Anda di halaman 1dari 90

1

Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan


MODUL AJAR
DASAR-DASAR DESAIN PEMODELAN
DAN INFORMASI BANGUNAN
ELEMEN 7. PERHITUNGAN STATIKA
BANGUNAN

PERUNTUKAN MODUL :
KELAS X PROGRAM KEAHLIAN DESAIN
PEMODELAN DAN INFORMASI BANGUNAN
(DPIB) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

PENULIS :
SOVIA HARYATI, S.Pd.Gr. M.Pd.T
(SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI)

PENELAAH :
ALI ANTON SENOAJI, S.T., M.Eng
(SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA)

2
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
No Komponen Deskripsi
.
1 Nama Penyusun, Institusi, Sovia Haryati, SMK Negeri 1 Bukittinggi,
dan tahun disusun 2021
2 Jenjang Sekolah SMK
3 Kelas X
4 Alokasi Waktu (menit) 4 x 6 x 45 menit (1080 menit)
5 Fase Capaian Pembelajaran Fase E
6 Domain Capaian Elemen 7 : Perhitungan Statika
Pembelajaran Bangunan
7 Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu membedakan
macam-macam elemen struktur dengan
kata-kata sendiri, tumpuan, beban dan
menghitung reaksi tumpuan serta dapat
menghitung gaya batang dengan
metoda titik buhul dan Cremona.
8 Kata Kunci (materi pokok) Statika Bangunan
9 Pengetahuan Prasyarat Tidak ada
10 Profil Pelajar Pancasila yang Beriman dan bertakwa kepada Tuhan
berkaitan YME dan berakhlak mulia, Mandiri,
Bernalar Kritis dan Kreatif
11 Sarana Prasarana Laptop, Jaringan Internet, Proyektor,
Spidol, Papan Tulis
12 Kode Perangkat DPIB.E.SOH.10.2
13 Karakteristik Peserta Didik Tipikal/ Reguler
14 Jumlah Peserta Didik 36 siswa
15 Pengayaan Ya
16 Alternatif Penjelasan Tidak
Khusus
17 Moda (PJJ, TM, Blended) Tatap Muka

3
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
18 Materi atau sumber Materi dari Modul Ajar
pembelajaran yang utama Buku :
a. Sulistyowati, Naniek, 2021 Dasar-
dasar Desain Pemodelan dan
Informasi Bangunan. Jakarta: Dirjen
Vokasi Kemenristek
b. Nugroho, Ridlho Erfan, 2018.
Mekanika Teknik. Yogyakarta: Andi.
19 Alat dan bahan yang Pensil, buku, penghapus, sepasang siku
diperlukan
20 Perkiraan biaya yang -
dikeluarkan siswa
21 Persiapan Pembelajaran a. Mempersiapkan semua alat dan
bahan yang akan digunakan
b. Mempersiapkan video yang akan
ditayangkan
c. Membuat pemetaan siswa untuk
pembagian kelompok
d. Menggandakan LKPD dan materi
pada Modul Ajar
22 Urutan Kegiatan a. Pertemuan 1. Menjelaskan macam-
macam elemen struktur
b. Pertemuan 2 Menjelaskan tumpuan,
beban dan menghitung reaksi
tumpuan
c. Pertemuan 3 Menghitung gaya
rangka batang dengan metoda titik
buhul
d. Pertemuan 4 Menghitung gaya
rangka batang dengan metoda
Cremona

4
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1
Kegiatan Awal 20 menit
1. Guru mengucapkan salam dan meminta salah satu siswa
memimpin doa
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memastikan kesiapan peserta didik dan lingkungan kelas
4. Guru memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang
diajarkan minggu lalu kepada siswa
5. Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari yaitu
elemen struktur dengan tujuan pembelajaran (Peserta didik
dapat memahami macam-macam elemen struktur.)
Kegiatan Inti 210
menit
1. Guru menayangkan video tentang bermacam-macam elemen
struktur.
2. Membentuk 8 kelompok belajar beranggotakan 4-5 siswa
3. Membagikan judul sub materi yang akan dibahas siswa dengan
sistem lotre.
Siswa secara berkelompok :
1. Mencari informasi berdasarkan video yang baru ditonton dan
membaca referensi buku atau e- book, jurnal, makalah, serta
video lain yang relevan dengan sesuai dengan judul sub materi
yang didapat dari guru
2. Mencermati bahan referensi dan membahasnya dengan teman
sekelompok

5
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
3. Bertanya kepada guru untuk penegasan hal-hal yang dirasa
perlu
4. Membuat resume materi tersebut sesuai dengan lembar kerja
kelompok yang sudah dibagikan guru.
5. Mempresentasikan hasil kerja kelompok secara tatap muka
6. Setiap kelompok yang tampil memberi kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi hasil kerja kelompok mereka.
Penutup : 40 menit
1. Guru memberi tanggapan terkait topik yang dibahas dan setiap
kelompok diberi kesempatan merevisi hasil kerja kelompok
mereka
2. Guru memberi pujian untuk setiap tampilan kelompok
3. Refleksi Guru dan siswa
4. Guru meminta masing-masing kelompok membagikan hasil
kerja kelompok mereka kedalam group WhatsApp kelas, agar
semua siswa dapat memiliki bahasan materi tersebut.
5. Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
6. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama
sebelum mengakhiri pelajaran.

Pertemuan 2
Kegiatan Awal 20 menit
1. Guru mengucapkan salam dan meminta salah satu siswa
memimpin doa
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memastikan kesiapan peserta didik dan lingkungan kelas
4. Guru memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang
diajarkan minggu lalu kepada siswa
5. Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari yaitu
tumpuan, beban dan reaksi tumpuan, dengan tujuan

6
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
pembelajaran (Peserta didik dapat memahami macam-
macam tumpuan, beban dan menghitung reaksi tumpuan.)

Kegiatan Inti 210


menit
1. Guru menayangkan video bermacam-macam tumpuan dan
beban.
2. Guru mendemontrasikan cara menghitung reaksi tumpuan
(beban terpusat, beban merata, beban terpusat lebih dari 1
beban, beban kombinasi)
3. Guru meminta siswa mengerjakan tugas yang ada di LKPD
Siswa secara berkelompok :
1. Mengitung reaksi tumpuan yang ada pada LKPD
2. Menggali informasi penting dan bermakna bagi kehidupan yang
ada dalam materi tersebut
3. Bertanya kepada guru untuk penegasan hal-hal yang dirasa
perlu
4. Mengumpulkan LKPD yang sudah dikerjakan
Penutup : 40 menit
1. Guru memberi tanggapan terkait hasil kerja siswa
2. Refleksi Guru dan siswa
3. Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
4. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama
sebelum mengakhiri pelajaran.

Pertemuan 3
Kegiatan Awal 10 menit
1. Guru mengucapkan salam dan meminta salah satu siswa
memimpin doa
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memastikan kesiapan peserta didik dan lingkungan kelas

7
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
4. Guru memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang
diajarkan minggu lalu kepada siswa
5. Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari yaitu
mengitung gaya rangka batang sederhana secara metoda
titik buhul, dengan tujuan pembelajaran (peserta didik dapat
menghitung gaya rangka batang dengan metoda titik buhul
dan cremona)
Kegiatan Inti 220
menit
1. Guru menayangkan video bermacam-macam rangka batang
2. Guru mendemontrasikan cara menghitung gaya batang dengan
cara metoda titik buhul.
2. Guru membagikan LKPD pertemuan ini dan siswa diminta
secara mandiri mengerjakan tugas yang ada dalam LKPD.
3. Guru mendatangi meja siswa secara bergiliran dan menanyakan
kesulitan siswa dalam mengerjakan LKPD
Siswa :
1. Mengitung gaya batang rangka batang yang ada pada LKPD
2. Menggali informasi penting dan bermakna bagi kehidupan yang
ada dalam materi tersebut
3. Bertanya kepada guru untuk penegasan hal-hal yang dirasa
perlu
4. Mengumpulkan LKPD yang sudah dikerjakan
Penutup : 40 menit
1. Guru memberi tanggapan terkait LKPD yang diserahkan siswa
2. Guru memberi pujian untuk hasil siswa yang diatas capaian rata-
rata
3. Refleksi Guru dan siswa
4. Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.

8
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
5. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama
sebelum mengakhiri pelajaran.

Pertemuan 4
Kegiatan Awal 10 menit
1. Guru mengucapkan salam dan meminta salah satu siswa
memimpin doa
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru memastikan kesiapan peserta didik dan lingkungan kelas
4. Guru memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang
diajarkan minggu lalu kepada siswa
5. Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari yaitu
mengitung gaya rangka batang sederhana secara metoda
cremona, dengan tujuan pembelajaran (peserta didik dapat
menghitung gaya rangka batang dengan metoda titik buhul
dan cremona)
Kegiatan Inti 220
menit
1. Guru menayangkan video bermacam-macam rangka batang
2. Guru mendemontrasikan cara menghitung gaya batang dengan
cara metoda cremona
2. Guru membagikan LKPD pertemuan ini dan siswa diminta
secara mandiri mengerjakan tugas yang ada dalam LKPD.
3. Guru mendatangi meja siswa secara bergiliran dan menanyakan
kesulitan siswa dalam mengerjakan LKPD
Siswa :
1. Mengitung gaya batang rangka batang yang ada pada LKPD
2. Menggali informasi penting dan bermakna bagi kehidupan yang
ada dalam materi tersebut
3. Bertanya kepada guru untuk penegasan hal-hal yang dirasa
perlu
4. Mengumpulkan LKPD yang sudah dikerjakan

9
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Penutup : 40 menit
1. Guru memberi tanggapan terkait LKPD yang dikumpulkan dan
memberi pujian untuk hasil siswa yang diatas capaian rata-rata
2. Refleksi Guru dan siswa
3. Guru menyampaikan topik untuk pertemuan berikutnya.
4. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama
sebelum mengakhiri pelajaran.

10
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Asesment

A. Peforma presentasi kelompok (pertemuan 1 dan 2)


1. Pertemuan 1 : Kelas dibagi menjadi kelompok kecil dengan anggota 4-5
orang, ketua kelompok mencabut 1 buah lotre sub materi yang harus
dibahas yaitu alat gambar dan alat ukur seperti Dinding dan Pelat, Balok,
Kolom, Rangka, Kubah dan Cangkang Bola, Pelengkung,
Terowongan, Kabel, Membran . Sub materi yang didapat dibahas dan
dituangkan kedalam lembaran hasil diskusi yang telah disediakan guru,
kemudian dipresentasikan dan filenya di unggah ke WhatsApps Group
kelas agar kelompok lain mempunyai bahasan kelompok lain.

2. Pertemuan 2 : Setelah memperhatikan tayangan video dan demostrasi


guru dalam mengerjakan soal, siswa diminta duduk berkelompok yang
sudah dibagi pada minggu sebelumnya. Ketua kelompok menerima soal
hitungan yang akan dibahas yang mana pembahasannya adalah
Menghitung Reaksi Tumpuan (RA, RB dan Koreksi) dari beberapa macam
soal beban.

INSTRUMEN PENILAIAN PRESENTASI

1. Komponen Penilaian
Skala 1 2 3 4 skor
Kriteria
Kejelasan Presentasi ( bobot 1 )
1. Sistematika dan organisasi
2. Bahasa yang digunakan
3. Suara
Pengetahuan ( bobot 2 )
1. Penguasaan materi presentasi
2. Memberikan contoh yang relevan

11
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
3. Dapat menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan materi
Penampilan ( bobot 1 )
1. Presentasi menarik
2. Kerapian, kesopanan dan percaya diri

2. Rubrik Penilaian :
Komponen yang Sko
No. Kriteria
dinilai r
1 Sistematika dan Pembagian tugas sangat sistematis 4
organisasi Pembagian tugas sistematis 3
Pembagian tugas kurang sistematis 2
Pembagian tugas tidak sistematis 1
2 Bahasa yang Sangat baik dan mudah dipahami 4
digunakan Baik dan mudah dipahami 3
Baik kurang dapat dipahami 2
Tidak baik dan bertele - tele 1
3 Suara Sangat lantang dan jelas 4
Lantang dan jelas 3
Kurang lantang dan kurang jelas 2
Tidak lantang dan tidak jelas 1
4 Penguasaan materi Materi sangat dikuasai 4
presentasi Materi dikuasai 3
Materi kurang dikuasai 2
Materi tidak dikuasai 1
5 Memberikan contoh Contoh yang diberikan sangat relevan 4
yang relevan Contoh yang diberikan relevan 3
Contoh yang diberikan kurang relevan 2
Contoh yang diberikan tidak relevan 1
6 Dapat menjawab Jawaban sangat tepat 4
pertanyaan yang Jawaban tepat 3
berhubungan dengan Jawaban kurang tepat 2
materi Jawaban tidak tepat 1
7 Presentasi menarik Presentasi sangat menarik 4
Presentasi menarik 3

12
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Presentasi kurang menarik 2
Presentasi tidak menarik 1
8 Kerapian, kesopanan Penampilan sangat rapi, sopan dan 4
dan percaya diri percaya diri
Penampilan rapi, sopan dan percaya 3
diri
Penampilan kurang rapi, sopan dan 2
percaya diri
Penampilan tidak rapi, sopan dan 1
percaya diri

3. Rumusan penilaian
Penjelasan :
Skor diperoleh = skala x bobot
Kejelasan presentasi = (3x1)+(3x1)+(3x1) = 9
Pengetahuan = (2x2)+(2x2)+(2x2) = 12
Penampilan = (4x1)+(4x1) = 8
Total skor = 29
Skor Maksimum = (3x4x1)+(3x4x2)+(2x4x1)=12+24+8 = 44
(jumlah kriteria x skala mak x bobot)
Nilai Akhir Jika dikonversi ke skala 0 - 100 = 29/44 x 100 = 65,91 = 66

4. Lembar Penilaian
Kejelasan Penampi
Kriteria Penilaian Pengetahuan
No Presentasi lan
Nama Kelompok 1 2 3 1 2 3 1 2
1
2
3
Dst.

B. Tertulis
1. Pertemuan 3. Setelah paparan dan demostrasi guru tentang
perhitungan gaya pada rangka batang dengan metoda titik buhul,

13
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
maka siswa ditugaskan untuk melakukan perhitungan gaya pada
rangka batang sesuai dengan soal yang diberikan secara individu.
2. Pertemuan 4. Setelah paparan dan demostrasi guru tentang
perhitungan gaya pada rangka batang dengan metoda Cremona,
maka siswa ditugaskan untuk melakukan perhitungan gaya pada
rangka batang sesuai dengan soal yang diberikan secara individu.

Rubrik penilaian

Soal Bobot Kriteria penilaian


1 50 50 = semua perhitungan benar, lengkap dan
berurutan.
40 = perhitungan benar berurutan kurang 1-3 langkah
30 = perhitungan benar tidak berurutan
20 = perhitungan salah, berurut
10 = perhitungan salah, berurut dan kurang 4-6
langkah
2 50 50 = semua perhitungan benar, lengkap dan
berurutan.
40 = perhitungan benar berurutan kurang 1-3 langkah
30 = perhitungan benar tidak berurutan
20 = perhitungan salah, berurut
10 = perhitungan salah, berurut dan kurang 4-6
langkah
Total 100

14
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Refleksi Guru

a. Apa yang menurutmu berhasil kita dapat dari diskusi kelompok ini ?
b. Kesulitan apa yang dialami dalam belajar dengan sistem kerja kelompok
c. Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar ini ?
d. Apakah seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik ?

Refleksi Peserta Didik

a. Apa yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran hari ini


b. Apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki hasil belajarmu ?
c. Kepada siapa kamu akan meminta bantuan untuk memahami soal
perhitungan ?

Daftar Pustaka

Frick, Heinz, 1979. Mekanika Teknik 2 Statika dan Kegunaannya.


Yogyakarta: Kanisius
Harianto Hardjasaputra, Struktur Kabel: Teknologi Dan Desain Jurusan
Teknik Sipil & Magister Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan 2006
Kastiawan, I Made. 2010. Statika Struktur. Yogyakarta: Andi
Nugroho, Ridlho Erfan, 2018. Mekanika Teknik. Yogyakarta: Andi.
Sukanto, 2004. Dasar-dasar Perhitungan Statika untuk Siswa SMK
Teknik. Yogyakarta: Andi
Sulistyowati, Naniek, 2021 Dasar-dasar Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan. Jakarta: Dirjen Vokasi Kemenristek

15
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Bahan Bacaan Guru

Nugroho, Ridlho Erfan, 2018. Mekanika Teknik. Yogyakarta: Andi.


Sukanto, 2004. Dasar-dasar Perhitungan Statika untuk Siswa SMK
Teknik. Yogyakarta: Andi
Sulistyowati, Naniek, 2021 Dasar-dasar Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan. Jakarta: Dirjen Vokasi Kemenristek

Pengayaan dan Remedial

Remedial
Kelompok yang tidak berhasil tampil pada pertemuan 1 dan 2 akan diberi
waktu tambahan untuk tampil di pertemuan 3.
Siswa yang tidak dapat menyelesai soal perhitungan pada pertemuan 3
akan diberikan waktu tambahan pengumpulan pada pertemuan 4 dengan
sebelumnya menerangkan kembali bagian-bagian yang belum dipahami oleh
siswa.
Siswa yang tidak dapat menyelesai soal perhitungan pada pertemuan 4
akan diberikan waktu tambahan pengumpulan pada pertemuan berikutnya
dengan sebelumnya menerangkan kembali bagian-bagian yang belum dipahami
oleh siswa.
Pengayaan : Menghitung gaya batang pada rangka batang dengan
metoda titik buhul dan Cremona.
Untuk siswa yang memenuhi kriteria pengayaan, diberikan file materi
tentang Ritter dan Cullman untuk dipelajari secara mandiri sebagai bahan
referensi bahwa gaya batang dapat dicari dengan berbagai cara.

16
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Lampiran 1 – Lembar Kerja Siswa - Pertemuan 1

Lembar Kerja Kelompok

Elemen 7 : Perhitungan Statika Bangunan


Pertemuan : 1
Waktu : 6 x 45 menit
Materi : Jenis-jenis Elemen Struktur

A. Identitas
Nama Kelompok :
Kelas :
Nama Peserta 1
.
2
.
3
.
4
.
5
.

B. Pembahasan
Sub Materi :

Defenisi

17
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Kegunaan

Gambar

Keterangan
pendukung
lainnya

18
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Lampiran 1 – Lembar Kerja Siswa - Pertemuan 2

Lembar Kerja Kelompok

Elemen 7 : Perhitungan Statika Bangunan


Pertemuan : 2
Waktu : 6 x 45 menit
Materi : Menghitung Reaksi Tumpuan

A. Identitas
Nama Kelompok :
Kelas :
Nama Peserta 1
.
2
.
3
.
4
.
5
.

19
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
B. Pembahasan
Kerjakanlah soal dibawah ini dengan baik dan benar
Selesaikan soal-soal dibawah ini. Cari Ra dan Rb serta Koreksinya.
1.
F = 20 N

a=5m b = 10 m

L =15 m RB
RA

2.
F=5N

a=9m b=4m

L = 13 m
RA RB

3.
F1 = 4 N F2 = 5 N

2m 3m 2m

L=7m
RB
RA

20
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
4. : F1 = 4 N
F2 = 6 N

2m 3m 1m

L=6m
RB
RA

5. Diketahui Batang AB (A = sendi, B = rol) dengan gaya P1 = 4N bersudut 45 °,P2 =


3N dan P3 = 2N bersudut 60°. Tentukan reaksi tumpuan A (RA) dan di B (RB), dan
koreksi.

P2 = 3 N
P1 = 4 N
P3 = 2 N

a=1 m b=2 m c=1 m d=2 m


L=6m

RA RB

21
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
6. Diketahui Batang AB (A = sendi, B = rol) dengan gaya P1 = 3N bersudut 45 °,P2 =
4N bersudut 60°. Tentukan reaksi tumpuan A (RA) dan di B (RB), dan koreksi.

P2 = 4 N
P1 = 3 N

a=2 m b=2 m c=2 m


L=6m

RA RB

22
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Lampiran 1 – Lembar Kerja Siswa - Pertemuan 3

Lembar Kerja Siswa

Elemen 7 : Perhitungan Statika Bangunan


Pertemuan : 3
Waktu : 6 x 45 menit
Materi : Menghitung Gaya Batang dengan Metoda Titik Buhul

A. Identitas
Nama Peserta Didik :
Kelas :

B. Pembahasan
Tentukanlah besar masing-masing gaya batang pada konstruksi dibawah
ini. P2 = 3t
tD
Soal 1
P1 = 3t P3 = 3t
t 4 8 t

E F
5
1 3 9
6 1
A 30 7 B
2
C

2m 2m 2m 2m

23
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Soal 2
C 4 E 8 G

L=1m 1 9 12
3 5 7 11

A 45 2 6 10 B
13
D F H

P1 = 5 T P2 = 3 T P3 = 4 T

L=4
m

24
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Lampiran 1 – Lembar Kerja Siswa - Pertemuan 4

Elemen 7 : Perhitungan Statika Bangunan


Pertemuan : 4
Waktu : 6 x 45 menit
Materi : Menghitung Gaya Batang dengan Metoda Cremona

A. Identitas
Nama Peserta Didik :
Kelas :

B. Pembahasan
Diketahui konstruksi rangka batang seperti gambar dibawah ini dengan
P1 = P2 = P3 = 2 N. Tentukanlah gaya-gaya batang secara Grafis
dengan metoda Cremona, untuk simpul yang dilingkari saja.

C E G
4 8

L=1m 1 9 12
3 5 7 11

2 B
A 45 6 10 13
D F H

P1 = 2T P2 = 2 T P3 = 2 T

L=4m

25
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Lampiran 2 – Materi Ajar - Pertemuan 1

Elemen Struktur
Materi elemen 7 (4 pertemuan)
1. Peserta didik dapat memahami macam-macam elemen struktur.
2. Peserta didik dapat memahami macam-macam tumpuan, beban dan
menghitung reaksi tumpuan.
3. Peserta didik dapat menghitung gaya rangka batang dengan metoda titik
buhul dan Cremona

A. Pengertian Elemen-Elemen Struktur


Pada teknik konstruksi bangunan sempurna terdapat elemen struktur
pendukung dan pelengkap. Elemen tersebut dinamakan dengan elemen
struktur bangunan, yang diartikan sebagai sebuah alat atau bagian dari
sebuah sistem bangunan diatas tanah.
Fungsi utama dari elemen struktur adalah memberi kekuatan dan
kekakuan yang diperlukan untuk mencegah bangunan mengalami
keruntuhan dan kerobohan. Elemen-elemen struktur bangunan menyalurkan
beban-beban, lalu menyalurkannya ke bagian bawah tanah bangunan,
sehingga berat beban tersebut dapat ditahan.

Menurut sistem penyaluran bebannya struktur bangunan gedung dibagi


sebagai berikut:
a) Struktur utama adalah organisasi dari elemen-elemen ataupun komponen-
komponen bangunan yang menyalurkan beban ketanah dan tanpa adanya
struktur ini bangunan tidak dapat berfungsi dengan baik.
b) Struktur pendukung adalah susunan elemen-elemen ataupun komponen
bangunan yang mendukung struktur utama supaya dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik.

26
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
B. Klasifikasi Elemen Struktur
1. Klasifikasi Struktur berdasarkan geometri atau bentuk dasarnya.
a) Elemen Garis
Elemen garis merupakan klasifikasi elemen yang langsung dan
panjang dengan potongan melintangnya lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran panjangnya.
Elemen garis terbagi dua yaitu garis lurus dan garis lengkung.
Kebanyakan dari struktur teknik sipil berbentuk struktur rangka
(frame struktur) yang tersusun oleh oleh elemen elemen batang.
Sebagai contoh, struktur bangunan gedung atau struktur jembatan
merupakan struktur rangka dengan elemen elemen frame sebagai
penyusunnya.

Gambar 1. Elemen Garis Lurus dan lengkung


(Sumber : https://docplayer.info/72887811-Elemen-elemen-struktur-bangunan.html)

27
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
b) Elemen Permukaan
Elemen permukaan merupakan elemen terluar yang bisa dilihat
dengan mata pada suatu bangunan. Elemen permukaan merupakan
klasifikasi elemen yang ketebalannya lebih kecil dibanding ukuran
panjangnya. Berupa datar dan lengkung (tunggal dan ganda). Contoh
elemen permukaan ini seperti batu alam dipasang pada dinding atau
pada lantai.

Gambar 2. Elemen Permukaan


(Sumber : https://docplayer.info/72887811-Elemen-elemen-struktur-
bangunan.html)

2. Klasifikasi Struktur berdasarkan kekakuannya


Struktur berdasarkan kekakuannya dibedakan dua yaitu elemen kaku dan
fleksibel.
a) Elemen kaku
Elemen kaku biasanya sebagai batang yang tidak mengalami
perubahan bentuk yang cukup besar apabila mengalami gaya akibat
beban-beban tertentu.

28
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 3. Elemen Kaku
(Sumber : https://docplayer.info/72887811-Elemen-elemen-struktur-bangunan.html)

b) Elemen tidak kaku atau fleksibel


Elemen fleksibel memiliki karakteristik cenderung berubah menjadi
bentuk tertentu pada suatu kondisi pembebanan, misalnya kabel.
Bentuk struktur ini dapat berubah drastik sesuai perubahan
pembebanannya. Struktur fleksibel akan mempertahankan keutuhan
fisiknya meskipun bentuknya berubah-ubah.

Gambar 4. Elemen Tidak Kaku


(Sumber : https://docplayer.info/72887811-Elemen-elemen-struktur-bangunan.html)

3. Klasifikasi Struktur berdasarkan susunan elemennya.

29
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
a) Sistem satu arah, dengan mekanisme transfer beban dari struktur
kepemilikan tekanan merupakan aksi satu arah saja. Sebuah balok
yang terbentang pada dua titik tumpuan adalah contoh sistem satu
arah.
b) Sistem dua arah dengan dua elemen bila bersilang yang terletak
diatas dua titik tumpuan dan tidak terletak di atas garis yang sama.
Suatu pelat bujur sangkar datar yang kaku dan terletak diatas
tumpuan pada tepinya.

Gambar 5. Struktur menurut mekanisme transfer beban


(Sumber: Schodek, 1999)

Gambar 6. Pelat satu arah

30
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 7. Pelat dua arah

4. Klasifikasi Struktur berdasarkan material pembentukannya.


a) Struktur kayu (struktur bangunan yang terbuat dari kayu)
Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai
alternatif dalam perencanaan pekerjaan pekerjaan sipil, diantaranya
adalah rangka kuda kuda, rangka dan gelanggang jembatan, struktur
perancah, kolom dan balok lantai bangunan. Sistem struktur kayu
mempunyai sifat sambungan yang dapat bergerak (sendi, struss)
sehingga pengkakuan sering dilakukan dengan menempatkan batang
batang diagonal sehingga membentuk rangkaian segitiga segitiga

Gambar 6. Struktur Bangunan yang Terbuat dari Kayu


(sumber : https://jayawan.com/)

31
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
b) Struktur beton (struktur bangunan yang terbuat dari beton)
Beton adalah suatu struktur sederhana yang dibentuk oleh campuran
semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil),
udara dan kadang kadang campuran tambahan lainnya.penggunaan
beton secara murni untuk sistem struktur bangunan jarang dilakukan,
karena bahan ini relatif getas dan hanya mampu menahan beban atau
gaya tekan saja. Oleh karena itu penggunaan beton biasanya selalu
dibarengi dengan perkuatan tulangan baja di dalamnya untuk
menahan gaya gaya tarik pada struktur, sehingga struktur ini disebut
sebagai struktur beton bertulang (reinforced concrete/RC).

Gambar 7. Struktur Bangunan yang Terbuat dari Beton


(Sumber : https://www.kontraktorbangunandibali.com/)

c) Struktur baja (struktur bangunan yang terbuat dari baja)


Baja struktur adalah suatu jenis baja yang berdasarkan pertimbangan
ekonomi, kekuatan dan sifatnya, cocok untuk pemikul beban. Sistem
ini bersifat modern karena pengerjaannya membutuhkan ketrampilan
yang memadai dan harganya realtif mahal. Penggunaan pada sistem
struktur secara keseluruhan pada bangunan bangunan dengan fungsi
dan maksud tertentu karena kelebihan baja adalah ringan dam mudah
dibongkar pasang. Baja struktur banyak dipakai untuk kolom serta
balok bangunan bertingkat, sistem penyangga atap, hangar,

32
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
jembatan, menara antena, penahan tanah, pondasi tiang pancang,
dan lain lain.

Gambar 8. Struktur Bangunan yang Terbuat dari Baja


(Sumber : https://arsitekta.com/)

d) Struktur komposit (struktur bangunan yang terbuat dari dari dua materi
atau lebih)
Struktur komposit pembentuknya terdiri atas dua materi atau lebih dan
bekerja sama membentuk suatu kesatuan dimana masing-masing
material tersebut mempunyai kekuatan kekuatan tersendiri.
Perpaduan antar material beton dan baja tulangan akan membentuk
material yang komposit yang ekonomis serta efisien lewat kerja sama
yang tercipta melalui kekuatan lekat pada interface kedua material
tersebut. Contoh Struktur komposit adalah baja dengan beton, kayu
dengan beton, beton biasa dengan beton prategang.

33
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 9. Struktur Komposit
(Sumber : Buku Ajar Siswa Dasar-dasar DPIB)

C. Jenis-Jenis Elemen Struktur


1) Dinding dan Pelat
Dalam struktur bangunan, elemen dinding dan pelat sangat berpengaruh.
Elemen ini berupa struktur kaku pembentuk permukaan suatu dinding
pemikul beban. Jika dikaji dan dianalisis, pelat datar dan dinding mampu
memikul beban, baik beban yang bekerja dari arah vertikal maupun arah
horizontal. Kekuatan terhadap beban dalam arah tegak lurus menjadi
sangat terbatas apabila struktur dinding terbuat dari material kecil.
Untuk kelenturan dan meneruskan ke tumpuan menggunakan
struktur pelat datar secara horizontal. Struktur pelat dibuat dari beton
bertulang maupun baja. Pelat horizontal dapat dibuat dengan pola
susunan elemen garis yang aku dan pendek, sedangkan bentuk segitiga
tiga dimensi digunakan untuk memperoleh kekakuan yang lebih baik.
Macam-macam dinding berdasarkan bahannya adalah seperti
gambar dibawah ini

34
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Bata Batako Kayu log / Batang
tersusun

Papan Sirap Batu alam


Gambar 10. Macam-macam Dinding

Macam-macam dinding berdasarkan bahannya adalah seperti gambar


dibawah ini

Pelat lantai Kayu Pelat lantai beton


Gambar 11. Macam-macam pelat lantai

2) Balok
Balok digunakan untuk bangunan menjadi kokoh dan kuat. Balok adalah
bagian dari struktural bangunan yang kaku dan dirancang untuk
menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom
penopang. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat ring balok yang
fungsinya sebagai pengikat kolom jika ada pergerakan supaya tetap
bersatu dalam mempertahankan bentuk dan posisinya semula.

35
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Untuk membuat ring balok digunakan bahan yang sama dengan kolom,
agar hubungannya tidak mudah berubah bentuk, karena pola gaya yang
tidak seragam dapat mengakibatkan balok melengkung atau defleksi,
sehingga harus ditahan dengan kekuatan internal material.
Balok dapat dibagi menjadi beberapa jenis :
a) Jenis Balok berdasarkan bahan
(1) Balok Kayu
Balok kayu adalah sejenis balok yang terbuat dari bahan kayu
yang fungsinya menopang papan atau dek structural. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan balok kayu untuk bangunan
adalah jenis kayu, kualitas structural, modulus elaktisitas, nilai
tegangan tekuk, nilai tegangan geser yang diizinkan, dan defleksi
menimal yang diizinkan untuk penggunaan tertentu. Selain itu
perlu juga memperbatikan perihal kondisi pembebanan yang
akurat dan jenis koneksi yang dipakai.
Balok kayu yang dipakai dalam bangunan dibagi menjadi
beberapa jenis diantaranya :

i. Balok Kayu berserat paralel


Jenis balok berserat ini berupa kayu structural yang dibuat
dengan mengikat serat-serat panjang kayu dengan
memanfaatkan suhu panas dan tekanan. Sistem kerja panas
dan tekanan menggunakan adhesive kedap air. Kayu berserat
parallel biasanya digunakan sebagai balok dan kolom pada
konstruksi kolom-balok dan balok, header, serta lintel pada
konstruksi rangka ringan.

ii. Balok Kayu laminasi lem


Jenis balok kayu berlaminasi le mini berupa kayu yang dibuat
dengna melaminasi kayu kualitas tegang (stress grade) dengan
bahan adhesive di bawah kondisi yang terkonntrol. Kayu
laminasi lem ini keunggulannya memiliki batas tegangan yang

36
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
lebih besar, penampilan lebih menarik, dan ketersediaan
bentuk penampang yang beragam daripada balok kayu biasa.
Jenis balok kayu laminasi le mini juga dapat digantung dengan
sambungan scarf dan finger sesuai panjang yang diinginkan
atau dilem ujung-ujungnya untuk lebar atau kedalman yang
lebih besar.

iii. Balok Kayu Vaneer berlaminasi


Jenis balok kayu veneer berlaminasi ini wujudnya berupa
produk kayu yang dibuat dengan mengikat lapisan tripleks
secara bersama, dengan memanfaatkan suhu panas dan
tekanan memakai bahan adhesive kedap air. Hasil dari
pembuatan kayu veneer berlanimasi ini biasanya mempunyai
urat serat kayu arah longitudinal yang seragam dan
menghasilkan produk yang kuat ketika ujungnya dibebani
sebagai balok atau permukaannya dibebani sebagai papan.
Dalam pekerjaan bangunan jenis kayu venner berlaminasi ini
dipakai sebagai header dan balok.

Gambar 12. Balok Kayu

(2) Balok Baja


Balok baja pada umumnya memiliki bermacam-macam
struktur dalam bentuk rangka. Balok baja ini dipakai untuk

37
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
bangunan satu lantai dan dipakai untuk gedung bertingkat tinggi
atau gedung pencakar langit. Seputar pengerjaan struktur
menggunakan baja tidak dapat dikerjakan di lokasi. Oleh akrena
itu, biasanya baja dibentuk, dipotong, maupun dilubangi dalam
pabrik sesuai desain yang telah ditentukan. Balok baja sangat
cocok sebagai konstruksi tahan api, tetapi sebelumnya harus
dilapisi pelapis antiapi karena baja dapat kehilangan kekuatan
ketika dipanaskan.

Sambungan antara kolom dan balok menggunakan prinsip


sambungan kaku.

Gambar 13. Balok Baja

Gambar 14. Sistem sambungan antara kolom, balok dan tras penyangga lantai

(3) Balok Beton


Balok beton wujudnya berupa sebuah pelat beton yang di cor

38
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
di tempat dan dikategorikan menurut bentangan dan bentuk
cetakannya. Balok beton ini karakteristik utamanya adalah lentur.
Dengan sifat tersebut, balok merupakan elemen bangunan yang
dapat diandalkan untuk menangani gaya geser dan momen lentur.
Pendirian konstruksi balok pada bangunan umumnya mengadopsi
konstruksi balok beton bertulang.

Gambar 15. Balok Beton

b) Jenis Balok berdasarkan fungsi


(1) Balok Sederhana
Balok sederhana merupakan jenis balok yang posisinya bertumpu
pada kolom di ujung-ujungnya dengan satu ujung bebas berotasi
dan tidak memiliki mpmen tahan. Seperti struktur statis lainnya,
nilai dari semua reaksi, pergeseran, dan momen untuk balok
sederhana tidak tergantung dari bentuk penampang dan
materialnya.

39
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 16. Balok Sederhana

(2) Kantilever
Kantilever merupakan jenis balok yang diproyeksikan atau struktur
kaku lainnya didukung pada satu ujung tetap.

Desain kantilever memberikan lebih banyak ruang akibat


peniadaan struktur. Kantilever adalah penonjolan balok yang
hanya disokong pada salah satu sisinya, berakar pada desain
struktur dan perhitungan mekanika teknik bangunan.
Berikut adalah contoh penggunaan balok kantilever.

40
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 17. Balok Kantilever

Kantilever melindungi kendaraan dan membuat desain carport


menjadi luar biasa, unik dan multifungsi

(3) Balok Teritisan


Balok teritisan adalah bagian dari bangunan ayng berupa atap
tambahan yang berdiri sendiri atau bisa juga berupa perpanjangan
dari atap utama.
(a) Cara Kerja Tritisan
Konsep topi atau caping mendasari cara kerja tritisan. Yaitu
membentuk bayangan yang menutupi lubang diding. Melalui
tritisan, sinar matahari yang masuk diperkurang kwantitas dan
kwalitasnya. Tritisan bisa berkedudukan mendatar atau
vertikal. Kedua-duanya mempunyai alasan yang berharga.
Tergantung sinar mana dan yang bagaimana yang boleh
masuk ruangan atau tidak
(b) Fungsi Tritisan
Memasukkan cahaya matahari semaksimal mungkin dan
mencegah sinar matahari yang masuk pada melalui lubang
dinding pada bangunan. Cahaya matahari adalah terang yang
dihasilkan dari terang langit sedangkan sinar matahari
dihasilkan dari radiasi matahari secara langsung. Dalam

41
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
perencanaan dan perancangan bangunan, diusahakan untuk
memasukkan cahaya matahari semaksimal mungkin,
sedangkan sinar matahari ini diusahakan agar tidak masuk ke
dalam ruangan.

Gambar 18. Fungsi penghalang sinar matahari oleh balok tritisan

Bentuk dan ukuran tritisan serta oriantasi / perletakannya


mempengaruhi pola bayangan pada suatu bangunan. Disain
bentuk dari material beton sangatlah freksibel dan dinamis dalam
membentuk pemodelan tritisan, misal, pemvariasian sirip
horisontal, vertikal dan kombinasi keduanya.

Dibawah ini adalah analisa bentuk bayangan yang terjadi akibat


orientasi bangunan dan lintasan matahari, serta curah hujan serta
desain material betonnya.

Gambar 19. Analisa Bentuk Bayangan pada Balok

(4) Balok dengan ujung-ujungnya tetap

42
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Balok dengan ujung tetap merupakan jenis balok yang ujungnya
dikaitkan dengan kuat. Dibuat untuk menahan translasi dan rotasi.
Pada umumnya ujung balok ini dikunci sedemikian kuat, sehingga
tidak bergerak ataupun berotasi karena momen.

Gambar 20. Balok dengan ujung yang tetap

(5) Balok Menerus


Balok menerus merupakan jenis balok memanjang secara
menerus melewati lebih dari dua kolom tumpuan untuk
menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih
kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan
beban yang sama.

Gambar 21. Balok Menerus

3) Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya
menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak
ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Kolom wujudnya berupa sebuah batang tekan vertikal dari rangka
struktur yang memikul beban dari balok. Kolom termasuk suatu elemen
struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan.

43
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Sebagai perumpamaan, tubuh kita ditopang oleh rangka. Rangka tubuh
itulah yang merupakan kolom dalam struktur bangunan. Kolom termasuk
struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan berat beban yang
ditopang bangunan (manusia dan barang-barang), serta beban embusan
angin.

Gambar 22. Kolom


Kolom juga harus menopang atap, yang mana bebannya akan
didistribusikan ke pondasi, lalu ke permukaan tanah dibawahnya. Jadi
sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis
pondasinya sesuai dengan perhitungan. Kolom dapat dibagi menjadi tiga
seperti berikut :

N Jenis Kolom Penjelasan


o
1 Kolom ikat (tie Berupa kolom beton bertulang dengan batang
column) tulangan pokok memanjang. Bentuk
penampang bisa berupa bujur sangkar atau
empat persegi panjang. Kolom ini paling
mudah digunakan, karena pembuatannya

44
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
lebih mudah, perencanaannya relatif lebih
sederhana serta penggunaan tulangan
longitudinal yang lebih efektif (jika ada beban
momen lentur) dari type lainnya.
2 Kolom spiral Kolom bulat dengan tulangan longitudinal dan
(spiral column) tulangan pengikat spiral atau lateral. Kolom ini
mempunyai bentuk yang lebih bagus
dibanding kolom ikat, namun pembuatannya
lebih sulit dan kurang efektif dalam
penggunaan tulangan longitudinal (jika ada
beban momen lentur) dibandingkan dari kolom
ikat.
3 Kolom komposit Kolom ini menggunakan profil baja sebagai
(composite pemikul lentur pada kolom. Selain itu tulangan
column) longitudinal dan tulangan pengikat juga
ditambahkan bila perlu. Bentuk ini biasanya
digunakan jika hanya menggunakan kolom
bertulang biasa diperoleh ukuran yang sangat
besar karena bebannya yang cukup besar,
dan diharapkan ukuran kolom tidak terlalu
besar.

45
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 23. Penulangan Kolom

Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua yaitu
kolom utama dan kolom praktis.
i. Kolom Utama
Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah
beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan
jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk
menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara
kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus
dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah
tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok
8 d 12 mm, dan begel d 8-10 cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton
diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8
dengan jarak 10 cm).

46
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 24. Pondasi Plat dan Kolom
ii. Kolom Praktis
Kolom praktis merupakan kolom pada bangunan yang dibuat dengan
fungsi membantu kolom utama. Selain itu juga difungsikan sebagai
pengikat dinding supaya dinding stabil. Jarak kolom praktis maksimum
35 meter atau pada pertemuan pasangan bata (sudut-sudut). Kolom
praktis disarankan berdimensi 15/15 dengan tulangan betun 4 d 10
begel d 8-20.

47
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 25. Kolom Praktis

4) Rangka
Rangka bangunan adalah sebuah bagian dari bangunan yang merupakan
struktur utama pendukung berat bangunan dari beban luar yang bekerja
padanya. Rangka bangunan berfungsi untuk meneruskan beban vertical
dan horizontal ketanah, berupa beban tetap, beban manusia, barang,
beban gempa dan beban angin.

Macam-macam rangka :
(a) Rangka Baja
Selain kuat, baja yang dipakai sebagai rangka juga memiliki
keunggulan lain, yaitu :
1. Sangat fleksibel dibandingkan struktur rangka beton.

48
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
2. Rangka baja dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah
3. Bangunan struktur baja mempunyai toleransi lenturan yang baik
bila terjadi dorongan akibat terpaan angin kencang maupun
goyangan akibat gempa.
4. Rangka baja sangat elastisitas, ketika terbebani oleh gaya yang
besar, maka ia tidak akan langsung patah/retak, tetapi secara
perlahan menjadi bengkok terlebih dahulu.
Kekurangan pemakaian rangka baja adalah :
1. Tidak tahan pada panas tinggi
2. Mempunyai masalah dengan korosi, kelembapan, dan lingkungan
lautan.
(b) Rangka Beton Bertulang.
Rangka beton bertulang dalam konstruksi bangunan memiliki
kelebihan, diantaranya :
1. Sangat cocok dan baik sekali dalam menahan beban sangat tinggi.
2. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai kebutuhan
3. Keawetan dan ketahannya terhadap api ebih baik dibandingkan
struktur baja.

Gambar 26. Rangka Beton Bertulang

Kekurangan rangka beton bertulang adalah kuat tekan beton tidak

49
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
sama atau bervariasi karena pengaruh :
1. jenis,
2. kualitas
3. komposisi material pembentuknya (agregat, semen dan air)
4. pengerjaannya.
Kontrol kualitas beton sangat diperhatikan, baik dalam
pengadukannya, pengecorannya dan perawatannya setelah dicor.

( c) Rangka Kayu
Rangka kayu pada umumnya digunakan pada bangunan yang
kecil dan menengah, seperti pembuatan perumahan penduduk, rumah
adat dan lain sebagainya. Pada saat ini, pemakaian rangka kayu lebih
ditujukan sebagai bahan bangunan karena untuk memperoleh aspek
estetika atau seni keindahan, mengingat harga kayu yang semakin
mahal dan keberadaan kayu yang semakin langka. Pada umumnya
pemakaian rangka kayu banyak digunakan untuk pembuatan rumah
dengan sistem knock-down (sistem bongkar pasang menggunakan
baut dan sekrup).

Gambar 27. Rangka Kayu

(d) Rangka Bambu

50
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Pada pembuatan bangunan khususnya rangka atap, saat ini
masih banyak yang menggunakan bambu, disebabkan oleh
keberadaan bambu saat ini yang masih mudah ditemukan. Serta
bambu cukup menarik dijadikan sebagai bahan alternatif untuk
material bangunan. Selain murah, bambu juga mempunyai sifat
mekanis yang sangat baik, terutama kuat tariknya.
Namun dalam pemakaian bambu sebagai bagian bangunan juga
memiliki kelemahan yaitu :
1. bambu mempunyai sifat mudah lapuk dan menyusut, sehingga
daya lekatnya dengan beton dapat berkurang.
2. tidak meratanya kekuatan bambu diruas bawah dan atas, diameter
bambu bervariasi (tergantung jenis bambu).
Bambu mudah lapuk, sehingga sebaiknya dilakukan
pengawetan bambu terlebih dahulu.

5) Rangka Batang
Rangka batang adalah suatu struktur rangka yang digunakan
dalam bangunan dengan rangkaian batang-batang berbentuk
segitiga. Pada dasarnya rangka batang terbuat dari material kayu,
baja, almunium. Dalam struktur rangka batang, dipilih bentuk segitiga
karena stabil dan tidak mudah berubah.
Pada struktur rangka batang yang stabil, setiap deformasi yang
terjadi relatif kecil dan dikaitkan dengan perubahan panjang batang
yang diakibatkan oleh gaya yang timbul di dalam batang sebagai
akibat dari beban eksternal. Selain itu, sudut yang berbentuk antara
dua batang tidak akan berubah apabila struktur stabil tersebut
dibebani. Hal ini sangat berbeda dengan mekanisme yang terjadi pada
bentuk tak stabil. Dimana sudut antara dua batangnya berubah sangat
besar.

Adapun jenis rangka batang dibedakan 2 seperti pada gambar


dibawah ini.

51
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 28. Rangka Batang untuk Jembatan

Gambar 29. Rangka Batang untuk Atap

i. Konstruksi Rangka Batang Tunggal


Konstruksi rangka batang ini memiliki pola bentuk jika setiap batang
atau setiap segitiga penyusunnya mempunyai kedudukan yang

52
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
setingkat, atau konstruksi terdiri dari atas satu kesatuan yang sama
(setara). Gambar kontruksi rangka batang tunggal seperti gambar
dibawah ini.

Gambar 30. Rangka Batang Tunggal

ii. Konstruksi Rangka Batang Ganda


Konstruksi rangka batang jenis ini memiliki pola bentuk jika setiap
batang atau setiap segitiga penyusunnya setingkat kedudukannya.
Akan tetapi konstruksi terdiri atas dua buah kesatuan konstruksi yang
setara. Gambar konstruksi rangka batang ganda di tunjukkan seperti
gambar dibawah ini.

Gambar 31. Rangka Batang Ganda

iii. Konstruksi Rangka Batang Tersusun


Konstruksi rangka batang jenis ini memiliki pola bentuk jika kedudukan
batang atau segitiga penyusun konstruksi ada beda tingkatannya.
Dengan kata lain konstruksi terdiri atas konstruksi anak dan konstruksi

53
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
induk. Dapat dilihat pada gambar ilustrasi dibawah segitiga ABC
merupakan segitiga konstruksi induk, sedangkan segitiga ADE
merupakan segitiga konstruksi anak.
Konstruksi rangka batang pada umumnya berbentuk segitiga. Hal ini
mempunyai beberapa alas an, antara lain :
a) Bentuk segitiga merupakan bentuk yang paling stabil (statis)
b) Bentuk segitiga tidak menimbulkan tegangan di dalam batang
meskipun ada kesalahan ukuran dalam pelaksanaannya.
c) Bentuk segitiga merupakan bentuk yang paling menyatu
dibandingkan dengna bentuk lain.
d) Dalam bentuk segitiga, perubahan tempat akibat adanya gaya luar
menjadi lebih kecil daripada bentuk yang lain.

Gambar 32. Rangka Batang Tersusun

6) Kubah dan cangkang bola


Dalam struktur bangunan, kubah dan cangkang bola merupakan
bentuk struktur berkelengkungan ganda. Bentuk kubah dan cangkang
dapat dipandang sebgai bentuk lengkungan yang diputar. Umumnya
dibentuk dari material kaku seperti Beton bertulang, tetapi dapat pula
dibuat dari tumpukan bata. Kubah dan cangkang bola adalah struktur yang
sangat efisien dan digunakan ada bentang besar, dengan penggunaan
material yang relatif sedikit. Struktur bentuk kubah dapat juga dibuat dari
elemen-elemen garis, kaku, pendek dengan pola yang berulang,
contohnya adalah kubah geodesik.
Berikut ini adalah beberapa contoh bangunan yang menerapkan
sistem cangkang pada strukturnya.

54
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 33. Kubah dan Cangkang Bola

Cangkang merupakan bentuk struktural berdimensi tiga yang kaku


dan tipis serta memiliki permukaan lengkung. Permukaan cangkang
memiliki bentuk sembarang. Bentuk yang umum, yaitu permukaan yang
berasal dari berikut ini.
a. Kurva yang diputar terhadap satu sumbu, misalnya permukaan bola,

55
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
kerucut, elips dan parabola
b. Permukaan translasional yang dibentul dengan menggeserkan kurva
bidang diatas kurva bidang lainnya, misalnya permukaan bola eliptik
dan silindris.
c. Permukaan yang dibentuk dengan mengeserkan dua ujung segmen
garis pada dua kurva bidang, misalnya permukaan bentuk hiperbolik
parabolid dan konoid.
Bentuk cangkang tidak selalu memenuhi persamaan matematika
sederhana. Segala bentuk cangkang bisa saja digunakan untuk suatu
struktur. Beban-beban yang bekerja pada cangkang diteruskan ketanah
dengan menimbulkan tegangan geser, tarik dan tekan pada arah dalam
bidang permukaan tersebut. Tipisnya permukaan cangkang
menyebabkan tidak adanya tahan momen yang berarti struktur cangkang
tipis khususnya cocok digunakan untuk memikul beban merata pada atap
gedung. Cangkang selalu memerlukan penggunaan cincin tarik pada
tumpuannya.

7) Pelengkung
Pelengkung adalah struktur yang dibentuk oleh elemen garis yang
melengkung dan membentang antara dua titik, membentuk busur. Struktur
ini umumnya terdiri atas potongan-potongan kecil yang mempertahankan
posisinya akibat adanya pembebanan. Bentuk lengkung dan perilaku
beban merupakan hal pokok yang menentukan apakah struktur tersebut
stabil atau tidak. Kekuatan struktur tergantung dari bahan penyusunnya
serta beban yang akan bekerja padanya.

Berdasarkan catatan sejarah dalam bidang teknik bangunan,


pelengkung muncul pertama kali pada millennium ke-2 SM di
Mesopotamia dalam bentuk bata. Penggunaan yang semakin luas dan
sitematik dimulai oleh kekaisairan romawi yang mulai menggunakannya
untuk berbagai macam keperluan dalam arsitektur Romawi, seperti
akuaduk, koloseum dan bangunan lainnya.

56
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Pada umumnya pada sebuah pelengkung memerlukan semua
bagian-bagiannya supaya dapat berdiri kokoh. Membangun pelengkung
dimulai dengan membangun kerangka (biasanya terbuat dari kayu) yang
mengikuti bentuk luar pelengkung dibagian bawahnya. Setelah struktur
batu tersusun dan menopang bebannya sendiri, barulah kerangka kayu
dapat dilepas.

Gambar 34. Pelengkung

8) Cangkang silindrikal dan terowongan


Cangkang silindrikal dan terowongan merupakan jenis struktur
pelat- satu-kelengkungan. Struktur cangkang memiliki bentang
longitudinal dan kelengkungannya tegak lurus terhadap diameter bentang.
Struktur cangkang yang cukup panjang akan berperilaku sebagai balok
dengan penampang melintang adalah kelengkungannya. Bentuk struktur
cangkang ini harus terbuat dari material kaku seperti beton bertulang atau
baja.
Terowongan adalah struktur berpelengkung tunggal yang
membentang pada arah transversal. Terowongan dapat dipandang
sebagai pelengkung menerus.

57
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 35. Terowongan

9) Kabel
Kabel adalah elemen struktur fleksibel. Bentuk struktur kabel
tergantung dari besar dan perilaku beban yang bekerja padanya. Struktur
kabel yang ditarik pada kedua ujungnya, berbentuk lurus saja disebut tie-
rod. Jika pada bentangan kabel terdapat beban titik eksternal maka bentuk
kabel akan berupa segmen-segmen garis. Jika beban yang dipikul adalah
beban terbagi merata, maka kabel akan berbentuk lengkungan,
sedangkan berat sendiri struktur kabel akan menyebabkan bentuk
lengkung yang disebut catenary-curve.
Berkembangnya penggunaan kabel baja sebagai bahan struktur
pada berbagai jenis bangunan, dari konstruksi jembatan ke konstruksi
gedung sebagai penutup atap stadion olah raga, ruang pertemuan, ruang
pameran, dan lain-lain, memerlukan tahapan konstruksi yang sangat rinci.
Dukungan tenaga spesialis, yang menguasai know – how struktur kabel,
amat diperlukan untuk menjamin tercapainya performance dan keunikan
bentuk bangunan.

58
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 36. Kabel
10) Membran, Tenda dan jaring
Membran adalah lembaran tipis dan fleksibel. Tenda biasanya
dibentuk dari permukaan membran. Bentuk strukturnya dapat berbentuk
sederhana maupun kompleks dengan menggunakan membran-membran.
Untuk permukaan dengan kelengkungan ganda seperti permukaan bola,
permukaan aktual harus tersusun dari segmen-segmen yang jauh lebih
kecil karena umumnya membran hanya tersedia dalam bentuk lembaran-
lembaran datar. Membran fleksibel yang dipakai pada permukaan dengan
menggantungkan pada sisi cembung berarah ke bawah, atau jika berarah
keatas harus ditambahkan mekanisme tertentu agar bentuknya dapat
tetap. Mekanisme lain adalah dengan menarik membran agar mempunyai
bentuk tertentu. Jaring adalah permukaan tiga dimensi yang terbuat dari
sekumpulan kabel lengkung yang melintang.

Gambar 37. Membran


(Sumber : https://www.ajktendamembrane.com/)

59
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Lampiran 2 – Materi Ajar - Pertemuan 2

Gaya, Tumpuan, Beban dan Reaksi


A. Gaya
Gaya secara singkat dapat diartikan sebagai besaran usaha yang
dikerjakan pada suatu titik dan atau bidang dengan arah tertentu.
Berdasarkan satuan metrik, satuan Newton merupakan satuan gaya yang
umum digunakan. Besaran gaya ini merupakan perkalian besaran massa
dan besaran percepatan yang dialami oleh benda / Gaya materi tersebut.
Suatu masa 1 kg, jika ada di bumi, pasti akan mengalami percepatan
2
gravitasi (g) yang besarnya mendekati 10 m/dt . Dengan begitu massa

tersebut akan memberikan gaya berat akibat gravitasi sebesar 10 Newton.


Satuan gaya ini kadang digunakan secara praktis oleh pelaku bidang
keteknikan, utamanya yang banyak terlibat dengan berat suatu struktur,
yakni digunakan istilah satuan kgf yang mengandung pengertian bahwa 1
kgf (1 kg force) dapat dikonversikan dengan besaran 10 Newton.

1. Arah Gaya
Berdasarkan arah pada suatu bidang datar dan terhadap titik
tangkap tertentu, gaya dapat dibagi menjadi gaya datar (horisontal),
vertikal dan gaya yang berarah miring.

Gambar 38. Arah gaya pada suatu bidang: (a) Horisontal,


(b) vertikal dan (c) gaya miring / diagonal.
Sumber: Gere & Timoshenko, 1994

60
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
2. Macam-macam Gaya
a. Gaya Normal
Terhadap arah serat batang struktur, gaya-gaya tersebut
dapat dibedakan dan diuraikan ke dalam gaya normal/sejajar serat
dan gaya melintang/tegak lurus serat. Berdasarkan arah, gaya
normal dapat berupa gaya tekan, sering disepakati dengan tanda N
– (Normal negatif) dan gaya tarikan sebagai N + (gaya normal
positif).

b. Gaya Lintang
Terhadap serat batang, gaya ini memiliki arah tegak lurus atau
melintang. Karenanya, gaya ini lebih sering disebut sebagai gaya
lintang atau gaya geser. Ditinjau dari arah terhadap tampang batang,
gaya lintang dapat berupa gaya lintang positif (+) dan gaya lintang
negatif (-). Sebenarnya pembedaan tanda tersebut hanya
didasarkan kesepakatan agar memberi kemudahan dan keajegan
presentasi perhitungan pada perancangan struktur.

Gambar 41. Gaya normal dan gaya lintang:


(a) Gaya normal Tekan (P1),
(b) Normal Tarik (P2) dan gaya lintang negatif (P3),
(c) gaya lintang positif (P4)
Sumber: Gere & Timoshenko, 1994

Gaya lintang positif dapat ditandai dengan bagian kiri dari


batang tergeser berarah ke atas, sementara bagian kiri mengarah ke
bawah. Dengan begitu mengakibatkan batang yang terkena gaya
tersebut berputar kekanan. Sedang gaya lintang negatif, merupakan

61
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
kebalikan gaya lintang posif, mengakibatkan dua bagian batang
berputar ke kiri.

c. Gaya Momen
Batang yang dikenai gaya tegak lurus terhadap batang akan
menghasilkan gaya putar (rotasi) terhadap titik yang berjarak tertentu
di sepanjang batang. Gaya memutar tersebut disebut sebagai
momen. Dengan begitu besaran momen merupakan perkalian
antara gaya (tegak lurus) dengan lengan momen.

Berdasarkan arah putaran, momen dapat berupa momen


yang berotasi searah jarum jam (MR +) dan momen yang berotasi
melawan arah jarum jam (MR-). Sedangkan terhadap akibat yang
ditimbulkan pada batang, momen tersebut akan melenturkan batang.
Momen ini disebut sebagai momen lentur (M ltr). Momen lentur inipun
di bedakan menjadi momen lentur positif ( M ltr +) dan momen
lenturan negatif (M Ltr -).

Gambar 42. P1, P2 dan P3 menghasilkan momen rotasi negatif,


P2 gambar (b) menyebabkan momen lentur negatif,
P3 pada gambar (c) menyebabkan momen lentur positif
Sumber: Gere & Timoshenko, 1994

Momen lentur positif ditandai dengan bagian atas serat/


tampang mengalami tekanan dan bagian bawah tampang
mengalami tarikan. Sedangkan momen lentur negatif ditandai
dengan bagian atas tampang melintang batang mengalami tarikan
dan bagian bawah tampang batang mengalami tekanan.

62
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Selain momen lentur, momen dapat pula terdiri dari momen
puntir dan momen kopel. Contoh momen puntir yang sering dijumpai
adalah momen yang dialami oleh batang obeng (screw driver).
Momen ini bekerja sejajar dengan tampang melintang batang.
Sedangkan momen kopel merupakan momen pada suatu titik pada
gelegar yang bekerja sejajar arah panjang gelegar atau batang.
Ilustrasi puntir kopel ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 43.Bentuk momen : (a) Momen puntir dan (b) Momen kopel
Sumber: Gere & Timoshenko, 1994

B. Tumpuan
Dalam sebuah perhitungan struktur kita mengenal istilah tumpuan.
Tumpuan adalah tempat bersandarnya konstruksi dan tempat bekerjanya
reaksi. Jenis tumpuan yang digunakan berpengaruh terhadap jenis
konstruksi. Dalam ilmu mekanika rekayasa, dikenal ada tiga jenis tumpuan,
yaitu tumpuan sendi, tumpuan rol,dan tumpuan jepit.

1. Tumpuan Sendi
Tumpuan sendi dapat menerima gaya dari segala arah tetapi tidak
mampu menahan momen. Dengan demikian tumpuan sendi hanya
mempunyai dua gaya reaksi yaitu reaksi vertical RV dan reaksi horizontal
RH.
Pada tumpuan ini engsel dapat menerima gaya tarik maupun gaya
tekan asalkan garis kerjanya melalui titik pusat engsel dan tumpuan ini
tidak dapat menerima momen. Tumpuan ini mampu menerima gaya

63
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
sembarang sehingga gaya-gaya reaksi berupa gaya sembarang yang
malalui titik pusat engsel sehingga dapat diuraikan menjadi komponen
gaya datar dan gaya tegak.

Gambar 38. Tumpuan Sendi

Jenis tumpuan ini hanya dapat berotasi, namun tak dapat


bertranslasi dalam arah vertikal maupun horizontal. Tumpuan sendi
dapat memberikan reaksi dalam arah horizontal maupun vertikal. Atau
dalam bahasa sederhananya, tumpuan sendi dapat melakukan
perlawanan gaya secara vertikal dan horizontal (RV dan RH) namun
tidak dapat melakukan perlawanan momen.

2. Tumpuan Rol
Jenis tumpuan ini bebas berotasi dan bertranslasi sepanjang
permukaan rol ini berada. Tumpuan rol hanya mampu menyalurkan gaya
vertikal yang memiliki arah tegak lurus terhadap bidang permukaan. Atau
dalam bahasa sederhananya, Rol hanya mampu melakukan perlawanan
gaya vertikal (Rv), dan tidak melakukan perlawanan gaya horizontal dan
momen.

64
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Tumpuan rol hanya dapat menerima gaya tegak lurus, dan tidak
mampu menahan momen. Dengan demikian tumpuan rol hanya dapat
menahan satu gaya reaksi yang tegak lurus dengan RV.

Gambar 39. Tumpuan rol

Tumpuan rol hanya dapat menerima gaya tekan yang tegak lurus
pada bidang perletakan rol, jadi tumpuan rol ini hanya dapat membuat
gaya reaksi yang tegak lurus pada bidang perletakan rol.

3. Tumpuan Jepit
Tumpuan jenis ini dapat menahan gaya dalam arah vertikal (Rv),
horizontal (Rh), serta momen (Mx). Jenis tumpuan jepit tidak mengalami
rotasi dan translasi, sehingga sering disebut tumpuan kaku (rigid).
Tumpuan jepit dapat menahan gaya ke segala arah dan dapat
menahan momen. Dengan demikian tumpuan jepit mempunyai tiga
reaksi yaitu reaksi vertikal RV, reaksi horisontal RH dan reaksi
momen RM.

65
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Gambar 40. Tumpuan Jepit

4. Beban
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG)
a) Beban Mati (Dead Load), adalah beban yang bersifat tetap atau
konstan.
Contoh : beban struktur sendiri seperti atap, rangka atap, balok,
lantai, dll.
b) Beban Hidup (Live Load), adalah beban yang bersifat tidak tetap,
bergerak, berubah sewaktu-waktu.
Contoh : manusia, berbagai perabot, dll.
c) Beban Angin (Wind Load), adalah beban berupa angin dengan
segala arah dan kecepatannya.
d) Beban Gempa (Earthquake Load), adalah beban berupa gempa
bumi atau pergerakan (pergeseran) lapisan tanah bumi.
e) Beban Khusus (Special Load), adalah beban-beban yang
merupakan penyederhanaan kenyataan sehari-hari.
Contoh : penurunan (settlement), efek cuaca, panas, suhu,

66
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
temperatur, susut (shrinkage)

Pembebanan berdasarkan konstruksi, dibedakan menjadi :


1. Beban atau Muatan Terpusat ( Muatan Titik ), adalah beban atau
muatan yang tertuju pada satu titik.
Contoh : manusia, perabot, benturan, dll.
2. Beban atau Muatan Terbagi, adalah beban atau muatan yang tidak
tertuju pada satu titik, tapi terbagi pada bagian atau seluruh elemen
struktur tersebut.
Beban / Muatan Terbagi, dibagi atas :
a) Beban atau Muatan Terbagi Merata, adalah beban atau muatan
yang terbagi merata sepanjang benda tersebut. Contoh : balok,
pelat lantai, rangka atap, dll.

Gambar 44. Beban terbagi rata

b) Beban atau Muatan Terbagi Segitiga, adalah beban atau


muatan yang terbagi berupa bidang segitiga. Contoh : konsol,
mezzanine, kantilever, dll.

Gambar 45. Beban terbagi tidak segitiga

C. Menghitung Reaksi Tumpuan


1. Kesetimbangan akan terjadi jika aksi = reaksi
2. Jumlah gaya yang mendatar (horizontal) harus sama dengan nol
H = 0
3. Jumlah gaya yang vertikal harus sama dengan nol V = 0

67
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
4. Jumlah momen harus sama dengan nol M = 0

Apabila keseluruhannya dalam keadaan setimbang maka berlaku juga syarat


kesetimbangan bahwa momen pada salah satu titik = 0

Reaksi tumpuan di titik A yaitu RA


Reaksi tumpuan di titik B yaitu RB

Keduanya dicari dengan mengambil momen di masing-masing


tumpuan = 0
Momen di titik A = 0
MA = 0
-RB. L + F.a = 0
𝐹.𝑎 𝐹.𝑎
−𝑅𝑏 = − 𝐿
 𝑅𝐵 = 𝐿

Momen di titik B = 0
MB = 0
𝐹.𝑏
RA . L - F.b = 0 𝑅𝐴 = 𝐿

Dengan syarat kesetimbangan, jumlah gaya vertikal = 0 V = 0


F +(-RA)+(-RB)=0
RA dan RB negatif (-) karena arahnya berlawanan dengan arah gaya.
Jadi F - RA - RB = 0
F = RA + RB
𝐹.𝑏 𝐹.𝑎
Jika 𝑅𝐴 = 𝐿
dan 𝑅𝐵 = 𝐿
𝐹.𝑏 𝐹.𝑎
Maka RA + RB = 𝐿
+ 𝐿
𝐹 (𝑏+𝑎)
RA + RB = padahal a + b = L
𝐿
𝐹𝐿
Sehingga RA + RB =
𝐿

68
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
RA + RB = F
RA + RB - F = 0
Dengan syarat kesetimbangan, jumlah gaya horizontal =0 H = 0
Karena gaya horizontal memang tidak ada (jumlahnya juga = 0)

Contoh soal 1 :
Sebuah konstruksi balok panjang 5 meter ditumpu diujungnya dengan tumpuan
sendi di A dan rol di B. Muatan terpusat F = 10 N di C sejauh 2 meter dari A.
Hitunglah momen di A dan di M serta koreksinya.

F= 10 N
Diketahui :
L=5m
F = 10 N
a=2m a=2 m b=3m

tumpuan A sendi, B rol


L=5m
RA RB

Ditanyakan :
RA , RB dan koreksi.

Penyelesaian :
Reaksi Perletakan
MB = 0 Koreksi :
𝐹. 𝑏 10 𝑁 . 3 𝑚 RA + RB = F
𝑅𝐴 = = =6𝑁
𝐿 5𝑚 6 N + 4 N = 10 N
MA = 0
10 N = 10 N... (memenuhi)
𝐹. 𝑎 10 𝑁 . 2 𝑚
𝑅𝐵 = = =4𝑁
𝐿 5𝑚

69
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Contoh Soal 2
Diketahui Batang AB (A = sendi, B = rol) dengan gaya P1 = 6 N dan P2 = 8 N.
Tentukan reaksi tumpuan A (RA) dan di B (RB) dan koreksinya.
Penyelesaian :
Diketahui
P1 = 6 N, P2 = 8 N
(A = sendi, B = rol)
a = 2, b = 4, c = 4. L = 10 m
Ditanya : RA , RB, koreksi,
diagram lintang (geser)
diagram momen F1 = 6 N F2 = 8 N

A C D B

2m 4m 4m

L = 10 m
RB
RA
Jawab :
Reaksi Perletakan
MB = 0 MA = 0
𝐹1 (𝑏 + 𝑐) + 𝐹2 . 𝑐 𝐹1 . 𝑎 + 𝐹2 . (𝑎 + 𝑏)
𝑅𝐴 = 𝑅𝐵 =
𝐿 𝐿
6(4 + 4) + 8.4 6.2 + 8. (2 + 4)
𝑅𝐴 = 𝑅𝐵 =
10 10
6.8 + 8.4 6.2 + 8.6
𝑅𝐴 = 𝑅𝐵 =
10 10
48 + 32 80 12 + 48 60
𝑅𝐴 = = =8𝑁 𝑅𝐵 = = =6𝑁
10 10 10 10

Koreksi :
RA + RB = F1 + F2
8N+6N=6N+8N
14 N = 14 N .... Memenuhi

70
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Contoh Soal 3. (menghitung dengan gaya yang berbeda arah)
Diketahui Batang AB (A = sendi, B = rol) dengan gaya P1 = 5 N dan P2 = 3 N.
Tentukan reaksi tumpuan A (RA) dan di B (RB), koreksi, diagram lintang (geser)
dan diagram momennya.
Penyelesaian :
Diketahui : P1 = 5 N, P2 = 3 N
(A = sendi, B = rol)
a = 4, b = 3, c = 2. L = 9 m

F1 = 5 N
Ditanya : RA , RB, Koreksi,
diagram lintang (geser) F2 = 3 N
diagram momen
a=4 m b=3m c=2m

L=9m
RB
RA
Jawab :
Reaksi Perletakan

MB = 0 MA = 0
Ra.L – F1(b+c) + F2.c = 0 -RB.L – F2 (b+a) + F1.a = 0
RA.9 – F1.(3+2) + F2.2 = 0 -RB.9 – F2.(3+4) + F1.4 = 0
RA.9 – 5 . 5 +3 . 2 = 0 -RB.9 – 3.7 + 5.4 = 0
RA.9 – 25 + 6 = 0 -RB.9 – 21 + 20 = 0
RA.9 – 19 = 0 -RB.9 – 1 = 0
19 1
𝑅𝐴 = = 2,111 𝑁 𝑅𝐵 = = −0,111 𝑁
9 9

Koreksi :
RA + RB = F1 + F2
2,111 N + (-0,111 N) = 5 N - 3 N
2 N = 2 N .... Memenuhi

71
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Contoh Soal 4: Menghitung reaksi gaya bersudut
Diketahui Batang AB (A = sendi, B = rol) dengan gaya P1 = 2N ,P2 = 3N bersudut 45 
dan P3 = 4N bersudut 60. Tentukan reaksi tumpuan A (RA) dan di B (RB), koreksi, gaya
lintang (geser), gaya normal dan gaya momennya, beserta diagramnya.
Penyelesaian :
Diketahui : P1 = 2 N,
P2 = 3 N sudut 45
P3 = 4 N sudut 60
(A = sendi, B = rol)
a = 1, b = 2, c = 1, d = 2, L = 6 m
Ditanya : RA , RB, koreksi,
gaya lintang (geser), gaya normal
P3 = 4 N
gaya momen dan diagramnya
P2 = 3 N
P1 = 2 N

a=1 m b=2 m c=1 m d=2 m


L=6m

Jawab : RA RB
Reaksi Perletakan
MB = 0
RA.L - P1.(b+c+d) – P2 sin 45(c+d) - P3 sin 60(d) = 0
RA.6 – {2N.(2+1+2)} – {3N . 0,707.(1+2)} – {4N.0,866 . 2} = 0
RA.6 – (2N. 5) – (3N . 0,707.3) – (4N.0,866.2) = 0
RA.6 – 10 – 6,363 – 6,928 = 0
RA.6 – 23,291 = 0
23,291
𝑅𝐴𝑉 = = 3,882 𝑁
6
MA = 0
-RB.L + P1.a + P2 sin 45. (a+b) + P3 sin 60. (a+b+c) = 0
-RB.6 +{2N.1} + {3N.0,707.(1+2)} + {4N.0,866.(1+2+1)}=0
-RB.6 + 2 + 6,363 + 13,856 = 0
-RB.6 + 22,219 = 0
22,219
𝑅𝐵𝑉 = = 3,703 𝑁
6

72
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
H = 0
RAH + P2 cos 45 – P3 cos 60 = 0
RAH= -P2 cos 45 + P3 cos 60
= (-3N. 0,707) + (4N.0,5)
= -2,121 + 2 = - 0,121 N ()

Kontrol :
RA + RB = P1 + P2sin 45 + P3sin 60
3,882N + 3,703N = 2N + (3N.0,707) + (4N.0,866)
7,585N = 2N + 2,121N + 3,464
7,585N = 7,585N ......... (memenuhi)

73
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Lampiran 2 – Materi Ajar - Pertemuan 3

Rangka Batang
Menghitung Gaya Rangka Batang dengan Metoda Titik Buhul

Konstruksi yang terdiri dari batang-batang yang masing-masing


ujungnya dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi suatu bentuk yang
kuat dalam menahan beban yang bekerja
Batang-batang tadi dapat dihubungkan dengan las, baut ataupun paku keling
untuk memudahkan perhitungan setiap hubungan dengan ujung batang
dianggap sendi bukan jepit.
1. Bentuk dasar
Beberapa batang yang ujungnya dihubungkan bisa berbentuk :
a) Segitiga
batang

sendi

b) Segi empat

c) Segi lima

Kesimpulan :
a. Dari bentuk diatas ternyata bentuk segitiga adalah bentuk yang paling
stabil
b. Konstruksi rangka batang harus merupakan gabungan dari bentuk
segitiga-segitiga agar dapat stabil dalam menahan beban

74
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
2. Batang dan Sendi / Simpul
a. Sebuah segitiga terdiri dari 3 batang dan 3 sendi

batang

sendi

b. 2 buah segitiga terdiri dari 5 batang dan 4 sendi

c. 3 buah segi terdiri dari 7 batang dan 5 sendi

Kesimpulan : Setiap bertambah sendi, maka jumlah batang bertambah

3. Metode Perhitungan
Konstruksi rangka batang harus di desain supaya stabil dan dapat
menahan beban. Hal ini berarti gaya-gaya yang bekerja pada setiap titik
simpul (titik buhul) seimbang atau saling meniadakan.

Metoda yang digunakan dalam perhitungan gaya-gaya batang ini antara


lain
Metoda Titik Buhul Potongan
Analitis Metoda titik buhul Metoda Ritter
Grafis Metoda Cremona Metoda Cullman

75
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
4. Bentuk Metoda Titik Buhul

a. Konstruksi rangka seluruhnya dalam keadaan seimbang, maka tiap

simpul juga dalam keadaan seimbang artinya ∑V=0 dan ∑H=0

G H

A D E F B

b. Hitunglah reaksi tumpuan secara analitis sebelum memulai

menggunakan persamaan ∑V=0 dan ∑H=0.

Pada peninjauan setiap titik simpul haruslah dimulai dari titik yang
mempunyai paling sedikit 2 batang yang belum diketahui maka
janganlah memulai dari simpul yang semua batangnya belum
diketahui.
c. Dalam mengerjakan soal dimulai dari titik A yang merupakan
perpotongan D1 dan B1 yang hanya 2 batang yang tidak diketahui,
sedangkan simpul lain ada 3 batang yang tidak diketahui.
Setelah itu lanjutkan pada simpul yang merupakan perpotongan
B1, B2, T1 atau simpul 2 dan begitu seterusnya.
Trigonometri
a

miring
Depan = y

Samping = x

b.

sa = D1 . cosα
D1 de = D1 . sinα
D1
T1 de
α α
B1
sa 76
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Berapakah y dan x ?
b. 10 Jawab :
y
60

Arah gaya kekanan dan keatas diberi tanda (+) dan arah kekiri dan kebawan
diberi tanda (-) y

D1 sinα D1

D1 cosα

Ra

d. Dari gambar diatas batang D1 membentuk sudut α maka batang tersebut harus
diuraikan terhadap sumbu x dan y untuk prediksi awal kita anggap D1 sin α arah
keatas berarti bernilai (+), sedangkan D1 cos α arah kekanan berarti bernilai
positif (+).
Jika hasil yang didapat negatif berarti arah batang prediksi kita salah

77
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Contoh soal 1:
Tentukanlah besar masing-masing gaya batang pada konstruksi dibawah ini.

P2 = 3 t

D
P1 = 2 t P3 = 2 t
4 8

E F
5
1 3 9
6 1
A 30 7 B
2
C

1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m

Penyelesaian :
P1 P2 P3

RA RB
1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m

MA = 0
-RB.6 +P1 . 1,5 + P2 . 3 + P3 . 4,5 = 0
- RB.6 + 2 . 1,5 + 3 . 3 + 2 . 4,5 = 0
- RB.6 + 3 + 9 + 9 =0
- 6RB + 21 =0
21
𝑅𝐵 = = 3,5 𝑡
6
MB = 0
+ RA.6 -P3. 1,5 - P2 . 3 – P1.4,5 = 0
+ RA.6 -2. 1,5 - 3 . 3 – 2.4,5 = 0
+ 6RA -3 -9 -9 =0
+ 6RA - 21 = 0
6RA = 21
21
𝑅𝐴 = = 3,5 𝑡
6

78
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Koreksi
EV = 0
P1 + P2 + P3 = RA + RB
2 + 3 + 2 = 3,5 + 3,5
7 = 7 Memenuhi

Simpul A
V = 0 H=0
S1 S1 cos 30 + S2 = 0
S1 RA + S1 . Sin 30 = 0 -7 . 0,866 + S2 = 0
sin
30 3,5 + S1.0,5 = 0 -6,062 + S2 = 0
30
S2 = 6,062 t
0,5S1 = -3,5
S1 cos 30
S2 −3,5
𝑆1 = = −7𝑡
RA 0,5

Simpul E P1

S4

S4 sin 30
S1 cos 30
30

30 30

S3 cos 30

S3 sin 30 S3
S1
V = 0 S1 sin 30

- P1-S1 sin 30 – S3 sin 30 + S4 sin 30 = 0


-2 -(-7. 0,5) – (S3 . 0,5) + (S4 . 0,5) = 0
-2 + 3,5 – 0,5S3 + 0,5S4 =0
1,5 – 0,5S3 + 0,5S4 =0
– 0,5S3 + 0,5S4 = -1,5 persamaan 1
H = 0
S4 cos 30 + S3 cos 30 – S1 cos 30 = 0
0,866 S4 + 0,866 S3 – (-7 . 0,866) = 0
0,866 S4 + 0,866 S3 – (- 6,062) = 0
0,866 S4 + 0,866 S3 + 6,062 =0
0,866 S4 + 0,866 S3 = - 6,062 persamaan 2

79
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
– 0,5S3 + 0,5S4 = - 1,5 0,866 persamaan 1
0,866 S3 + 0,866 S4 = - 6,062 0,5 persamaan 2
-0,433 S3 + 0,433 S4 = - 1,299
0,433 S3 + 0,433 S4 = - 3,031
0,866 S4 = - 4,330
−4,330
𝑆4 = 0,866
= −5 𝑡

– 0,5S3 + 0,5S4 = -1,5


– 0,5S3 + 0,5.(-5) = -1,5
– 0,5S3 - 2,5 = -1,5
– 0,5S3 = -1,5 + 2,5
– 0,5S3 = 1,0
1,0
𝑆3 = = −2 𝑡
0,5

Simpul B

S9 EV = 0 EH = 0
RB + S9 Sin 30 = 0 -S7 - S9 Cos 30 = 0
3,5 + S9. 0,5 = 0 -S7 – (-7.0.866) = 0
S9 sin 30
0,5S9 = 3,5 -S7 + 6,062 = 0
30 B S7 = 6,062 t
S7 S9 cos 30 RB

Simpul F
P3
S8 V =0
S8 sin 30 - P3 – S9 sin 30 – S6 sin 30 = 0
S8 sin 30
S8.0,5 – 2 – (-7.0,5) – 0,5.S6 = 0
0,5 S8 – 2 + 3,5 – 0,5 S6 = 0
30 S9 cos 30 0,5 S8 + 1,5 – 0,5 S6 = 0
0,5 S8 - 0,5 S6 = -1,5 persamaan 1
S6 cos 30 S8 cos 30 30 30

S9
HS6 = 0 S6 sin 30 S9 sin 30

-S8 cos 30 + S9 cos 30 – S6 cos 30 = 0


-0,866 S8 + (-7.0,866) – 0,866 S6 = 0
-0,866 S8 - 0,866 S6 = 6,062 persamaan 2

0,5 S8 - 0,5 S6 = -1,5 x 0,866 persamaan 1


-0,866 S8 - 0,866 S6 = 6,062 x 0,5 persamaan 2
0,433 S8 – 0,433 S6 = -1,299
-0,433 S8 – 0,433 S6 = 3,031

80
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
- 0,866 S6 = 1,732

1,732
𝑆6 = = −2 𝑡
−0,866

Titik buhul Harga


S1 -7 t
S2 6,062 t
S3 -2 t
S4 -5 t
S5
S6 -2 t
S7 6,062 t
S8 -5 t
S9 -7 t
0,5 S8 - 0,5 S6 = -1,5
0,5 S8 - 0,5 . -2 = -1,5
0,5 S8 + 1 = -1,5
0,5 S8 = -1,5 - 1
0,5 S8 = -2,5
−2,5
𝑆8 = = −5 𝑡
0,5

81
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Contoh soal 2:

Diketahui konstruksi rangka batang seperti gambar dibawah ini dengan P1 = 8 ton, P2
= 2 ton dan P3 = 4 ton. Tentukanlah gaya-gaya batang secara metode keseimbangan
gaya batang titik buhul secara analitis.

C 4 E 8 G

L=2m
1 9 12
3 5 7 11

A 45 B
2 6 10 13
D F H

P1 = 8 T P2 = 2 T P3 = 4 T
L=8m

Penyelesaian :

∑MA = 0 ∑MB = 0
-P3. 2 - P2. 4 - P3. 6 + RA.8 = 0
P1. 2+ P2. 4 +P3. 6 - RB.8 = 0 -4. 2 - 2. 4 - 8. 6 + RA.8 = 0
-8 - 8 - 48 + RA.8 = 0
8. 2 + 2. 4 + 4. 6 - RB.8 = 0
-64 + RA.8 = 0
16 + 8 + 24 - RB.8 = 0 RA.8 = 64
48 - RB.8 = 0
48 = RB.8
48
𝑅𝐵 = = 6 𝑡𝑜𝑛
8

Kontrol = P1 + P2 + P3 = RA + RB
8t + 2t + 4t = 8 t + 6 t
14t = 14t

Simpul A S1 V(Gy) = 0 (terhadap sumbu y)


H(Gx) = 0 (terhadap sumbu X)
RA + S1. Sin 45 = 0
S1. cos 45 + S2 = 0
S1 sin 45 8 + S1.0,707 = 0
-11,315.0,707 + S2 = 0
0,707.S1 = - 8
-8 + S2 = 0
S1 cos 45 S
45
S2 2=8t

RA

82
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Simpul C

Gy = 0 Gx = 0
-S1 sin 45- S3 = 0 -S1 cos 45+ S4 = 0
S4
- S3 = S1 sin 45 -(-11,315).0,707 + S4 = 0
S3 = - S1 sin 45 8 + S4 = 0
S3 = - (-11,315.0,707) S4 = -8 t
S1 cos 45 S3 = - (-8)
S3 S3 = 8 t
S1 sin 45
S1

Simpul D Gy = 0 Gx = 0
S5 sin 45 S3 + S5 sin 45- P1 = 0 -S2 + S5 cos 45+ S6 = 0
S3 8 + S5.0,707 – 8 = 0 -8 +(0).0,707 + S6 = 0
S5
S5.0,707 + (8 – 8 ) = 0 -8 + 0 + S6 = 0
S5.0,707 + 0 = 0 S6 = 8 t
S5 cos 45 S5 = 0 t

S2 P1 = 8t
S6

Simpul F
Gy = 0 Gx = 0
S7 S7 – P2 = 0 -S6 + S10 = 0
S7 – 2t = 0 -8 + S10 = 0
S10 S7 = 2 t S10 = 8 t

S6
P2 = 2t

Simpul E Gy = 0 Gx = 0
– S5 sin 45- S7 - S9 sin 45 = 0 -S4 – S5 cos 45- S9 sin 45 + S8 = 0
S4 S8 0 – 2 - S9 . 0,707 = 0 -(-8) – 0 – (2,829.0,707) + S8 = 0
-2 – S9.0,707 = 0 8 – 0 – 2 + S8 = 0
- S9.0.707 = 2 6 + S8 = 0
S5 cos 45 S8 = -6 t
S9 cos 45

S9 sin 45 S9 = -2,829 t
S5 sin 45 S9
S5 S7

83
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Simpul G
Gx = 0 Gy = 0
S8 -S8 + S12 cos 45 = 0 -S11 - S12 sin 45 = 0
-(-6) + S12.0,707 = 0 -S11 – (-8,487.0,707) = 0
6 + S12.0,707 = 0 -S11 – (-6) = 0
S12.0,707 = -6 -S11 + 6 = 0
S12 cos 45
S11 = 6 t
S11 S12 sin 45 S12

Simpul B
Gx = 0
S12 S12 sin 45 -S13 –S12 cos 45 = 0
-S13 – (-8,487.0,707) = 0
-S13 – (-6) = 0
S12 cos 45 -S13 + 6 = 0
S13
=6t
S13 RB

Titik
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13
buhul
Gaya - - -
8 8 -8 0 8 2 -6 8 6 6
batang 11,315 2,829 8,467

84
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Lampiran 2 – Materi Ajar - Pertemuan 4

Menghitung Gaya Rangka Batang dengan Metoda Cremona

Cara cremona ini adalah cara grafis dimana dalam penyelesaiannya


menggunakan alat tulis pensil yang runcing dan penggaris siku (segitiga).
Cremona adalah nama orang yang pertama-tama menguraikan diagram itu :
Luigi Cremona berasal dari Itali.

Langkah-langkah penyelesaian rangka batang dengan metode Cremona :

1. Tentukan reaksi tumpuan yang terjadi (∑M = 0, ∑V = 0, ∑H = 0)

2. Tentukan skala penggambaran misal 1 : 100 (disarankan skala jangan terlalu


kecil karena ketelitian metode Cremona tergantung pada skala yang digunakan)
3. Analisis gaya dimulai dari simpul yang maksimal mempunyai Dua Batang yang
belum diketahui gaya batangnya
4. Inventarisir gaya-gaya pada simpul tersebut sesuai arah jarum jam dimulai dari
gaya yang paling awal diketahui besarnya.
5. Gambar poligon gaya berdasarkan urutan tersebut sesuai dengan skala
6. Poligon gaya harus berbentuk polygon tertutup, jadi awal mulai menggambar
harus bertemu dengan batang terakhir.
Perjanjian gaya batang :
1. Gaya yang menjauhi titik simpul merupakan gaya tarik (+) TaPlus
2. Gaya yang mendekati titik simpul merupakan gaya tekan (-) TeMin
Contoh : skala 1 cm = 1N P2 = 2 t

D
P1 = 2 t P3 = 2 t
4 6

E F
5
1 3 8
7 1
A 30 9 B
2
C

3m 3m 3m 3m

85
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Pertama sekali kita harus mencari besar RA dan RB.

∑MB = 0

-P1.9 - P2.6 - P3.3 + 12RA = 0


-2.9 – 2.6 - 2.3 + 12 RA = 0
-18 – 12 – 6 + 12RA = 0
-36 + 12RA = 0 P2 = 2 t
36 D
𝑅𝐴 = =3𝑁
P1 = 2 t 12 P3 = 2 t
4 6

E F
5
1 3 8
7 1
A 30 9 B
2
C

3m 3m 3m 3m

Karena seimbang maka otomatis RA = RB


Selanjutnya kita mulai melukis gaya, kita mulai dari simpul A, harus searah
dengan jarum jam dimulai dari garis batang yang telah diketahui.
Simpul A
S1 S1

RA = 3 N
S2
S2
RA

Urutan penggambarannya adalah : RA – S1 – S2


Bagaimana cara menentukan gara tarik (+) atau tekan (-) ? Perhatikan panah S1
kearah bawah, pindahkan panah tersebut ke sumbu. Jika menekan sumbu maka
(-), jika dia menarik sumbu maka (+)

86
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Tekan Minus (TeMin) Tarik Plus (TaPlus)
Jadi S1 (-) dan S2 (+)

S1

Simpul E � Urutannya S1 – P1 – S4 – S3
P1 RA = 3 N
S4
S4
S2
S1
S3
S3

Jadi S4 (-) dan S3 (-)


Simpul C Urutannya S4 – P2 – S6 – S5
S1
P2 P1
RA = 3 N
S4
S6
S4
S5
S55 S2
P2
S3 S6
Jadi S6 (-) dan S5 (+)

Simpul F Urutannya S7 – S6 – P3 – S8
S1
P1
P3
RA = 3 N
S6
S7
S4
S8 S5
S7
S2 P2
S3 S6
Jadi S8 (-) dan S7 (-)

P3
S8
87
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Simpul B S8 – RB – S9 S1
P1
S8
RA = 3 N
S7
S4
S9 S5
RB S2 P2
S3 S6
RB
Jadi S9 (+)
P3
Batan Gaya Batang (N) S8
S9
g Tarik (+) Tekan (-)
S1 5
S2 4,2
S3 1,7
S4 3,3
S5 1,8
S6 3,3
S7 1,7
S8 5
S9 4,4

88
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
Latihan soal
Diketahui rangka batang seperti berikut, carilah semua gaya batang dengan
metode grafis Cremona. P4

Diketahui : P1 = P7 = 1 N
P3 P5
P2 s/d P6 = 2 N
P2 G P6

12
8
F J
P1 4 9 13 16 P7
11
C 7 15 K
1 5 17 19 20
3
A 2 6 10 14 18 21 B
D E H I L
RA 12 M RB

Penyelesaian :

Batan Gaya Batang (N)


g Tarik (+) Tekan (-)
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12

89
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
S21

Urutan simpul yang dikerjakan : A�D� C�F �E�H�G� J�I �L�K�B

90
Modul Ajar – Elemen 7 – Perhitungan Statika Bangunan

Anda mungkin juga menyukai