Anda di halaman 1dari 3

REKAYASA LALU LINTAS Menurut medan jalan :

 Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi


Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan sebgaian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kontur.
lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas  Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, geometrik dapat dilihat pada tabel 2.2
serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel
(UU No. 22 Tahun 2009)

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis


dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional
sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem Menurut sistem jaringan :
transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan 1. Sistem Jaringan Jalan Primer merupakan sistem
perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang
ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan Angkutan Jalan dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
pengembangan wilayah; distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder merupakan sistem
Klasifikasi Jalan jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang
Menurut fungsi : dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
1. Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama
dengan ciri-cirinya seperti perjalanan jarak jauh, Menurut wewenang pembinaan jalan :
1. Jalan nasional merupakan jalan kolektor dalam sistem
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota
dibatasi secara efisien.
provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol.
2. Jalan Kolektor merupakan jalan yang melayani angkutan
2. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem
pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak
jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota
sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar
masuk dibatasi.
ibukota kabupaten/kota dan jalan strategis nasional.
3. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan
3. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem
setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,
jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada jalan
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
nasional dan jalan provinsi yang menghubungkan
dibatasi.
kecamatan.
4. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan
Menurut kelas jalan (SNI Teknik Perencanaan Geometrik
jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat
Jalan Antar Kota 1997)
pelayanan dalam kota dan menghubungkan pemukiman
 Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan
dalam kota.
kemampuan jalan untuk menerima beban lalulintas,
5. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan
dinyataan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam
kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta
satuan ton.
jalan lingkungan.
 Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta
kaitannya dengan klasifikasi menurut fungsi jalan dapat
dilihat dalam tabel 2.1
Simpang merupakan simpul dalam jaringan transportasi b) Kendaraan berat/ Heave Vehicle (HV)
dimana dua atau lebih ruas jalan bertemu atau bersimpangan, Meliputi kendaraan motor dengan jarak as lebih dari
disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk 3,5 m biasanya beroda lebih dari empat (termasuk bis,
mengendalikan konflik ini ditetapkan aturan lalu lintas untuk truk dua as, truk tiga as, dan truk kombinasi).
menetapkan siapa yang mempunyai hak terlebih dahulu untuk c) Sepeda Motor/ Motor cycle (MC)
menggunakan persimpangan. Meliputi kendaraan bermotor roda 2 atau tiga
(termasuk sepeda motor dan kendaraan roda tiga
Pada persimpangan terdapat 4 jenis pergerakan arus lalu sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)
lintas yang dapat menimbulkan konflik, yaitu: d) Kendaraan Tidak Bermotor / Un Motorized (UM)
1. Berpotongan (crossing), dimana dua arus berpotongan Meliputi kendaraan beroda yang menggunakan tenaga
langsung. manusia, hewan, dan lain-lain (termasuk
2. Bergabung (merging), dimana dua arus bergabung. becak,sepeda,kereta kuda,kereta dorong dan lain-lain
3. Berpisah (diverging), dimana dua arus berpisah. sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
4. Bersilangan (weaving), dimana dua arus saling
bersilangan. 2. Volume Lalu lintas
Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang
Menurut Morlok (1988), jenis simpang berdasarkan cara melintasi suatu titik pengamatan dalam satu satuan waktu.
pengaturannya dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis, Volume lalu lintas dapat dihitung dengan menggunakan
yaitu : rumus (Morlok, E.K. 1991) berikut :
1. Simpang tak bersinyal (unsignalized intersection), yaitu n
q
simpang yang tidak memakai sinyal lalu lintas. Pada t
simpang ini pemakai jalan harus memutuskan apakah Dimana :
mereka cukup aman untuk melewati simpang atau harus q = volume lalu lintas yang melalui suatu titik
berhenti dahulu sebelum melewati simpang tersebut. n = jumlah kendaraan yang melalui titik itu dalam interval
2. Simpang bersinyal (signalized intersection), yaitu waktu pengamatan
simpang yang memakai sinyal lalu lintas. Sehingga t = interval waktu pengamatan
pemakai jalan dapat melewati simpang sesuai dengan
pengoperasian sinyal lalu lintas. 3. Kecepatan
Kecepatan merupakan besaran yang menunjukkan jarak
 Persimpangan sebidang adalah persimpangan dimana yang ditempuh kendaraan dibagi waktu tempuh.
berbagai jalan atau ujung jalan yang masuk ke Kecepatan dapat diukur sebagai kecepatan titik, kecepatan
persimpangan, mengarahkan lalu-lintas masuk ke jalur perjalanan, kecepatan ruang dan kecepatan gerak.
yang berlawanan dengan lalu-lintas lainnya, seperti Kelambatan merupakan waktu yang hilang pada saat
misalnya persimpangan pada jalan-jalan kota. kendaran berhenti, atau tidak dapat berjalan sesuai dengan
Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang kecepatan yang diinginkan karena adanya sistem
sama. pengendali atau kemacetan lalu-lintas. Adapun rumus
 Bundaran merupakan suatu persimpangan di mana lalu untuk menghitung kecepatan (Morlok, E.K. 1991) :
lintas searah mengelilingi suatu pulau jalan yang bundar d
V
dipertengahan persimpangan. Bundaran lalu lintas t
mempunyai kapasitas sama seperti persimpangan yang Dimana :
dikendalikan dengan lampu lalu lintas. v =kecepatan (km/jam, m/det)
 Persimpangan tak sebidang adalah persimpangan di d = jarak tempuh (km, m)
mana jalan-jalan raya yang menuju ke persimpangan t = waktu tempuh (jam, detik)
tersebut ditempatkan pada ketinggian yang berbeda.
4. Kepadatan
Karakteristik Lalu Lintas Kepadatan adalah jumlah rata-rata kendaraan persatuan
panjang jalur gerak dalam waktu tertentu, dan dapat
1. Arus lalu lintas jalan dihitung dengan rumus (Morlok, E. K. 1991) berikut :
Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1997), arus n
K
lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang L
melalui titik tertentu persatuan waktu, dinyatakan dalam Dimana :
kendaraan perjam atau smp/jam. Arus lalu lintas k = kepadatan (kend/km)
perkotaan terbagi menjadi empat (4) jenis yaitu : n = jumlah kendaraan di jalan
a) Kendaraan ringan / Light vihicle (LV) l = panjang jalan (km)
Meliputi kendaraan bermotor 2 as beroda empat
dengan jarak as 2,0–3,0 m (termasuk mobil 5. Kapasitas
penumpang, mikrobis, pick-up, truk kecil, sesuai Kapasitas jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang
sistem klasaifikasi Bina Marga) dapat melewati suatu jalan pada jalur jalan selama 1 jam
dengan kondisi serta arus lalu lintas tertentu.
Penghitungan kapasitas suatu ruas jalan perkotaan (MKJI
1997) sebagai berikut :
C = Co × FCw × FCsp × FCsf × FCcs
Dimana :

C = kapasitas ruas jalan (smp/jam)


Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = faktor penyesuaian ukuran kota
Penentu kapasitas dasar (Co) jalan ditentukan
berdasarkan tipe jalan dan jumlah jalur, terbagi atau tidak
terbagi, seperti dalam tabel 2.

Tabel 2. Kapasitas (Co)


Kapasitas
No Tipe Jalan Dasar Keterangan
(smp/jam)
Empat lajur 1650 Perlajur
1
terbagi
Empat lajur 1500 Perlajur
2 tidak terbagi
(4/2 UD)
Dua lajur tidak 2900 Total untuk
3 terbagi (2/2 dua arah
UD)
(Sumber: ( MKJI 1997)

6. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) didefenisikan sebagai rasio arus
lalu lintas terhadap kapasitas, yang digunakan sebagai
faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang
dan segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah segmen
jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak.
Untuk menghitung derajat kejenuhan pada suatu ruas
jalan perkotaan dengan rumus (MKJI 1997) sebagai
berikut :
DS = Q/C
dimana :

DS = Derajat kejenuhan
Q = Arus maksimum (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)

Anda mungkin juga menyukai