Anda di halaman 1dari 21

KARYA ILMIAH

KONSTRUKSI JALAN RAYA

Disusun oleh :

Muhammad Zamzami 1822302023

Rahmi Mulyani 1822302051

Ryanda Imam Wahyugi 1822302056

Yunita Dara Maulina 1822302030

Zachlul Akmal 1822302061

Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan dan Jembatan

Teknik Sipil

Politeknik Negeri Lhokseumawe

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul
“Konstruksi Jalan Raya” dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi tugas bahasa
Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ernawati Br
Surbakti,S.S,M.Si selaku dosen, serta semua pihak yang telah mendukung dalam
penyusunan karya tulis ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang konstruksi jalan raya.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Kami mengharapkan kritik dari pembaca yang
bersifat membangun bagi kebaikan karya ilmiah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan raya adalah pembangunan konstruksi darat yang berfungsi

sebagai penghubung antarkawasan. Untuk mewujudkannya diperlukan


bentuk jalan yang bagus sehingga terwujud perjalanan yang baik dan
nyaman bagi pengguna jalan. Oleh karena itu, jalan raya merupakan jalan
utama untuk mendukung aktivitas masyarakat pada era ini.

Dahulu masyarakat hanya mengenal jalan yang terbuat dari tanah


lalu diperkeras. Namun seiring perkembangan zaman, manusia mampu
membuat jalan dengan perkerasan menggunakan bahan aspal. Selain itu,
banyak kontruksi jalan raya yang sudah dijalankan oleh pemerintah
dengan bahan aspal. Akan tetapi, dalam pembangunan jalan raya itu
terdapat beberapa masalah yang dapat mengganggu jalannya konstruksi.
Permasalahan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dalam karya ilmiah ini.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa saja jenis-jenis jalan ?


b. Apa saja lapisan-lapisan pembentuk perkerasan jalan raya ?
c. Mengapa terdapat masalah dalam pelaksanaan konstruksi jalan raya ?
d. Apa dampak yang terjadi akibat masalah dalam pelaksanaan konstruksi
jalan raya ?
e. Bagaimana menyelesaikan masalah dalam pelaksanaan konstruksi jalan
raya ?
1.3 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui jenis-jenis jalan


b. Mengetahui lapisan-lapisan pembentuk perkerasan jalan raya
c. Memahami masalah dalam pelaksanaan konstruksi jalan raya
d. Mengetahui dampak akibat masalah dalam konstruksi jalan raya
e. Dapat menyelesaikan masalah dalam pelaksanaan konstruksi jalan raya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Jalan

Aska (2017) mengutip beberapa jenis jalan yang ada di Indonesia


sebagai berikut :

2.1.1 Jenis-Jenis Jalan Berdasarkan Hak Penggunaannya


Jenis jalan berdasarkan hak penggunaannya dan
peruntukannya dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai
berikut:
a. Jalan Umum
Jalan umum merupakan jalan yang bisa dipakai semua
orang, biasanya disediakan oleh pemerintah dengan
menggunakan dana negara. Jalan ini bisa dipakai oleh
kendaraan secara gratis.
b. Jalan Tol

Jalan tol tidak terlalu berarti jalan yang memiliki


ukuran besar. Jalan tol adalah jalan yang penggunaannya
berbayar. Apapun jenis jalannya selama itu berbayar maka
akan disebut jalan tol.

2.1.2 Jenis-Jenis Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan


Berdasarkan sistem jaringan dan kegiatan yang dilakukan
pada sebuah Jalan maka dapat dibedakan lagi menjadi beberapa
jenis sebagai berikut :
a. Jalan Primer
Merupakan jalan yang melayani pergerakan antar pusat
kegiatan dimana pusat kegiatan terdiri atas tiga macam yaitu
sebagai berikut :
1) Pusat Kegiatan Nasional ( BKN )
2) Pusat Kegiatan Wilayah ( PKW )
3) Pusat Kegiatan Lokal ( PKL )
b. Jalan Sekunder
Jalan sekunder merupakan jalan yang melayani pergerakan
untuk area bukan pusat kegiatan seperti jalan di kawasan
perkotaan.

2.1.3 Jenis Jenis Jalan Menurut Fungsinya


Jalan yang kita kenal sebagai jalur kendaraan Jika dilihat
menurut fungsinya dapat dibedakan sebagai berikut :

Gambar 2.1 jenis-jenis jalan menurut fungsinya

a. Jalan Arteri
Jalan arteri adalah jalan yang dapat melayani angkutan
utama dengan tujuan perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata
tinggi dan jumlah jalan masuk yang dibatasi secara efisien.
b. Jalan Arteri Primer
Jalan ini merupakan jalan yang menghubungkan antar Kota
jenjang kesatu yang letaknya berdampingan atau
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
c. Jalan Arteri Sekunder
Jalan Arteri sekunder adalah Jalan yang menghubungkan
antara kawasan primer dengan kawasan sekunder ke satu atau
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua.
d. Jalan Kolektor
Jalan ini merupakan jalan yang melayani angkutan
pengumpulan atau pembagian kendaraan dengan tujuan
perjalanan jarak menengah, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
e. Jalan Kolektor Primer
Merupakan Jalan yang menghubungkan antar Kota jenjang
kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang ketiga.
f. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah Jalan yang menghubungkan
antar kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
g. Jalan Lokal
Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan lokal
setempat dengan tujuan perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-
rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
h. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan yang dirancang untuk
perjalanan jarak dekat dengan menggunakan kecepatan rendah
dengan asas yang tidak dibatasi. Contohnya seperti jalan di
perumahan perumahan yang ada di sekitar kita.

2.1.4 Jenis-Jenis Jalan Berdasarkan Ruas Jalan


Berdasarkan ruas jalan, maka jenis jalan dapat dibedakan
lagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
a. Jalan Nasional
Jalan nasional adalah jalan yang dibangun dari APBN.
Jalan ini berfungsi menghubungkan ibu kota antar provinsi.
Hingga tahun 2014 jalan nasional di Indonesia telah ada
sepanjang 38000 km dan terus berkembang sehingga pada tahun
2015 mencapai 47000 km dan akan terus berkembang di
berbagai daerah di Indonesia.
b. Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan yang dibangun dari dana
APBD provinsi bersangkutan. Jalan ini menghubungkan antara
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau
menghubungkan ibukota provinsi dengan Kotamadya atau juga
menghubungkan antar ibukota kabupaten atau antar ibukota
kabupaten dengan Kotamadya. Setiap provinsi memiliki Jalan
provinsi masing-masing dengan nama jalan yang berbeda-beda.
c. Jalan Kabupaten
Sesuai namanya Jalan Kabupaten merupakan jalan yang
dibangun berdasarkan dana APBD Kabupaten yang
bersangkutan. Jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota Kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat
desa, antar ibukota Kecamatan ibukota kecamatan dengan pusat
desa atau Jalan yang menghubungkan antara pusat desa.
d. Jalan Kota
Jalan-jalan yang dibangun dengan dana APBD Kota yang
bersangkutan. Jalan ini menghubungkan kawasan perkotaan
seperti pada jaringan Jalan sekunder.
e. Jalan Desa
Jalan desa merupakan jalan yang dibangun dari dana APBD
kota atau Kabupaten yang bersangkutan namun dilimpahkan
kepada desa. Jalan ini melayani angkutan di kawasan pedesaan
tersebut.
f. Jalan Non Status
Jalan ini merupakan jalan yang dibuat secara Swadaya oleh
individu maupun kelompok tertentu dengan tujuan tertentu pula.
Misalnya Jalan yang menghubungkan gedung-gedung di
kampus yang memiliki luas lahan cukup besar.

2.1.5 Jenis-Jenis Jalan Berdasarkan Kelas Prasarana


Berdasarkan kelas prasarana yang ada maka jenis-jenis
jalan dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Jalan Bebas Hambatan
Jalan bebas hambatan merupakan jalan yang memiliki
prasarana yang dapat meminimalisir hambatan perjalanan.
Sehingga jalan bebas hambatan memiliki pengendalian akses
masuk secara penuh, tidak boleh ada persimpangan sebidang,
dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi dengan median,
setidaknya mempunyai dua lajur setiap arah dan lebar setiap
lajur paling sedikit 3,5 meter.
b. Jalan Raya
Jalan Raya merupakan jalan umum untuk lalu lintas secara
terus menerus dengan pengendalian akses masuk secara terbatas.
Jalan ini dilengkapi dengan median, paling tidak ada dua lajur
setiap arah dengan lebar minimum 3,5 meter.
c. Jalan Menengah
Jalan menengah adalah jalan umum dengan tujuan
perjalanan jarak sedang dan pengendalian akses masuk yang
tidak dibatasi. Jalan ini memiliki paling sedikit dua lajur untuk
dua arah dengan lebar lajur paling sedikit adalah 7 m.
d. Jalan Kecil
Jalan kecil merupakan jalan umum yang melayani lalu
lintas lokal setempat. Jalan ini setidaknya memiliki dua lajur
untuk dua arah dengan lebar lajur paling sedikit 5,5 meter.
2.2 Lapisan-lapisan Pembentuk Perkerasan Jalan Raya

Fisaini (2011) mengutip lapisan-lapisan pembentuk perkerasan


jalan raya beserta fungsinya.

a. Lapisan Permukaan (Surface Course)

Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan


raya. lapisan yang biasanya dipijak atau lapisan yang bersentuhan
langsung dengan ban kendaraan. Lapisan ini berfungsi sebagai
penahan beban roda. Lapisan ini memiliki stabilitas yang tinggi ,
kedap air untuk melindungi lapisan di bawahnya sehingga air
mengalir ke saluran di samping jalan, memiliki daya tahan
terhadap keausan akibat gesekan rem kendaaan. Lapisan ini
diperuntukan untuk meneruskan beban kendaraan ke lapisan di
bawahnya.

b. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)


Lapisan ini terletak di bawah lapisan permukaan. Lapisan
ini terutama berfungsi untuk menahan gaya lintang akibat beban
roda serta meneruskan beban ke lapisan di bawahnya sebagai
bantalan untuk lapisan permukaan, peresapan dan pondasi bawah.
Material yang digunakan untuk lapisan ini harus material dengan
kualitas tinggi sehingga kuat menahan beban yang direncanakan.

c. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapisan ini berada di antara lapisan pondasi atas dan
lapisan tanah dasar. Lapisan ini berfungsi untuk menyebarkan
beban dari lapisan pondasi bawah ke lapisan tanah dasar untuk
menghemat penggunaan material yang digunakan pada lapisan
pondasi atas karena biasanya menggunakan material yang lebih
murah. Selain itu, lapisan pondasi bawah juga berfungsi untuk
mencegah partikel halus yang masuk ke dalam material perkerasan
jalan dan melindungi air agar tidak masuk ke lapisan di bawahnya.

d. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade Course)


Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan
jalan raya. Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan
mempunyai spesifikasi yang direncanakan maka tanah tersebut
akan langsung dipadatkan dan digunakan. Tebalnya berkisar antara
50-100 serta memiliki fungsi utama sebagai tempat perletakan
jalan raya.
BAB III
PELAKSANAAN DALAM KONTRUKSI JALAN RAYA

3.1 Proses Manajemen Mutu

Surbakti (2013) menjelaskan bahwa pada proyek konstruksi, ada


tiga proses yang harus dilakukan untuk mendapatkan mutu yang baik.
Hal Ini adalah syarat yang harus dilakukan dalam memanajemen mutu
dalam suatu proyek. Adapun ketiga proses mutu tersebut adalah
perencanaan mutu (Quality Planning), pengendalian mutu (Quality
Control), dan penjaminan mutu (Quality Assurance). Ketiga proses ini
dilakukan dalam suatu manajemen proyek agar proyek tersebut
menghasilkan mutu yang baik.

3.1.1 Perencanaan Mutu (Quality Planning)


Perencanaan mutu adalah proses yang berkaitan dengan
pemilik (owner),yaitu proses produksi, desai produk, atau
pelayanan. Untuk proyek konstruksi, merencanakan mutu ini
sangat perlu sebagai acuan untuk melakukan proses selanjutnya
seperti penjaminan mutu dan pengendalian mutu ditahap
selanjutnya.

3.1.2 Penjaminan mutu (Quality Assurance)


Penjaminan mutu adalah semua perencanaan dan langkah
sistematis yang diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa instansi
atau sistem yang akan diwujudkan dapat beroperasi secara memuaskan.
Tujuan utama kegiatan penjaminan mutu adalah mengadakan tindakan-
tindakan yang dibutuhkan untuk memberikan kepercayaan kepada
semua pihak yang berkepentingan bahwa semua tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tingkatan mutu proyek telah dilaksanakan
dengan berhasil. Proses penjaminan mutu dilaksanakan pada tahap
pelaksanaan suatu proyek.
3.1.3 Pengendalian mutu (Quality Control)
Pengendalian mutu adalah proses yang melakukan
tindakan-tindakan berupa percobaan, pengukuran, dan
pemerikasaan untuk memantau apakah kegiatan konstruksi telah
dilakukan sesuai dengan rencana. Pengendalian mutu dilakukan
pada tahap pelaksanaan proyek, khususnya pada tahap pengawasan
dan pengendalian. Hal ini dilakukan agar mengetahui apakah
tahap-tahap pelaksanaan proyek sudah dilakukan sesuai dengan
syarat dan rencana pada perencanaan mutu. Lalu jika tidak
dilakukan sesuai syarat, maka dilakukan penindak-lanjutan.

3.2 Tahap Pelaksanaan dalam Konstruksi Jalan Raya

Tahap pelaksanaan dilakukan setelah melakukan ketiga tahap ,


yaitu tahap studi kelayakan, perencanaan, dan pelelangan. Jika ketiga
tahap tersebut belum dilakukan, maka tidak akan bisa melakukan tahap
pelaksanan konstruksi.. Tahap pelaksanaan adalah tahap dimana
perwujudan dari desain, rencana anggaran biaya, dan rencana waktu yang
sudah di rencanakan pada tahap perencanaan. Kegiatan yang
dilaksanakan pada tahap pelaksanaan kosntruksi adalah merencanakan,
mengendalikan, dan mengkoordinasikan semua oprasional dilapangan.

3.2.1 Kegiatan perencanaan dan pengendalian dalam tahap pelaksanaan


a. Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan
b. Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan
c. Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja
d. Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material

3.2.2 Kegiatan koordinasi pada tahap pelaksanaan


a. Mengkoordinasikan seruh kegiatan pembangunan
b. Mengkoordinasi para sub kontraktor
3.3 Permasalahan yang Terjadi pada tahap pelaksanaan

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa ada tiga proses


manajemen mutu, yaitu perencanaan mutu (Quality Planning),
pengendalian mutu (QualityControl) dan penjaminan mutu (Quality
Assurance). Pengendalian dan penjaminan mutu dilaksanakan pada tahap
pelaksanaan, sedangkan perencanaan mutu dilaksanakan pada tahap
desain. Hal ini tidak berarti bahwa pada tahap pelaksanaan, proses
perencanaan mutu tidak mempengaruhi tahap pelaksanaan. Jika pada
proses perencanaan mutu tidak dilakukan dengan baik, hal tersebut akan
mempengaruhi proses manajemen mutu selanjutnya. Maka akan terjadi
permasalahan pada tahap pelaksanaan. Permasalahan yang bisa terjadi
sebagai berikut :

a. Terjadinya perubahan desain pada tahap pelaksanaan.


b. Lemahnya perencanaan dan pengendalian.
c. Koordinasi yang tidak baik antara pihak yang terlibat.

d. Keterlambatan pemesanan material.

3.3.1 Perubahan Desain Pada Tahap Pelaksanaan


Perubahan desain pada tahap pelaksanaan akan
berpengaruh terhadap perubahan biaya dan waktu. Waktu
pelaksanaan akan semakin lama dari yang sudah direncakan dan
biaya pelaksanaan juga meningkat seiring meningkatnya waktu
pelaksanaan, karena seperti yang kita ketahui biaya, waktu, dan
mutu saling berkaitan satu sama lain. Jika waktu dan biaya
berubah, maka tentu saja mutu juga akan berubah. Beberapa
kesalahan yang dilakukan sehingga terjadinya perubahan desain
pada tahap pelaksanaan adalah:

a. Tidak dilakukan proses perencanaan mutu pada kegiatan


memahami keinginan pelanggan.
b. Tidak dilakukan proses penjaminan mutu pada kegiatan
pemeriksaan gambar kerja.

Solusi yang dapat dilakukan adalah :

a. Memahami secara detail keinginan pelanggan


Sebagai seorang konsultan, maka keinginan pelanggan
adalah hal mutlak yang harus diketahui secara detail. Jika tidak
maka pada pertengahan proses pelaksanaan, maka pelanggan
akan ingin mengubah desain karena tidak sesuai keinginannya.
b. Kontraktor memeriksa gambar kerja sebelum akan dibangun.
Pemeriksaan gambar kerja oleh kontraktor perlu dilakukan
untuk memastikan tidak terjadi kesalahan gambar yang
dilakukan arsitek dan juga untuk mengetahui tingkat kesulitan
gambar tersebut. Jika terjadi kesalahan dapat diperbaiki
sebelum tahap pelaksanaan.
c. Melakukan perjanjian dengan pelanggan
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perubahan desain pada
tahap pelaksanaan.Untuk itu maka konsultan harus
memperlihatkan hasil desainnya kepada pelanggan. Jika
pelanggan sudah setuju, maka dilakukan perjanjian kontrak
agar tidak melakukan perubahan desain di tengah proses
pembangunan. Jika hal ini dilakukan, maka kecil kemungkinan
untuk melakukan perubahan pada tahap pelaksanaan karena
akan melanggar perjanjian.

3.3.2 Lemahnya Pengawasan Dan Pengendalian


Pengawasan dan pengendalian adalah dua dari tiga kegiatan
yang dilakukan pada tahap pelaksanaan. Kegiatan-kegiatan tersebut
harus dilakukan oleh kontraktor pengawas dan kontraktor
pengendali. Tugas pengawas dan pengendali tidak sama. Pengawas
hanya memperhatikan setiap kegiatan lapangandan melaporkannya,
sedangkan pengendali melakukan tindakan jika terjadi perbedaan
pekerjaan dari yang direncanakan. Faktor menimbulkan
melemahnya pengawasan dan pengendalian adalah kontraktor
pengawas dan pengendali yang tidak memiliki pengetahuan. Solusi
yang dilakukan adalah kontraktor pengawas dan pengendali harus
memiliki ilmu mengenai konstruksi agar mengetahui saat terjadi
kesalahan pada proses pembangunan. Pengetahuan ini juga
diperlukan untuk mengendalikan biaya, waktu, dan lain-lain.

3.3.3 Koordinasi yang tidak baik antara pihak yang terlibat


Koordinasi yang dimaksud adalah kurangnya komunikasi
antar pihak yang terlibat di lapangan. Koordinasi ini dimaksudkan
agar apa yang diinginakan pemilik dapat dimengerti oleh konsultan
dan kontraktor. Lalu apa yang konstraktor pengawas diperintahkan
dapat dimengerti sepenuhnya oleh pekerja lain sampai ketingkat
yang paling bawah sekalipun.

Adapun orang-orang yang terlibat dalam tahap pelaksanaan


adalah:

a. Owner (pemilik).
b. Konsultan studi kelayakan dan konsultan manajemen konstruksi.
c. Konsultan pengawas.
d. Pelaksana konstruksi, seperti kontraktor, subkontraktor, dan
pemasok

Solusi yang dapat dilakukan adalah mengurangi kesalahan


komunikasi antara berbagai pihak.

a. Kesalahan komunikasi antara pemilik dengan konsultan, yaitu


perbedaan apa yang diinginkan oleh pemilik dengan apa yang di
gambar oleh konsultan.
b. Kesalahan komunikasi antara konsultan dengan konstraktor, yaitu
perbedaan antara apa yang digambar konsultan (arsitek) dengan apa
yang dipikirkan oleh kontraktor.

c. Kesalahan komunikasi antara kontraktor dengan sub kontraktor,


yaitu perbedaan antara apayang di pikirkan kontraktor berbeda
dengan yang dipikirkan sub kontraktor.

d. Kesalahan komunikasi antara subkontraktor dengan pekerja


lapangan (mandor dan tukang),yaitu perbedaan apa yang dipikirkan
sub kontraktor dengan yangdilaksanakan di lapangan.

3.3.4 Keterlambatan kedatangan material dan alat


Keterlambatan pemesanan material akan berdampak kepada
perubahan waktu dan biaya dari sudah direncanakan. Jika material
terlambat di pesan, maka selama material belum datang tenaga
kerja tidak akan bekerja di lokasi padahal sudah di bayar sesuai
waktu bekerjanya. Hal ini akan menambah biaya tenaga kerja.
Selain itu, waktu juga akan bertambah karena tidak sesuai dengan
waktu yang sudah diperkirakan. Jika waktu dan biaya bertambah,
maka akan mempengaruhi mutu.

Alasan terjadinya keterlambatan material adalah karena


kontraktor kurang memperkirakan kapan datangnya material.
Kontraktor tidak teliti dalam memperkirakan datangnya material.
Seharusnya kontraktor sudah memperkirakannya dari lokasi
keberadaan material, jenis material, dan lain-lain. Hal ini juga
diakibatkan karena kontraktor yang belum berpengalaman bekerja
di lapangan.

Solusi yang sebaiknya dilakukan adalah:


a. Memperhatikan kapan datangnya material yang akan dipesan.
Jika lokasinya jauh, maka sudah dipesan jauh dari jadwal yang
ditentukan.
b. Lalu jika jenis alat termasuk yang susah dicari, maka terlebih
dahulu mencari alat tersebut sebelum dibutuhkan.
c. Membuat time schedulu untuk material.
d. Kontraktor ataupun subkontraktor memiliki banyak relasi yang
berhubungan dengan bahan bangunan. Ini akan mempermudah
untuk berkomunikasi sehingga alat dan bahan material dapat
datang sesuai dengan waktunya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tahap pelaksanaan adalah tahap yang harus diperhatikan karena
merupakan tahap yang paling penting. Tahap dimana desain tersebut
diwujudnyatakan dalam bentuk bangunan yang diinginkan konsumen.
Untuk itu, permasalahan sering sekali terjadi pada tahap ini sehingga
mempengaruhi mutu pada proyek tersebut. Permasalahan tersebut adalah
karena terjadinya perubahan desain, lemahnya perencanaan dan
pengendalian, koordinasi yang tidak baik antara pihak yang terlibat, dan
keterlambatan pemesanan material. Masih ada permasalahan lain, tetapi
yang keempat ini adalah permasalahan yang sering terjadi dalam suatu
kontruksi.

4.2 SARAN
Keempat permasalahan pada tahap pelaksanaan tersebut harus
diatasi agar mutu pada konstruksi juga meningkat. Untuk itu disarankan
agar:

a. Ketiga proses manajemen mutu dilaksanakan dengan benar.


b. Kontraktor pengawas dan pengendali diharapkan memliki
pengetahuan dan pengalaman.
c. Orang-orang yang terlibat dalam tahap pelaksanaan dapat
berkoordinasi dengan baik agar tidak terjadi kesalahpahaman.
d. Membuat time schedule kedatangan material.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 5

2.1 Jenis-jenis Jalan ................................................................................................... 5

2.1.1 Jenis-Jenis Jalan Berdasarkan Hak Penggunaannya .................................... 5

2.1.2 Jenis-Jenis Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan .................................. 5

2.1.3 Jenis Jenis Jalan Menurut Fungsinya........................................................... 6

2.1.4 Jenis-Jenis Jalan Berdasarkan Ruas Jalan .................................................... 7

2.1.5 Jenis-Jenis Jalan Berdasarkan Kelas Prasarana ........................................... 9

2.2 Lapisan-lapisan Pembentuk Perkerasan Jalan Raya ......................................... 10

BAB III PELAKSANAAN DALAM KONSTRUKSI JALAN RAYA ............................................. 12

3.1 Proses Manajemen Mutu.................................................................................. 12

3.1.1 Perencanaan Mutu (Quality Planning) ...................................................... 12

3.1.2 Penjaminan mutu (Quality Assurance) ..................................................... 12

3.1.3 Pengendalian mutu (Quality Control) ....................................................... 13

3.2 Tahap Pelaksanaan dalam Konstruksi Jalan Raya ............................................. 13

3.2.1 Kegiatan perencanaan dan pengendalian dalam tahap pelaksanaan ...... 13

3.2.2 Kegiatan koordinasi pada tahap pelaksanaan .......................................... 13

3.3 Permasalahan yang Terjadi pada tahap pelaksanaan....................................... 14


3.3.1 Perubahan Desain Pada Tahap Pelaksanaan ............................................ 14

3.3.2 Lemahnya Pengawasan Dan Pengendalian............................................... 15

3.3.3 Koordinasi yang tidak baik antara pihak yang terlibat .............................. 16

3.3.4 Keterlambatan kedatangan material dan alat .......................................... 17

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................. 19

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 19

4.2 SARAN ............................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

Aska 9/24/2017

https://www.arsitur.com/2017/09/pengertian-jalan-dan-jenis-jenis-jalan.html

Ahadi 22/2/2011

http://www.ilmusipil.com/jenis-dan-fungsi-lapisan-perkerasan-jalan-raya

Anda mungkin juga menyukai