Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Singkat


Tujuan dari mempelajari klasifikasi jalan adalah untuk dapat membedakan
klasifikasi jalan dan peranan jalan, sehingga mahasiswa dapat menyesuaikan jalan
yang akan dirancang berdasarkan klasifikasi dan peranannya.

1.2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah materi ini diajarkan mahasiswa dapat membedakan klasifikasi jalan
berdasarkan fungsi, kelas, medan, wewenang pembinaan dan mengetahi peranan
jalan dalam kehidupan berbangsa.

1.3. Penyajian

1.3.1. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan


Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK)
no. 038/T/BM/1997 jalan menurut fungsinya dapat klasifikasi atas 3 bagian, yaitu :

1.3.1.1 Jalan Arteri


Merupakan jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien,
dengan demikian sistem jaringan ini terdiri dari :

a. Jalan Arteri Primer


Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu
yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kedua.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah :
 Kecepatan rencana  60 km/jam
 Lebar badan jalan  8,0 m
 Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
 Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan
kapasitas jalan dapat tercapai.
 Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal, lalu lintas
ulang alik.
 Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota.
 Tingkat kenyaman dan keamanan yang dinyatakan dengan indeks
permukaan tidak kurang dari 2.

b. Jalan Arteri Sekunder


Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan. kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah :
 Kecepatan rencana  30 km/jam
 Lebar badan jalan  8,0 m
 Kapasitas jalan lebih besar atau sama dari volume lalu lintas rata-rata
 Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
 Indeks permukaan tidak kurang dari 1,2.

1.3.1.2 Jalan Kolektor


Merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan yang
masuk dibatasi.

a. Jalan Kolektor Primer


Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua
dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang ketiga
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah :
- Kecepatan rencana  40 km/jam
- Lebar badan jalan  7,0 m
- Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata
- Jalan tidak terputus, walaupun memasuki daerah kota.
- Jalan masuk dibatasi, sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan
tidak terganggu.
- Indeks permukaan tidak kurang dari 2.

b. Jalan Kolektor Sekunder


Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah :
- Kecepatan rencana  20 km/jam
- Lebar badan jalan  7,0 m
- Indeks permukaan tidak kurang dari 3.

1.3.1.3 Jalan Lokal


Merupakan jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalan
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

a. Jalan Lokal Primer


Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga,
kota jenjang ketiga dengan kota dibawahnya, atau kota jenjang ketiga dengan persil,
atau kota dibawah jenjang ketiga sampai persil.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah :
- Kecepatan rencana  20 km/jam
- Lebar badan jalan  6,0 m
- Jalan tidak terputus, walaupun memasuki daerah desa.
- Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5.

b. Jalan Kolektor Sekunder


Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah :
- Kecepatan rencana  10 km/jam
- Lebar badan jalan  5,0 m
- Indeks permukaan tidak kurang dari 1.
KP

I I
AP
AP AP

II KP II
KP KP
LP
III III
LP LP

IV IV

Gambar 2.1. Klasifikasi jalan menurut fungsi


Keterangan :

I Kota Jenjang I

II Kota Jenjang II

III Kota Jenjang III

IV Kota Jenjang dibawahnya (persil)


AP = Arteri Primer
KP = Kolektor Primer
LP = Lokal Primer
Jalan tersebut merupakan jalan umum yang diperuntukkan bagi lalulintas
umum. Disamping jenis jalan tersebut, terdapat juga jalan bebas hambatan/jalan tol.
Jalan bebas hambatan merupakan alternatif lintas jalan yang ada, dan memiliki
spesifikasi tersendiri. Selain jalan umum dan jalan tol masih ada jalan khusus yang
dibuat oleh kelompok tertentu untuk kepentingan tersendiri.

1.3.2 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan


Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalulintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam
satuan ton. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan
klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Muatan Sumbu
Fungsi Kelas
Terberat (ton)
I > 10
Arteri II 10
IIIA 8
IIIA
Kolektor 8
IIIB
Lokal IIIC 8
Sumber : TPGJAK – No.038/T/BM/1997

Pembagian kelas jalan diatur oleh PP No.43 tahun 1993 tentang prasarana
dan lalulintas jalan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UULLAJ No.
14/1992. Pembagian kelas tersebut adalah :
a. Jalan Kelas I
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 10000 mm,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton.

b. Jalan kelas II
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton.

c. Jalan kelas IIIA


Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

d. Jalan kelas IIIB


Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12000 mm,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

e. Jalan kelas IIIC


Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9000 mm,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
1.3.3 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan
medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan untuk
perencanaan geometrik dapat dilihat pada tabel 2.2. Keseragaman kondisi medan
yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut
rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian kecil dari
segmen rencana jalan tersebut.
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
No Jenis medan Notasi Kemiringan Medan (%)
1 Datar D < 3
2 Perbukitan B 3 – 25
3 Pegunungan G > 25
Sumber : TPGJAK – No.038/T/BM/1997

1.3.4 Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan


Jalan-jalan yang ada di negara Indonesia dibagi pembinaannya berdasarkan
jalan nasional, jalan daerah, dan jalan khusus.

a. Jalan Nasional, mencakup :


 Jalan yang pembinaan oleh Menteri
 Jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota
propinsi.
 Jalan yang memiliki nilai strategis terhadap kepentingan nasional.

b. Jalan Daerah, terdiri atas:


- Jalan propinsi
- Jalan kabupaten/pemkot
- Jalan desa

b.1. Jalan Propinsi, mencakup :


 Jalan yang pembinaan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I
 Jalan kolektor primer, yang menghubungkan ibukota propinsi dengan
ibukota kabupaten/pemkot.
 Jalan kolektor primer, yang menghubungkan ibukota
kabupaten/pemkot dengan ibukota kabupaten/pemkot lainnya dalam
satu propinsi.
 Jalan yang memiliki nilai strategis terhadap kepentingan propinsi.

b.2. Jalan Kabupaten/Pemkot, mencakup :


 Jalan yang pembinaan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II
 Jalan kolektor primer, yang tidak termasuk dalan jalan nasional dan
jalan propinsi.
 Jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder dalam daerahnya.
 Jalan yang memiliki nilai strategis terhadap kepentingan
kabupaten/kota.
 Jaringan jalan sekunder didalam daerah pemerintahan kota.

I I
N
X N/P N/P

P II P II
Y
K K
K
K III III
Z
K K

IV IV

Gambar 2.2. Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaan


Keterangan :
I Ibukota Propinsi N = Nasional

II Ibukota Kabupaten/kota P = Propinsi

III Ibukota Kecamatan K = Kabupaten

IV Kota lainnya

X Strategis Nasional

Y Strategis Propinsi

Z Strategis Kabupaten / kota


b.3. Jalan Desa, mencakup :
 Jalan yang pembinaan oleh Pemerintah Desa atau Lurah
 Jaringan jalan sekunder didalam daerah desa.

c. Jalan Khusus, mencakup :


 Jalan yang pembinaan oleh instansi tertentu yang membuat jalan tersebut.
 Jalan khusus meliputi: jalan perkebunan, jalan pertambangan, jalan
kehutananan, jalan transmigrasi, jalan komplek dan jalan lainnya.

1.3.5 Peran Jalan


Jalan menurut Undang-undang republik Indonesia No.38 tahun 2004 memiliki
peran sebagai berikut :
a. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam
bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan
keamanan, serta dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.
b. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
c. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan
mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia.

1.4. Penutup
1.4.1. Bahan Diskusi dan Tugas
1. Sebutkan contoh jalan arteri primer dan sekunder di kota Lhokseumawe.
2. Sebutkan contoh jalan kolektor primer dan sekunder di kota
Lhokseumawe.
3. Sebutkan contoh jalan lokal primer dan sekunder di kota Lhokseumawe.
4. Gambarkan tipical jalan arteri, kolektor dan lokal.
5. Jelaskan peran jalan berdasarkan undang-undang republik Indonesia
no.38 tahun 2004

1.5. Daftar Pustaka


1. Hanafiah, Materi Kuliah Konstruksi Jalan Raya I, Politeknik
Syiah Kuala, Lhokseumawe,1992.
2. Madjid, Materi Kuliah Konstruksi Jalan Raya I, Universitas
Sumatera Utara, Medan,1995.
3. Analog, Konstruksi Jalan Raya I, PEDC, Bandung, 1984.
4. Sukirman, Dasar - dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova,
Bandung, Cetakan Ketiga, 1999.

1.6. Senarai
a. Klasifikasi menurut fungsi jalan, yaitu : jalan arteri, jalan kolektor, dan
jalan lokal.
b. Klasifikasi menurut kelas jalan, yaitu : I, II, IIIA, IIIB, dan IIIC.
c. Jalan memiliki peranan penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
d. Jalan merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
yang merupakan prasarana distribusi barang dan jasa.
e. Jalan merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan yang menghubungkan
dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai