahui jumlah kelas dan lebar /interval kelas maka dapat dihitung nilai rata-rata kecepatan
dengan persamaan berikut :
f .x
x‾ = i i
fi
dimana : x‾ = kecepatan rata-rata fi = frekusensi kejadian dari
tiap kelas kecepatan xi = midvalue class (nilai tengah) dari tiap kelas kecepatan
PENGERTIAN SPEEDBUMP
Speed bump atau yang lebih dikenal sebagai polisi tidur adalah bagian jalan yang ditinggikan
berupa tambahan aspal atau semen yang dipasang melintang di jalan untuk pertanda memperlambat
laju/kecepatan kendaraan. Untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna jalan,
ketinggiannya diatur. Apabila akan melalui jalan yang terdapat polisi tidur di badan jalan, makan
harus dilengkapi dengan pemberitahuan terlebih dahulu mengenai adanya polisi tidur. Di samping itu
polisi tidur juga dilengkapi dengan marka jalan dengan garis serong berwarna putih atau yang kontras
sebagai pertanda. Akan tetapi speed bump yang ada di Indonesia pada umumnya lebih banyak yang
bertentangan dengan desain speed bump yang telah diatur berdasarkan Keputusan Menteri
Perhubungan No 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pemakai Jalan. Hal yang demikian ini
dapat membahayakan keselamatan dan mengurangi kenyamanan pengguna jalan.
PENEMPATAM SPEEDBUMP
Berdasarkan Keputuhan Menteri Perhubungan No 3 Tahun 1994, alat pembatas kecepatan (speed
bump) ditempatkan pada: 1. Jalan di lingkungan pemukiman
Penempatan dilakukan pada posisi melintang tegak lurus dengan jalur lalu lintas. Apabila dilakukan
pengulangan penempatan alat pembatas kecepatan ini harus disesuaikan dengan kajian manajemen
dan rekayasa lalu lintas.
7
PERLENGKAPAN PELENGKAP POLISI TIDUR
Untuk menarik perhatian pengemudi yang akan melewati jalan yang mana pada jalan tersebut
terdapat speed bump, maka perlu dilengkapi dengan rambu dan marka yang jelas terlihat dari
kejauhan dan pengemudi sempat untuk menurunkan kecepatan sebagaimana tujuan dari penempatan
perangkat ini. penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas dapat didahului dengan
pemberian tanda dan pemasangan rambu pada gambar 2.1 berikut, yaitu peringatan tentang jalan
tidak datar, bila diperlukan rambu dapat dilengkapi dengan papan tambahan yang memuat dimana alat
pembatas kecepatan ini ditempatkan.
Penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas harus dilengkapi marka berupa garis
serong dengan cat berwarna putih atau kuning untuk mempertegas dimana letak dari alat pembatas
kecepatan tersebut. Di samping itu, untuk lebih memperjelas pada malam hari dapat digunakan marka
standar yang dilengkapi dengan glass bead agar memantulkan cahaya.
Gambar 2.2 Marka pada Speed Bump dengan Garis Serong Berwarna Putih
8
Gambar 2.3 Garis Serong Berwarna Kuning – Hitam pada Speed Bump
DIMENSI SPEEDBUMP
Berdasarkan pasal 6 ayat 1, 2 dan 3 Keputusan Menteri No 3 Tahun 1994, disebutkan desain speed
bump atau polisi tidur dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Bentuk penampang melintang alat pembatas kecepatan menyerupai trapesium dan bagian yang
menonjol di atas badan jalan maksimum 12 cm.
2. Penampang sebagaimana dimaksud pada nomor (1), kedua sisi miringnya mempunyai kelandaian
yang sama maksimum 15 %.
3. Lebar mendatar bagian atas sebagaimana dimaksud pada nomor (1), proporsional dengan bagian
menonjol di atas badan jalan dan minimum 15 cm.
9
Gambar 2.4 Desain Standar Alat Pembatas Kecepatan (Polisi Tidur) berdasarkan KM Menhub No. 3 Tahun
1990
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang
berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa). Jembatan
yang merupakan bagian dari jalan, sangat diperlukan dalam sistem jaringan transportasi darat yang
akan menunjang pembangunan pada daerah tersebut. Perencanaan pembangunan jembatan harus
diperhatikan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga pembangunan jembatan dapat memenuhi
keamanan dan kenyamanan bagi para pengguna jembatan.
Keberadaan jembatan saat ini terus mengalami perkembangan, dari bentuk sederhana sampai yang
paling kompleks, demikian juga bahan – bahan yang digunakan mulai dari bambu, kayu, beton dan
baja. Penggunaaan bahan baja untuk saat – saat sekarang maupun di masa mendatang.
Macam - Macam Klasifikasi Jembatan
Apakah kalian mengetahui setiap jembatan itu mempunyai klasifikasi baik ditinjau dari bentur
struktur ataupun dari material jembatan itu sendiri, untuk itu saya postingkan gambar dan keterangan
sebagai alat bantu untuk memahami berbagai tipe jembatan.
Menurut Siswanto (1999), jembatan dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam jenis/tipe
menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai, jenis lantai kendaraan dan lain-lain seperti
berikut:
Jembatan Ditinjau Dari Material Yang Digunakan
10
Klasifikasi jembatan menurut material yang digunakan dibedakan atas bahan yang dominan
dipergunakan, terutama bahan sebagai struktur utama bangunan atas, berikut jembatan ditinjau dari
material yang digunakan dibedakan menjadi:
1) Jembatan Kayu (Log Bridge)
Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana ditinjau dari segi konstruksi yang sangat mudah,
atau dapat diterjemahkan struktur terbuat dari material kayu yang sifatnya darurat atau tetap, dan
dapat dikerjakan/dibangun tanpa peralatan modern.
Jembatan ini sangat dikenal oleh manusia, ketika masa lampau untuk menghubungkan sungai
cukup menggunakan kayu, entah dari pohon yang tumbang atau sengaja dirancang, salah satu ahli
mengatakan bahwa jembatan yang terbuat dari material kayu, merupakan jembatan yang mudah
diperbaharui.
Dari segi materialnya kayu memmpunyai beberapa keuntungan dan kekurangan, diantaranya sebagai
berikut ini:
a) Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah, dan dapat dikerjakan dengan
alat yang lebih sederhana.
b) Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus dan tenaga ahli
yang tinggi. Sebagai contohnya pada sambungan konstruksi jembatan baja memerlukan peralatan dan
ketrampilan tenaga kerja tersendiri, sedangkan pada konstruksi kayu dapat menggunakan bor tangan.
c) Jembatan kayu lebih suka menggunakan dek dari kayu, yang mana menguntungkan untuk lokasi
yang terpencil dan jauh dari lokasi pembuatan beton siap pakai (ready mix concrete). Dek kayu dapat
dipasang tanpa bekisting dan tulangan, sehingga menghemat biaya.
d) Kayu tidak mudah dipengaruhi oleh korosi seperti pada baja atau beton.
e) Kayu merupakan bahan yang sangat estetik, bila didesain dengan benar dan dipadukan dengan
lingkungan sekitar.
Jadi dapat saya simpulkan bahwa jembatan kayu lebih sesuai untuk konstruksi sederhana dengan
bentang pendek, karena untuk jembatan dengan bentang yang panjang, material kayu sudah tidak
ekonomis lagi.
2) Jembatan Baja (Steel Bridge)
Jembatan yang menggunakan berbagai macam komponen dan sistem struktur baja: deck, girder,
rangka batang, pelengkung, penahan dan penggantung kabel, pada jembatan baja saya akan
menerangkan jembatan rangka baja, ialah jembatan yang terbentuk dari rangkarangka batang yang
11
membentuk unit segitiga dan memiliki kemampuan untuk mendistribusikan beban ke setiap rangka-
rangkanya. Rangka batang tersebut terdiri dari batang tarik dan batang tekan.
Batang tarik adalah batang yang menerima beban tarik. Desain untuk batang tarik didasarkan
atas ijin tegangan tarik dimana tegangan yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan ijin.
Apabila ada lubang maka luas penampang adalah luas netto (luas brutto-luas lubang). Untuk
menahan beban berguna dipakai factor of safety (faktor keamanan) yang cukup terhadap
kehancuran.
Batang tekan yang merupakan batang dari suatu rangka batang. Batang ini dibebani gaya
tekan aksial searah panjang batangnya. Kolom juga merupakan batang tekan tegak yang
bekerja untuk menahan balok-balok loteng, rangka atap, lintasan crane dalam bangunan
pabrik dan sebagainya yang untuk seterusnya akan melimpahkan semua beban tersebut ke
pondasi.
12
manusia dengan peralatan yang seadanya contohnya dibuat seperti anyaman, jembatan dengan
material bambu digunakan pada jembatan pendek dan tidak terlalu panjang.
7) Jembatan Pasangan Batu Kali/Bata
Jembatan jenis ini seluruh struktur baik srtuktur atas dan struktur bawah dibuat dari pasangan batu
kali atau bata merah yang merupakan jenis jembatan dengan system gravitasi yang
kekuatanyamengandalkan dari berat struktur. Bentuk dari jembatan ini sebagian besar berbentuk
struktur lengkung dibagian bentang yang harus menahan beban utama.
Jembatan Ditinjau Dari Analisa Struktur Konstruksi
1) Jembatan Statis Tertentu
Disebut statis tertentu karena bangunan tersebut mengunakan system yang paling sederhana, Suatu
konstruksi disebut statis tertentu jika bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan yaitu:
a) -∑V = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan nol)
b) -∑H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara aksi (beban) dan reaksi sama dengan nol).
c) -∑M = 0 (jumlah gaya-gaya momen antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan nol).
2) Jembatan Statis Tak Tentu
Dikatakan statis tak tentu ialah jika suatu struktur tidak bisa diselsaikan dengan hanya pertolongan
persamaan keseimbangan, dalam syarat keseimbangan ada 3 persamaan, apabila sebuah struktur yang
mempunyai reaksi perletakan lebih dari tiga, maka reaksi-reaksi perketakan tersebut tidak bisa
dihitung hanya dengan 3 persamaan keseimbangan.
Jembatan Ditinjau Dari Fungsi Atau Kegunaannya
Jembatan Khusus
Jembatan khusus dibuat untuk pipa – pipa perusahaan minyak dari satu daerah ke daerah lainya,
Karena pipa tersebut tidak selamanya harus tertanam didalam tanah.
Jembatan Ditinjau Menurut Sifat – Sifat Jembatan
Jembatan Sementara Atau Darurat
Dikatan jembatan sementara atau darurat karena jembatan tersebut diperuntukan dan dibangun pada
keadaan tertentu, missal jembatan yang sedang di renovasi kemudian dibuatkan jembatan semnetara
yang terbuat dari material pohon kelapa dengan tujuan agar jembatan tersebut masih bisa difungsikan.
13
Jembatan Tetap Atau Permanen
Jembatan dikatakan tetap atau permanen ialah jembatan yang dirancang untuk keberadaannya dapat
dimanfaatkan terus atau sesuai umur rencana jembatan atau tidak terikat waktu, jembatan ini berupa
jembatan kayu, jembatan baja, jembatan beton bertulang.
3)Jembatan Bergerak
Disebut jembatan bergerak karena jembatan tersebut dirancang dapat dipindahkan atau dapat dibuka
untuk jalur air yang amat atau watercrafts atau jembatan dapat diputar, dibuka ditutup seperti
jembatan yang melintasi sungai atau lautan yang bisa dibuka untuk kapal lewat.
Jembatan bergerak biasanya dibuat pada sungai dimana kapal besar yang lewat memerlukan
ketinggian yang cukup tetapi pembuatan jembatan dengan pilar sangat tinggi dianggap tidak
ekonomis. Ada tiga macam tipe jembatan bergerak yaitu:
a. jembatan terbuka (bascule bridges),
b. jembatan terangkat vertikal (verticalift bridges),
c. jembatan berputar (swing bridges).
Jembatan terbuka atau bascule bridges biasanya digunakan untuk bentang yang tidak terlalu panjang
dengan bentang maksimum 100 m. Jembatan terangkat vertikal atau vertical lift bridges biasanya
digunakan untuk bentang yang lebih panjang yaitu sekitar 175 m, tetapi jarak bersih yang didapat
tergantung dari seberapa tinggi jembatan dapat dinaikan.
Pada umumnya ketinggian maksimum untuk mendapatkan jarak bersih adalah sekitar 40 m. Jembatan
berputar mempunyai keuntungan karena kapal yang akan lewat tidak dibatasi ketinggiannya.
Jembatan berputar dapat digunakan dengan bentang sampai dengan 160 m.
Jembatan Ditinjau Dari Bentuk Struktur Konstruksi
Struktur jembatan mempunyai berbagai macam tipe, baik dilihat dari bahan strukturnya maupun dari
bentuk strukturnya. Masing-masing tipe struktur jembatan cocok digunakan untuk kondisi yang
berbeda. Menurut Satyarno (2003), sesuai dengan perkembangan, bentuk jembatan berubah dari yang
sederhana menjadi yang sangat komplek. Secara garis besar terdapat sembilan macam perencanaan
jenis jembatan yang dapat digunakan, yaitu:
1) Jembatan Gelagar Biasa
Jembatan seperti ini digunakan pada jembatan bentang pendek sampai sedang dan beban hidup yang
lewat relative kecil seperti jembatan penyebrang orang dan sebagainya.
Gelagar induk jembatan ini merupakan struktur balok biasa yang menumpu pada kedua abutment
dengan susunan struktur. sperti pada jembatan gelagar biasa dengan material kayu dan baja atau
beton.
Jembatan balok adalah jenis jembatan yang paling sederhana yang dapat berupa balok dengan
perletakan sederhana (simple spans) maupun dengan perletakan menerus (continous spans).
Jembatan balok terdiri dari struktur berupa balok yang didukung pada kedua ujungnya, baik langsung
pada tanah/batuan atau pada struktur vertikal yang disebut pilar atau pier. Jembatan balok tipe simple
spans biasa digunakan untuk jembatan dengan bentang antara 15 meter sampai 30 meter dimana untuk
bentang yang kecil sekitar 15 meter menggunakan baja (rolled-steel) atau beton bertulang dan bentang
yang berkisar sekitar 30 meter menggunakan beton prategang.
2) Jembatan Portal
14
Merupakan jembatan rangka baja yang sisi kiri kanan dan atasnya, memiliki konstruksi yang
menyambung dari batang satu ke batang lainya. Struktur portal adalah suatu sistem yang terdiri dari
bagian-bagian struktur yang saling berhubungan yang berfungsi menahan beban sebagai suatu
kesatuan lengkap yang berdiri sendiri dengan atau tanpa dibantu oleh diafragma-diafragma horisontal
atau sistem-sistem lantai.
3) Jembatan Rangka
Jembatan rangka batang mempunyai tipe rangka yang banyak jenisnya. Stuktur jembatan jenis ini
terbuat dari material baja digunakan untuk bentang jembatan yang relative panjang, biasanya yang
umum ditemukan struktur rangka batang dipasang di bagian kiri – kanan.
Jembatan rangka dibuat dari struktur rangka yang biasanya terbuat dari bahan baja dan dibuat dengan
menyambung beberapa batang dengan las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga. Jembatan
rangka biasanya digunakan untuk bentang 20 m sampai 375 m. Ada banyak tipe jembatan rangka
yang dapat digunakan diantaranya sebagai berikut:
a. pratt truss,
b. parker pratt truss,
c. baltimore pratt truss,
d. pennsylvania-petit pratt truss,
e. warren truss,
f. subdivided warren truss,
g. howe truss,
h. whicert truss,
i. cantilever through top truss,
j. cantilever through top and bottom trus
4) Jembatan Gantung
Jembatan gantung merupakan struktur jembatan yang terdiri dari struktur penopang yang berupa
tiang, pilar atau menara, struktur jembatan berupa gelagar induk dan gelagar melintang, lantai
kendaraan, pejangkar kabel dan kabel penggantung yang membentang sepanjang bentang sejajar
dengan arah memanjang jembatan, dimana kabel sebagai struktur utama yang mentransfer seluruh
beban ke bagian bawah jembatan yang berupa abutment, penjangkar kabel dan tiang penopang.
Jembatan gantung terdiri dari dua kabel besar atau kabel utama yang menggantung dari dua pilar atau
tiang utama dimana ujung-ujung kabel tersebut diangkurkan pada fondasi yang biasanya terbuat dari
beton.
Dek jembatan digantungkan pada kabel uatma dengan mengunakan kabel-kabel yang lebih kecil
ukurannya. Pilar atau tiang dapat terbuat dari beton atau rangka baja. Struktur dek dapat terbuat dari
beton atau rangka baja. Kabel utama mendukung beban struktur jembatan dan mentransfer beban
tersebut ke pilar utama dan ke angkur. Jembatan gantung merupakan jenis jembatan yang digunakan
untuk betang-bentang besar yaitu antara 500 m sampai 2000 m atau 2 km.
5) Jembatan Kabel Penahan
Jembatan kabel merupakan suatu pengembangan dari jembatan gantung dimana terdapat juga dua
pilar atau tower. Akan tetapi pada jembatan kabel dek jembatan langsung di hubungkan ke tower
15
dengan menggunakan kabelkabel yang membentuk formasi diagonal, Kalau pada jembatan gantung
struktur dek dapat terbuat dari rangka baja maupun beton, pada jembatan kabel umumnya deknya
terbuat dari beton.
Jembatan kabel ini juga digunakan untuk bentang-betang besar tetapi tidak sebesar bentang pada
jembatan gantung. Besar bentang maksimum untuk jembatan kabel sekitar 500 m sampai 900 m.
6) Jembatan Pelengkung/Busur
Merupakan suatu tipe jembatan yang menggunakan prinsip kestabilan dimana gaya-gaya yang bekerja
di atas jembatan di transformasikan ke bagian akhir lengkung atau abutment.
Jembatan lengkung dapat dibagi menjadi 11 macam yaitu:
a) fixed arch,
b) one-hinged arch,
c) two-hinged arch,
d) three-hinged arch,
e) solid ribbed arch (tied arch),
f) spandrel braced (cantilever) arch,
g) trussed deck arch,
h) trussed through arch (tied arc),
i) trussed through arch,
j) closed spandrel deck arch,
k) open spandrel deck arch.
Jembatan lengkung dapat dibuat dari bahan batu, bata, kayu, besi cor, baja maupun beton bertulang
dan dapat digunakan untuk bentang yang kecil maupun bentang yang besar. Jembatan lengkung tipe
closed spandrel deck arch biasa digunakan untuk bentang hanya sekitar 0.5 m sampai 2 m dan biasa
disebut dengan gorong-gorong. Untuk bentang besar jembatan lengkung dapat digunakan untuk
bentang sampai 500 m.
7) Jembatan Pelat
Jembatan ini merupakan beton bertulang yang antara gelagar induk dan pelat lantai kendaraan dicor
bersamaan dan menyatu sebagai balok T.
8) Jembatan Kantilever (Cantilever Bridges)
Jembatan kantilever adalah merupakan pengembangan jembatan balok. Tipe jembatan kantilever ini
ada dua macam yaitu tipe cantilever dan tipe cantilever with suspended span. Pada jembatan
kantilever, sebuah pilar atau tower dibuat dimasing-masing sisi bagian yang akan disebrangi dan
jembatan dibangun menyamping berupa kantilever dari masing-masing pilar atau tower. Pilar atau
tower ini mendukung seluruh beban pada lengan kantilever.
9) Jembatan Terapung (Floating Bridges)
Jembatan terapung dibuat dengan mengikatkan dek jembatan pada pontonponton sebagaimana dilihat
pada Gambar 2.23. Ponton-ponton ini biasanya jumlahnya banyak sehingga jika salah satu ponton
16
terjadi kebocoran maka tidak begitu mempengaruhi atau membahayakan kestabilan jembatan apung
secara keseluruhan. Kemudian ponton yang terjadi kebocoran ini dapat diperbaiki.
Jembatan terapung pada mulanya banyak digunakan sebagai jembatan sementara oleh militer. Namun
kini jembatan terapung banyak digunakan apabila kedalaman air yang akan dibuat jembatan cukup
dalam dan kondisi tanah dasar sangat jelek sehingga sangat sulit untuk membuat fondasi jembatan.
Saat ini ponton-ponton yang digunakan pada jembatan terapung dapat dibuat dari beton dimana
bentang total dapat mencapai sebesar 2 km.
10) Jembatan Kombinasi (Combination Bridges)
Jembatan kombinasi adalah jembatan yang menggunakan lebih dari satu jenis jembatan. Hal ini
terutama untuk jembatan dengan bentang sangat besar dimana penggunaan s satu jenis jembatan tidak
ekonomis.
Jembatan Yang Dapat Digerakkan (Umumnya Dari Baja)
1) Jembatan Yang Dapat Berputar Diatas Poros Mendatar, Seperti:
jembatan angkat
Jembatan angkat seperti yang melintasi lautan, kemudian jembatan bisa diangkat untuk perlintas
kapal.
Jembatan Baskul
Jembatan baskus terbuat dari pelat baja, jembatan baskul banyak dijumpai pada truk sebagai pelat
injak turunnya kendaraan mobil, motor atau lainya dari truk.
Jembatan Angkat
jembatan angkat juga termasuk jembatan yang dapat bergeser kea rah tegak lurus/mendatar dan
jembatan yang dapat diputar pada pros mendatar, jenis jembatan ini seperti yang melintasi lautan,
kemudian jembatan bisa diangkat untuk perlintas kapal.
Jembatan Beroda
Dikatakan beroda karena mempunya roda yang berdungsi untuk maju mundurnya dari abutment ke
pilar atau dari pilar satu ke pilar lainya, jembatan jenis seperti ini terbuat dari material baja dan
banyak dijumpai ketika instalasi girder, ketika launching girder di Tarik ke tengah menggunakan
jembatan beroda atau istilah lain dari jembatan beroda adalah bailey.
Jembatan Goyah
17
Dikatakan goyah karena jembatan ini lentur ketika di injak, jembatanya relative pendek atau sedang
sementara lebarnya rata rata 1 meter, jenis jembatan seperti ini biasanya untuk digunakan pejalan kaki
melintasi sungai, bentuk nya seperti jembatan gantung.
Klasifikasi Jembatan Menurut Kelas Bina Marga
1) Jembatan Kelas Standar (A/I)
Merupakan jembtan kelas standar dengan perencanaan 100% muatan “T” dan 100% muatan “D”.
Dalam hal ini lebar jembatan adalah (1,00 + 7,00 + 1,00) meter.
2) Jembatan Kelas Sub Standar (B/II)
Merupakan jembatan kelas standar dengan perencanaan 70% muatan “T” dan 70% muatan “D” dalam
hal ini lebar jembatan (0,50 + 6,00 + 0,50) meter.
3) Jembatan Kelas Low Standar (C/III)
Merupakan jembatan kelas standar dengan perencanaan 50% muatan “T” dan 50% muatan “D” dalam
hal ini lebar jembatan adalah (0,50 + 3,50 + 0,50) meter.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa
18
merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong – gorong dibawah tanah. Drainase
berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.
Dalam perencanaan sistem drainase suatu kawasan harus memperhatikan pola jaringan
drainasenya.Pola jaringan drainase pada suatu kawasan atau wilayah tergantung dari topografi
daerah dan tata guna lahan kawasan tersebut. Adapun tipe atau jenis pola jaringan drainase
sebagai berikut.
Saluran Cabang
Saluran Utama
Saluran Cabang
19
c) Jaringan Drainase Grid Iron
Untuk daerah dimana sungai terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang
dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.
Saluran Cabang
Saluran Cabang
Saluran Utama
Saluran Cabang
20
Gambar 2.6 Pola Jaringan Drainase Jaring-Jaring
Bentuk-bentuk untuk drainase tidak jauh berbeda dengan saluran irigasi pada umunnya.
Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan dapat membentuk dimensi yang
ekonomis. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti kurang ekonomis, sebaliknya dimensi
yang terlalu kecil akan menimbulkan permasalahan karena daya tampung yang tidak
memadai. Adapun bentuk saluran antara lain :
a. Persegi Panjang
Saluran Drainase berbentuk empat psersegi panjang tidak banyak membutuhkan
ruang.Sebagai konsekuensi dari saluran bentuk ini saluran harus terbentuk dari
pasangan batu ataupun coran beton.
b. Trapesium
Pada umumnya saluran terbuat dari tanah akan tetapi tidak menutup
kemungkinan dibuat dari pasangan batu dan coram beton. Saluran ini
memerlukan cukup ruang. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan, air rumah tangga maupun air irigasi dengan debit yang besar.
21
Gambar 2.8 Saluran Bentuk Trapesium
c. Segitiga
Bentuk saluran segitiga umumnya diterapkan pada saluran awal yang sangat
kecil.
d. Lingkaran
Biasanya digunakan untuk gorong – gorong dimana salurannya tertanam di
dalam tanah
PENGERTIAN HIDROLOGI
22
ahli dalam bidang hidrologi disebut hidrolog, bekerja dalam bidang ilmu bumi dan ilmu
lingkungan, serta teknik sipil dan teknik lingkungan.
Kajian ilmu hidrologi meliputi hidrometeorologi (air yang berada di udara dan berwujud gas),
potamologi (aliran permukaan), limnologi (air permukaan yang relatif tenang seperti danau;
waduk), geohidrologi(air tanah), dan kriologi (air yang berwujud padat seperti es dan salju)
dan kualitas air. Penelitian Hidrologi juga memiliki kegunaan lebih lanjut bagi teknik
lingkungan, kebijakan lingkungan, serta perencanaan. Hidrologi juga mempelajari perilaku
hujan terutama meliputi periode ulang curah hujan karena berkaitan dengan perhitungan
banjir serta rencana untuk setiap bangunan teknik sipil antara lain bendung, bendungan dan
jembatan.
Perbedaan jenis campuran beraspal salah satunya dicirikan dengan perbedaan persyaratan
tekniknya. Penentuan persyaratan teknik yang ditetapkan di Indoensia kadang kala tidak selalu sama
persis dengan kelaziman persyaratan teknik internasional. Hal tersebut disebabkan faktor karakteristik
bahan lokal dan kondisi iklim. Bahan jalan yang terutama sangat dipengaruhi oleh geografisnya
adalah agregat.
23
a) Tingkat penyerapan air. Beberapa batuan sangat menyerap air (kuarsa dan feldspar) dan ini
merupakan masalah karena agregat yang diperoleh mungkin sukar untuk dikeringkan atau mungkin
menimbulkan masalah pada rencana campuran beraspal. Banyak tempat di Indonesia
yangmempunyai persediaan agregat keras yang melimpah tetapi sangat menyerap air (penyerapan
bitumen rerata 2 % dari berat campuran aspal yang dianggap maksimum di banyak negara di luar
Indonesia) namun batuan tersebut harus digunakan karena alasan-alasan praktis dan ekonomis.
b) Jenis-jenis pasir. Ada batasan yang luas dalam jenis-jenis pasir yang tersedia untuk campuran
beraspal dari pasir vulkanis/gunung yang geserannya sangat tinggi yang membuat campuran
beraspal sangat kuat tetapi sukar untuk dipadatkan, sampai dengan pasir laut yang mengkilat dan
rata yang dengan mudah dapat dipadatkan tetapi menghasilkan campuran beraspal berkekuatan
relatif rendah.
Untuk bahan aspal karena merupakan hasil destilasi minyak bumi maka kualitasnya relatif
seragam kecuali untuk jenis aspal alam dari Pulau Buton. Untuk .jenis aspal kerasnya biasanya
digunakan aspal keras jenis AC 60/70.
Tack coating dimaksudkan untuk mempersiapkan suatu perkerasan dengan lapis penutup agar siap
untuk perawatan lapis ulang (overlay). Takaran aspal dari lapis perekat tack coating adalah :
Takaran penyemprotan
Pada pelaksanaan kedua jenis lapis perekat tersebut semua jenis kerusakan dari lapisan yang
lama harus sudah diperbaiki.
24
Bahan BURTU berupa :
1. Agregat berukuran tunggal yang disaring dan ukuran yang dicuci 19 mm atau 12 mm.
2. Aspal keras jenis AC 80-100 atau aspal emulsi jenis CRS1 dan CRS2.
3. Minyak cutter (kadar kerosen 5 %).
Tingkat pemakaiannya disajikan berikut ini.
19 mm 12 mm Satuan
1. Agregat dengan dua variasi yaitu variasi 1 (berukuran 19 mm dan 9 mm) atau varisi 2 (12 mm dan
6 mm).
2. Aspal keras jenis AC 80-100 atau aspal emulsi jenis CRS1 dan CRS2.
3. Minyak cutter (kadar kerosen 5 %).
Tingkat pemakaiannya disajikan berikut ini.
19 mm 12 mm 9 mm 6 nim Satuan
1. Agregat halus terdiri dari semua butiran yang lolos saringan 9,5 mm, batas
ukuran terutama 2,38 mm – 2, 75 mm dan tertahan saringan 0,075 = 90 %.
2. Aspal keras jenis AC 80-100 atau aspal emulsi jenis CRS1dan CRS2, atau jenis aspal cair.jenis RC
250.
Tingkat pemakaiannya disajikan berikut ini.
25
Lapis permukaan Aspal (Lt/m2) Agregat (Kg/m2)
Agregat kasar
50 mm 95– 100 100
40 mm 35– 70 95– 70
25 mm 0– 15 –
19 mm 0– 5 0– 5
Agregat kunci
25 mm 100 100
19 mm 95– 100 95– 100
9,5 m 0– 5 0– 5
Lapis penutup
12,5 mm 100
9,5 mm 85– 100
4,75 mm 10– 30
2,36 mm 0– 10
1. Bahan ikat agregat berupa aspal keras jenis AC – 100 atau aspal emulsi jenis CRS1 dan CRS2.
2. Lapis penutup berupa aspal cair jenis RC 250 atau RC 800.
Tingkat pemakaiannya disajikan berikut ini.
26
Untuk lapis permukaan utama lapen :
Tebal lapisan
6 cm 5 cm Batu pengunci
Agregat (kg/m2) (kg/m2) (kg/m2)
Maks. 40 mm – 80 25
Aspal pengikat (lt/m2) (lt/m2)
Maks. 40 mm – 2,5
Untuk lapis penutup lapen :
12 mm 10 mm 7,5 mm Satuan
Agregat 40 60 80 m2/m3
Aspal cair RC 1,5 sampai 1,7 liter/m2
Aspal yang digunakan pada ATBL biasanya aspal keras penetrasi 80 – 100 dengan kandungan
efektif minimum yang diperlukan sekitar 5,5 %. Gradasi agregat yang ditetapkan untuk jenis
campuran beraspal ATBL adalah :
19,00 100
13,00 98–100
9,50 52–100
4,75 47–57
2,36 42–56
27
0,60 13–54
0,15 4–31
Penerapan ATBL dilapangan harus didahului dengan rencana campuran beraspal sesuai
prosedur Marshall. Spesifikasi teknik yang ditetapkan untuk ATBL adalah :
Aspal yang digunakan pada lataston biasanya aspal keras penetrasi 80 –100 dengan
kandungan efektif minimum yang diperlukan sekitar 6,8 %. Gradasi agregat yang ditetapkan untuk
jenis campuran beraspal lataston adalah :
28
4. Pelapisan ulang.
Ketebalan pengerjaan antara 2 – 5 cm.
Jenis aspal yang digunakan untuk campuran dingin ada dua yaitu :
1.9 Beton
Kelas beton yang terkait dengan konstruksi jalan dan jembatan adalah :
3) Rangkuman
1) Pemillhan jenis campuran kerja dipengaruhi oleh perbedaan fungsional konstruksi jalan dan
ketersediaan bahan. Pemillhan jenis campuran yang sesuai bermanfaat untuk memperoleh optimasi
antara hasil kerja dan biaya yang dikeluarkan.
2) Jenis campuran kerja memiliki persyaratan teknik yang sesuai. Persyaratan teknik untuk campuran
kerja aspal atau beton di Indonesia tidak persis sama dengan persyaratan teknik di negara lain. Hal
tersebut disebabkan adanya pertimbangan-pertimbangan optimasi bahan lokal.
3) Beberapa jenis campuran beraspal yang lazim digunakan di Indonesia adalah lapis perekat, burtu,
burda, ATBL, latasir, lataston, aspal beton campuran dingin.
4) Beberapa jenis beton yang terkait dengan konstruksi jalan dan jembatan adalah beton K 350, K 275,
K 225 dan K 125.
29
Hubungan antara spesifikasi dengan pelaksanaan adalah sebagai berikut:
Jadi, spesifikasi teknik dalam bidang pekerjaan struktur jembatan adalah dengan
maksud:
Persyaratan teknis yang disusun oleh perencana untuk mencapai mutu bangunan
sesuai dengan yang diinginkan oleh Pemilik
Bagian dari perjanjian kerja antara Pemilik dan Pelaksana
Acuan pelaksana untuk menyusun strategi dalam penyusunan harga penawaran
pada proses tender
Acuan prosedur kerja untuk mewujudkan rencana perencana, pelaksana dan
pengawas untuk mencapai mutu, waktu pelaksanaan dan dana yang telah
disepakati bersama dalam perjanjian kontrak.
Acuan pokok pelaksana, memberikan batas-batas bagi usahanya yang kreatif
untuk melakukan penghematan sumber daya, pengehematan waktu pelaksanaan
dan meningkatkan keuntungan bagi pelaksana.
Sebagai seorang pelaksana, yaitu penyedia jasa dapat dikatakan wajib memahami
spesifikasi sebagi dokumen resmi kesepakatan bersama, mengerti bagian-bagian
yang harus dicapai dan dipatuhi, selalu mengusahakan cara-cara dan alternatif yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan tanpa menyalahi ketentuan yang
tertera di dalam spesifikasi. Menyusun usulan kesepakatan baru (change order)
yang akan mendukung pekerjaan secara efektif dan efisien.
Juga pelaksana harus dapat melakukan pekerjaan dengan pedoman spesifikasi atau
dengan cara lain yang lebih baik dan disepakati bersama. Pelaksana juga harus
mempunyai visi mewujudkan bangunan sesuai persyaratan minimum yang diminta
oleh spesifikasi, namun selalu berusaha untuk bekerja lebih capat, efektif dan
efisien, mampu menghemat sumber daya dan berusaha meningkatkan keuntungan
dengan cara-cara yang sehat.
30
karena mutu adalah sesuatu yang harus dicapai. Definisi mutu dapat disebutkan
sebagai berikut:
Pembayaran tumpang tindih : hasil kerja yang sudah dihitung dan dibayar di satu
pasal pembayaran dihitung kembali pada pembayaran lain.
Metoda disyaratkan, hasil akhir juga disyaratkan : menimbulkan rancu mana
yang dipilih atau kalu dua-duanya dipilih pasti akan terjadi pemborosan
Menetapkan batasan yang tidak jelas, misalnya tentang batas pekerjaan yang
membolehkan menggunakan tenaga manusia dan harus menggunakan mesin.
Ketidak pastian petunjuk: akan ditetapkan oleh Direksi, memberikan biaya
tambahan berupa cadangan untuk menanggung resiko
Menyebutkan produk yang hanya dipasok oleh satu sumber : akan terkadi
monopoli pasokan, biaya tinggi, kecuali ada alasan khusus untuk itu dan yang
telah disepakati bersama.
31
4.6 MENYAJIKAN SPESIFIKASI DRAINASE
Pekerjaan drainase jalan yang dimaksud disini akan terdiri dari pembangunan saluran tepi jalan ,jalan
air, gorong gorong serta sarana drainase lainnya. Adalah satu persyaratan umum bahwa semua
pekerjaan drainase tersebut harus diselesaikan dan harus sudah berfungsi sebelum pelaksanaan
struktur perkerasan dan bagu jalan.
Ruang lingkup pekerjaan drainase akan meliputi saluran saluran ,gorong gorong dan sarana drainase
lainnya yang dibangu sesuai dengan gambar rencana dan perencanaan ,garis batas ,ketinggian, dan
ukuran ukuran yang ditunjukkan dan mematuhi spesifikasi.
Saluran akan merupakan saluran tanah terbuka baik dilapisi ataupuntidak dilapisi dengan pasangan
batu atau beton yang mana ditentukan dalam kontrak.
Gorong gorong berupa gorong gorong pipa bertulang atau gorong gorong pipa tidak bertulang ataupun
pipa baja bergelombang yang mana ditentukan dalam kontrak. Sarana drainase lain nya meliputi ding
ding kepala,ding ding sayap,lapis bantaran,lubang tangkapan,tanggul pemecah aliran,yang dibangun
dengan pasangan batu atau pekerjaan batu dengan siar,beton bertulang,beton tidak bertulang atau
bronjong yang mana ditentukan dalam kontrak.
REHABILITASI DRAINASE TEPI JALAN.
Pekerjaan ini mencakup pembersihan tumbutumbuhan dan pembuangan benda benda dari saluran tepi
jalan atau pun dari kanal kanal yang ada,memotong kembali dan membentukulang saluran tanah yang
ada untuk perbaikan atau peningkatan kondisi asli dan juga perbaikan saluran yang dilapisi dalam hal
saluran pasangan batu atau beton.
SALURAN DILAPISI
Pekerjaan ini terdiri dari membangun saluran baru atau rekonstruksi saluran yang ada dan
memberikan satu lapisan pasangan batu sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik Lapangan. Pekerjaan tersebut juga termasuk setiap pemindahan
atau penjagaan aliran air, kanal irigasi atau jalan air yang ada, yang terganggu selama pelaksanaan
pekerjaan kontrak.
Toleransi Ukuran
Ketinggian final dasar saluran tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang ditentukan pada setiap
titik dan harus cukup halus serta bentuknya rata untuk menjamin aliran air yang bebas
Alinemen aliran dan profil potongan melintang akhir (final) tidak boleh berbeda lebih dari 5 cm dari
yang ditentukan pada setiap titik.
Permukaan masing masing batu muka pasangan batu pelapisan tidak boleh berbeda lebih dari 3 cm
permukaan normal.
Ketebalan pasangan batu harus seperti yang ditunjukkan pada gambar standard dan tidak boleh kurang
dari 20 cm.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Lokasi, panjang, garis batas dan kemiringan yang diperlukan dari semua saluran saluran yang harus
digali dan dilapisi,bersama sama dengan semua lubang tangkapan dan kuala yang berkaitan harus
dipatok dilapangan oleh kontrakor sesuai dengan rincian pelaksanaan yang ditunjukkan pada gambar
rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknis serta harus diperiksa dan mendapat
persetujuan Direksi teknik sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
32
Persiapan Pondasi
Ketinggian permukaan pondasi untuk saluran harus dipasang dan digali sampai kedalaman yang
ditunjukkan pada gambar rencana atau seperti diperintahkan oleh direksi teknik dilapangan untuk
menjamin bahwa satu permukaan yang baik dan memadai dapat diperoleh.
Bila diperintahkan demikian oleh direksi teknik bahan lantai kerja yang disetujui harus diletakkan dan
dipadatkan ditempatnya, kecuali ditentukan lain atau ditunjukkan pada gambar rencana, dasar pondasi
untuk pelapisan pekerjaan batu harus normal (tegak lurus) atau dipotong bertangga tegak lurus pada
permukaan dinding.
Bila ditunjukkan pada gambar rencana atau diminta lain oleh direksi teknik satu pondasi atau alas
pondasi dari beton akan diperlukan.
Pemasangan dan penyelesaian akhir pekerjaan Batu dengan Siar setelah disetujui penyiapan pekerjaan
pondasi,pelapisan pasangan batu dengan siar akan dibangun
.
Bahan Bahan
Urugan kembali yang digunakan sebagai bahan dasar dan perbaikan bagian dibawah pelapisan
pasangan batu harus dari pasir, kerikil berpasir,atau bahan berbutir bergradasi baik yang disetujui
lainnya dengan ukuran batu maksimum 20 mm.
Bahan Filter
Bahan bahan untuk membuat lapisan dasar menyerap air, kantong kantong filter ataupun lubang
pelepasan pada pelapisan pekerjaan batu yang disetujui harus keras,awet,bahan nerbutir yang
memenuhi persyaratan gradasi.
Adonan (mortar) terdiri dari semen Portland (pc) dicampur dengan agregat halus atau pasir kasar
dalam satu perbandingan 1 semen dan 3 agregat/pasir. Kelas beton k125 ,bila diperlukan beton yang
digunakan untuk dasar pasangan batu dari kelas K125.
33
tanah bagian dasar dengan aman. Nah, konstruksi perkerasan terdiri dari beberapa jenis. Berikut ini
jenis-jenis perkerasan jalan raya berdasarkan bahan ikat yang dipakai dan komposisi konstruksi
perkerasan.
Jenis perkerasan jalan raya ini menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Aspal merupakan
material semen yang berwarna hitam, memiliki tekstur padat atau setengah padat. Unsur pokok yang
menonjol di dalam aspal disebut bitumen. Bitumen bisa terjadi secara alami atau bisa juga dihasilkan
dari penyulingan minyak.
Dalam penggunaannya, aspal dipanaskan terlebih dahulu sampai pada temperatur tertentu hingga aspal
menjadi cair. Dalam keadaan cair, aspal bisa membungkus partikel agregat dan dapat masuk ke pori-
pori lapisan jalan. Saat temperaturnya sudah mulai turun, aspal akan menjadi keras lalu mengikat
agregat di tempatnya.
Jenis perkerasan jalan raya ini bisa ditemukan dengan mudah di berbagai jalan di Indonesia. Jalan-jalan
di perkotaan hingga jalan-jalan di pedesaan menggunakan jenis perkerasan ini. Umumnya, jenis aspal
yang digunakan di Indonesia adalah jenis aspal dengan penetrasi 60/70 atau dengan penetrasi 80/100.
Jenis ini lebih cocok dengan iklim di Indonesia. Sedangkan untuk jalan di daerah beriklim dingin
dengan volume lalu lintas rendah, jenis aspal yang digunakan adalah aspal dengan penetrasi tinggi
100/110.
Jenis perkerasan jalan raya dengan aspal ini memiliki sifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas
ke bagian tanah dasar. Jika menggunakan jenis perkerasan ini, maka akan muncul rutting atau alur
bekas roda, saat terjadi pengulangan beban. Selain itu, pengaruh lainnya adalah terjadinya jalan yang
bergelombang sebagai akibat penurunan tanah bagian dasar.
Pada jenis perkerasan jalan raya ini, bahan pengikat yang digunakan adalah semen portland atau PC. Di
Indonesia, jalan raya dengan jenis konstruksi perkerasan kaku ini lebih populer dengan sebutan jalan
beton. Pada konstruksi ini, lapisan atas adalah pelat beton yang diposisikan di atas tanah dasar atau
pondasi. Adapun sifat lapisan utama yang berupa plat beton adalah memikul sebagian besar beban lalu
lintas di atasnya. Jika terjadi pengulangan beban, maka akibatnya akan timbul retak-retak di permukaan
jalan.
Perkerasan kaku ini sesungguhnya bisa dikelompokkan ke dalam 3 jenis yakni perkerasan beton semen
biasa dengan sambungan tanpa menggunakan tulangan sebagai kendali retak, perkerasan beton semen
biasa dengan sambungan memakai tulangan sebagai kendali retak, dan jenis perkerasan beton bertulang
tanpa sambungan.
Konstruksi perkerasan kaku atau jalan beton biasanya diterapkan untuk jalan dengan beban lalu lintas
yang tinggi seperti pada jalan tol. Konstruksi jalan dengan perkerasan kaku ini memiliki kelebihan yakni
lebih tahan lama dan biaya perbaikannya terbilang lebih rendah. Tetapi memang para pengguna jalan
merasa lebih nyaman menggunakan jalan beraspal dibandingkan dengan jalan beton ini.
Pada jalan tol, beton yang digunakan adalah beton dengan kelas mutu P yang memiliki ketebalan kurang
lebih 29 Cm. Pada proses perkerasan ini digunakan mesin sebagai alat bantu yakni mesin Wirtgen
SP500 dan G&Z S600. Kedua mesin ini tergolong sebagai mesin yang canggih dan berfungsi untuk
menghamparkan dan memadatkan beton pada permukaan jalan tol.
Mesin Wirtgen SP500 merupakan sebuah mesin buatan Jerman yang bergerak maju saat melakukan
tugas perkerasan jalan. Mesin ini mampu mengerjakan beton sejauh 1 Km dalam kurun waktu kurang
lebih 6 jam. Sedangkan G&Z S600 atau kependekan dari Guntert & Zimmerman, adalah mesin yang
34
lebih baru jika dibandingkan dengan mesin Wirtgen SP500. Cara kerjanya tak jauh berbeda, hanya saja
G&Z S600 memiliki jangkauan pengecoran yang lebih panjang. Mesin ini cocok dipakai untuk jalan
yang mempunyai lebar lebih dari 6 meter. Mesin ini juga bisa mengatur ketebalan beton hingga
maksimal setebal 457 mm.
Jenis konstruksi perkerasan jalan raya ini memadukan antara jenis konstruksi perkerasan kaku dan jenis
konstruksi perkerasan lentur. Konstruksi perkerasan lentur diposisikan di atas konstruksi perkerasan
kaku atau bisa juga sebaliknya.
Nah, itulah jenis-jenis perkerasan jalan raya yang digunakan pada jalan-jalan raya. Penentuan jenis
perkerasan jalan raya yang akan digunakan dalam proses pembuatan jalan tentunya disesuaikan dengan
beban yang akan ditanggung oleh jalan tersebut. Pemilihan jenis perkerasan jalan raya yang sesuai
dengan bebannya tentu akan membuat jalan raya menjadi lebih awet dan tahan lama.
Pembangunan jembatan memerlukan perencanaan yang tepat karena menyangkut kehidupan banyak
orang. Pemilihan material dan kekokohan konstruksi jembatan merupakan poin penting yang perlu
diperhatikan oleh para arsitek yang membangun, karena jika ada kesalahan sedikit saja jembatan bisa
roboh dan mencelakakan banyak orang.
Seiring perkembangan zaman yang semakin modern, kini material yang digunakan untuk membuat
jembatan tak terpaku lagi pada bahan-bahan konvensional. Kaca pun kerap dipilih sebagai bahan
utama untuk membangun jembatan. Seperti jembatan kaca tertinggi di dunia yang ada di Zhangjiajie
National Park, China.
1. Beam Bridge
Beam bridge atau jembatan grider adalah desain konstruksi jembatan yang paling sederhana. Terdiri
dari balok-balok jalan memanjang secara horizontal yang ditumpu oleh balok-balok batu vertikal di
bagian bawahnya. Balok yang digunakan sebagai penumpu jalan horizontal umumnya terbuat dari beton
dan batang baja yang ditanamkan di dalam tanah utuk menjaga keseimbangan dan kekuatan jembatan.
Model jembatan ini cocok untuk menghubungkan dua daerah yang dekat, seperti jalan yang dipisahkan
oleh sungai, atau dua desa yang terpisah jaraknya karena adanya aliran sungai. Bisa juga digunakan
untuk jalan kereta.
2. Truss Bridge
Truss bridge adalah desain versi lebih kokoh dibandingkan beam bridge. Hal ini disebabkan karena
karena adanya kerangka truss yang berbentuk triangular yang dibangun di atas jembatan.
Desain truss biasanya perpaduan dari berbagai bentuk segitiga yang dapat menciptakan kedua struktur
menjadi sangat kaku.
Fungsi truss ini tidak lain untuk mentransfer beban dari satu titik ke daerah yang jauh lebih luas
sehingga beban tidak tertumpu di satu titik.
35
3. Arch Bridge
Arch bridge ini memiliki desain yang melengkung menyerupai sebuah busur atau panahan di bagian
bawah jalan yang berbentuk horizontal. Pembuatannya lebih sedikit membutuhkan material bangunan
dibandingkan dengan model beam bridge. Meski begitu, jembatan dengan desain seperti ini memiliki
ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan model truss bridge.
4. Suspension Bridge
Suspension bridge atau biasa disebut dengan jembatan gantung ini adalah desain jembatan yang terdiri
dari menara dan rangkaian tali yang menjadi sebuah sistem dalam mengurangi tegangan dan kompresi
pada jembatan. Umumnya, jembatan jenis ini membutuhkan minimal dua menara atau tiang untuk
menahan beban.
Pembangunan jembatan seperti ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena bentuknya yang rumit,
namun sekaligus menghasilkan jembatan yang indah yang bisa menjadi icon khas sebuah negara.
5. Cantilever Bridge
Jembatan ini terbagi ke dalam tiga ruas yang masing-masing memiliki fungsi untuk menahan tegangan
dan kompresi yang diterima pada jembatan dengan sangat baik. Dua ‘lengan’ jembatan memiliki peran
untuk membawa beban secara vertikal. Meski desainnya rumit, namun penampilan luarnya sangat unik
dan cantik.
Gambar 1 Alinyemen jalan dalam tiga dimensi (sumber:Mannering & Kilareski, 1990)
Pada kenyataannya perhitungan desain alinyemen jalan secara tiga dimensi tidak mudah untuk
dilakukan. Sebagai konsekuensinya desain secara tiga dimensi diturunkan menjadi dua dimensi yaitu
alinyemen horisontal (berkaitan dengan tikungan pada jalan) dan alinyemen vertikal (berkaitan
dengan tanjakan dan turunan pada jalan raya) sebagaimana terlihat pada Gambar 2.
36
Gambar 2 Alinyemen jalan dalam dua dimensi (sumber:Mannering & Kilareski, 1990)
Kedua alinyemen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain, sebab jalan yang didesain
merupakan komponen tiga dimensi yang merupakan kombinasi dari komponen horisontal dan
komponen vertikal.
Selanjutnya sebagai suatu penyederhanaan posisi jalan tidak lagi dinyatakan dalam sumbu x dan z,
melainkan berdasarkan jarak sesungguhnya yang diukur pada as jalan pada bidang horisontal dari
suatu titik acuan tertentu. Jarak tersebut umumnya dinyatakan dalam station (STA), dimana setiap
STA mewakili jarak sebesar 100m panjang alinyemen jalan.
Konsep STA ini jika digabungkan dengan arah dari alinyemen jalan berdasarkan plan view
(alinyemen horisontal) dan profile view (alinyemen vertikal) memberikan suatu identifikasi dari
semua titik pada jalan yang sebenarnya sama dengan mempergunakan koordinat pada sumbu x, y,
dan z.(Mannering & Kilareski, 1990).
Keselarasan yang baik antara alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal merupakan suatu hal yang
sangat penting karena berkaitan dengan estetika bentuk jalan, biaya yang ekonomis, dan keselamatan
dan kenyamanan pengguna jalan (TRRL, 1991 dan Banks, 2002) seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Contoh keselarasan yang baik antara alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal
(sumber:TRRL, 1991)
Keselarasan alinyemen jalan yang buruk mengakibatkan timbulnya efek visual yang membingungkan
pengemudi sehingga memperbesar peluang terjadinya kecelakaan seperti terlihat pada Gambar 4.
Pengemudi bisa salah menafsirkan bentuk jalan ketika lengkung horisontal dan vertikal dengan
panjang yang berbeda terletak pada suatu bagian jalan yang sama. Semisal pengemudi yang telah
memutuskan untuk menyesuaikan kecepatannya pada saat sedang melintasi sebuah lengkung vertikal
cembung akan dikejutkan dengan terlihatnya lengkung horisontal pendek ditengah lengkung vertikal;
situasi tersebut sangatlah berbahaya (TRRL, 1991).
Gambar 4 Contoh keselarasan yang buruk antara alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal
(sumber:TRRL, 1991)
Penyajian informasi yang menyesatkan bagi pengemudi akibat buruknya keselarasan alinyemen jalan
dapat dihindari dengan membuat perubahan lengkung horisontal dan lengkung vertikal bertepatan
pada satu titik (TRRL, 1991) seperti terlihat pada Gambar 3. Namun jika seandainya upaya tersebut
tidak memungkinkan untuk dilaksanakan dan baik lengkung horisontal maupun lengkung vertikal
tidak dapat dipisahkan, maka:
37
Sebaiknya lengkung vertikal terletak seluruhnya didalam lengkung horisontal atau seluruhnya
diluar lengkung horisontal.
Lengkung horisontal yang tajam sebaiknya tidak ditempatkan pada atau dekat bagian tertinggi dari
suatu lengkung vertikal cembung, karena pengemudi akan mengalami kesulitan untuk merasakan
perubahan alinyemen horisontal terutama pada malam hari.
Lengkung horisontal yang tajam sebaiknya tidak ditempatkan pada atau dekat bagian terendah dari
suatu lengkung vertikal cekung, karena bagian jalan yang didepan akan terlihat memendek.
Alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal sebaiknya dibuat selurus dan sedatar mungkin pada
saat berada di persimpangan sebidang maupun persimpangan tidak sebidang karena tersedianya
jarak pandang yang memadai antar jalan yang perpotongan sangatlah penting.
3D Computer Graphics
3D computer graphics adalah pengembangan dari 2D computer graphics (gambar digital yang
dihasilkan oleh komputer yang berbentuk dua dimensi karena hanya mempunyai sumbu koordinat X
dan Y saja). 3D computer graphics mempunyai tiga sumbu koordinat yaitu X, Y, Z yang datanya
disimpan pada komputer namun untuk representasi hasil dari 3D computer graphics harus dilakukan
kalkulasi untuk mengubah tiga sumbu koordinat menjadi dua sumbu koordinat (Gambar 5).
Pada dasarnya komputer hanya dapat menampilkan gambar dalam bentuk dua dimensi. Oleh karena
itu diperlukan adanya proyeksi garis pandang untuk mengubah kumpulan array titik yang
mempunyai 3 sumbu menjadi 2 sumbu koordinat agar dapat ditampilkan di layar monitor. Setelah
proyeksi garis pandang selesai ditentukan, kumpulan array dengan 2 sumbu dapat ditampilkan
dengan pixel plotting di layar monitor.
OpenGL adalah sebuah software interface untuk menggunakan graphics hardware yang memiliki
sekitar 150 perintah yang berbeda yang dapat digunakan untuk membentuk obyek tertentu dan
operasi-operasi yang diperlukan untuk menghasilkan aplikasi computer graphics tiga dimensi yang
interaktif (Angel, 2002).
Tampilan 3D dalam OpenGL digambar dari koordinat station saat ini sampai 1000 pixel (meter) ke
depan (dari STA X s/d STA X + 1000m), sehingga perlu dilakukan perhitungan untuk menentukan
letak proyeksi garis pandang terutama pada alinyemen horisontal; baik pada lengkung lingkaran
(circle) maupun lengkung peralihan (spiral) sebagaimana terlihat pada Gambar 6 dengan
memperpergunakan persamaan (1) s/d (15).
38
Gambar 6 Proyeksi garis pandang pada lengkung circle dan lengkung spiral
Persamaan untuk menghitung proyeksi garis pandang pada lengkung lingkaran (Underwood, 1991)
sebagaimana terlihat pada Gambar 6 adalah:
X = R Sin θc (1) Y = R (1-Cos θc) (2) dX = dL Cos θc (3) dY = dL Sin θc
(4) X’ = X + dX
(5) Y’ = Y + dY
(6) dimana:
R = jari-jari tikungan (m)
θc = sudut segmen lengkung lingkaran (o)
X = absis segmen lengkung lingkaran (m)
Y = ordinat segmen lengkung lingkaran (m)
dL = panjang proyeksi garis pandang (m)
dX = pertambahan absis segmen lengkung lingkaran akibat garis pandang dL (m)
dY = pertambahan ordinat segmen lengkung lingkaran akibat garis pandang dL (m)
X’ = absis segmen lengkung lingkaran akibat garis pandang dL (m)
Y’ = ordinat segmen lengkung lingkaran akibat garis pandang dL (m)
Persamaan untuk menghitung proyeksi garis pandang pada lengkung lingkaran (Shahani, 1975 &
Sukirman, 1999) sebagaimana terlihat pada Gambar 6 adalah:
δ=1800πRLl2 (7)
β = 2δ (8) φ = 3δ (9)
X =L 1− 40LR42l + 3456L8R4l
(10)
39
β φ = sudut antara tali busur segmen lengkung peralihan dan proyeksi garis
pandang (o)
= sudut antara sumbu X dan proyeksi garis pandang (o)
X = absis segmen lengkung peralihan (m)
Y = ordinat segmen lengkung peralihan (m)
dL = panjang proyeksi garis pandang (m)
dX = pertambahan absis segmen lengkung peralihan akibat garis pandang dL (m)
dY = pertambahan ordinat segmen lengkung peralihan akibat garis pandang dL (m)
X’ = absis segmen lengkung peralihan akibat garis pandang dL (m)
Y’ = ordinat segmen lengkung peralihan akibat garis pandang dL (m)
Dari berbagai jenis peta, tentu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Tidak terkecuali
peta topografi. Peta khusus jenis ini merupakan peta yang menjelaskan mengenai
kenampakan permukaan bumi secara khusus.
Di dalam peta ini, terdapat pemetaan tempat di permukaan bumi dengan menunjukkan bentuk
serta ketinggian dengan garis-garis ketinggian. Untuk lebih mengenal tentang peta topografi,
mari simak beberapa penjelasan lengkap berikut ini.
Seperti penjelasan di atas, peta topografi merupakan salah satu jenis peta khusus. Pada
umumnya peta khusus jenis topografi terdiri dari dua atau lebih peta yang digabung
membentuk seluruh peta. Dimana peta ini akan menggambarkan bentuk relief tinggi dan
rendahnya permukaan bumi secara luas dengan menggunakan garis-garis.
Garis ini disebut dengan garis kontur yaitu garis yang menghubungkan daerah dengan
ketinggian sama. Dengan begitu peta ini dapat dengan mudah mengetahui ketinggian suatu
40
tempat. Yang kemudian akan memudahkan kita untuk memperkirakan kecuraman maupun
kemiringan suatu lereng.
Garis kontur adalah komponen peta yang tidak bisa lepas dari peta topografi. Karena garis ini
akan menghubungkan dua segmen garis yang berhubungan satu sama lain. Meski demikian,
garis ini tidak berpotongan.
1. Tidak Berwarna-Warni
Peta topografi sangat berbeda dengan peta umum yang memperlihatkan warna hijau, kuning
maupun coklat. Peta ini tidak kaya akan warna dengan kata lain warnanya hanya sedikit. Hal
ini dikarenakan fungsi pokok dari peta tersebut adalah hanya untuk kontur tanah saja.
Sehingga garis-garis kontur harus tercetak jelas agar pembaca dapat memahami dengan betul.
Peta topografi sendiri menggunakan skala besar dikarenanan disesuaikan dengan informasi
yang diberikan. Karena peta ini bertujuan untuk menginformasikan tentang kontur tanah.
Tidak hanya itu, dalam pembuatannya, proses gambar harus dilakukan secara teliti agar
konsumen dapat melihat keadaan topografi tanah dengan jelas.
Garis ini merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang saling berhubungan tanpa adanya
perpotongan. Hal ini menunjukkan titik elevasi atau titip pada peta topografi agar kita
mengetahui dengan jelas keadaan pada wilayah yang dimaksud.
41
Komponen Peta Topografi
Peta topografi adalah peta yang sering kali digunakan terutama dalam lembaga tertentu.
Seperti halnya peta jenis lainnya, peta fotografi juga memiliki komponen-
komponen tersendiri. Berikut ini beberapa komponen peta topografi yang bisa Anda simak.
1. Judul Peta
Judul peta ini diambil dari bagian terbesar wilayah dan tercantum dalam satu lembar peta.
Letak judul terdapat di bagian atas peta. Namun, untuk peta buatan badan koordinasi survai
dan pemetaan, judul peta berada di samping.
2. Legenda Peta
Legenda peta adalah penjelasan dari simbol-simbol yang ada dalam peta. Bagian ini
merupakan komponen yang sangat penting dan vital. Karena tanpa legenda, kita akan buta
dalam membaca peta. Kita akan mudah dalam menemukan objek dengan menyesuaikan
simbol dengan legendanya.
3. Skala Peta
Hampir semua jenis peta memiliki skala. Skala peta ini menunjukkan ukuran pada lembar
peta dengan ukuran sebenarnya. Skala peta terdapa dua jenis yaitu skala garis dan skala
angka. Namun, pada peta topografi biasanya mencantumkan keduanya.
Rumus perhitungan sakala : jarak sebenarnya = jarak di peta x skala. Sebagai contoh, skala
peta 1:25000, maka cara mebacanya yaitu dalam 1 cm dalam peta adalah 25000 cm atau 25
km di medan sebenarnya.
4. Garis Koordinat
Jika kalian membaca peta topgrafi, kalian akan melihat jaring-jaring dalam peta yang terdiri
dari garis vertikal dan horisonal. Garis-garis inilah yang disebut garis koordinat. Kegunaan
dari garis tersebut adalah sebagai batas perhitungan koordinat.Koordinat pada peta terdapat 2
macam yaitu koordinat geografis dan koordinat grid.
Koordinat geografis adalah koordinat dari jaring-jairng bumi yang terdiri dari garis lintang
(horizontal) dan garis bujur (vertical). Penulisannya yaitu dengan koorditan geografis,
derajat, menit dan detik. Misalnya, 940 15’ 114,4”. Pada koordinat geografis biasanya
disertakan pula “L” untuk Lintang dan “B” untuk Bujur.
Sedangkan koordinat grid merupakan jaring-jaring koordinat lokal yang digunakan untuk
acuan pengkoordinatan pada peta. Biasanya disebutkan dengan angka dan dikenal dengan
koordinat 8 angkat atau 12 angka. Untuk peta.
Pada peta w:st=”on” Indonesia terdapat 2 acuan pokok dalam koordinat grid. Yaitu sistem
UTM/UPS atau LCO. Dimana masing-maisng sistem menggunakan acuan 0 derajat yang
berbeda.
42
Untuk lokasi yang rendah akan melingkari lokasi yang lebih tinggi. Atau dengan kata lain
garis di bagian dalam adalah lebih tinggi dibandingkan garis bagian luar. Garis kontur dengan
pola huruf “V” atau runcing berarti jurang atau sungai. Garis kontur “U” atau melengkung
menunjukkkan pegunungan dan pola “O” menunjukkan puncak atau kawah.
7. Deklinasi
Deklinasi merupakan garis keterangan yang menunjukkan beda utara peta dengan utara
magnetik (utara kompas). Perbedaan ini dikarenakan posisi utara bumi yang kita tempati.
Utara bumi kita ditunjukkan oleh kutub utara, namun sumbu utara magnet berada di sebuah
kepulauan dekat dataran Green Land.
Dan setiap tahun akan mengalami pergeseran rata-rata 0.02 detik ke timur atau ke barat.
Sehingga utara sesungguhnya dapat ditentukan dengan mengkonversi anatara utara magnetik
dengan utara peta. Deklinasi direvisi setiap 5 tahun sekali dan akan dicantumkan di setiap
lembar peta.
Peta adalah alat bantu dalam geografi. Sehingga peta harus ideal dimana peta tersebut dapat
dibaca dan digunakan dengan mudah. Sifatnya yang khusus membuat peta topografi juga
tidak digunakan oleh masyarakat umum. Akan tetapi, peta ini hanya digunakan oleh lembaga
tertentu.
Jenis lapis perkerasan yang umum dipergunakan dalam pembangunan jalan adalah :
Jalan Beraspal :
1. Lapis Permukaan Buras (Pelaburan Aspal), merupakan hasil penyiraman/penyomprotan aspal
diatas permukaan jalan, kemudian ditabur dengan pasir dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
2. Lapis Penetrasi Makadam (Lapen), dimana bahan perkerasan terdiri dari susunan batu pokok (3-
5cm), batu pengunci (1-2cm) dan batu penutup (pasir) dan campuran aspal panas sebagai pengikat
diantara tiap lapisan dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
3. Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag), dimana bahan perkerasan terdiri dari campuran agregat kasar
(batu 3-5cm), agregat halus (batu 2-3cm), bahan pelunak/peremaja dan aspal buton yang dicampur
secara dingin sebagai pengikat dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
43
Lingkup pekerjaan Pembangunan Jalan Beraspal dibatasi dengan prioritas (1). Perbaikan jalan
beraspal yang telah ada (2). Peningkatan jalan Diperkeras yang telah ada.
Jalan Diperkeras :
1. Perkerasan sirtu/kerikil (pasir campur batu), dimana bahan perkerasan Sirtu terdiri dari campuran
pasir batu yang langsung diambil dari alam (sungai) atau campuran antara kerikil ukuran 2 – 5 cm
dengan pasir urug. Ketebalan minimum perkerasan Sirtu ini adalah 10 cm.
2. Perkerasan batu belah (telford), terdiri atas pasir urug, batu belah, batu pengisi dan batu tepi. Batu
belah disusun sesuai dengan spesifikasi diatas alas pasir urug dengan ketebalan 20 cm. Badan jalan
harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pasir dihamparkan. Perkerasan Telford harus bebas
dari akar, rumput atau sampah dan kotoran lain. Untuk ketebalan pasir urug minimal 3 cm.
3. Perkerasan Makadam Ikat Basah (Waterbound Macadam), bahan perkerasan Makadam terdiri atas
agregat pokok ukuran 3 - 5 cm, agregat pengunci dengan ukuran 1 – 2 cm dan pasir penutup.
4. Perkerasan Beton Tumbuk (Rabat Beton), dibuat dari bahan semen pasir dan kerikil dengan
perbandingan campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerilil/batu pecah. Perkerasan ini dipergunakan untuk
jalan lingkungan/permukiman atau di daerah yang tanah dasarnya labil, mudah pecah, lembek, pada
turunan/tanjakan dan diatas singkapan batu. Tebal perkerasan rabat beton ini minimal 7 cm.
(1). Gorong-gorong yang berfungsi untuk mengalirkan air yang melewati badan jalan dan
(2) Penahan Lereng/Tebing Jalan yang berfungsi untuk menahan terjadinya kelongsoran tanah ke
badan jalan atau kelongsoran badan jalan dan
DRAINASE
Kegiatan drainase disini dapat meliputi saluran pembuangan air hujan di permukiman, termasuk
sumur resapan.
JEMBATAN
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi di atas sungai atau jurang yang digunakan sebagai
prasarana lalu lintas darat.
Tujuan dari pembangunan jembatan di perdesaan adalah untuk sarana penghubung pejalan kaki atau
lalu-lintas kendaraan ringan di perdesaan. Konstruksinya sederhana dengan mempertimbangkan
sumberdaya setempat (tenaga kerja, material, peralatan, teknologi) sehingga mampu dilaksanakan
oleh masyarakat setempat.
Jenis jembatan dikembangkan antara lain terdiri dari : (1). Jembatan Beton, Pelimpas/Bronjong/Batu;
Jembatan Gantung; Jembatan Gelagar Besi; Jembatan Kayu, dll.
Penjelasan lebih detail system dan spesifikasi Jembatan mengacu pada Pedoman Sederhana
Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan, Puslitbang Jalan- Dep. PU Tahun 1996 .
44
Identitas patok BM dengan di beri nomor (BM No: 1,2, dst…), dan patok BM tersebut harus jelas
tertera di dalam gambar peta ukur dengan disebutkan nomor BMnya.
b. Pengukuran Teknis
Cara Pengukuran Jalan dapat dilakukan secara sederhana yaitu dilakukan dengan cara Survai Antar
Patok (SAP), VAP, MAP yang sudah disediakan formulirnya (lihat Lampiran 1-2) terdiri dari :
Survai antar patok untuk informasi dasar.
Volume antar patok untuk meghitung volume kegiatan.
Prakiraan tenaga kerja untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja.
Dalam melakukan survai lapangan untuk jalan desa yang dilakukan oleh masyarakat maka kegiatan
survey cukup dilakukan tanpa menggunakan alat-alat ukur sederhana yang ada dan dapat digunakan
oleh masyarakat desa, seperti pita ukur, selang air, dll.
Contoh Format Survey Jalan sebagaimana form : ST1s/ ST3, terlampir.
45
4. Jalan Rabat Beton :
Lebar badan jalan minimal 1,50 M
Kemiringan tanjakan /menurun jalan maximal 12 %
Tebal rabat minimal 7 CM (kondisional)
Permukaan rabat dibuat kasar/tidak licin;
Memakai saluran kiri dan kanan (kondisional)
Untuk pembangunan gorong-gorong dapat digunakan bahan dari pasangan batu kali atau buis beton
dengan memperhatikan kriteria :
Diameter minimal 30 CM
Ada dinding pengaman pondasi minimal 1,00 Mtr
Ada buick dinding minimal 0,80 Mtr
Ada Bak kontrol (Inlet/outlet )
Ada bangunan pelimpah (kondisional khusus outlet)
Catatan : apabila diameter <30 CM maka diganti dengan konstruksi plat beton (plat duicker) Kriteria
desain pembangun jembatan yang perlu diperhatikan : 1. Jembatan Beton : Panjang bentang bersih
maximal 6 M Dilengkapi dinding pengaman pondasi Perlu pengawasan lebih intensif Posisi jembatan
tidak berada di tanjakan/turunan jalan dan tikungan sungai Catatan : apabila usulan >6M maka design
harus mendapat persetujuan dari KMW
2. Jembatan Gantung :
Panjang bentang bersih maximal 60 M
Lebar lantai bersih maximal 1,20 M
Menggunakan kabel seling pengaman yang cukup;
Posisi jembatan tidak berada di tanjakan/turunan jalan dan tikungan sungai
Catatan : apabila usulan >60Mtr maka design harus mendapat persetujuan dari KMW
1) Halaman Sampul
Pada halaman ini tercantum keterangan tentang :
Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa.
Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.
Siapa konsultan perencana-nya.
46
2) Daftar Gambar
Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat daftar
judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan menggunakan
huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang sejenis diletakkan pada
lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara lembar satu dengan lainnya, pada
tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan setelah huruf kapital tersebut diatas.
Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah lembarnya.
4) Gambar Situasi
Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah
sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini
merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam
menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keteranganketerangan seperlunya.
47
8) Denah Perencanaan Drainase
Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain: letak saluran air terhadap badan jalan,
arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran tertutup.
Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan
lain:
48
Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan
Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana
Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)
11) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala yang pantas
dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
Gambar konstruksi existing yang ada.
Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-beda.
Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
Rincian konstruksi perkerasan.
Penampang bangunan pelengkap.
Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.
Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).
12) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase, rambu jalan,
marka jalan, dan sebagainya.
13) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan.
14) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan
Dasar Hukum : Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 15 Tahun 1998 tentang Tata Cara
Pengesahan Rencana Tapak (Site Plan)
Ketentuan umum
1. Rencana Tapak (Site Plan) adalah gambaran /peta rencana peletakan bangunan /kavling
dengan segala unsur penunjangnya dalam skala batas-batas luas lahan tertentu.
2. Perubahan rencana Tapak atau revisi gambar/peta rencana perubahan penataan
peletakan bangunan kavling sebagian atau secara keseluruhan.
3. Pengesahan rencana Tapak dan Atau Pengesahan perubahan rencana tapak adalah
pengesahan yang ditetapkan oleh Walikota Bekasi atas penggunaan lahan sebagaimana
tercantum dalam gambar/peta rencana tapak.
4. Setiap orang atau badan hukum yang akan merencanakan penggunaan lahan untuk
keperluan pembangunan proyek/bangunan harus mendapat Izin lokasi atau advice planing
dari pejabat yang berwenang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
5. Setiap orang atau badan hukum yang melaksanakan pembangunan atas tanah yang
dibebaskan sesuai dengan Izin lokasi/rekomendasi atau fatwa rencana pengarahan lokasi
49
terlebih dahulu dibuat rencana tapak untuk diajukan pengesahannya kepada Walikota
Bekasi Kepala daerah melalui Kepala Dinas Tata Kota dan Pemukiman
6. Rencana Tapak dibuat dalam gambar/peta dalam skala tertentu diatas kertas kalkir
dengan bentuk format yang telah ditetapkan oleh Dinas.
7. Setiap orang atau badan hukum yang akan melaksanakan pembangunan sarana ibadah
dan pendidikan atau yang bersifat sosial murni dengan luas tanah kurang dari 5.000m2
dibebaskan dari persyaratan pengesahan rencana tapak
50
1. Bangunan jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Tahapan
kegiatan perencanaan jalan, meliputi kegiatan;
1) Pekerjaan lapangan, meliputi semua survei yang diperlukan
2) Kriteria perencanaan, meliputi klasifikasi jalan, karakteristik lalu lintas, kondisi
lapangan, pertimbangan ekonomi, dll.
3) Penyiapan peta planimetri, merupakan peta hasil survei topografi yang diperlukan
sebagai peta dasar perencanaan geometrik.
4) Perencanaan geometrik, meliputi jarak pandang dan perencanaan alinemen hori-zontal
dan vertical; Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan
yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan raya. Tujuan dari perencanaan
geometrik jalan adalah untuk memenuhi fungsi dasar jalan, yaitu memberikan
pelayanan kepada pergerakan arus lalu lintas (kendaraan) secara optimum. Sasaran
perencanaan geometrik jalan adalah untuk menghasilkan design infrastruktur jalan raya
yang aman, efisien dalam pelayanan arus lalu lintas dan memaksimumkan ratio tingkat
pengunaan/ biaya pelaksanaan
5) Geoteknik dan material jalan, menguraikan pengolahan data geoteknik dan material
untuk keperluan konstruksi perkerasan dan drainase jalan
6) Perencanaan perkerasan jalan, meliputi perkerasan lentur dan kaku
51
7) Drainase jalan, menguraikan analisis hidrologi dan sistem serta bangunan drainase,
kebutuhan material dan sistem drainase bawah permukaan (subdrain)
8) Bangunan pelengkap jalan, meliputi tembok penahan, rambu-rambu lalulintas, dan
sebagainya.
9) Perkiraan biaya, meliputi perhitungan kwantitas, analisis harga satuan dan dokumen
pelelangan
10) Lampiran, tabel-tabel dan ketentuan lain yang dapat digunakan untuk perhitungan.
52
Drainase Permukaan; Adalah sistem drainase yang berkaitan dengan pengendalian aliran air
permukaan, yang berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah
sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi tersebut Antara lain yaitu;
1) Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan selanjutnya
dialirkan lewat saluran samping; menuju saluran pembuang akhir
2) Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk ke da-erah
perkerasan jalan
3) Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air.
Sedangkan Drainase Bawah Permukaan; Adalah sistem drainase yang berkaitan dengan
pengendalian aliran air dibawah permukaan tanah, yang berfungsi menurunkan muka air tanah
dan Klasifikasi (berdasarkan fungsi)mencegat serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar
jalan dan permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan. Fungsi tersebut Antara lain
yaitu;
1. Menurunkan m.a.t sampai kedalaman min 1.00 m di bawah permukaan tanah (di dalam
base, urugan tanah atau tanah)
2. Mencegah air dari daerah sekitar agar tidak merembes ke dalam urugan tanah
53
2. Bangunan jembatan
Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang menghubunkan suatu lintasan yang terputus
akibat suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara melompati rintangan tersebut tanpa
menimbulkan atau menutup rintangan itu. Lintasan tersebut bisa merupakan jalan kendaraan,
jalan kereta apiatau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut dapat berupa sungai, jalan,
jalan kereta api, atau jurang (bisa juga berupa jurang pemisah antar gedung bertingkat).
Jembatan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu;
Bangunan atas
Bangunan bawah (abutment),
Pondasi
Tumpuan
Oprit
Sandaran (railing)
Bagian-bagian jembatan
54
Beberapa tahapan dalam perencanaan jembatan, yang semuanya merupakan bagian pekerjaan
bangunan sipil basaha, antara lain yaitu;
Beberapa gambar rencana jembatan di bawah ini yang menjadi bagian pekerjaan sipil basah,
disajikann dalam bentuk gambar dari beebrpap model jembatan yang ada di Indonesia.
55
4.15 MENGGAMBAR TAMPAK JALAN DAN JEMBATAN
56
Tampak jalan
57
Tampak jembatan
58
59
4.16 MENGGAMBAR POTONGAN JALAN DAN JEMBATAN
Potongan jalan
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Potongan jembatan
71
4.17 MENGGAMBAR DETAIL KONSTRUKSI JALAN
72
73
74
4.19 MENYEMPURNAKAN HASIL PENGAMBARAN JALAN
DAN JEMBATAN
75
Maket jembatan
76
4.21 MEMBUAT LAPORAN
77