Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

Perkembangan konstruksi jalan sejak di temukannya di Romawi sangat unik


dan sangat cepat. Perkembanagan jalan adalah tidak lepas dari perkembangan
sosial manusia dan perkembangan teknologinya.

Konstruksi jalan mulai berkembang mulai abad ke 4 SM oleh bangsa Romawi yang
telah membuat perkerasan seperti pada gambar (1-1). Pada dekade itu manusia
hanya berfikir baru pada tahap kemantapan dan belum memperhatikan masalah
kenyamanan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan pada saat, yaitu angkutan yang
menggunakan kereta yang di tarik hewan.

Pada akhir abad ke -18, Thomas Telford (1757-1834) seorang ahli jembatan
lengkung dari batu yang berkebangsaan Inggris, menciptakan konstruksi perkerasan
jalan yang prinsipnya sama dengan jembatan lengkung yaitu prinsip desak
mendesak dengan menggunakan batu-batu belah yang di pasang berdiri secaqra
manual (gbr.1-2). Konstruksi ini sangat berhasil yang selanjutnya disebut dengan
struktur jalan Telford.

Pada dekade yang bersamaan, Jhon London Mc Adam (1756-1836)


memperkenalkan konstruksi perkerasan dengan prinsip Tumpang Tindih yang
menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran terbesar 3” (gbr. 1-3). Pengerjaan
konstruksi ini sudah menggunakan alat-alat mekanis utamanya alat pemadat pada
setiap tahap penghamparan. Sistem ini sangat berhasil dan selanjutnya di kenal
dengan struktur jalan Macadam. Sampai saat ini kedua sistem (di Indonesia) masih
banyak di gunakan, terutama pada jalan-jalan kawasan permukiman atau jalan-jalan
lokal dengan menggabungkan kedua sistem menjadi Telford – Macadam. Lapisan
bawah menggunakan sistem Telford dan lapisan atas menggunakan struktur
Macadam.

1. Pengertian Jalan Raya

Jalan Raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi, yang sengaja di
buat oleh manusia dengan ukuran dan konstruksi serta bentuk tertentu. Sehingga
dapat di gunakan sebagai jalur lalulintas orang, hewan, dan kendaraan-kendaraan
yang mengangkut barang dari satu tempat ketempat yang lainnya dengan mudah
dan cepat.

Jalan Raya sebagai sarana dasar transportasi, sangat penting da membantu


pengembangan wilayah dan sekaligus menunjang pembangunan Nasional. Oleh
sebab itu, lalulintas di jalan raya harus di selenggarakan secara lancar dan aman,
sehingga pengangkutan berjalan cepat, aman, efisien dan ekonomis.

1
2. Macam-macam Jalan Dan Klasifikasi Jalan.

2.1. Macam-macam Jalan


Dalam usaha melakukan hubungan transportasi antar kota,
antar daerah, antar negara yang meliputi kepentingan perekonomian,
sosial, budaya dan pertahanan dan keamanan.
Macam-macam jalan dapat di bedakan yaitu ;
 Jalan menurut Jenis angkutannya terdiri atas ;
a. Lalulintas Air yaitu ;transportasi yang di lakukan melalui air
(sungai, danau dan laut) dengan menggunakan kendaraan atau
alat transportasi perahu, kapal dan sebagainya.
b. Lalulintas Darat yaitu; transportasi yang di lakukan melalui
darat dengan menggunakan jenis angkutan gerobak, kendaraan
bermotor dan sebagainya yang dapat di hubungkan daerah satu
dengan daerah lainnya.
c. Lalulintas Udara yaitu; transportasi yang di lakukan melalui
udara yang menggunakan pesawat udara.
 Macam Jalan Darat Menurut Kepentingannya ;
a. Jalan Ladang atau jalan kuda yaitu jalur jalan yang hanya di
lalui atau di gunakan oleh pejalan kaki serta binatang-binatang
penarik.
b. Jalan Setempat atau jalan kampung, yaitu jalur yang dapat di
gunakan atau di lalui oleh alat angkut yang berbobot ringan,
misalnya gerobak dan sejenisnya.
c. Jalan besar atau jalan raya, yaitu jalur yang menghubungkan
antar kota, antar daerah untuk kepentingan transportasi dengan
menggunakan berbagai alat angkutan, mulai dengan kepadatan
lalulintas ringan, sedang, padat dan sangat padat.
 Macam Jalan Raya menurut Konstruksinya ;
a. Jalan tanah merupakan jalur jalan yang tidak atau belum
mempunyai lapisan perkerasan atau lapisan pondasi dan
lapisan bidang permukaan. Pada umumnya jalan tanah ini
secara peninggian biasanya di sebut tambak jalan. Untuk jalan
tanah secara peninggian di gunakan timbunan dari tanah galian.
Dalam hal ini harus di perhitungkan penyusutan yang terjadi
pada tanah timbunan tersebut. Untuk jenis tanah yang banyak
terdapat di Indonesia, perhitungan penyusutan yang terjadi
diperhitungkan sebagai berikut ;
1) Penimbunan tanah ke arah pelebaran, diambil penyusutan
yang terjadi dikiri kanan, masing-masing selebar 1/30 x
lebar.

2
2) Penimbunan tanah kearah peninggian diambil penyusutan
yang terjadi sebesar 1/10 x tingginya.
b. Jalan kerikil atau jalan batu pecah, yaitu jalur jalan yang telah
mempunyai lapisan perkerasan yang terdiri dari :
1) Lapisan bawah
2) Lapisan pondasi
3) Lapisan aus.

Untuk lapisan pondasi dan lapisan aus di gunakan batu kerikil


atau batu pecah (lihat gambar)

c. Jalan yang di aspal, yaitu jalur jalan batu pecah atau kerikil yang
di lapisi dengan penutup aspal (lihat gambar).

2.2. Klasifikasi Jalan


Klasifikasi Jalan dapat di bedakan beberapa macam yaitu;
2.2.1. Klasifikasi Jalan menurut Fungsinya.
Menurut fungsinya jalan dapat di golongkan menjadi 3 golongan
yaitu;
1. Jalan Utama; adalah jalan raya yang di gunakan untuk melayani
lalulintas kendaraan bermotor yang amat padat (volume
kendaraan tinggi). Jalan Utama ini menghubungkan kota besar

3
dengan pusat-pusat produksi dan pusat-pusat ekspor-impor
(perdagangan).
2. Jalan Sekunder; adalah Jalan raya yang di gunakan untuk
melayani lalulintas kendaraan bermotor yang cukup padat dan
cukup ramai antara sebuah kota besar yang lain serta daerah-
daerah di sekitarnya.
3. Jalan Penghubung; adalah jalan raya yang menghubungkan
dua jalan yang lebih besar dari jalur penghubung itu sendiri
(jalan utama dengan jalan utama, jalan sekunder dengan jalan
sekunder).
 SISTEM JARINGAN JALAN.
Sistem jaringan jalan ini terbagi atas :
A. Sistem Jaringan Jalan Primer :
 Jalan Arteri Primer
 Jalan Kolektor Primer
 Jalan Lokal Primer
B. Sistem Jaringan Jalan Sekunder :
 Jalan Arteri Sekunder
 Jalan Kolektor Sekunder
 Jalan Lokal Sekunder

A. Sistem Jaringan Jalan Primer


Sistem Jaringan Jalan Primer adalah jalan yang menghubungkan
simpul-simpul jasa distribusi dalam Struktur Pengembangan Wilayah dengan
ketentuan sebagai berikut :
(a) Didalam satu Satuan Wilayah Pengembangan, syistem jaringan
jalan primer, menghubungkan kota jenjang ke satu, kedua, ketiga
dan jenjang di bawahnya secara terus menerus sampai ke persil.
(b) Antar Satuan Wilayah Pengembangan, yaitu sistem jaringan primer
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu.

 Jalan Arteri Primer yaitu; menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kedua.
 Jalan Kolektor Primer yaitu; menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang kedua, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang ketiga atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
ketiga.
 Jalan Lokal Primer yaitu; menghubungkan kota jenjang ketiga, atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil, atau menghubungkan
kota jenjang ketiga dengan persil.

4
Sistem jaringan primer ini di susun mengikuti ketentuan pengaturan
tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional yang
menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi. Adapun ketentuan-
ketentuannya sebagai berikut :

(1) Jalan Arteri Primer :


(a) Didesain paling rendah dengan kecepatan 60 km/jam.
(b) Lebar badan jalan tidak kurang dari 8,00 meter.
(c) Kapasitas lebih besar daripada volume lalulintas rata-rata.
(d) Lalulintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalulintas ulang-alik,
lalilintas lokal dan kegiatan lokal.
(e) Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer, di batasi secara efisien
sehingga kecepatan 60 km/jam dan kapasitas besar terpenuhi.
(f) Persimpangan pada jalan Arteri Primer harus dapat memenuhi
ketentuan kecepatan dan volume lalulintas.
(2) Jalan Kolektor Primer :
(a) Didesain paling rendah dengan kecepatan 40 km/jam.
(b) Lebar badan jalan tidak kurang dari 7,00 meter.
(c) Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalulintas rata-rata.
(d) Jumlah jalan masuk di batasi dan di rencanakan sehingga dapat di
penuhi kecepatan paling rendah 40 km/jam
(e) Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki kota.
(3) Jalan Lokal Primer :
(a) Didesain paling rendah dengan kecepatan 20 km/jam.
(b) Lebar badan jalan tidak kurang dari 6,00 meter.
(c) Jalan lokal primer tidak terputus, walaupun memasuki desa.

B. Sistem Jaringan Jalan Sekunder.


Sistem Jaringan Jalan Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan
kawasan-kawasan fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder
kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai keperumahan dalam
satu wilayah perkotaan.

 Jalan Arteri Sekunder yaitu menghubungkan kawasan primer dengan


kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua.
 Jalan Kolektor Sekunder yaitu menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
 Jalan Lokal Sekunder yaitu menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan atau menghubungkan kawasan sekunder ketiga dengan
perumahan.
5
Sistem jaringan jalan sekunder di susun mengikuti ketentuan
pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang
mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan. Adapun ketentuan-ketentuannya sebagai
berikut :
(1) Jalan Arteri Sekuder :
(a) Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 km/jam
(b) Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalulintas rata-rata.
(c) Lebar badan jalan tidak kurang dari 8,00 meter.
(d) Pada jalan arteri sekunder, lalulintas cepat tidak boleh
terganggu oleh lalulintas lambat.
(e) Persimpangan jalan dengan pengaturan tertentu harus
memenuhimkecepatan tidak kurang dari 30 km/jam
(2) Jalan Kolektor Sekunder :
(a) Di desain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 km/jam
(b) Lebar badan jalan tidak kurang dari 7,00 meter
(3) Jalan Lokal Sekunder :
(a) Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 km/jam.
(b) Lebar badan jalan tidak kurang dari 5.00 meter.
(c) Dengan kecepatan paling rendah 10 km/jam, bukan di
peruntukkan bagi roda tiga atau lebih
(d) Yang tidak di peruntukkan kendaraan roda tiga atau lebih harus
mempunyai lebar jalan tidak kurang dari 3,5 meter.

Secara diagramatis, klasifikasi jalan menurt fungsinya di gambarkan


pada gambar (a-a).

6
2.2.2. Klasifikasi Jalan –Jalan Raya Menurut berat Kendaraan.

Menurut berat kendaraan-kendaraan yang lewat, jalan Raya


di bagi dalam beberapa golongan kelas yaitu ;

1. Jalan Kelas

2. Jalan kelas IIA

3. Jalan kelas IIB

4. Jalan kelas IIC

5. Jalan kelas III

Tebal perkerasan jalan itu di tentukan sesuai dengan kelas


jalan. Makin berat kendaraan-kendaraan yang melalui suatu jalan,
maka makin berat pula syarat-syarat yang di tentukan untuk
pembuatan jalan itu.

2.2.3. Klasifikasi Jalan –Jalan Raya Menurut Ramainya Lalulintas.

Lebar untuk suatu jalan telah di tetapkan sesuai dengan ukuran-


ukuran dan kecepatan kendaraan. Bila suatu jalan telah di tetapkan
mempunyai dua jalur lalulintas dan ternyata bahwa jalan itu di
kemudian hari tidak lagi memenuhi pertambahan jumlah lalulintas
perlu diadakan penambahan jalur-jalur lalulintas dengan
mengadakan pelebaran jalan. Suatu jalan raya yang mempunyai
banyak jalur lalaulintas itu tergantung pada kecepatan kendaraan-
kendaraan masih harus di bagi lagi dalam beberapa jalur lalulintas,
yaitu jalur-jalur lalilintas lambat dan jalur-jalur lalulintas cepat.

Jalur-jalur lalulintas cepat itu di bagi lagi menurut kecepatan


kendaraan-kendaraan yang melaluinya dalam beberapa golongan
yaitu ;

1. Jalur lalulintas untuk 40 km/jam

2. Jalur lalulintas untuk 50 km/jam

3. Jalur lalulintas untuk 60 km/jam ke atas

Umur Rencana Jalan adalah jangka waktu sejak jalan itu di


buka hingga saat di perlukan perbaikan berat atau telah di anggap
perlu untuk memberi lapisan pengerasan baru.

7
Ramainya lalulintas kendaraan yang melewati sesuatu jalan itu
dapat di teliti dengan menghitung jumlah (volume) kendaraan yang
lewat sesuai dengan masing-masing jenis kendaraan. Pekerjaan
penelitian ini dilakukan tiap-tiap hari selama 24 jam terus menerus
selama jangka waktu yang tertentu misalnya selama 2 minggu
berturut-turut. Angka –angka yang menunjukkan hasil penelitian
(pencatatan) jumlah kendaraan yang lewat di sebut “ Lalulintas Harian
Rata-rata” di singkat LHR.

Karena beraneka ragam jenis-jenisnya kendaraan maka di


adakan suatu angka perbandingan antara jenis-jenis kendaraan itu,
untuk mobil penumpang/sepeda motor di sebut “ Satuan Mobil
Penumpang” di singkat S.M.P. yang besar angka perbandingannya di
tetapkan sma dengan satu.

Besar angka-angka perbandingan untuk kendaraan jenis lainnya


dapat di lihat pada daftar tabel di bawah ini :

Daftar Tabel I.

JENIS-JENIS KENDARAAN ANGKA PERBANDINGAN

Sepeda 0,5

Mobil Penumpang/sepeda motor 1

Truk Ringan (berat kotor 5 ton) 2

Truk sedang (5 ton) 2,5

Bus 3

Truk Berat (10 ton) 3

Kendaraan tak bermotor 7


(gerobak,cikar dan sebagainya)

Bila suatu jalan terdapat berbagai jenis kendaraan dengan


jumlah yang berbeda, maka dengan angka perbandingan pada daftar I
di buat daftar yang menghasilkan angka S.M.P. Setelah di dapat angka
S.M.P nya kita menentukan kelas jalan dengan membaca daftar II.
Sebagai contoh perhatikan daftar yang menghasilkan jumlah S.M.P
suatu jalan sebesar 10.500 S.M.P. yang dapat di baca di bawah ini :

8
Jenis Kendaraan Jumlah L.H.R. S.M.P

1. sepeda motor 4.000 buah kendaraan 4.000

2.Sedan/mobil penumpang 2.500 buah kendaraan 2.500

3. Truk ringan 500 buah kendaraan 1.000

4. Bus 1.000 buah kendaraan 3.000

Jumlah 10.500 S.M.P

Daftar Tabel II. KLASIFIKASI JALAN

Menurut

Fungsi Kelas L.H.R. dalam S.M.P

Jalan Utama Jalan Kelas I -- 20.000 –

Jalan Sekunder Jalan Kelas II A 6.000 - - 20.000

Jalan Kelas IIB 1.500.-.-.20.000

Jalan Kelas IIC -- 2.000 --

Jalan Penghubung Jalan Kelas III -- -- --

Dengan memperhatikan Daftar II maka jalan tersebut tersebut


termasuk jalan kelas II A.

2.2.4. Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaan


Menurut wewenang pembinaan, jaringan jalan di kelompokkan
sebagai berikut :
1) Jalan Nasional.
Jalan Nasional ini terdiri dari ;
 Jalan Arteri Primer
 Jalan Kolektor Primer; yang menghubungkan antar
ibukota Propinsi.
 Jalan selain dari yang termasuk arteri/kolektor
primer yang mempunyai nilai strategis terhadap
kepentingan Nasional, yakni jalan yang tidak
9
dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi
mempunyai peranan menjamin kesatuan dan
keutuhan nasional, melayani daerah-daerah yang
rawan dan lain-lain.

2) Jalan Provinsi.
Jalan Provinsi ini terdiri dari :
 Jalan kolektor primer, yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kotamadya.
 Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan antar
ibukota Kabupaten/Kotamadya.
 Jalan selain selain yang di sebut diatas, yang
mempunyai nilai strategis terhadap
kepentinganProvinsi, yakni jalan yang biarpun
tidak dominanterhadap perkembangan ekonomi,
tetapi mempunyai peranan tertentu dalam
menjamin terselenggaranya pemerintah yang baik
dalam Pemerintahan Daerah Tingkat I dan
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya.
 Jalur dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
kecuali jalan yang termasuk Jalan Nasional.

3) Jalan Kabupaten.
Jalan Kabupaten ini terdiri :
 Jalan Kolektor Primer, yang tidak termasuk dalam
kelompok jalan Nasional dan kelompok Jalan
Provinsi.
 Jalan Lokal Primer.
 Jalan Sekunder lain, selain sebagaimana
dimaksud sebagai Jalan Nasional dan Jalan
Provinsi.
 Jalan selain dari yang di sebutkan diatas, yang
mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan
Kabupaten yakni, jalan yang walaupun tidak
dominan terhadap pengembangan ekonomi, tetapi
mempunyai peranan tertentu dalam menjamin
terselenggaranya pemerintahan dalam Pemerintah
Daerah.

4) Jalan Kotamadya.

10
Jaringan jalan sekunder di dalam Kotamadya.

5) Jalan Desa.
Jaringan jalan sekunder di dalam desa yang merupakan
hasil swadaya masyarakat, baik yang ada di desa
maupun di kelurahan.

6) Jalan Khusus.
Jalan yang di bangun dan di pelihara oleh Instansi Badan
Hukum/Perorangan untuk melayani kepentingan masing-
masing.

Klasifikasi Jalan menurut wewenang dapat di lihat pada (gbr 1-2)

11
2.2.5. Klasifikasi jalan Menurut Kelas Jalan.

Klasifikasi jalan menurut kelas jalan dapat di lihat pada table 1.1a (untuk
jalan antar kota) dan table 1.1b (untuk jalan perkotaan) dan table 1.1c ( untuk jalan
Kabupaten) berikut ini :

Table III. a. Klasifikasi Jalan Antar Kota

Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat


I >10
Arteri II 10
IIIA 8
IIIA
Kolektor 8
IIIB
Lokal IIIC 8

Tabel. III.b. Klasifikasi Jalan Perkotaan

a) Jalan Type I

Fungsi KELAS
PRIMER : - Arteri I
- Kolektor II
SEKUNDER : - Arteri II

i). Jalan Type II

Fungsi Volume Lalulintas (dalam SMP) KELAS


- I
PRIMER : Arteri
> 10.000 I
Kolektor
< 10.000 II
>20.000 I
SEKUNDER : Arteri
<20.000 II
> 6.000 II
Kolektor
< 6.000 III
> 5.000 III
Jalan Lokal
< 5.000 IV

12
Tabel III.c. KlassifikasiJalan Kabupaten

Kecepatan(km/Jam)

Volume Lalulintas MEDAN


Fungsi Kelas
(dalam SMP)

D B G
SEKUNDER :
 Jalan Lokal >500 IIIA 50 40 30
201 – 500 IIIB1 40 30 30
50 - 200 IIIB2 40 30 30
< 50 IIIC 30 30 20

2.3. BAGIAN JALAN

(1) Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)

Damaja adalah suatu ruang sepanjang jalan, yang di batasi oleh lebat,
tinggi,dan kedalam ruang bebas tertentu, yang di manfaatkan untuk
konstruksi jalan, terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang
pengamannya.

(2) Daerah Milik Jalan (DAMIJA)

Damija atau di sebut juga ROW (Right of Way). Meliputi Damaja dan sejalur
tanah tertentu, di batasi oleh patok tanda batas Damija.

(3) Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA)

Dawasja adalah sejalur tanah, yang terletak di luar Damija, yang


penggunaannya di awasi oleh pembina jalan dengan maksud agar tidak
mengganggu pandangan pengemudi dan bangunan konstruksi jalan.

Gambaran posisi Damaja, Damija dan Dawasja, untuk jalan antar kota
dapat di lihat pada gambar 1.3.

13
2.4. STRUKTUR JALAN

(1) Badan Jalan, adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalulintas,
trotoar, median dan bahu jalan, serta talud/lereng badan jalan yang
merupakan satu kesatuan yang mendukung beban lalulintas yang lewat di
atas permukaan jalan.

(2) Ambang Pengaman, Lajur terluar Damaja di maksudkan untuk


mengamankan bangunan konstruksi jalan, terhadap struktur lain untuk tidak
masuk kawasan jalan.

(3) Perkerasan Jalan, adalah lapisan konstruksi yang di pasang langsung di


atas tanah dasar badan jalan, pada jalur lalulintas yang abertujuan untuk
menerima dan menahan beban langsung dari lalulintas.

(4) Tanah Dasar (subgrade), adalah lapisan tanah asli/tidak ali yang di
siapkan/di perbaiki kondisinya, untuk meletakkan perkerasan jalan.

2.5. Geometrik Jalan

Istilah-istilah dalam geometrik jalan.

 Penampang Melintang Jalan :

(1) Jalur Lalulintas, adalah bagian jalan yang di gunakann untuk lalulintas
kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan.

(2) Lajur, adalah bagian jalur lalulintas yang memanjang di batasi oleh marka
lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk di lewati suatu kendaraan
bermotor sesuai kendaraan rencana.

(3) Bahu Jalan, adalah bagian jalan yang berdampingan di tepi jalur lalilintas
dan harus di perkeras, berfungsi untuk lajur lalulintas darurat, ruang bebas
samping dan penyangga perkerasan terhadap beban lalulintas.

(4) Median, adalah bagian jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur
lalulintas yang berlawanan arah, guna memungkinkan kendaraan
bergerak cepat dan aman. Fungsi Median adalah: memisahkandua aliran
lalulintas yang berlawanan, ruang lapak tunggu penyeberang jalan,
penempatan fasilitas jalan, tempat prasarana pekerjaan sementara,
penghijauan, pemberhentian darurat, cadangan lajur dan mengurangi silau
dari lampu kendaraan pada malam hari dari arah berlawanan.

(5) Trotoar, adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada Damija, di beri
lapisan permukaan di beri elevasi yang lebih tinggi dari permukaan
perkerasan dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalulintas kendaraan.
14
(6) Saluran tepi/samping, adalah selokan yang berfungsi untuk menmpung
dan mengalirkan air hujan, limpasan dari permukaan jalan dan daerah
sekitarnya.

(7) Lureng/Talud, adalah bagian tepi perkerasan yang di beri kemiringan


untuk menyalurkan air ke saluran tepi. Dapat juga berarti lereng kiri kanan
jalan dari suatu perbukitan yang di potong untuk pembentukan badan
jalan.

(8) Separator, adalah bagian jalan yang ditinggikan pada ruang pemisah jalur,
biasa di tempatkan di bagian luar, di batasi oleh kerb untuk mencegah
kendaraan keluar dari jalur.

(9) Pulau Lalulintas (traffic island) adalah bagian dari persimpangan jalan
yang di tinggikan dengan kerb, yang berfungsi untuk mengarahkan
lalulintas juga sebagai fasilitas pejalan kaki, pada saat menunggu
kesempatan menyeberang.

(10) Kanal Jalan (Channel), adalah merupakan bagian persimpangan


sebidang yang khusus di sediakan untuk membeloknya kendaraan, di
tandai oleh marka jalan atau di pisahkan oleh pulau lalulintas.

(11) Jalur Tambahan (auxilliary lane), adalah merupakan jalur yang di


sediakan untuk belok kiri/kanan atau perlambatan/percepatan kendaraan.

(12) Jalur Tepian (Marginal strip), adalah bagian dari median atau separator
luar, di sisi bagian yang ditinggikan yang sebidang dengan jalur lalulintas
di perkeras dengan bahan yang sama dengan jalur lalulintas, dan di
sediakan untuk mengamankan ruang bebas samping dari jalur lalulintas.

(13) Jalur Sepeda (bicyle way), adalah jalur khusus pengendara sepeda
dan becak, biasa di bangun sejajar dengan jalur lalulintas, namun di
pisahkan dari jalur lalulintas oleh struktur fisik seperti kerb atau guardrail.
Fasilitas ini sangat jarang di temui di Indonesia.

(14) Jalur Parkir (parking lane/stopping lane), adalah jalur khusus yang di
sediakan untuk parkir atau berhenti yang merupakan bagian dari jalur
lalulintas.

(15) Jalur Tanaman (planted strip), adalah bagian dari jalan yang di sediakn
untuk penanaman pohon, yang di tempatkan menerus sepanjang trotoar,
jalan sepeda atau bahu jalan.

(16) Jalur lalilintas lambat, adalah jalur yang di tentukan khusus untuk
kendaraan lambat.
15
(17) Jalur Putaran (turning lane), adalah jalur khusus kendaraan yang di
sediakan pada persimpangan untuk perlambtan, perpindahan jalur dan
untuk menunggu pada saat kendaraan berputar.

(18) Jalur percepatan/perlambatan (acceleration/decelaration lane), adalah


jalur yang di sediakan untuk percepatan/perlambatan kendaraan pada
saat akan masuk/keluar jalur lalulintas menerus.

(19) Pemisah luar (auther separation), adalah ruang yang di adakan untuk
memisahkan jalur samping dari jalur lalulintas menerus atau untuk
memisahkan jalur lalulintas lambat dari jalur lain.

 Element Geometrik :

(1) Alinyement Horisontal, adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang


horisontal terdiri dari bagianlurus dan lengkung.

(2) Alinyemen Vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang


permukaan perkerasan jalan, melalui sumbu/as jalan, yang umumnya di
sebut profil/penampang memanjang jalan.

(3) Alinyemen pada tikungan (cuurved alignment), adalah seluruh bagian dari
lengkung peralihan dan lengkung lingkaran.

(4) Jalur pendakian (climbing lane), adalah jalur jalan yang di sediakan pada
bagian ruas jalan dengan kemiringan besar, untuk menampung kendaraan
berat pada saat menanjak, agar tidak mengganggu kendaran lain yang
lebih cepat.

(5) Jalur Samping (fontage road), adalah jalan yang di bangun sejajar
sepanjang jalur lalulintas menerus, berfungsi sebagai akses tambahan
pada lahan sekitar atau jalan lokal, biasa di pisahkan alat struktur fisik
seperti kerb atau pagar pelindung (guard-rail).

(6) Pengaturan jalan masuk ( akses control), adalah suatu kaidah mengenai
jalan masuk yang di terapkan melalui suatu aturan dan hak jalan masuk
umum dari dan tempat-tempat yang berada di sepanjang jalan.

(7) Ruang Bebas Jalan (clearance of road), adalah ruang pengandaian yang
di buat pada permukaan jalan, yang hanya di sediakan untuk kendaraan
atau pejalan kaki, dimana dalam batas ruang tersebut tidak di izinkan
adanya struktur lain selain struktur jalan, utilitas, pohon atau benda yang
tidak bergerak lainnya.

16
(8) Panjang Kritis Tanjakan (critical length of grade), adalah panjang
maksimum yang di tentukan pada suatu tanjakan di mana kendaraan
berat dengan muatan penuh dapat beroperasi pada batas pengurangan
kecepatan rencana dari jalan yang bersangkutan.

(9) Koordinasi Alinyemen, adalah perpaduan serasi antara alinyemen


horisontal, vertikal dan penampang jalan, sedemikian sehingga
menghasilkan komposisi jalan yang baik, aman dan nyaman.

 Komponen Geometrik

(1) Jari-jari Lengkungan/Tikungan, adalah jari-jari tikungan yang di tarik dari


pusat lengkungan dengan memenuhi kriteria geometrik yang di syaratkan.

(2) Derajat Kelengkungan, adalah sudut yang di bentuk oleh atau tikungan
yang menghasilkan panjang busur yang menghailkan panjang busur 25 m.

(3) Kelandaian (grade), adalah kemiringan memanjang dari suatu bagian ruas
jalan.

(4) Superelevasi jalan, adalah kemiringan melintang permukaan jalan pada


bagian tikungan suatu alinyemen horisontal yang di buat untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang di akibatkan oleh kendaraan.

(5) Lengkung Peralihan, adalah lengkung pada tikungan yang di gunakan


untuk mengadakan peralihan dari bagian jalan yang lurus ke bagian jalan
yang mempunyai jari-jari lengkung dengan kemiringan tikungan tertentu
atau sebaliknya.

(6) Bagian Tangen, adalah bagian yang berbentuk lurus, sebelum atau
sesudah terjadi perubahan bentuk menjadi suatu lengkungan, pada suatu
tikungan.

(7) Bagian Lengkung (curved section), adalah bagian bentuk lengkung yang
merupakan transisi peralihan dan penyesuaian kecepatan kendaraan,
pada saat meninggalkan atau menuju bagian tangen kembali ke bagian
lurus suatu ruas jalan. Bagian lengkung ini bisa berbentuk spiral atau
lingkaran.

(8) Daerah bebas Samping, adalah ruang yang di sediakan pada suatu
tikungan, agar pengemudi mempunyai kebebasan pandangan, sesuai
jarak pandang yang di persyaratkan.

17
(9) Pelebaran Tikungan, adalah penahan lebar suatu perkerasan, agar tetap
pada jalur yang sudah di tentukan.

 Parameter Perencanaan Geometrik :

(1) Kecepatan Rencana (Design Speed), adalah kecepatan maksimum yang


amandan bisa tetap di pertahankan pada suatu ruas jalan, apabila
kendaraan jalan tersebut baik dan sesuai dengan yang di tentukan di
dalam perencanaan awal.

(2) Kendaraan Rencana (Design Vehicle), adalah kendaraan dengan berat, di


mensi dan karakteristik operasional tertentu yang di gunakan untuk
perencanaan jalan, agar dapat menampung kendaraan dari type yang di
rencanakan.

(3) Volume Lalilintas Harian Rata-rata (LHR), adalah volume total kendaraan
yang melinta suatu titik atau ruas jalan, untuk kedua jurusan, selama satu
tahun di bagi oleh jumlah hari dalam satu tahun.

(4) Volume Jam Rencana (VJR), adalah prakiraan volume lalulintas perjam,
pada jam sibuk tahun rencana di nyatakan dalam satuan SMP/jam, di
hitung dari perkalian VLHR dengan faktor K (Faktor volume lalu lintas jam
sibuk).

(5) Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR), adalah prakiraan volume
lalulintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian jalan tertentu.

(6) Satuan Mobil Penumpang (SMP), adalah jumlah mobil penumpang yang
di gantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan,
lalilintas dan pengawasan yang berlaku.

(7) Kapasitas, adalah volume lalulintas, maksimum (mantap) yang dapat di


pertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu .

(8) Tingkat pelayanan (level of service), adalah tolak ukur untuk menilai
kualitas pelayanan suatu sistem transportasi jalan.

(9) Gaya Sentrifugal , adlah gaya yang mendorong kendaraanke arah radial
keluar dari lajur jalan, akibat suatu kecepatan kendaraan yang melalui
tikungan.

(10) Kooefisien geser melintang, adalah besarnya gesekan yang timbul


antara ban kendaran dengan permukaan jalan dalam arah melintang
jalan.
18
(11) Jarak Pandang Henti, adalah jarak minimum yang di perlukan oleh
setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman
begitu melihat adanya halangan di depan.

(12) Jarak Pandang Menyiap, adalah jarak yang memungkinkan suatu


kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya, dengan aman
sampai kendaraan tersebut kembali ka ljur semula.

19
II. PERENCANAAN JALAN

KRITERIA UNJUK KERJA

Kemampuan yang akan di capai siswa :


1. Dapat mengetahui hal-hal yang perlu di tinjau dalam perencanaan jalan baru
2. Dapat memahami kegiatan-kegiatan yang perlu di laksanakan dalam
perencanaan jalan baru.

Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan pergaulan dengan


sesamanya dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam usaha mencapai pergaulannya
itu, manusia seringkali berpindah tempat, baik secara perorangan maupun
berkelompok. Untuk pergerakan dalam perpindahan tempat itu di butuhkan suatu
sarana, yaitu jalan.
Karena kebutuhan akan jalan yang kuat untuk menahan beban lalulintas yang akan
melewatinya dan dapat menyalurkan lalulintas, perlu di bangun/dibuat jalan yang
sesuai dengan tuntutan perkembanagan teknologi dan ilmu pengetahuan serta
kebutuhan masyarakat. Adanya pembuatan jalan baru untuk memenuhi keperluan
lalulintas dalam rangka pengembangaan wilayah.

A. HAL-HAL YANG PERLU DI TINJAU DALAM PERENCANAAN.


1. Segi Ekonomi
Pembuatan perencanaan jalan baru, hendaknya di tujukan pada pemenuhan
tuntutan keperluan lalulintas guna kepentingan perekonomian. Daerah-daerah
yang merupakan daerah produksi (daerah pertanian, perkebunan, pertambangan
dan perindustrian) dapat menggunakan jalan tersebut berjalan lancar.
2. Segi Sosial Budaya
Adanya pembuatan perencanaan jalan baru, berarti kita mengadakan atau
membangun sarana yang di perlukan untuk melakukan pergerakan perpindahan
manusia. Dengan adanya sarana ini, manusia akan bertambah lancar dalam
perpindahan tempatnya. Hal tersebut akan menimbulkan pertambahan hubungan
sosial antarmanusia, sehingga akan mempengaruhi perkembangan sosial
masyarakat, sekaligus berpengaruh terhadap kebudayaan masyarakat.

20
3. Segi Pertahanan dan Keamanan.
Pembagunan jalan baru di samping di tujukan untuk kepentingan perekonomian,
sosial budaya, juga di tujukan untuk kepentingan strategi pertahanan dan
keamanan. Dalam usaha menjaga kestabilan pertahanan dan keamanan suatu
negara atau suatu daerah, salah satu faktor yang harus di perhatikan, yaitu
seluruh pelosok negara atau daerah dapat di capai dalam waktu yang singkat.
Agar dapat mencapai suatu tempat dalam waktu yang singkat di tuntut adanya
hubungan transportasi yang lancar.

B. KEGIATAN-KEGIATAN YANG PERLU DI LAKSANAKAN DALAM


PERENCANAAN

1. Pengumpulan Data.
Agar jalan yang akan di bangun dapat memberikan hail guna dan daya guna yang
diharapkan, di perlukan data yang dapat membantu untuk lancarnya perencanaan
jalan yaitu ;
a. Data Ekonomi, yaitu data yang di perlukan untuk mengenai :
1) Apakah daerah tempat akan di buat trase jalan baru tersebut sudah ada
jalan lama. Dalam hal ini harus di perkirakan agar jalan yang baru itu
jangan sampai mematikan jalan lama yang sudah ada.
2) Apakah di daerah tempat akan di buat trase jalan baru terdapat suatu
daerah produksi (daerah pertanian, perkebunan, perindustrian, dan
pertambangan). Hal ini penting untuk menetapkan kelas jalan yang di
sesuaikan dengan perkembangan daerah tersebut.
3) Bila jalan baru sudah ada, harus di perhitungkan kemungkinan terjadi
jalan-jalan yang menghubungkan kota-kota di sekitarnya dengan jalan
baru itu, sehingga akan mempertinggi volume lalulintas jalan baru
tersebut.
4) Perlu di carikan tempat-tempat untuk pengambilan dan penggalian
bahan baku, seperti batu dan pasir yang tidak jauh dari lokasi
pembangunan jalan baru tersebut.

21
b. Data Teknis
Hal yang di perlukan untuk mendapatkan jalan yang dapat menjamin
keselamatan jiwa dan memberikan kenyamanan berkendaraan bagi yang
menggunakan jalan tersebut. Faktor-faktor yang perlu di perhatikan adalah
sebagai berikut :
1) Faktor Geografi dari permukaan medan daerah-daerah yang di lalui oleh
jalan yang akan di buat. Dalam menentukan trase jalan baru perlu di
hindari sejauh mungkin bukit, lereng yang terjal dan tanah berawa-rawa.
2) Faktor geografi dari daerah tempat yang akan di buat trase jalan
baru,harus di hindari daerah yang rawan terhadap gangguan geologi.
Untuk memperoleh data-data tersebut di lakukan kegiatan-kegiatan yang
meliputi :
a) Survei penyelidikan
b) Survei pendahuluan
c) Survei kontrol
d) Survei lanjutan di lapangan

2. Perencanaan
Berdasarkan data hasil pengumpulan tersebut diatas di buatlah perencanaan
yang di tuangkan dalam bentuk :
a. Gambar perencanaan dan gambar detail.
Perencanaan yang di wujudkan berua penggambaran meliputi ;
1) Penarikan trase Jalan.
Dalam merencanakan pembuatan jalan di perlukan situasi dari daerah
yang akan di bangun jalan baru. Dari peta situasi akan di ketahui
keadaan medan dari daerah yang bersangkutan. Keadaan medan
dibutuhkan untuk menetukan letak titik-titik yang sesuai dengan hasil
pengukuran dengan jarak yang di tentukan. Titik-titik tersebut di
hubungkan satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu garis yang
nantinya akan di gunakan sebagai as jalan. Untuk jelasnya, lihat peta
situasi di bawah ;

22
A.

30

25 B

20

15

10

23

Anda mungkin juga menyukai