Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang berkembang yang melakukan banyak


pembangunan yang pesat, khususnya dibidang sarana infrastruktur bangunan
sipil seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, terminal bus, ataupun
terminal kereta api.
Tujuan dari didirikannya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu
mencetak siswa untuk siap menghadapi dunia kerja sebagai profesional yang
tangguh, dan mampu berkompetensi akan tetapi tidak menutup kemungkinan
siswa dapat meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu Sekolah
Menengah Kejuruan mempunyai kekhususan dalam Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) pada mata pelajaran produktif. Maka
kurikulum yang ada di SMK harus mengacu pula pada Standar Kompetensi
Kerja Nasional (SKKNI), dan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen pendidikan Nasional.
Salah satu mata pelajaran yang ada di SMK yang perlu ditingkatkan
kualitasnya adalah Konstruksi Jalan dan Jembatan yang diajarkan di kelas XI
Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan (DPIB). SMK adalah tempat
pertama siswa mengenal konsep-konsep dasar perencanaan dan pelaksanaan
jalan dan jembatan, karena itu pengetahuan yang diterima siswa hendaknya
menjadi dasar yang dapat dikembangkan ditingkat sekolah yang lebih tinggi
atau pada dunia kerja. Pelaksanaan pembelajaran secara klasikal kurang
memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Komponen pendidikan
seperti kurikulum, kegiatan belajar mengajar, penilaian, dan sistem kenaikan
kelas didasarkan pada asumsi bahwa semua siswa dalam satu kelas memiliki
kemampuan yang homogen. Akibatnya siswa yang memiliki kemampuan
tinggi tidak dapat berkembang secara optimal sebaliknya siswa yang
berkemampuan rendah selalu tertinggal dalam penguasaan materi.

26
Keberhasilan proses belajar mengajar pada umumnya di ukur dari
keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Pemahaman akan
pengertian dan pandangan guru terhadap metode mengajar akan
mempengaruhi peranan dan aktifitas siswa dalam belajar, sebaliknya aktifitas
guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar sangat bergantung pula pada
pemahaman guru terhadap metode mengajarnya. Mengajar bukan sekedar
proses penyampaian ilmu pengetahuan saja melainkan mengandung makna
yang lebih luas dan kompleks yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi
antara siswa dan guru.
Prestasi belajar yang masih dibawah kriteria ketuntasan yaitu 70%
membuat kita prihatin, mengingat bahwa begitu pentingnya peranan Ilmu
Konstruksi jalan dan jembatan. Berdasarkan kenyataan itulah, maka mata
pelajaran Konstruksi jalan dan jembatan perlu ditingkatkan kualitasnya.
Untuk meningkatkan kualitas mata pelajaran Konstruksi jalan dan Jembatan
perlu memperhatikan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ada
faktor yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran. Faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal antara lain kondisi fisiolagis, kecerdasan, bakat, minat,
aktivitas dan motivasi belajar. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal
antara lain guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar yang ada, kondisi
lingkungan, juga bimbingan orang tua. Maksud tersebut akan diaplikasikan
pada mata pelajaran Konstruksi jalan dan jembatan menggunakan pendekatan
kontekstual dengan Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswanya
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep ini diharapkan hasil pembelajaran akan dapat
lebih bermakna bagi siswa.
Dalam peningkatan hasil belajar yang dimulai dari suatu kelas atau
komponen terkecil di dalam suatu sekolah, akan lebih efektif untuk

26
meningkatkan mutu atau kualitas dari sekolah itu sendiri. Maka peningkatan
hasil atau kualitas belajar pada setiap mata palajaran sangat diperlukan. Dari
hal ini maka sangat dibutuhkan orang-orang yang paham tentang perencanaan
dan pelaksanaan bangunan infrastruktur ini. Terkait masalah ini maka sebagai
guru yang mengajarkan konstruksi jalan dan jembatan hal ini menjadi
tanggung jawab moral untuk memahamkan siswa mengenai perencanaan dan
pelaksanaan bangunan jalan dan jembatan. Dimana SMK adalah penghasil
tenaga kerja yang menjadi perencana atau pelaksana dari bangunan sipil.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, timbul beberapa permasalahan


yang di identifikasikan sebagai berikut :
1. Keaktifan siswa dan kemampuan guru ada kecenderungan mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran.
2. Sekolah ada kecenderung untuk menaikkan Standar Kompetensi
Kelulusan, sehingga diperlukan peningkatan kualitas pembelajaran.
3. Masih rendah prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Konstruksi Jalan
dan Jembatan.
4. Dalam proses belajar mengajar guru kurang memperhatikan apakah
metode pembelajaran yang diterapkan akan cenderung diterima oleh
siswa.

C. PEMBATASAN MASALAH

Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa hal
sebagai berikut :
a. Hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran
Konstruksi Jalan dan Jembatan di SMK Negeri 3 Surabaya.
b. Penelitian ini mengambil studi kasus Siswa Kelas XI DPIB Semester III
tahun ajaran 2019/2020 di SMK Negeri 3 Surabaya.

26
c. Tahapan pembelajaran yang meliputi kegiatan mata pelajaran Konstruksi
Jalan dan Jembatan

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat


dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran Konstruksi Jalan dan Jembatan siswa kelas XI DPIB ?
2. Adakah hambatan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui
pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Konstruksi Jalan dan
Jembatan siswa kelas XI DPIB?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :


1. Mampu meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Konstruksi Jalan dan
Jembatan siswa kelas XI DPIB.
2. Menunjukkan hambatan-hambatan dalam meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran Konstruksi Jalan dan Jembatan melalui pembelajaran
kontekstual.

F. MANFAAT PENELITIAN

Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Manfaat Praktis :
a. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam mata pelajaran
Konstruksi jalan dan jembatan di Sekolah Menengah Kejuruan.
b. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan mata pelajaran
Konstruksi jalan dan jembatan di Sekolah Menengah Kejuruan.

26
c. Bagi guru dan siswa Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan,
penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan terhadap hal-
hal yang telah diusahakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran
yang telah diberikan.
2. Manfaat Teoritis :
a. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang
sejenis dan relevan.

26
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada penelitian ini dilihat dari hasil belajar siswa.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah sebuah indikator untuk
mengetahui seberapa jauh siswa tersebut dapat menerima pelajaran yang
telah disampaikan guru, siswa yang aktif akan membuat suasana
pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif. Pengertian prestasi
menurut WJS Poerwadarminto (1987: 768) dalam kamus bahasa
Indonesia menyebutkan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai,
dilakukan, dikerjakan dan dihasilkan.
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui
proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan
ketrampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari – hari
serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan
manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri,
masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses
belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang
disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Sedangkan S.Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu
perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai
pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam
diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang

26
diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata
pelajaran. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap
siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai
suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang
dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk
menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas
kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. METODE CONTEXTUAL LEARNING


Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel
dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/ konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.

CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi


dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa.

Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang


sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing,

26
applying, cooperating, dan transferring diharapkan peserta didik mampu
mencapai kompetensi secara maksimal.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai


tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota
kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan
dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan
pendekatan kontekstual.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah


konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).

a. Langkah – langkah CTL / Sintaks CTL

Model CTL 1 :
Pembelajaran CTL memiliki tujuh langkah yang mana secara garis besar
langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas itu adalah sebagai
berikut:
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

26
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Model CTL 2 :
1. Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi
– tujuan, pengarahan – petunjuk, rambu-rambu, contoh);
2. Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi);
3. Learning community (seluruh siswa berpartisipati dalam belajar
kelompok dan individual, otok berpikir dan tangan bekerja,
mengerjakan berbagai kegiatan dan percobaan);
4. Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, generalisasi,
menemukan);
5. Constructivisme (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi
konsep-aturan, analisis-sintesis);
6. Reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut);
7. Authentic assessment (penilaian selama proses dan seusai
pembelajaran harus dilakukan secara objektif dan dilakukan dengan
berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang benar-benar mewakili
kompetensi siswa).

Model CTL 3:
Menurut bahwa secara garis besar penerapan pendekatan kontekstual
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Suparto, 2004:
6):
1) Mengembangkan metode beajar mandiri,
2) Melaksanakan penemuan (inquiry),
3) Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa,
4) Menciptakan masyarakat belajar,

26
5) Hadirkan "model" dalam pembelajaran,
6) Lakukan refleksi di setiap akhir pertemuan,
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya

2. SK,KD, Materi Mata Pelajaran Konstruksi Jalan dan Jembatan

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


4.1 Menyajikan klasifikasi jalan
3.1 Memahami klasifikasi jalan
3.2 Memahami 4.2 Menyajikan klasifikasi
klasifikasi jembatan jembatan
4.3 Menyajikan jenis
3.3 Memahami jenis drainase
jalan dan jembatan drainase jalan dan
jembatan
3.4 Memahami spesifikasi bahan 4.4 Menyajikan spesifikasi
bahan perkerasan jalan,
perkerasan jalan,
4.5 Menyajikan
3.5 Memahami
spesifikasi
spesifikasi jembatan
jembatan
4.6 Menyajikan spesifikasi
3.6 Memahami
Drainase
spesifikasi drainase
4.7 Menyajikan jenis kontruksi
3.7 Memahami jenis kontruksi
perkerasan jalan
perkerasan jalan
4.8 Menyajikan berbagai jenis
3.8 Memahami jenis kontruksi
kontruksi jembatan
jembatan
3.9 Memahami prinsip alinyemen 4.9 Menyajikan alinyemen
horisontal dan vertikal
horisontal dan vertical jalan
jalan
4.10 Menyajikan data
3.10 Memahami data peta
peta topografi
topografi
4.11 Menyajikan hasil
3.11 Memahami konsep dasar
konsep dasar gambar
gambar konstruksi jalan dan
konstruksi jalan dan
jembatan
jembatan
3.12 Memahami persyaratan 4.12 Menyajikan persyaratan
penggambaran konstruksi penggambaran
jalan dan jembatan konstruksi
jalan dan jembatan
3.13 Menerapkan prosedur 4.13 Menggambar siteplan jalan
pembuatan gambar jalan dan dan jembatan
jembatan kedalam peta
topografi

26
3.14 Menerapkan prosedur 4.14 Menggambar denah jalan
pembuatan gambar denah dan jembatan
jalan dan jembatan
3.15 Menerapkan prosedur 4.15 Menggambar tampak jalan
pembuatan gambar tampak dan jembatan
jalan dan jembatan
3.16 Menerapkan prosedur 4.16 Menggambar potongan
pembuatan gambar potongan jalan dan jembatan
jalan dan jembatan
3.17 Menerapkan prosedur 4.17 Menggambar Detail
pembuatan gambar detail Konstruksi Jalan
konstruksi jalan

Materi Konstruksi Jalan dan Jembatan


Setiap jalan yang acap kita lewati sejatinya dibagi kedalam beberapa
klasifikasi atau ada yang menyebutnya dengan istilah hirarki jalan.
Definisinya adalah pengelompokan jalan dengan beberapa dasar, anatra lain
berdasarkan administrasi pemerintahan atau berdasarkan fungsi jalan. Selain itu
ada pula klasifikasik dikelompokkan berdasarkan muatan sumbu, yang di
dalamnya ada faktor lain yang berhubungan dengan masalah dimensi dan berat
kendaraan.

Dalam klasifikasi jalan masih ada pula ketentuan lain, yaitu terkait dengan
volume kendaraan yang melintas, besarnya kapasitas jalan raya, dan juga
pembiayaan pembangunan serta perawatannya.Pengelompokan Jalan
b erdasarkan Fungsi:

1. Jalan arteri

adalah jalan umum yang fungsinya lebih pada pelayanan kendaraan


dengan jarak tempuh perjalanan jauh, oleh karenanya biasa berkecepatan
tinggi.

2. Jalan kolektor

26
yaitu jalan raya yang berfungsi melayani kendaraan dengan perjalanan
jarak sedang, kecepatan melaju tentu juga sedang.

3. Jalan lokal

merupakan jalan raya yang digunakan demi melayani kendaraan lokal di


suatu tempat, ciri perjalanannyapun adalah jarak dekat, sementara
secepatannya juga rendah.

4. Jalan lingkungan

adalah jalan raya yang digunakan untuk melayani angkutan lingkungan


yang perjalanannya berjarak dekat, dan berkecepatan rendah.

5. Freeway dan Highway

adalah dua jenis jalan yang posisinya diatas jalan arteri.

Tatkala kita bisa mengategorikan jalan berdasarkan fungsi sebagaimana


tersebut di atas, maka masih ada pula pengelompokan jalan yang didasari
oleh administrasi pemerintahan, dengan tujuan untuk mewujudkan
kepastian hukum penyelenggaraan jalan, dimana kewenangan pemerintah
pusat pun pemerintah daerah sangat berperan disini.

Klasifikasi Jalan Berdasar administarsi Pemerintahan:

Jalan nasional

yaitu jalan arteri dan juga jalan kolektor yang menghubungkan antara dua
ibukota provinsi serta jalan tol.

Jalan provinsi

merupakan jalan kolektor yang menghubungkan ibukota provinsi dengan


ibukota kabupaten/kota, atau antara ibukota kabupaten/kota yang satu
dengan ibukota kabupaten/kota lainnya.

Jalan kabupaten

26
adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk
jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

Jalan kota

merupakan jalan raya yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam


kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan
antara persil satu dengan persil lainnya, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota.

Jalan desa

adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antara


permukiman satu dengan pemukiman lainnya dalam suatu desa.

Di atas adalah klasifikasi jalan yang didasarkan atas fungsi dan


administarsi pemerintahan, kenyataannya masih ada pula klasifikasi jalan
yang didasarkan pada faktor muatan sumbu.

Pengelompokan jalan menurut muatan sumbu.

Jalan Kelas I

Jalan Kelas I merupakan jalan arteri yang dapat dilewati kendaraan


angkut berukuran lebar maksimal 2.500 milimeter (2,5 meter), dan
panjang maksimal adalah 18.000 milimeter (18 meter). Sementara di
Indonesia ini untuk muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih dari 10
ton.

Jalan Kelas II

Untuk jalan kelas II merupakan jalan arteri yang bisa dilewati


kendaraan bermotor dengan ukuran lebarmaksimal adalah 2.500

26
milimeter (2,5 meter), sementara untuk ukuran panjang maksimalnya
adalah 18.000 milimeter (18 meter). Untuk muatan sumbu terberat yang
diizinkan adalah 10 ton, dimana jalan kelas ini biasanya merupakan
jalan yang digunakan untuk angkutan peti kemas.

Jalan Kelas III A

Adalah jalan raya yang dapat dilalui angkutan berukuran lebar maksimal
2.500 milimeter (2,5 meter), dan panjang maksimalnya adalah 18.000
milimeter (18 meter). Sementara muatan sumbu terberat yang diizinkan
adalah 8 ton.

Jalan Kelas III B

Jalan kelas IIIB adalah jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton

Jalan Kelas III C

Jalan kelas IIIC merupakan jalan lokal dan jalan lingkungan yang bisa
dilewati kendaraan bermotor termasuk kendaraan angkut berukuran lebar
maksimal 2.100 milimeter (2,1 meter) dan panjangnya tidak boleh lebih
dari 9.000 milimeter (9 meter). Sementara muatan sumbu maksimalnya
adalah 8 ton.

Dengan diklasifikasikan jalan dengan berbagai dasar tersebut


tentunya agar masyarakat pengguna jalan bisa menyadari perannya
masing-masing, sehingga kerusakan jalan bisa diminimalisir sedangkan
pengguna jalan juga akan sedikit merasa aman, nyaman, dan jauh dari
kecelakaan.

26
3.3. JENIS DRAINASE JALAN DAN JEMBATAN

Sistem drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi


untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan ke badan air (sungai dan danau) atau tempat peresapan
buatan.

Dalam merencanakan sistem drainase jalan berdasarkan pada


keberadaaan air permukaan dan bawah permukaan, sehingga
perencanaan drainase jalan dibagi menjadi:

drainase permukaan (surface drainage)


drainase bawah permukaan (sub surface drainage)
Secara umum, langkah perencanaan sistem drainase jalan dimulai
dengan memplot rute jalan yang akan ditinjau di peta topografi untuk
mengetahui daerah layanan sehingga dapat memprediksi kebutuhan
penempatan bangunan drainase penunjang seperti saluran samping jalan,
fasilitas penahan air hujan dan bangunan pelengkap. Dalam
merencanakan harus memperhatikan pengaliran air yang ada di
permukaan maupun yang ada di bawah permukaan dengan mengikuti
ketentuan teknis yang ada tanpa menggangu stabilitas konstruksi jalan.

Sistem drainase permukaan jalan berfungsi untuk mengendalikan


limpasan air hujan di permukaan jalan dan juga dari daerah sekitarnya
agar tidak merusak konstruksi jalan akibat air banjir yang melimpas di
atas perkerasan jalan atau erosi pada badan jalan.

Sistem drainase bawah permukaan bertujuan untuk menurunkan muka


air tanah dan mencegah serta membuang air infiltrasi dari daerah
sekitar jalan dan permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade
jalan.

26
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan
drainase permukaan antara lain:

1. Plot rute jalan pada peta topografi

Plot rute ini untuk mengetahui gambaran/kondisi topografi sepanjang


trase jalan yang akan direncakanan sehingga dapat membantu dalam
menentukan bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi pola
aliran.

2. Inventarisasi data bangunan drainase.

Data ini digunakan untuk perencanaan sistem drainase jalan tidak


menggangu sistem drainase yang sudah ada.

3. Panjang segmen saluran

Dalam menentukan panjang segmen saluran berdasarkan pada


kemiringan rute jalan dan ada tidaknya tempat buangan air seperti
sungai, waduk dan lain-lain.

4. Luas daerah layanan

Digunakan untuk memperkirakan daya tampung terhadap curah hujan


atau untuk memperkirakan volume limpasan permukaan yang akan
ditampung saluran. Luasan ini meliputi luas setengah badan jalan, luas

26
bahu jalan dan luas daerah disekitarnya untuk daerah perkotaan kurang
lebih 10 m sedang untuk luar kota tergantung topografi daerah tersebut.

5. Koefisien pengaliran

Angka ini dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan pada daerah
layanan. Koefisien pengaliran akan mempengaruhi debit yang mengalir
sehingga dapat diperkirakan daya tampung saluran. Oleh karena itu
diperlukan peta topografi dan survey lapangan.

6. Faktor limpasan

Merupakan faktor/angka yang dikalikan dengan koefisien runoff,


biasanya dengan tujuan supaya kinerja saluran tidak melebihi
kapasitasnya akibat daerah pengaliran yang terlalu luas.

7. Waktu konsentrasi

Yaitu waktu terpanjang yang diperlukan untuk seluruh daerah layanan


dalam menyalurkan aliran air secara simultan (run off) setelah melewati
titik-titik tertentu.

8. Analisa hidrologi dan debit aliran air

Menganalisa data curah hujan harian maksimum dalam satu tahun


(diperoleh dari BMG) dengan periode ulang sesuai dengan
peruntukannya (saluran drainase diambil 5 tahun) untuk mengetahui
intensitas curah hujan supaya dapat menghitung debit aliran air.

B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan, dapat dirumuskan kerangka
berpikir sebagai berikut:

Penerpan pembelajaran contekstual learning (CTL) akan terus dipantau


sehingga hasil belajar siswa terdapat peningkatan dari siklus 1 meningkat

26
pada siklus 2. Kekurangan yang ada pada siklus 1 akan dievaluasi dan
disempurnakan pada siklus 2 sehingga hasil belajar siswa pada siklus 2
meningkat dan seterusnya hingga mendapatkan hasil yang diinginkan.
Kegiatan mengajar guru akan terus dipantau oleh peneliti, sehingga
kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dapat diketahui terdapat
peningkatan atau tidak. Jika dalam evaluasi terdapat kekurangan, maka akan
disempurnakan dalam perencanaan dan pelaksanaan siklus ke-2. Dengan ini
diharapkan pada siklus ke-2, kegiatan mengajar guru akan menjadi lebih baik
lagi dan terdapat peningkatan didalamnya.
Kegiatan belajar siswa juga akan terus di pantau oleh teman sejawat. Satu
orang ditugasi memantau satu kelompok. Setelah siklus satu terlaksana,
peneliti dan tim pemantau akan mengevaluasi kekurangan apa saja yang
terdapat dalam kegiatan belajar siswa. Setelah dievaluasi, maka kekurangan
tersebut akan diperbaiki dalam perencanaan siklus kedua dan dilaksanakan
kembali dengan beberapa perbaikan. Diharapkan dalam siklus kedua ini
terdapat peningkatan dalam kegiatan belajar siswa.

C. Hipotesis Tindakan
Pada penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis, sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran contextual teaching and learning pada mata diklat
konstruksi jalan dan jembatan di kelas XI DPIB SMK Negeri 3 Surabaya.
2. Terdapat peningkatan kegiatan mengajar guru dengan menerapkan model
pembelajaran contextual teaching and learning pada mata diklat
konstruksi jalan dan jembatan di kelas XI DPIB SMK Negeri 3 Surabaya.
3. Terdapat peningkatan kegiatan belajar siswa di kelas dengan menerapkan
model pembelajaran contextual teaching and learning pada mata diklat
konstruksi jalan dan jembatan di kelas XI DPIB SMK Negeri 3 Surabaya.

26
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar pada mata pelajaran Konstruksi Jalan
dan Jembatan melalui Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) kelas XI DPIB di SMK Negeri 3 Surabaya” adalah
penelitian tindakan kelas (PTK), dengan menggunakan siklus dalam proses
pembelajaran sampai tujuan yang diinginkan oleh peneliti tercapai. Yaitu
tercapai ketuntasan hasil belajar siswa sebanyak 70% dari jumlah siswa
dan mencapai nilai minimum 72.
B. Latar Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Surabaya untuk mata
pelajaran Konstruksi Jalan dan Jembatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2019/2020, yaitu pada bulan Oktober 2019.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Desain Pemodelan dan
Informasi Bangunan (DPIB) dan guru Mata Pelajaran Konstruksi Jalan
dan Jembatan di SMK Negeri 3 Surabaya. Sedangkan objek penelitian ini
adalah penerapan pembelajaran contextual Learning pada mata pelajaran
Konstruksi Jalan dan Jembatan Kelas XI DPIB SMK Negeri 3 Surabaya.
D. Sumber Data
Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi:
1. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan kegiatan belajar
siswa dalam proses belajar mengajar.

26
2. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi penerapan
pembelajaran contextual Learning dan kegiatan mengajar guru dalam
proses pebelajaran.
3. Teman Sejawat
Mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan teknik siklus atau putaran. Di dalam penelitian ini yang
terlibat antara lain guru, siswa, dan peneliti yang dibantu dengan teman
sejawat. Dalam penelitian ini teman sejawat berperan sebagai pengamat di
kelas yang akan diteliti dalam pembelajaran konstruksi jalan dan jembatan.
Pada penelitian ini mengacu pada model yang dikemukakan oleh
Kemmis &Mc Taggart. Menurut Kemmis & Mc Taggart dala Arikunto
(2013:137), ada 4 langkah dalam melaksanakan PTK, yang disajikan
dalam bagan berikut ini.

Gambar Tahap-tahap rencana PTK

26
Siklus 1:

1. Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan oleh peneliti untuk


pelaksanaan penelitian, yaitu:
a. Peneiti membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum
yang digunakan di sekolah, berupa Silabus dan RPP
b. Peneliti menyiapkan alat peraga yang akan diberikan kepada siswa
pada saat proses pembelajaran
c. Peneliti membuat instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
2. Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi atau penerapan tindakan
dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini yang menjadi
pelaksana adalah guru. Guru harus melaksanakan proses pembelajaran
berdasarkan RPP yang telah disusun oleh peneliti.
3. Pengamatan atau Observasi, yaitu prosedur perekaman data mengenai
proses dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang. Dalam
tahap ini dilakukan pengamatan terhadap kegiatan mengajar guru dan
kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi, yaitu kegiatan untuk mengemkakan apa yang sudah terjadi
dan rencanakan untuk siklus berikutnya untuk memperbaiki kegiatan
yang belum sesuai atau belum cocok.

Siklus Selanjutnya:

1. Perencanaan
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi
pada siklus sebelumnya
2. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran
yang telah disusun oleh peneliti sesuai hasil reflaksi siklus sebelumnya
3. Pengamatan
Pengamatan terhadap kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar
siswa dalam proses pembelajaran oleh teman sejawat peneliti

26
4. Refleksi
Melakukan diskusi tentang pelaksanaan pada siklus.
F. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar berupa 10 soal pilihan ganda yang sebelumnya sudah
divalidasi oleh para ahli.
2. Lembar observasi atau pengamatan terdiri dari:
a. Kegiatan mengajar guru dalam menerapkan bahan ajar dan alat
peraga berbasis pembelajaran contextual Teaching and Learning
(CTL). Lembar observasi kegiatan mengajar guru ini berdasarkan
RPP yang sebelumnya sudah di validasi. Saat mengajar, guru
menggunakan perangkat pembelajaran berupa bahan ajar dan alat
peraga yang juga sudah di validasi oleh para ahli.
b. Kegiatan belajar siswa di kelas selama proses pembelajaran
berlangsung
3. Lembar Validasi
Dalam penelitian ini, yang akan divalidasi adalah perangkat
pembelajaran (silabus dan RPP), bahan ajar dan alat peraga, lembar
observasi (kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru), dan
soal untuk tes hasil belajar.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dan sesuai dengan tema
penelitian, aka diperlukan metode atau teknik pengumpulan data, sehingga
data yang diperoleh adalah data yang valid, obyektif dan tidak
menyimpang dari tema penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Tes
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa secara berupa
kemampuan dan pengetahuan siswa (kognitif) yang diperoleh selama

26
mengikuti pembelajaran. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar,
yaitu tes yang dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Tes yang
digunakan bersifat pilihan ganda yang terdiri dari sepuluh (10) butir
soal, setiap butir yang benar diberi nilai 10. Dari tes tersebut akan
diperoleh nilai 0-100.
2. Metode Observasi atau pengamatan yaitu mengamati terlaksana atau
tidaknya proses kegiatan pembelajaran dalam penerapan bahan ajar
dan alat peraga berbasis pembelajaran contextual learning (CTL).
a. Observasi kegiatan mengajar guru di kelas
Mengamati keterlaksanaan kegiatan mengajar guru berdasarkan
RPP dalam menerapkan bahan ajar dan alat peraga berbasis
pembelajaran contextual learning (CTL) disesuaikan dengan
keinginan peneliti. Untuk mengamati kegiatan mengajar guru
digunakan metode skala likert berskala 1-5 yaitu (1=tidak
terlaksana, 2= terlaksana namun kurang baik, 3=terlaksana dengan
cukup baik, 4=terlaksana dengan baik, dan 5=terlaksana dngan
sangat baik) dengan aspek yang diamati terdiri 19 aspek
pengamatan, maka dari pengamatan ini akan diperoleh skor 19-95.
b. Observasi kegiatan belajar siswa di kelas
Mengamati semua kegiatan siswa pada proses pembelajaran
berlangsung yang berkaitan dengan keaktifan dan tingkah laku
siswa di kelas. Untuk mengamati kegiatan belajar siswa digunakan
metode cek list yang berskala 1-5 yaitu (1=tidak terlaksana,
2=terlaksana namun kurang baik, 3=teraksana dengan cukup baik,
4=terlaksana dengan baik, dan 5=terlaksana dngan sangat baik)
dengan aspek yang diamati terdiri dari 10 aspek pengamatan, maka
dari pengamatan ini akan diperoleh skor 10-50.

H. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan pada setiap observasi dari
perencanaan siklus penelitian dianalisis secara komperatif dengan

26
menggunakan teknik pesentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi
dalam proses pembelajaran dan dijabarkan secara destruktif.
1. Analisis data tes hasil belajar
Pada penelitian ini menggunakan tes piihan ganda, sehingga analisis
yang digunakan adalah penskoran dengan menggunakan 0 s/d 100.
Skor 0 s/d 71 dianggap belum tuntas, sedangkan 72 s/d 100 dianggap
tuntas.
Ketuntasan belajar klasikal
P= x 100%

Keterangan:
F = frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P = angka presentasenya
(sumber: Arikunto, 2007:76)
2. Analisis hasil observasi kegiatan mengajar guru:

Skor rata-rata tiap aspek =

(sumber: Supranto, 2000:64)


Tabel 3.1 Kriteria Interpretasi Skor Berdasarkan Skala Likert
(Diadopsi dari Kunandar, 2010)
Skor Kategori
0 – 1,5 Tidak Baik
1,6 – 2,5 Kurang Baik
2,6 – 3,5 Cukup Baik
3,6 – 4,5 Baik
4,6 - 5 Sangat Baik
3. Analisis hasil observasi kegiatan belajar siswa

Skor rata-rata tiap aspek =

(sumber: Supranto, 2000:64)

26
Tabel 3.2 Kriteria Interpretasi Skor Berdasarkan Skala Likert
(Diadopsi dari Kunandar, 2010)
Skor Kategori
0 – 1,5 Tidak Baik
1,6 – 2,5 Kurang Baik
2,6 – 3,5 Cukup Baik
3,6 – 4,5 Baik
4,6 – 5 Sangat Baik

F. JADWAL PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini rencananya memerlukan waktu selama 11
minggu, yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan
Desember tahun 2019, pada saat peserta didik masih berada pada semesrter
ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Jadwal pelaksanaan penelitian adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Rencana Pelaksanaan Penelitian
N KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN
o Oktober November Desember
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Penyusunan Instrumen
3 Pengumpulan data siklus 1
4 Pengumpulan data siklus 2
5 Pengolahan dan analisa data
6 Pembahasan
7 Penyusunan laporan

26
DAFTAR PUSTAKA

Nana sudjana, 2017. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
Remaja Rosdakarya
S. Nasution, 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar,
Jakarta: PT. Bumi Aksara
W.J.S. Poerwadarminta, 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT.
Balai Pustaka
http://dedi26.blogspot.com/2013/06/pengertian-pembelajaran-kontekstual.html

http://bumipendidik.blogspot.com/2014/07/model-pembelajaran-ctl-
contextual.html?m=1

26
Lampiran-lampiran

Lembar Pengamatan Kegiatan Belajar Siswa Pada Pembelajaran


Kontekstual.

Nama guru :
Tanggal :
Sub Pokok Bahasan :
Siklus/Pertemuan :
Petunjuk :
1. Daftar kegiatan penerapan bahan ajar dan alat peraga pembelajaran
kontekstual di kelas.
2. Berikan penilaian dengan menuliskan tanda (√) pada kolom yang tersedia.
Penilaian
Aspek Yang Diamati
1 2 3 4 5
A. Pendahuluan
1. Siswa menjawab salam dari guru
2. Siswa termotivasi
3. Siswa mempelajari suatu materi dari sebuah
permasalahan yang diberikan oleh guru
B. Kegiatan Inti
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru
2. Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai
materi
3. Siswa dibentuk kelompok dan berdiskusi
4. Siswa melakukan turnamen akademik
5. Kelompok terbaik diberi penghargaan
C. Penutup

26
1. Guru dan siswa mengadakan evaluasi dan
menyimpulkan pembelajaran
2. Siswa mengerjakan tugas dari guru
Keterangan:
1 = tidak terlaksana
2 = terlaksana, namun kurang baik
3 = terlaksana dengan cukup baik
4 = terlaksana dengan baik
5 = terlaksana dengan sangat baik

Lembar Pengamatan Kegiatan Mengajar Guru Pada Penerapan


Pembelajaran Kontekstual

Nama guru :
Tanggal :
Sub Pokok Bahasan :
Siklus/Pertemuan :
Petunjuk :
1. Daftar kegiatan penerapan Bahan Ajar dan Alat Peraga Pembelajaran
Kontekstual di kelas.
2. Berikan penilaian dengan menuliskan tanda (√) pada kolom yang tersedia.
Penilaian
Aspek Yang Diamati
1 2 3 4 5
D. Pendahuluan
1. Menyampaikan salam pembuka untuk memulai
pembelajaran
2. Memeriksa kehadiran peserta didik
3. Kemampuan menyampaikan tujuan
pembelajaran
4. Kemampuan memotivasi siswa
5. Guru mengatur peserta didik pada permasalahan
dan tugas yang akan dilakukan untuk
mempelajari suatu materi
E. Kegiatan Inti
1. Kemampuan menjelaskan materi
2. Kemampuan guru bertanya tentang materi yang
di sampaikan
3. Kemampuan guru membentuk kelompok kecil

26
dan memimpin diskusi
4. Kemampuan guru dalam mengorganisasi peserta
didik untuk belajar
5. Kemampuan guru dalam memimpin turnamen
akademik
6. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok terbaik
F. Penutup
1. Kemampuan guru menyimpulkan pelajaran hari
ini
2. Guru mengevaluasi pembelajaran yang telah
dilaksanakan
3. Guru memberikan tindak lanjut dengan
memberikan tugas kepada siswa
G. Pengolahan Kelas
1. Kecekatan menangani peserta didik
2. Keantusiasan guru dalam mengajar
3. Kesesuaian waktu
4. Ketepatan suara
5. Penguasaan kelas dalam menerapkan bahan ajar
dan alat peraga pembelajaran kontekstual
Keterangan:
1 = tidak terlaksana
2 = terlaksana, namun kurang baik
3 = terlaksana dengan cukup baik
4 = terlaksana dengan baik
5 = terlaksana dengan sangat baik

26
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar belakang........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah............................................................... 3
C. Pembatasan Masalah.............................................................. 3
D. Rumusan Masalah.................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian.................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian.................................................................. 4

BAB II: LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori............................................................................ 6
1. Hasil Belajar.................................................................... 6
2. Metode Kontekstual Learning......................................... 7
3. SK, KD, Materi Mata Pelajaran ...................................... 8
4. Materi Konstruksi Jalan dan Jembatan............................ 9
B. Kerangka Berpikir................................................................... 17
C. Hipotesis Tindakan.................................................................. 18

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian......................................................................... 19
B. Latar Penelitian........................................................................ 19
C. Subjek dan Objek Penelitian.................................................... 19
D. Sumber Data............................................................................. 19
E. Prosedur Penelitian................................................................... 20

26
F. Instrumen.................................................................................. 22
G. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 22
H. Teknik Analisa Data.................................................................. 23
I. Jadwal Penelitian....................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai