Pd,
Institusi, Tahun SMK NEGERI 1 GUNUNG JATI,
Ajar 2021
2. Jenjang Sekolah SMK
3. Fase/Kelas E/X
4. Alokasi Waktu 3 TM x 6 JP x 45 MENIT (810 MENIT)
(menit)
5. Tujuan Peserta didik mampu menjelaskan perkembangan
Pembelajaran teknologi dan isu-isu global terkait desain pemodelan
dan informasi bangunan dengan menggunakan kata-
kata sendiri
Kegiatan Pembelajaran 1
B Inti 105’
- Guru menyampaikan materi pembelajaran (Green Building
dan Sustainable Building) dan tujuan pembelajaran
- Guru memberikan assessment diagnosis non kognitif
- Membentuk kelompok belajar beranggotakan 5-6 siswa/murid
C Penutup 15’
Kegiatan Pembelajaran 2
B Inti 105’
- Melakukan asesmen sumatif
- Guru menyampaikan materi cara pembuatan lubang biopori
melalui video berikut https://youtu.be/hePQNqvyL9k dan
https://youtu.be/75xhHycvXLU
- Siswa menyimak dan mencatat penjelasan guru
- Siswa menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
- Siswa dan guru ke luar kelas membuat lubang biopori di
sekitar lingkungan sekolah, satu kelompok membuat 3 lubang
- Setelah selesai siswa Kembali ke dalam kelas
- Perwakilan kelompok menceritakan pengalaman membuat
lubang biopori
C Penutup 15’
Nama :
Kelas :
No. Pertanyaan 😊 ☹
1. Apakah kamu senang belajar di
rumah?
2. Apakah kamu menyukai bekerja
dalam kelompok?
3. Apakah kamu bersemangat untuk
belajar materi ini?
4. Apa harapanmu setelah
mempelajari materi ini?
5. Siapa yang membantumu jika
kamu memiliki kesulitan dalam
belajar?
Tindak Lanjut
a. Identifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata.
b. Menentukan tindak lanjut dan mengkomunikasikan dengan siswa serta orangtua jika
diperlukan.
Asesment Diagnostik Kognitif
Nama :
Kelas :
Tindak Lanjut
Setelah semua murid menyelesaikan asesmen, gunakan contoh tabel di bawah ini untuk:
Melakukan penilaian untuk masing-masing murid, dengan memberikan nilai 1 apabila
jawaban benar, dan nilai 0 apabila jawaban salah. Jadi, seorang murid yang bisa
menjawab dengan benar 10 soal akan mendapatkan nilai 10.
Menghitung rata-rata kelas, dengan menambahkan nilai total semua murid, dan membagi
dengan jumlah murid yang mengikuti asesmen awal.
Berdasarkan hasil penilaian, bagi siswa menjadi 3 kelompok
- Tugas Kelompok 1
Petunjuk :
Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa kemudian menganalisis video
https://youtu.be/Ahoq-shlBks dan https://youtu.be/DitBPAkFQUE
Setelah selesai setiap kelompok secara bergantian menuliskan materi yang didapat pada
kertas sticky notes dan menempelkannya di papan tulis
- Tugas Individu
Siswa diminta untuk melakukan menganalisis lingkungan sekitar (dengan pengamatan
maupun wawancara) apakah sudah sesuai dengan 6 kriterian green building:
1) Kesesuaian tata guna lahan (ASD),
2) Efisiensi dan Konservasi energi ( EEC),
3) Konservasi Air (WAC),
4) Sumber dan Siklus Material (MRC),
5) Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruang (IHC),dan
6) Manajemen Lingkungan Bangunan (BEM).
- Tugas Kelompok 1
Petunjuk :
Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa kemudian menganalisis video
https://youtu.be/gsFEYRTNlg8 dan mencatat pada LKPD
- Tugas Kelompok 1
Petunjuk
- Pipa pvc yang sudah dilubangi dengan bor/solder dengan diameter 10-15 cm dan
panjang 10-20 cm (bila tanah mudah ambrol perlu dipasang penyangga berupa pipa
PVC)
Langkah Kerja:
1. Tentukan lokasi lubang resapan. Idealnya jarak antar lubang adalah 50-100 cm.
Pastikan berjarak agak jauh dengan sumur air/sumber air
2. Sirami lokasi yang diinginkan dengan air agar tanah menjadi gembur dan empuk
3. Lubangi tanah dengan diameter 10-15 cm dengan menggunakan bor biopori atau
dengan menggunakan linggis
5. Masukan PVC berlubang jika struktur tanah mudah ambrol. PVC ini akan berfungsi
sebagai penyangga. Bila tsruktur tanah cukup kuat, maka pipa PVC ini tidak
diperlukan
dst
RUBRIK PENILAIAN
ASPEK Belum Cukup Kompeten Kompeten (71-90) Sangat
Kompeten (0-60) (61-70) Kompeten (91-
100)
Alat dan Bahan Alat dan bahan Alat dan bahan Alat dan bahan Alat dan bahan
yang dibawa yang dibawa cukup yang lengkap yang dibawa
tidak lengkap lengkap sangat lengkap
Kerapihan Lubang biopori Lubang biopori Lubang biopori Lubang biopori
yang dibuat tidak yang dibuat cukup yang dibuat rapih yang dibuat
rapih rapih sangat rapih
Kesesuaian Ukuran yang Ukuran yang dibuat Ukuran yang Ukuran yang
dibuat tidak cukup sesuai dibuat sesuai dibuat sangat
sesuai sesuai
Proses Kerja Peserta didik Peserta didik cukup Peserta didik Peserta didik
tidak mampu mampu berdiskusi mampu berdiskusi sangat mampu
berdiskusi dan dan bekerjasma dan bekerjasma berdiskusi dan
bekerjasma dengan kelompok dengan kelompok bekerjasma
dengan dengan
kelompok. kelompok.
Asesment Sumatif
Jawablah uraian di bawah ini dengan benar dan tepat!
1. Menurut pendapat kalian bagaimana efektifitas green building jika diterapkan pada
lingkungan sekolah?
2. Berikan contoh gambar suatu konstruksi bangunan yang menerapkan green building,
uraikan pemahaman kalian tentang green building dalam konstruksi bangunan!
3. Tuliskan contoh bahan bangunan berkelanjutan yang Bisa transform konstruksi dalam
proyek bangunan!
4. Apa yang dimaksud dengan green building?tuliskan dengan kalimatmu sendiri!
5. Sebutkan dasar kualifikasi green architecture menurut standar LEED!
Rumusan penilaian :
Nilai = (total skor perolehan/total skor ) x 20
Total Skor = 100
REFLEKSI GURU
1. Apakah pembelajaran yang saya lakukan sudah sesuai denga napa yang saya
rencanakan?
5. Apa kesulitan yang dialami peserta didik dalam mencapai tujuan pembeajaran?
Tugas: Lihat dan amati video yang ditayangkan lalu tulislah apa yang anda pelajari
dari video tersebut ke dalam table di bawah ini !
Kelompok :
Kelas :
Nama Anggota
Kelompok :
Materi Apa yang anda ketahui Apa yang anda pelajari setelah
melihat tayangan video
LEMBAR PENILAIAN
Keterangan :
Penilaian sikap berbentuk buku anekdot (tentang perilaku siswa saat berdiskusi dan saat
pembelajaran)
Siswa yang belum kompeten maka harus mengikuti pembelajaran remediasi.
Siswa yang cukup kompeten diperbolehkan untuk memperbaiki pekerjaannya sehingga
mencapai level kompeten
BAHAN BACAAN SISWA
Pertemuan 1
a. Green building
Pertumbuhan pembangunan gedung gedung tinggi, pertumbuhan penduduk, jika tidak dikelola
secara seksama dengan memperhatikan kelestarian lingkungan sangat memungkinkan
terjadinya degradasi lingkungan. Mengingat penggunaan energi terbesar di dunia adalah
bangunan yaitu sekitar 40%, maka usaha perencanaan dan pengelolaan bangunan hemat energi
sangat diperlukan. Mengapa Green Building penting dalam Pembangunan Berkelanjutan.
Proyek pembangunan dan lingkungan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebuah
bangunan akan mengkonsumsi energi, material, dan air baik dalam proses konstruksi maupun
dalam operasional bangunan. Dengan cara ini pembangunan gedung tinggi akan mendukung
pembangunan berkelanjutan. Konsep green building harus memenuhi 6 kriteria, yaitu:
1) Kesesuaian tata guna lahan (ASD),
2) Efisiensi dan Konservasi energi ( EEC),
3) Konservasi Air (WAC),
4) Sumber dan Siklus Material (MRC),
5) Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruang (IHC),dan
6) Manajemen Lingkungan Bangunan (BEM).
Dengan Peraturan Gubernur tahun 2012, Jakarta menjadi kota pertama di Asia Pasifik yang
mewajibkan pembangunan gedung ramah lingkungan. Konsep green building yang ramah
lingkungan serta hemat energi sangat baik bagi kesehatan karena memperbaiki kualitas udara,
kualitas air maupun kenyamanan.
Konsep green building perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah agar pembangunan yang
dilaksanakan dalam perkotaan tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga berusaha
memperbaiki lingkungan perkotaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Istilah green di dalam
green building bukan berarti bangunan berwarna hijau atau dikelilingi pohon pohon, tetapi lebih
menekankan pada keselarasan dengan lingkungan global, yaitu udara, air, tanah dan api.
Pengertian Green Building adalah merupakan gabungan bangunan berkelanjutan yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup
bangunan tersebut, mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan,
renovasi, dan peruntuhan. Penerapan Green Building bukan saja memberikan manfaat secara
ekologis, tetapi juga bernilai ekonomis, dengan cara menurunkan biaya operasional dan
perawatan gedung. Bangunan ramah lingkungan (Green Building) menurut peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah
Lingkungan, adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip
lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek
penting penanganan dampak perubahan iklim. Green Building dirancang untuk mengurangi
dampak lingkungan bangunan dan alam terhadap kesehatan manusia dengan cara:
1) Menggunakan energi, air, dan sumber daya lain secara efisien,
2) Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas karyawan,
3) Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan. Bangunan hijau (Green Building)
adalah konsep untuk bangunan yang berkelanjutan dan mempunyai syarat tertentu yaitu:
1) Konsep ramah lingkungan dan High Performance Building
a) Ditinjau dari dinding bangunan, terdapat kaca dibeberapa bagiannya. Fungsi banyak kaca
untuk menghemat penggunaan elektricity bangunan terutama dari segi pencahayaan dari lampu.
Penempatan jendela yang efektif dalam pencahayaan dapat memberikan lebih banyak cahaya
alami dan mengurangi kebutuhan untuk penerangan listrik pada siang hari.
(Rahmatika, 2020)
Gambar 2.3. Rumah ramah energy penghawaan
Bahan-bahan bangunan yang digunakan cenderung ramah pada lingkungan seperti keramik
dengan motif kasar pada lantai untuk pengurangi pemantulan panas yang dihasilkan dari dinding
yang berkaca.
Kolam air disekitar bangunan berfungsi selain dapat memantulkan sinar lampu, juga dapat
mereduksi panas matahari sehingga udara tampak sejuk dan lembab.
(Apriathama, 2020)
Gambar 2.5. Kolam sebagi pereduksi panas
Memiliki konsep yang berkelanjutan Menelaah lahan lingkungan wilayah yang sangat terbatas,
dengan konsep alamiah dan natural dipadukan konsep teknologi tinggi, bangunan ini
memungkinkan terus bertahan dalam jangka panjang karena tidak merusak lingkungan sekitar
yang ada.
3) Memiliki Konsep Penghijauan Dengan konsep penghijauan sangat cocok untuk iklim yang
masih tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan dapat sebagai resapan air dan pada
saat kemarau dapat sebagai penyejuk udara. PT. Pembangunan Perumahan (Persero)
menyatakan bahwagreen construction target memiliki 6 kriteria untuk diaplikasikan
di lokasi proyek, diantaranya:
a) Tepat guna lahan
b) Efisiensi dan konservasi energi
c) Konservasi air
d) Manajemen lingkungan proyek
e) Sumber dan siklus material
f) Kesehatan dan kenyamanan di area proyek
b. Sustainable building
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah proses pembangunan (lahan,
kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (sumber: Brundtland Report dari
PBB). Pembangunan berkelanjutan bisa dicapai jika ada kepedulian baik dari pihak pemerintah
maupun swasta dalam merencanakan dan mengelola perkembangan kota, dengan memperbaiki
atau mengurangi kerusakan lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan
ekonomi dan keadilan sosial. Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
yang mencakup tiga pilar utama, yaitu: (a) pembangunan ekonomi; (b) pembangunan sosial, dan
(c) pelestarian lingkungan hidup. Ketiga pilar tersebut tidak mungkin dipisahkan karena satu
sama lain saling terkait dan saling menunjang. Konsep pembangunan yang memiliki kepedulian
lebih terhadap lingkungan, dalam perkembangannya sering hadir dan dipandang sebelah mata
karena berlawanan dengan pembangunan ekonomi. Mengingat teknologi bangunan dengan
konsep bangunan
berkelanjutan (Sustainable Building) bukanlah hal yang murah. Sebetulnya konsep bangunan
berkelanjutan dapat memberikan dampak positif, karena berkontribusi menahan laju pemanasan
global dengan membenahi iklim mikro. Hanya saja konsep ini biasanya memerlukan biaya yang
sedikit lebih mahal pada awalnya, namun dalam jangka menengah akan mengurangi biaya
operasional bangunan dari penghematan energi. Berbagai nilai tambah ini selaras dengan
investasi biaya yang kedepannya justru akan memberikan keuntungan jangka panjang. Hal inilah
yang menjadi keunggulan dari konsep bangunan berkelanjutan. Dengan semakin meningkatnya
kesadaran stakeholder mengenai kesehatan dan kesejahteraan diri, bangunan dituntut secara
langsung berkontribusi kepada kesehatan dan kesejahteraan orang-orang yang tinggal, bekerja,
dan menimba ilmu di dalamnya. Dengan kata lain, stakeholder menuntut bangunan berkelanjutan
(sustainable). Lima Bahan Bangunan Berkelanjutan yang Bisa Transform Konstruksi adalah;
1) Wol Bata
Dikembangkan oleh para peneliti Spanyol dan Skotlandia dengan tujuan untuk mendapatkan
komposit yang lebih berkelanjutan, tidak beracun, menggunakan bahan lokal yang melimpah
bahwa mekanik akan meningkatkan batu bata kekuatan. Cukup dengan menambahkan wol dan
polimer alami yang ditemukan dalam rumput laut dengan tanah liat dari batu bata, batu bata
adalah 37% lebih kuat dari batu bata lain, dan lebih tahan terhadap iklim basah yang dingin sering
ditemukan di Inggris. Mereka juga kering keras, mengurangi energi yang diwujudkan karena
mereka tidak perlu dipecat seperti batu bata tradisional.
(Indeco, 2018)
Gambar 2.6. Pengunaan wal bata dala pembuatan rumah
2) Ubin surya
Genteng tradisional baik ditambang dari tanah atau set dari beton atau tanah liat semua metode
energi intensif. Setelah terinstal, mereka ada hanya melindungi bangunan dari unsur-unsur
meskipun fakta bahwa mereka menghabiskan sebagian besar hari menyerap energi dari
matahari. Dengan pemikiran ini, banyak perusahaan sedang mengembangkan ubin surya. Tidak
seperti kebanyakan unit surya yang tetap di atas atap yang ada, ubin surya
sepenuhnya terintegrasi ke dalam gedung melindunginya dari cuaca dan pembangkit listrik untuk
penghuninya.
(Safaraz, 2018)
Gambar 2.7. Ubin Surya di jalanan Doha Qatar
(Brooks, 2019)
Sebuah bangunan yang menggabungkan semua lima dari metode ini akan menjadi pilihan
mengagumkan berkelanjutan untuk perumahan. Sementara industri konstruksi cenderung maju
dengan lambat, pentingnya keberlanjutan adalah masalah profil tinggi, dan salah satu yang
hanya cenderung meningkat. Dengan bahan bangunan yang berkelanjutan sudah sepenuhnya
dikembangkan, sekarang sampai kepada konsumen untuk secara aktif menuntut penggunaan
dan bangunan pengembang mereka untuk merespon segera.
Pertemuan 3
Pengertian Arsitektur hijau
Arsitektur hijau atau yang dikenal secara global dengan sebutan green architecture merupakan
salah satu aliran arsitektur yang berfokus pada arsitektur yang ramah lingkungan. Beberapa
poin pentingnya seperti meminimalisasi konsumsi sumber daya alam, efisiensi energi,
penggunaan air yang bijak dan berkelanjutan, dan material non polusi serta daur ulang.
Arsitektur hijau juga merupakan suatu pendekatan perencanaan pembangunan yang bertujuan
untuk meminimalisasi kerusakan alam dan lingkungan di tempat bangunan itu berdiri.
Dalam istilah arsitektur hijau kemudian berkembang berbagai istilah penting seperti
pembangunan yang berkelanjutan atau yang dikenal dengan sustainable development. Istilah
ini dipopulerkan pada tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan
orang-orang masa kini tanpa harus mengorbankan sumber daya alam yang harus diwariskan
kepada generasi mendatang. Hal ini diucapkan oleh Perdana Menteri Norwegia Bruntland.
Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan
dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih
jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain
bangunan agar hemat energi, antara lain:
• Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan
menghemat energi listrik.
• Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai
sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan
atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah
peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
• Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya
memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
• Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas
cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
• Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan
untuk meningkatkan intensitas cahaya.
• Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh
penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
• Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini
dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk
serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
• Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
• Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang
bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
• Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat
kolam air di sekitar bangunan.
• Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan
keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak
lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
• Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak
yang ada.
• Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan
secara vertikal.
• Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan
akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam
perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan
meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan
kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam
proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan,
karena saling berhubungan satu sama lain.
Tentu secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu,
sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan
sesuai potensi yang ada di dalam site.
Misalnya ruang keluarga atau ruang makan yang dihubungkan dengan taman belakang. Selain
dapat meningkatkan estetika hal ini juga dapat menambah efisiensi energi serta mengurangi
kesan bangunan yang jenuh.
Arsitektur hijau menekankan bahwa dekorasi dan perabotan di dalam sebuah rumah tidak perlu
berlebihan. Hal ini juga dimaksudkan hal ini juga dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan
bahan-bahan furniture yang tidak diperlukan. Saniter yang lebih baik, Dapur yang bersih, desain
hemat energi, pengolahan air yang benar, luas dan jumlah ruang yang sesuai kebutuhan, serta
ketersediaan ruang hijau.
PENGAYAAN
Untuk lebih memperkaya pemahaman siswa mengenai pengaplikasian green building, silakan
kalian simak video di bawah ini dengan cara mengklik langsung pada gambar tangkapan video
berikut, catat informasi apa yang kalian dapatkan setelah melihat video tersebut:
REMEDIAL
Remedial dilakukan apanila tujuan pembelajaran belum tercapai. Belum tercapainya tujuan
pembelajaran dapat diketahui apabila skor perolehan dari instrument penilaian/assesmen masih
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)