Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINNJAUAN PUSTAKA

A. Jalan

1. Pengertian jalan

Jalan merupakan prasarana yang di gunakan masyarakat untuk melintas,

baik dengan mengunakan kendaraan ataupun dengan cara lainya.

Jalan raya merupakan jalan yang besar, lebar dan biasanya di lapisi aspal,

juga digunakanoleh kendaraan besar (bus dantruck)..

Menurut (Silvia Sukirman, 1994), jalan merupakan jalur-jalur yang di atas

permukaan bumi yang denggan sengaja di buat oleh manusia dengan berbagai

bentuk ukuran-ukuran dan kontruksinya untuk dapat di gunakan untuk

menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang-

barang dari tempat satu ke tempat lain dengan cepat dan mudah.

Menurut (Morlok, 1995), dalam definisinya dapat di temukan 3 komponen

utama transportasi.

a. Sarana transportasi yaitu kendaraan yang digunakan untuk berpindah atau

mengangkut.

b. Prsarana transportasi seperti jalan raya, jalan rel, bandara udara, pelabuhan

dan lain sebagainya.

c. Sistem operasional berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang

menjamin.
7

2. Fungsi jalan

Fungsi utama dari jalan adalah memberikan pelayanan pada suatu sistem

transportasi dan hal yang menentukan efektifitas jalan adalah karakteristik dan

kualitas arus lalu lintas.

Jaringan jalan dapat di bedakan menjadi:

a. Sistem jaringan jalan primer

b. Sistem jaringan jalan sekunder

Jaringan jalan primer adalah jaringan jalan dengan pelayanan jasa

distribusi untuk pengembangan suatu wilayah di tingkat nasional dengan

semua simpul jasa distribusi yang berwujud kota.

Arus lalu lintas jalan Yos Sudarso termasuk jalan kota karena merupakan

penghubung antara pusat pelayanann dalam kota dan antar permukiman dalam

kota.

Persyaratan jalan lokal primer yakni:

1) Kecepatan rencana > 60 km/jam

2) Lebar jalan > 7,5 m

3) Kapasitas jalan > dari volume lalu lintas raata-rata

4) Jalan masuk di batasi secara efisien, sehingga kecepatan rencana dan

kapasitas dapat tercapai

5) Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal dan lalu lintas

ulang alik
8

6) Tingkat kenyamanan dan keamanan yang di nyatakaan dengan indeks

permukaan tidak kurang dari 2.

Menurut undang-undang nomor 38 tahun 2004 tentang jalan dan peraturan

pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan, status jalan di kelompokkan

menjadi beberapa kelompok yaitu:

a. Jalan Nasional

Jalan yang menjadi penghubung antar ibu kota provinsi.

Terdiri dari:

1) Jalan Arteri Primer yang mengghubungkan antar kegiatan nasional

dengan kegiatan wilayah

2) Jalan kolektor primer yang menghubung kan antar ibu kota provinsi

3) Jalan tol

4) Jalan strategis nasional

Jalan nasional yang merupakan kewenangan kementrian pekerjaan

umum dan perumahan rakyat, yaitu direktorat jendral bina marga yang

dalam pelaksanaannya jalan nasional sesuai dengan wilayah kerjanya

masing-masing

b. Jalan provinsi

Jalan yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten.

Terdiri dari:

1) Jalan Arteri Primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi

dengan ibu kota kabupaten kota


9

2) Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan antar ibu kota kabupaten

atau kota

3) Jalan Strategis Provinsi

c. Jalan kabupaten

1) Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan

provinsi

2) Jalan lokal primer yang menghubungkann ibu kota kabupaten dengan

ibu kota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antar desa

3) Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder

dalam kota

4) Jalan strategis kabupaten.

d. Jalan kota

Jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota merupakan

kewenangan pemerintah kota.

e. Jalan desa

Jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk jalan

kabupaten di dalam kawasan pedesaan dan merupakan jalan umum yang

menghubungkan kawasan dan atau antar pemukiman di dalam desa.

Jalan merupakan salah satu sistem transportasi karena merupakan bentuk

keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana, dan sarana yang berkorelasi

dalam rangka perpindahan orang atau barang.

3. Karakteristik Jalan Raya

a. Geometrik
10

Geometrik merupakan membangun badan jalan raya di atas permukaan

tanah baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa

permukaan tanah tidak rata. Geometrik terdiri dari:

1) Tipe jalan

Misalnya jalan terbagi dan tak terbagi jalan satu arah berbagai tipe

jalan akan menunjukkan kinerja berbeda pada pembebanan lalulintas

tertentu

2) Lebar jalur lalulintas

Dengan pertambahan lebar jalur lalulintas,kecepatan arus bebas dan

kapasitas akan meningkat

3) Kereb

Kereb sebagai batas antara jalur lalu lintas dan trotoar yang

berpengaruh terhadap dampak hambatan samping pada kapasitas dan

kecepatan.

4) Bahu

Lebar dan kondisi permukaannya mempengaruhi penggunaan bahu

berupa penambahan kapasitas dan kecepatan pada arus tertentu akibat

pertambahan lebar bahu. Jalan perkotaan umumnya tanpa kereb tapi

mempunyai bahu pada kedua sisi jalur lalu lintasnya.

5) Median

Median yang dapat di rencanakan dengan baik dapat meningkatkan

kapasitas ruas jalan

6) Alinyemen jalan
11

Lengkung horizontal dengan jari jari kecil mengurangi kecepatan arus

bebas. Tanjakan yang curam juga mengurangi kecepatan arus bebas.

b. Klasifikasi kendaraan

1) Kendaraan ringan (LV) Light Vehicle

2) Kendaraan berat (HV) Heavy Vehicle

3) Sepeda motor (MC) Motor Cycle

4) Kendaraan tidak ber motor (UC) Unmotor Cycle

c. Satuaan Mobil Penumpang (SMP)

Untuk menyamakan satuan masing masing jenis kendaraan digunakan

satuan yang bisa di pakai dalam perencanaan lalu lintas yang disebut

satuan mobil penumpang (smp).

Adapun faktor satuan mobil penumpang (SMP) dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai smp Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi

Arus lalu lintas Smp


Tipe Jalan per jalur
(kend/jam) HV MC
Dua lajur satu arah( 2/1) dan 0 1,3 0,40
Empat LajurTerbagi ( 4/2D ) ≥1050 1,2 0,25
Tiga lajur satu arah (3/1) dan 0 1,3 0,40
Enam Lajurterbagi (6/2 D) ≥1100 1,2 0,25
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)

Semua nilai arus lalulintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan

mobil penumpang (smp), dengan mengunakan ekivalen mobil penumpang

(emp) yang di turunkan secara empiris, masing-masing tipe kendaraan

tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total yang dinyatakan dalam

kendaraan/jam untuk tiap kendaraan untuk emp pada jalan perkotaan


12

menurut tipe jalan yang merupakan sumber dari manual kapasitas jalan

indonesia 1997 dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai emp untuk jalan perkotaan terbagi dan satu arah.

Emp
MC
Arus lalu lintas total Lebar Jalur
Tipe Jalan
(kendaraan/jam) HV Lalu Lintas
(Meter)
≤6 >6
Dua lajur tak terbagi 0-1800 1,3 0,50 0,40
( 2/2 UD ) > 1800 1,2 0,35 0,25
Empat lajur tak terbagi 0-3700 1,3 0,40
( 4/2 UD ) >3700 1,2 0,25
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)

d. Perilaku Pengemudi dan populasi kendaraan

Ukuran Indonesia serta keaneka ragaman dan tingkat perkembangan

daerah perkotaan menunjukan bahwa perilaku pengemudi dan populasi

kendaraan (umum, tenaga, kondisi kendaraan, dan komposisi kendaraan)

adalah beraneka ragam karakteristik ini dimasukan dalam prosedur

perhitungan secara tidak langsung, melalui ukuran kota. Kota yang lebih

kecil menunjukan perilaku pengemudi yang kurang gesit dan kendaraan

yang kurang modern, menyebapkan kapasitas dan kecepatan lebih rendah

pada arus tertentu,jika dibandingkan dengan kota yang lebih besar (MKJI

1997, jalan perkotaan)

4. Kapasitas Jalan
13

Kapasitas jalan adalah arus maksimum jalan pada kendaraan yang akan

melintas pada suatu jalan raya, baik itu untuk satu arah maupun dua arah pada

jalan raya satu jalur maupun banyak jalur pada satuan waktu tertentu, dibawah

kondusi jalan dan lalu lintas yang umum.

Kapasitas terjadi pada saat kendaraan yang semakin banyak melewati ruas

jalan maka kecepatan kendaraan yang akan semakin menurun sehingga arus

atau volume lalu lintas yang tidak bisa bertambah.

Menurut (Oglesby dan Hick, 1993), definisi kapasitas ruas jalan dam suatu

system jalan raya adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki

kemungkinan yang cukup unntuk melewati ruas jalan tersebut, baik satu

maupun dua arah dalam periode waktu tertentu dibawah kondisi jalan dan lalu

lintas yang umum.

Kapasitas jalan mempengaruhi beberapa kondisi yakni:

a. Sifat fisik jalan

Sifat fisik jalan brupa lebar dan kondisi permukaan pada jalan.

b. Komposisi lalu lintas

Komposisi lalu lintas tipe kendaraan yang melewati jalan tersebut dan

kemampuan kendaraan.

c. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan dilihat dari cuaca berupa cerah mendung atau hujan

dan pejalan kaki.


14

Menurut (sukirman, 1994) kapasitas jalan adalah jumlah kendaraan

maksimum yang dapat melewati suatu penampang jalan pada lajur jalan

selama 1 jam dengan kondisi serta arus lalulintas tertentu.

Jenis kapasitas jalan:

1) Kapasitas dasar adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat

melintasi suatu penampang ruas jalan selama 1 (satu) jam dalam

keadaan jalan dan lalu lintas mendekai ideal yang dapat di capai.

2) Kapasitas praktis adalah jumlah maksimum kendaraan yang dapat

melintasi suatu penampang jalan selama 1 (satu) jam dalam keadaan

jalan dan lalu lintas yang berlaku sedemikian rupa sehingga kepadatan

lalu lintas yang bersangkutan mengakibatkan kelambatan, bahaya dan

gangguan-gangguan kelancaran lalu lintas yang masih dalam batas

yang ditetapkan.

3) Kapasitas yang mungkin adalah jumlah jum maksimum kendaraan

yang melintasi suatu penampang jalan selama 1 (satu) jam, dalam

keadaan jalan dan lalu lintas yang sedang berlaku pada jalan tersebut

5. Jalan Perkotaan

Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas prmukaan bumi yang dibuat oleh

manusiadengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat

digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang,hewan dan kendaraan yang

mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainya dengan mudah dan

cepat (Clarkson H.Oglesby, 1999). Jalan raya meliputi badan jalan, bahu jalan,
15

dan saluran drainase dikanan kirinya serta fasilitas transportasi yang ada seperti

halte, rambu-rambu, dan lain-lain.

Ruas jalan perkootaan didefinisikan sebagai ruas jalan yang memiliki

pengembang permanen dan terus menerus sepanjang seluruh atau hampir

seluruh jalan (MKJI, 1997)

Terdapat beberapa tipe ruas jalan perkotaan

a. Jalan dua lajir dua arah (2/2 UD)

b. Jalan empat lajur dua arah

1) Tak terbagi (tanpa median)(4/2 UD)

2) Terbagi (dengan median)(4/2 D)

c. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D)

d. Jalan satu arah (1-3/1)

6. Aktivitas samping jalan (hambatan samping)

Hambatan samping yaitu aktifitas samping jalan yang dapat menimbulkan

konflik dan berpengaruh terhadap pergerakan arus lalu lintas serta menurunkan

fungsi kinerja jalan. Banyak aktifitas samping jalan di indonesia sering

menimbulkan konflik, kadang-kadang besar pengaruhnya terhadap arus lalu

lintas. Tingkat hambatan samping dikelompokkan kedalam lima kelas sebagai

fingsi dari frekuensi kejadian hambatan samping sepanjang segmen jalan.

Dalam manual kapasitas jalan indonesia 1997, adapun tipe hambatan samping

terbagi menjadi:

a) Pejalan kaki dan penyebrangan jalan.

b) Jumlah kendaraan berhenti dan parkir.


16

c) Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar dari hambatan

samping jalan dan jalan samping.

d) Arus kendaraan lambat, yaitu arus total (kend/jam) sepeda, becak, delman

pedati, traktir, dll.

B. Arus Lalu Lintas (Traffic flow)

1. Pengertian arus lalu lintas

Arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik

persatuan waktu tertentu atau kajian tentang gerakan pengendara dan

kendaraan antara dua titik dan interaksi antar keduanya.

Ada beberapa jenis arus lalu lintas

a. Uninterrupted flow (arus tidak terganggu)

b. Interrupted flow (arus terganggu)

Perbedaan dari kedua arus ini yakni arus tidak terganggu merupakan arus

yang ditentukan oleh interaksi kendaraan jalan sedangkan arus terganggu

merupakan arus yang ditentukan oleh alat contoh lampu lalu lintas.

Dalam penelitian ini terdapat waktu pengamatan yang dilakukan dalam

survei agar bisa memudahkan dalam menganalisis volume arus lalu lintas.

2. Karakteristik Arus Lalu Lintas

Arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan

kendaraan yang melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya

pada suatu ruas jalan dan lingkungannya.


17

Arus lalu lintas pada suatu ruas jalan akan mengalami perbedaan

karakteristik akibat dari perilaku pengemudi yang berbeda yang dikarenakan

oleh karakteristik lokal dan kebiasaan pengemudi maupun juga pada

waktunya. Oleh karena itu perilaku pengemudi akan berpengaruh terhadap

perilaku arus lalu lintas.

Karakteristik arus lalu lintas yakni

a. Volume (q)

Volume merupakan jumlah kendaraan yang diamati melewati suatu

titik tertentu dari suatu ruas jalan selama rentang waktu tertentu, biasa

dinyatakan dalam satuan kendaraan/jam atau smp/jam.

Jumlah pergerakan yang dapat dihitung dalam arus lalu lintas ini meliputi

motor, mobil sedang seperti mobil pribadi, mobil penumpang, open cup dan

berupa mobil besar seperti dump truck, tronton, dan jenis kendaraan

lainnya.

Data yang diperlukan untuk mendapatkan volume arus lalu lintas yakni,

1) Volume berdasarkan kendaran

2) Volume berdasarkan waktu, yang mana dalam survei ini diambil selama

per satu jam. Perbandingan volume satu jam penuh dengan puncak dari

flow rate pada jam tersebut, flow rate adalah volume yang diperoleh

dari pengamatan yang lebih kecil dari satu jam, akan tetapi kemudian

dikonversikan menjadi volume 1 jam secara linear.


18

3) Volume berdasarkan arus yakni dua arah dan arus lurus, berikut ini

adalah persamaan (1) yang digunakan untuk menghitung volume arus

lalu lintas :

n
q= (1)
t

Dimana :

q = Volume/Arus lalu lintas (Smp/Jam)

n = Jumlah kendaraan

t = Waktu (Jam)

Pertumbuhan volume lalu lintas merupakan gabungan dari ketiga macam tipe

pertumbuhan berikut ini :

i. Normal Traffic Growth

Pertumbuhan volume lalu lintas akibat bertambahnya kepemilikan

kendaraan yang terjadi di daerah tersebut. Kepemilikan kendaraan biasa

dilihat dari jumlah BPKB baru di wilayah dimaksud.

ii. Generated Traffic

Pertumbuhan volume lalu lintas akibat tumbuhnya prasarana baru

misal mall, dan sebagainya. Dengan adanya prasarana baru, maka muncul

tarikan pergerakan sekaligus bangkitan pergerakan.

iii. Development Traffic

Pertumbuhan volume lalu lintas akibat perkembangan lingkungan,

misalnya adanya jalan baru atau perbaikan jalan lama.

Dalam pembahasannya volume arus lalu lintas terdiri dari beberapa jenis

yaitu :
19

a) Volume harian (daily volumes)

Volume harian ini sering digunakan sebagai dasar dasar

perencanaan jalan dan observasi umum lalu lintas. Volume harian

umumnya tidak diibedakan oleh arah atau lajur, tetapi total untuk

keseluruhan fasilitas jalan pada lokasi tertentu.

Dari cara memperoleh data jumlah kendaraan, dikenal 2 jenis lalu

lintas harian rata-rata, yaitu :

1)) Lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT)

Jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur

jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun

penuh.

Berikut ini adalah persamaan (2) yang digunakan untuk

menghitung Lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) :

Dinyatakan dalam satuan mobil penumpang :

jumlah lalu lintas selama dalam1 tahun


LHRT =
365

(2)

2)) Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama pengamatan

dengan lamanya pengamatan, berikut ini adalah persamaan (3)

yang digunakan untuk menghitung Lalu Lintas Harian Rata-rata

(LHR) :
20

jumlah lalu lintas selama pengamatan


LHR=
lamanya pengamatan

(3)

b) Volume jam-an (hourly volumes)

Volume jam-an adalah volume lalu lintas yang terjadi setiap jam

pada lokasi tertentu. Volume lalu lintas padat (volume maksimum)

terjadi pada pagi dan sore hari akibat kesibukan orang pergi dan

pulang kerja, dan pada volume lalu lintas padat terjadi volume jam

puncak (peak hour) yang digunakan sebagai dasar dan manajemen lalu

lintas.

Volume Jam Perencanaan (VJP) yaitu volume kendaraan dalam

satu jam (saat arus lalu lintas berada dalam volume maksimal, berikut

ini adalah persamaan (4) yang digunakan untuk menghitung Volume

Jam Perencanaan, dimana harga koefisien VJP = Koefisien = 10 – 15

%, tergantung dari fungsi jalan yakni sebagai berikut :

VJP = Koefisien VJP x LHR (4)

c) Volume per sub-jam (subhourly volumes)

Volume per sub-jam merupakan volume yang lebih kecil dari

volume jam-an yaitu volume yang diperoleh dari waktu yang lebih

kecil dari satu jam, biasanya diambil periode 15 menit.

b. Kecepatan(Us)

Kecepatan didefinisikan sebagai laju dari suatu pergerakan

kendaraan dihitung dalam jarak per satuan waktu, dengan mengetahui

bahwa pergerakan kecepatan arus lalu lintas pada kendaraan berbeda beda
21

maka dalam arus lalu lintas ini tidak dikenal dengan karakteristik

kecepatan kendaraan tunggal.

Kecepatan terdiri dari,

1) Kecepatan rata-rata waktu (Time mean speed) – TMS

Kecepatan rata-rata semua kendaraan yang melewati suatu titik

atau lajur pada suatu periode waktu tertentu.

Berikut ini adalah persamaan (5) yang digunakan untuk menghitung

kecepatan rata rata waktu :

d /t I
TMS=∑ (5)
n

2) Kecepatan rata-rata ruang (space mean speed) – SMS

Kecepatan rata-rata semua kendaraan mengisi suatu ruas atau

segmen lajur pada periode waktu tertentu.

Berikut ini adalah persamaan (6) yang digunakan untuk menghitung

kecepatan rata rata ruang :

d n.d
SMS= = (6)
∑tI n E t I

Dimana :

TMS = Kecepatan rata-rata waktu (km/jam)

SMS = Kecepatan rata-rata ruang (km/jam)

d = Jarak (km)

n = Jumlah kendaran

tI = Waktu tempuh kendaraan ke I (jam)


22

Pengamatan kecepatan lalu lintas digunakan untuk mengestimasi

distribusi kecepatan yang memasuki suatu arus lalu lintas pada suatu

lokasi pada kondisi dan waktu studi, berikut ini adalah persamaan (7)

yang digunakan untuk menghitung kecepatan :

d
U= (7)
t

Dimana :

U = Kecepatan (km/jam)

d = Jarak tempuh (km)

t = Waktu tempuh (jam)

c. Kepadatan (k).

Jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang jalan atau lajur,

secara umum diekspresikan dalam kendaraan per kilometer, sehingga

besarnya ditentukan dari dua parameter volume dan kecepatan, yang

mempunyai hubungan, berikut ini adalah persamaan (8) yang digunakan

untuk menghitung Kerapatan :

q
K= (8)
u

Dimana :

K = Kepadatan rata-rata (kend/km)

q = Volume lalu lintas (smp/jam)

u = Kecepatan rata-rata ruang (km/jam)

3. Hubungan Volume, Kecepatan Dan Kepadatan


23

Dalam hubungan volume, kecepatan, dan kepadatan memiliki 3 metode

tetapi disini saya peneliti hanya mengambil satu metode saja yakni metode

greenshields.

a. Metode Greenshields

Metode Greenshields adalah model yang paling awal dalam

mengamati perilaku lalu lintas. Greenshield yang melakukan studi pada

jalan-jalan di luar kota Ohio, dimana kondisi lalu lintas memenuhi syarat

karena tanpa gangguan dan bergerak secara bebas (steady state condition).

Greenshield mendapatkan hasil bahwa hubungan antara kecepatan dan

kepadatan diasumsikan linier (Tamin, 2000).

1) Hubungan kecepatan (Us) dan kepadatan (K)

Menurut Greenshields, kecepatan arus dan kepadatan mempunyai

hubungan sistematis, berikut ini adalah persamaan (9) yang digunakan

untuk menghitung hubungan kecepatan arus dan kepadatan dengan

menggunakan Metode Greenshields :

q = Us . K (9)

Dimana :

q = Volume arus lalu lintas (kend/jam)

Us = Kecepatan rata-rata ruang (km/jam)

K = Kepadatan (kend/km)

Hubungan variabel lalu lintas berupa volume lalu lintas, kecepatan

(kecepatan rata-rata ruang) dan kepadatan digambarkan dalam diagram


24

fundamental. Dengan bentuk umum persamaan linier Y = Ax + B dengan

x adalah kepadatan (K) dan Y adalah kecepatan (Us). Berikut persamaan

10 dan 11 digunakan untuk mencari nilai A dan persamaan 12 untuk

mencari nilai B :

A=¿ ¿ (10)

atau A= y−bx (11)

B=¿ ¿ (12)

Sedangkan untuk mencari nilai Us dapat menggunakan persamaan

(13) berikut :

Uf
Us=Uf −( ). K (13)
Kj

Dimana :

Us = Kecepatan rerata ruang (km/jam)

K = Kepadatan (kend/km)

U f = Kecepatan arus bebas rata-rata (km/jam)

Kj = Kepadatan pada kondisi macet total

2) Hubungan volume (q) dan kecepatan (Us)

Berikut ini adalah persamaan (14) yang digunakan untuk

menghitung hubungan volume dan kecepatan dengan menggunakan

metode greenshields yakni sebagai berikut :

q = K j . Us – ( UfKj ). Us 2
(14)
25

3) Hubungan volume (q) dan kepadatan (K)

Berikut ini adalah persamaan (15) yang digunakan untuk

menghitung hubungan volume dan kepadatan dengan menggunakan

metode greenshields :

q =U f . K – ( UFKj ) . K 2
(15)

4) Menentukan volume maksimum (qm)

Kepadatan pada saat arus maksimal (Km), Jadi persamaan pada

saat arus maksimal (Km) yang terdapat pada persamaan (16) sebagai

berikut :

Kj
K=Km= (16)
Uf

Kecepatan pada saat arus maksimal (Um), Jadi kecepatan arus

maksimal (Um) terdapat pada persamaan (17) sebagai berikut :

Uf
Us=Um= (17)
2

Dari persamaan di atas, maka dapat diperoleh volume arus lalu

lintas maksimal (kapasitas = qm = C) dapat dilihat pada persamaan

(18) sebagai:

Uf . Kj
qm=C=Um . Km= (18)
4

Dimana :

C = Kapasitas yang merupakan terjadinya arus maksimum (qm)

dinyatakan kend/jam
26

Um = Kecepatan kritik yang merupakan kecepatan saat mencapai

kondisi kapasitas (kend/jam)

Km = Kepadatan kritik yang merupakan kepadatan saat mencapai

kapasitas maksimum (kend/jam)

4. Karakteristik komponen lalu lintas

Terdapat tiga komponen pada lalu lintas yaitu, manusia sebagai

pengguna jalan, kendaraan dan jalan yang saling berhubungan pada

pegerakannya dan kemudian oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas jalan

berdasarkan peraturan yang menyangkut jalan.

5. Klasifikasi Pergerakan

Menurut (Tamin, 2000) pergerakan dapat diklasifikasikan 3 jenis pendekatan

yaitu:

a. Berdasarkan tujuan pergerakan

Ada beberapa kategori tujuan pergerakan

1) Pergerakan kesekolah atau kampus universitas

2) Pergerakan ke kantor

3) Pergerakan ke pasar

4) Pergerakan ke tempat rekreasi dan lain lain

b. Berdasarkan waktu
27

Pergerakan berdasarkan waktu terdapat 2 kategori yakni

pergerakan pada jam sibuk dan jam tidak sibuk,pola pergerakan waktu ini

sangat berbeda dan sangat bervariasi setiap hari

c. Berdasarkan jenis orang

1) Tingkat pendapatan, biasanya terdapat tiga tingkatan pendapatan di

Indonesia yaitu pendapatan tinggi, pendapatan menengah dan

pendapatan rendah.

2) Tingkap pemilikan kendaraan, biasanya terdapat empat tingkat: 0, 1, 2

dan lebih dari 2 kendaraan per rumah tangga.

3) Ukuran dan struktur rumah tangga.

6. Hambatan Samping

Menurut MKJI (1997), hambatan samping yakni aktivitas samping yang

bisa menimbulkan konflik dan berpengaruh pada pergerakan arus lalu lintas

serta menurunkan kinerja jalan.

a. Tipe Kejadian Hambatan Samping

1) Jumlah pejalan kaki berjalan atau menyeberang sepanjang segmen jalan.

2) Jumlah kendaraan berhenti dan parkir.

3) Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar dari lahan samping

jalan dan jalan samping.

4) Arus kendaraan lambat yaitu arus total (kend/jam) sepeda, becak,

delman, pedati dan sebagainya.


28

b. Tingkat hambatan samping dikelompokkan menjadi lima kelas dari yang

rendah sampai yang tinggi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4

berikut yang bersumber dari MKJI 1997 sebagai berikut :

Tabel 3.Tingkat Hambatan Samping

Kelas Jumlah berbobot


Hambatan Kod kejadian per 200
No Kondisi Khusus
Samping e m perjam (dua
(SFC) sisi)
Daerah
Sangat permukiman :
1 VL <100
rendah Jalan dengan jalan
samping
Daerah
permukiman :
2 Rendah L 100 – 299
Beberapa
kendaraan umum
Daerah indutri :
3 Sedang M 300 – 499 Beberapa toko di
sisi jalan
Daerah komersial :
4 Tinggi H 500 – 899 Aktivitas sisi jalan
sangat tinggi
Sangat Daerah komersial :
5 VH >900 Aktivitas pasar
tinggi
disamping jalan

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)

Jenis gangguan pada hambatan samping yakni pejalan kaki (PED)

yang memiliki faktor bobot 0.5, dan untuk parkir atau kendaraan berhenti

(PSV) yang memiliki faktor bobot 1, dan untuk kendaraan masuk keluar

(EEV) dengan faktor bobot 0.7, sedangkan untuk kendaraan lambat (SMV)

dengan faktor bobot 0,4. Untuk mendapatkan frekuensi bobot dari hambatan

samping didapatkan dari persamaan 19 dibawah ini :

frekuensi kejadian × faktor bobot (19)


29

7. Derajat Kejenuhan (DS)

Derajat kejenuhan merupakan rasio arus terhadap kapasitas yang

digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan kinerja jalan, nilai DS

menunjukan apakah segmen jalan tersebuat memiliki masalah kapasitas yang

tinggi atau tidak, sebelum mengetahui derajat kejenuhan harus mengetahui

nilai kapasitas yang ada maka selanjutnya untuk mengetahui tingkat pelayanan

pada ruas jalan tersebut dengan menghitung derajat kejenuhan dengan

membagi antara Q (total arus aktual) dan C (kapasitas)

8. Tingkat pelayanan jalan

Tingkat pelayanan jalan tergantung arus dan tergantung fasilitas yang

perbandingannya terdapat pada arus dan fasilitas. Berikut tabel pelayanan jalan

yang bersumber dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) dapat

dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 4. Karakteristik Tingkat Pelayanan Jalan.

LoS = V/C Karakteristik


Arus lalu lintas bebas antara 1 kendaraan dengan kendaraan
A yang lain, volume lalu lintas rendah, kecepatan operasi tinggi
0.00-0.19 dan sepenuhnya ditentukan oleh pengemudi, bebas
bermanuver dan menentukan lajur kendaraan.
Arus stabil, kecepatan sedikit mulai dibatasi oleh kendaraan
B
lain, tapi secara umum masih memiliki kebebasan untuk
0.20-0.44
menentukan kecepatam, bermanuver dan lajur kendaraan.
Arus stabil, kecepatan serta kebebasan bermanuver rendah
C dan mengubah lajur dibatasi oleh kendaraan lain, tetapi masih
0.45-0.69 berada pada tingkat kecepatan yang memuaskan, biasa
dipakai untuk desain jalan perkotaan.
30

Arus mendekati tidak stabil, kecepatan menurun akbibat


D volume yang berfluktuasi dan hambatan sewaktu-waktu,
0.70-0.8 kebebasana bermanuver dan kenyamanan rendah, bisa
ditoleransi tetapi dalam waktu singkat.

Arus tidak stabil, kecepatan rendah dan berubah-ubah, volume


E
mendekati atau sama dengan kapasitas, terjadi hentian
0.80 -1.00
sewaktu – waktu.

Arus dipaksakan (Forced flow), kecepatan rendah, volume


F lebih besar daripada kapasitas, lalu lintas sering terhenti
>1.00 sehingga sering menimbulkan antrian kendaraan yang
panjang.
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)

C. Penelitian Terdahulu

1. M. Cakrawala, Aji Suraji, M. Cakrawala. (2021) dengan judul Analisis

Kemacetan Lalu lintas pada Pasar Tumpah Jl. Zainal Zakse Kota Malang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pelayanan jalan

berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 serta bertujuan untuk

mengetahui volume lalu lintas, penggunaan ruang jalan, kapasitas ruas jalan,

kinerja ruas jalan Zainal Zakse. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi. Lokasi penelitian hanya dibatasi ruas jalan Zainal Zakse (±600 m),

objek penelitian hanya pada aspek kelancaran lalu lintas, waktu survey yang

dibutuhkan 6 hari dan 8 jam.

2. Safruddin. (2021) dengan judul analisis arus lalu lintas pada ruas jalan nasional

kota baubau adapun tujuan penelitian mengetahui volume lalu linas jalan anoa

dengan metode yang digunakan untuk menganalisis kinerja ruas jalan adalah

Greenshields kapasitas puncak yang terjadi pada hari sabtu pos 1 dengan jarak

dari pos 3 - pos 1 sebesar 1299,6973 smp/jam sedangkan kapasitas terendah


31

terjadi pada hari selasa pos 3 sebesar 438.5686 smp/jam. Adapaun tingkat

pelayanan dengan metode greenshields dalam kondisi C namun ada beberapa

dalam kondisi E.

3. Riswan wali, (2022) dengan judul Analisis Kepadatan Arus Lalu lintas pada

Ruas jalan kota (Studi Kasus Jalan Wolter Mongonsidi STA ± 0+000 – STA

0+700 Kota Baubau adapun tujuan penelitian untuk mengetahui volume arus

lalu lintas, kecepatan arus lalu lintas, kepadatan arus lalu lintas, kapasitas,

tingkat pelayanan jalan dan hambatan samping pada Jalan Wolter Mongonsidi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang menggunakan teknik

observasi lapangan. Penelitian survei meliputi volume lalu lintas, kecepatan,

geometrik jalan dan hambatan samping dengan perhitungan menggunakan

metode Greenshield.

Anda mungkin juga menyukai