PENDAHULUAN
Konstruksi jalan mulai berkembang mulai abad ke 4 SM oleh bangsa Romawi yang
telah membuat perkerasan seperti pada gambar (1-1). Pada dekade itu manusia
hanya berfikir baru pada tahap kemantapan dan belum memperhatikan masalah
kenyamanan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan pada saat, yaitu angkutan yang
menggunakan kereta yang di tarik hewan.
Pada akhir abad ke -18, Thomas Telford (1757-1834) seorang ahli jembatan
lengkung dari batu yang berkebangsaan Inggris, menciptakan konstruksi perkerasan
jalan yang prinsipnya sama dengan jembatan lengkung yaitu prinsip desak
mendesak dengan menggunakan batu-batu belah yang di pasang berdiri secaqra
manual (gbr.1-2). Konstruksi ini sangat berhasil yang selanjutnya disebut dengan
struktur jalan Telford.
Jalan Raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi, yang sengaja di
buat oleh manusia dengan ukuran dan konstruksi serta bentuk tertentu. Sehingga
dapat di gunakan sebagai jalur lalulintas orang, hewan, dan kendaraan-kendaraan
yang mengangkut barang dari satu tempat ketempat yang lainnya dengan mudah
dan cepat.
1
2. Macam-macam Jalan Dan Klasifikasi Jalan.
2
2) Penimbunan tanah kearah peninggian diambil penyusutan
yang terjadi sebesar 1/10 x tingginya.
b. Jalan kerikil atau jalan batu pecah, yaitu jalur jalan yang telah
mempunyai lapisan perkerasan yang terdiri dari :
1) Lapisan bawah
2) Lapisan pondasi
3) Lapisan aus.
c. Jalan yang di aspal, yaitu jalur jalan batu pecah atau kerikil yang
di lapisi dengan penutup aspal (lihat gambar).
3
dengan pusat-pusat produksi dan pusat-pusat ekspor-impor
(perdagangan).
2. Jalan Sekunder; adalah Jalan raya yang di gunakan untuk
melayani lalulintas kendaraan bermotor yang cukup padat dan
cukup ramai antara sebuah kota besar yang lain serta daerah-
daerah di sekitarnya.
3. Jalan Penghubung; adalah jalan raya yang menghubungkan
dua jalan yang lebih besar dari jalur penghubung itu sendiri
(jalan utama dengan jalan utama, jalan sekunder dengan jalan
sekunder).
SISTEM JARINGAN JALAN.
Sistem jaringan jalan ini terbagi atas :
A. Sistem Jaringan Jalan Primer :
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Lokal Primer
B. Sistem Jaringan Jalan Sekunder :
Jalan Arteri Sekunder
Jalan Kolektor Sekunder
Jalan Lokal Sekunder
Jalan Arteri Primer yaitu; menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kedua.
Jalan Kolektor Primer yaitu; menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang kedua, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang ketiga atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
ketiga.
Jalan Lokal Primer yaitu; menghubungkan kota jenjang ketiga, atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil, atau menghubungkan
kota jenjang ketiga dengan persil.
4
Sistem jaringan primer ini di susun mengikuti ketentuan pengaturan
tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional yang
menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi. Adapun ketentuan-
ketentuannya sebagai berikut :
6
2.2.2. Klasifikasi Jalan –Jalan Raya Menurut berat Kendaraan.
1. Jalan Kelas
7
Ramainya lalulintas kendaraan yang melewati sesuatu jalan itu
dapat di teliti dengan menghitung jumlah (volume) kendaraan yang
lewat sesuai dengan masing-masing jenis kendaraan. Pekerjaan
penelitian ini dilakukan tiap-tiap hari selama 24 jam terus menerus
selama jangka waktu yang tertentu misalnya selama 2 minggu
berturut-turut. Angka –angka yang menunjukkan hasil penelitian
(pencatatan) jumlah kendaraan yang lewat di sebut “ Lalulintas Harian
Rata-rata” di singkat LHR.
Daftar Tabel I.
Sepeda 0,5
Bus 3
8
Jenis Kendaraan Jumlah L.H.R. S.M.P
Menurut
2) Jalan Provinsi.
Jalan Provinsi ini terdiri dari :
Jalan kolektor primer, yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kotamadya.
Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan antar
ibukota Kabupaten/Kotamadya.
Jalan selain selain yang di sebut diatas, yang
mempunyai nilai strategis terhadap
kepentinganProvinsi, yakni jalan yang biarpun
tidak dominanterhadap perkembangan ekonomi,
tetapi mempunyai peranan tertentu dalam
menjamin terselenggaranya pemerintah yang baik
dalam Pemerintahan Daerah Tingkat I dan
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya.
Jalur dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
kecuali jalan yang termasuk Jalan Nasional.
3) Jalan Kabupaten.
Jalan Kabupaten ini terdiri :
Jalan Kolektor Primer, yang tidak termasuk dalam
kelompok jalan Nasional dan kelompok Jalan
Provinsi.
Jalan Lokal Primer.
Jalan Sekunder lain, selain sebagaimana
dimaksud sebagai Jalan Nasional dan Jalan
Provinsi.
Jalan selain dari yang di sebutkan diatas, yang
mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan
Kabupaten yakni, jalan yang walaupun tidak
dominan terhadap pengembangan ekonomi, tetapi
mempunyai peranan tertentu dalam menjamin
terselenggaranya pemerintahan dalam Pemerintah
Daerah.
4) Jalan Kotamadya.
10
Jaringan jalan sekunder di dalam Kotamadya.
5) Jalan Desa.
Jaringan jalan sekunder di dalam desa yang merupakan
hasil swadaya masyarakat, baik yang ada di desa
maupun di kelurahan.
6) Jalan Khusus.
Jalan yang di bangun dan di pelihara oleh Instansi Badan
Hukum/Perorangan untuk melayani kepentingan masing-
masing.
11
2.2.5. Klasifikasi jalan Menurut Kelas Jalan.
Klasifikasi jalan menurut kelas jalan dapat di lihat pada table 1.1a (untuk
jalan antar kota) dan table 1.1b (untuk jalan perkotaan) dan table 1.1c ( untuk jalan
Kabupaten) berikut ini :
a) Jalan Type I
Fungsi KELAS
PRIMER : - Arteri I
- Kolektor II
SEKUNDER : - Arteri II
12
Tabel III.c. KlassifikasiJalan Kabupaten
Kecepatan(km/Jam)
D B G
SEKUNDER :
Jalan Lokal >500 IIIA 50 40 30
201 – 500 IIIB1 40 30 30
50 - 200 IIIB2 40 30 30
< 50 IIIC 30 30 20
Damaja adalah suatu ruang sepanjang jalan, yang di batasi oleh lebat,
tinggi,dan kedalam ruang bebas tertentu, yang di manfaatkan untuk
konstruksi jalan, terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang
pengamannya.
Damija atau di sebut juga ROW (Right of Way). Meliputi Damaja dan sejalur
tanah tertentu, di batasi oleh patok tanda batas Damija.
Gambaran posisi Damaja, Damija dan Dawasja, untuk jalan antar kota
dapat di lihat pada gambar 1.3.
13
2.4. STRUKTUR JALAN
(1) Badan Jalan, adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalulintas,
trotoar, median dan bahu jalan, serta talud/lereng badan jalan yang
merupakan satu kesatuan yang mendukung beban lalulintas yang lewat di
atas permukaan jalan.
(4) Tanah Dasar (subgrade), adalah lapisan tanah asli/tidak ali yang di
siapkan/di perbaiki kondisinya, untuk meletakkan perkerasan jalan.
(1) Jalur Lalulintas, adalah bagian jalan yang di gunakann untuk lalulintas
kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan.
(2) Lajur, adalah bagian jalur lalulintas yang memanjang di batasi oleh marka
lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk di lewati suatu kendaraan
bermotor sesuai kendaraan rencana.
(3) Bahu Jalan, adalah bagian jalan yang berdampingan di tepi jalur lalilintas
dan harus di perkeras, berfungsi untuk lajur lalulintas darurat, ruang bebas
samping dan penyangga perkerasan terhadap beban lalulintas.
(4) Median, adalah bagian jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur
lalulintas yang berlawanan arah, guna memungkinkan kendaraan
bergerak cepat dan aman. Fungsi Median adalah: memisahkandua aliran
lalulintas yang berlawanan, ruang lapak tunggu penyeberang jalan,
penempatan fasilitas jalan, tempat prasarana pekerjaan sementara,
penghijauan, pemberhentian darurat, cadangan lajur dan mengurangi silau
dari lampu kendaraan pada malam hari dari arah berlawanan.
(5) Trotoar, adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada Damija, di beri
lapisan permukaan di beri elevasi yang lebih tinggi dari permukaan
perkerasan dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalulintas kendaraan.
14
(6) Saluran tepi/samping, adalah selokan yang berfungsi untuk menmpung
dan mengalirkan air hujan, limpasan dari permukaan jalan dan daerah
sekitarnya.
(8) Separator, adalah bagian jalan yang ditinggikan pada ruang pemisah jalur,
biasa di tempatkan di bagian luar, di batasi oleh kerb untuk mencegah
kendaraan keluar dari jalur.
(9) Pulau Lalulintas (traffic island) adalah bagian dari persimpangan jalan
yang di tinggikan dengan kerb, yang berfungsi untuk mengarahkan
lalulintas juga sebagai fasilitas pejalan kaki, pada saat menunggu
kesempatan menyeberang.
(12) Jalur Tepian (Marginal strip), adalah bagian dari median atau separator
luar, di sisi bagian yang ditinggikan yang sebidang dengan jalur lalulintas
di perkeras dengan bahan yang sama dengan jalur lalulintas, dan di
sediakan untuk mengamankan ruang bebas samping dari jalur lalulintas.
(13) Jalur Sepeda (bicyle way), adalah jalur khusus pengendara sepeda
dan becak, biasa di bangun sejajar dengan jalur lalulintas, namun di
pisahkan dari jalur lalulintas oleh struktur fisik seperti kerb atau guardrail.
Fasilitas ini sangat jarang di temui di Indonesia.
(14) Jalur Parkir (parking lane/stopping lane), adalah jalur khusus yang di
sediakan untuk parkir atau berhenti yang merupakan bagian dari jalur
lalulintas.
(15) Jalur Tanaman (planted strip), adalah bagian dari jalan yang di sediakn
untuk penanaman pohon, yang di tempatkan menerus sepanjang trotoar,
jalan sepeda atau bahu jalan.
(16) Jalur lalilintas lambat, adalah jalur yang di tentukan khusus untuk
kendaraan lambat.
15
(17) Jalur Putaran (turning lane), adalah jalur khusus kendaraan yang di
sediakan pada persimpangan untuk perlambtan, perpindahan jalur dan
untuk menunggu pada saat kendaraan berputar.
(19) Pemisah luar (auther separation), adalah ruang yang di adakan untuk
memisahkan jalur samping dari jalur lalulintas menerus atau untuk
memisahkan jalur lalulintas lambat dari jalur lain.
Element Geometrik :
(3) Alinyemen pada tikungan (cuurved alignment), adalah seluruh bagian dari
lengkung peralihan dan lengkung lingkaran.
(4) Jalur pendakian (climbing lane), adalah jalur jalan yang di sediakan pada
bagian ruas jalan dengan kemiringan besar, untuk menampung kendaraan
berat pada saat menanjak, agar tidak mengganggu kendaran lain yang
lebih cepat.
(5) Jalur Samping (fontage road), adalah jalan yang di bangun sejajar
sepanjang jalur lalulintas menerus, berfungsi sebagai akses tambahan
pada lahan sekitar atau jalan lokal, biasa di pisahkan alat struktur fisik
seperti kerb atau pagar pelindung (guard-rail).
(6) Pengaturan jalan masuk ( akses control), adalah suatu kaidah mengenai
jalan masuk yang di terapkan melalui suatu aturan dan hak jalan masuk
umum dari dan tempat-tempat yang berada di sepanjang jalan.
(7) Ruang Bebas Jalan (clearance of road), adalah ruang pengandaian yang
di buat pada permukaan jalan, yang hanya di sediakan untuk kendaraan
atau pejalan kaki, dimana dalam batas ruang tersebut tidak di izinkan
adanya struktur lain selain struktur jalan, utilitas, pohon atau benda yang
tidak bergerak lainnya.
16
(8) Panjang Kritis Tanjakan (critical length of grade), adalah panjang
maksimum yang di tentukan pada suatu tanjakan di mana kendaraan
berat dengan muatan penuh dapat beroperasi pada batas pengurangan
kecepatan rencana dari jalan yang bersangkutan.
Komponen Geometrik
(2) Derajat Kelengkungan, adalah sudut yang di bentuk oleh atau tikungan
yang menghasilkan panjang busur yang menghailkan panjang busur 25 m.
(3) Kelandaian (grade), adalah kemiringan memanjang dari suatu bagian ruas
jalan.
(6) Bagian Tangen, adalah bagian yang berbentuk lurus, sebelum atau
sesudah terjadi perubahan bentuk menjadi suatu lengkungan, pada suatu
tikungan.
(7) Bagian Lengkung (curved section), adalah bagian bentuk lengkung yang
merupakan transisi peralihan dan penyesuaian kecepatan kendaraan,
pada saat meninggalkan atau menuju bagian tangen kembali ke bagian
lurus suatu ruas jalan. Bagian lengkung ini bisa berbentuk spiral atau
lingkaran.
(8) Daerah bebas Samping, adalah ruang yang di sediakan pada suatu
tikungan, agar pengemudi mempunyai kebebasan pandangan, sesuai
jarak pandang yang di persyaratkan.
17
(9) Pelebaran Tikungan, adalah penahan lebar suatu perkerasan, agar tetap
pada jalur yang sudah di tentukan.
(3) Volume Lalilintas Harian Rata-rata (LHR), adalah volume total kendaraan
yang melinta suatu titik atau ruas jalan, untuk kedua jurusan, selama satu
tahun di bagi oleh jumlah hari dalam satu tahun.
(4) Volume Jam Rencana (VJR), adalah prakiraan volume lalulintas perjam,
pada jam sibuk tahun rencana di nyatakan dalam satuan SMP/jam, di
hitung dari perkalian VLHR dengan faktor K (Faktor volume lalu lintas jam
sibuk).
(5) Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR), adalah prakiraan volume
lalulintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian jalan tertentu.
(6) Satuan Mobil Penumpang (SMP), adalah jumlah mobil penumpang yang
di gantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan,
lalilintas dan pengawasan yang berlaku.
(8) Tingkat pelayanan (level of service), adalah tolak ukur untuk menilai
kualitas pelayanan suatu sistem transportasi jalan.
(9) Gaya Sentrifugal , adlah gaya yang mendorong kendaraanke arah radial
keluar dari lajur jalan, akibat suatu kecepatan kendaraan yang melalui
tikungan.
19
II. PERENCANAAN JALAN
20
3. Segi Pertahanan dan Keamanan.
Pembagunan jalan baru di samping di tujukan untuk kepentingan perekonomian,
sosial budaya, juga di tujukan untuk kepentingan strategi pertahanan dan
keamanan. Dalam usaha menjaga kestabilan pertahanan dan keamanan suatu
negara atau suatu daerah, salah satu faktor yang harus di perhatikan, yaitu
seluruh pelosok negara atau daerah dapat di capai dalam waktu yang singkat.
Agar dapat mencapai suatu tempat dalam waktu yang singkat di tuntut adanya
hubungan transportasi yang lancar.
1. Pengumpulan Data.
Agar jalan yang akan di bangun dapat memberikan hail guna dan daya guna yang
diharapkan, di perlukan data yang dapat membantu untuk lancarnya perencanaan
jalan yaitu ;
a. Data Ekonomi, yaitu data yang di perlukan untuk mengenai :
1) Apakah daerah tempat akan di buat trase jalan baru tersebut sudah ada
jalan lama. Dalam hal ini harus di perkirakan agar jalan yang baru itu
jangan sampai mematikan jalan lama yang sudah ada.
2) Apakah di daerah tempat akan di buat trase jalan baru terdapat suatu
daerah produksi (daerah pertanian, perkebunan, perindustrian, dan
pertambangan). Hal ini penting untuk menetapkan kelas jalan yang di
sesuaikan dengan perkembangan daerah tersebut.
3) Bila jalan baru sudah ada, harus di perhitungkan kemungkinan terjadi
jalan-jalan yang menghubungkan kota-kota di sekitarnya dengan jalan
baru itu, sehingga akan mempertinggi volume lalulintas jalan baru
tersebut.
4) Perlu di carikan tempat-tempat untuk pengambilan dan penggalian
bahan baku, seperti batu dan pasir yang tidak jauh dari lokasi
pembangunan jalan baru tersebut.
21
b. Data Teknis
Hal yang di perlukan untuk mendapatkan jalan yang dapat menjamin
keselamatan jiwa dan memberikan kenyamanan berkendaraan bagi yang
menggunakan jalan tersebut. Faktor-faktor yang perlu di perhatikan adalah
sebagai berikut :
1) Faktor Geografi dari permukaan medan daerah-daerah yang di lalui oleh
jalan yang akan di buat. Dalam menentukan trase jalan baru perlu di
hindari sejauh mungkin bukit, lereng yang terjal dan tanah berawa-rawa.
2) Faktor geografi dari daerah tempat yang akan di buat trase jalan
baru,harus di hindari daerah yang rawan terhadap gangguan geologi.
Untuk memperoleh data-data tersebut di lakukan kegiatan-kegiatan yang
meliputi :
a) Survei penyelidikan
b) Survei pendahuluan
c) Survei kontrol
d) Survei lanjutan di lapangan
2. Perencanaan
Berdasarkan data hasil pengumpulan tersebut diatas di buatlah perencanaan
yang di tuangkan dalam bentuk :
a. Gambar perencanaan dan gambar detail.
Perencanaan yang di wujudkan berua penggambaran meliputi ;
1) Penarikan trase Jalan.
Dalam merencanakan pembuatan jalan di perlukan situasi dari daerah
yang akan di bangun jalan baru. Dari peta situasi akan di ketahui
keadaan medan dari daerah yang bersangkutan. Keadaan medan
dibutuhkan untuk menetukan letak titik-titik yang sesuai dengan hasil
pengukuran dengan jarak yang di tentukan. Titik-titik tersebut di
hubungkan satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu garis yang
nantinya akan di gunakan sebagai as jalan. Untuk jelasnya, lihat peta
situasi di bawah ;
22
A.
30
25 B
20
15
10
23