PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan jalan sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran
transportasi darat, khususnya sebagi pendukung pertumbuhan dan pengembangan
wilayah, serta pemerataan di dalam daerah tersebut. Jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau
air, serta di atas permukaan air. Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa jalan
melayani 80% sampai 90% dari seluru angkutan manusia, barang dan jasa.
1
697.000.000,-. Pembangunan dilaksanakan oleh CV. Efenty Indoperkasa dan
dilaksanakan pembangunan selama 265 hari kalender. Berdasarkan uraian latar
belakang diatas maka saya tertarik untuk menyusun Laporan Kerja Praktek dengan
judul, Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Agregat Kelas A Pada Proyek Preservasi
Jalan Dalam Kota Kupang Dan Bolok-Tenau.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Menambah pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai Proyek
Preservasi Jalan Dalam Kota Kupang Dan Bolok-Tenau seperti Langkah-langkah
pekerjaan agregat kelas A.
2
e) Agar mahasiswa memiliki pengalaman yang kan menjadi bekal bila
suatu saat mahasiswa sudah bekerja pada perusahan atau instansi yang
mnegerjakan pekerjaan seperti yang perna mahasiswa lewati.
f) Untuk memperoleh kesempatan kerja diperusahan atau instansi setelah
mahasiswa menyelesaikan perkuliahan.
1.3.3 Tujuan Proyek
a) Peningkatan struktur jalan dari jalan tanah sampai jalan beraspal.
b) Meningkatkan struktur jalan dari jalan tanah dengan mengunakan lapisan
Agregat A (ketebalan 30 cm) sampai jalan beraspal dengan menggunakan
aspal ac-wc (ketebalan 4 cm)
c) Memperlancar arus lalu lintas sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Jalan raya merupakan gabungan dari beberapa elemen yang disusun
sedemikian rupa dan diberi bentuk yang didirikan diatas tanah dasar yang
memenuhi syarat sebagai landasan yang berfungsi sebagai sarana transportasi
darat, yang menghubungkan antara daerah-daerah satu dengan yang lain (Silvi,
1999).
5
1. Di dalam satu kesatuan wilayah pengembangan kota jenjang kesatu, kedua,
ketiga dan jenjang dibawahnya secara terus menerus sampai ke persil.
2. Antar satuan wilayah pengembangan, sistem jaringan primer
menghubungkan kota jenjang kesatu.
Sistem jaringan jalan primer dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a) Jalan Arteri Primer
3) Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lau lintas rata-rata
6
4) Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga dapat
dipenuhi kecepatan paling rendah 40 Km/jam
b) Pada jalan arteri, lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
c) Persimpangan jalan dengan pengaturan tertentu harus memenuhi
kecepatan tidak kurang dari 30 Km/jam.
2. Jalan Kolektor Sekunder
7
Merupakan jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder ketiga.
Ciri-ciri serta ketentuan jarak untuk jalan kolektor sekunder yaitu: a
Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 KM/jam
b Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter.
d) Yang tidak diperuntukan untuk kendaraan roda tiga atau lebih harus
mempunyai lebar jalan tidak kurang dari 3,5 meter.
8
a Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.
b Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat
kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.
d Jalan kota, merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil,
serta menghubungkan antar pusat pemukiman yang berada di dalam kota.
e Jalan desa, adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau antar
pemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
a Jalan Kelas I
Yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10
(sepuluh) ton. b Jalan Kelas II
9
Yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima
ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton. c Jalan Kelas III
Yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter,
ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu
terberat 8 (delapan) ton. d Jalan Kelas Khusus
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran
lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu
dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
2.2.4 Berdasarkan TPGJAK (1997) a
Klasifikasi menurut fungsi
• Jalan arteri
Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri cirinya
seperti perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara efesien.
• Jalan Kolektor
Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
b Klasifikasi menurut kelas jalan
10
Pada SNI tentang Teknik Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997,
kelas jalan dijelaskan sebagai berikut :
• Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat
(MST) dalam satuan ton.
Arteri II 10
III 8
III A
Kolektor 8
III B
(Teknik perencanaan geometrik jalan, 1997)
Datar D <3%
Perbukitan B 3 - 25 %
Pegunungan G > 25 %
(sumber : Teknik Perencanaan Geometrik Jalan 1997)
11
d Klasifikasi menurut pengawasannya
12
c Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA)
Ruang Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) adalah ruang sepanjang jalan
di luar Damaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari
sumbu jalan sebagai berikut:
13
lalu lintas ke tanah dasar. Menurut standar Bina Marga konstruksi
perkerasan terdiri dari :
14
Yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan
lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas perkerasan
lentur.
15
2. Syarat-Syarat Kekuatan/Struktural
Konstruksi perkerasan dipandang dari segi kemampuan memikul dan
menyebarkan beban, haruslah memenuhi syarat-syarat :
a. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan
lalu lintas ke tanah dasar.
b. Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan
dibawahnya.
c. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang mengalir
diatasnya dapat cepat dialirkan.
d. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan
deformasi yang berarti.
1. Sebagai lapisan yang kedap terhadap resapan air, sehingga air hujan yang
jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan dibawahnya dan melemahkan
lapisan tersebut.
2. Sebagai lapisan aus terhadap gaya rem kendaraan, lapisan yang langsung
menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
3. Mampu menyebarkan beban dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya,
sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain, yang mempunyai daya dukung yang
lebih jelek.
4. Mempunyai stabilitas yang tinggi sehingga mampu menahan beban vertikal
dan horisontal selama masa pelayanannya.
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah campuran bahan agregat dan
aspal, dengan persyaratan bahan memenuhi standar. Pemilihan bahan untuk lapis
permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana, serta pertahapan
16
konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang
dikeluarkan. Adapun jenis dari lapisan permukaan (Surfase Course) antara lain
adalah sebagai berikut.
1. Lapisan yang bersifat non struktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan
kedap air, yaitu:
a. Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton), dikenal dengan nama Hot
Rolled Sheet (HRS) adalah lapisan penutup yang terdiri dari
campuran antara lain bergradasi timpang, mineral pengisi (filler)
dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur
dan dipadatkan dalam keadaan panas dengan suhu tertentu
dengan tebal padat antara 2,5-3 cm. Gradasi agregat yang
dipakai untuk HRS, mempunyai gradasi senjang, dimana agregat
memerlukan proses penyaringan setelah material diambil dari
lokasi penyaringan sehingga beberapa variasi penyaringan
disisihkan.
Tabel 2.4 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston
Lataston
Sifat-Sifat Campuran Lapis
Lapis Aus
Pondasi
Min 4
Rongga dalam campuran
Max 6
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 18 17
Rongga terisi aspal Min 68
Stabilitas marshall (kg) Min 600
Marshall quotient (kg/mm) Min 250
Stabilitas marshall sisa (%) setelah
perendaman selama Min 90
24 jam, 60°C
(Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga, 6.3 Campuran Beraspal Panas,
September 2018)
17
b. Buras (Laburan Aspal) adalah lapisan yang terdiri dari lapisan
aspal taburan dengan ukuran butir maksimum 9,6 cm. Fungsi
Buras tidak berdebu, kedap air, tidak licin dan mencegah
lepasnya butiran agregat karena lalu lintas. Sifat Buras tidak
mempunyai nilai struktural, kedap air, tidak licin, mengikat butir
halus dan kenyal.
c. Burtu (Laburan Aspal Satu Lapis) adalah lapisan penutup yang
terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat
bergradasi seragam (Single Bitumen Surface Treatment, BST)
dengan tebal maksimum 2 cm. Fungsi burtu membuat
permukaan tidak berdebu, mencegah masuknya air dari
permukaaan perkerasan, memperbaiki tekstur permukaan
perkerasan. Sifatnya kedap air, kenyal, tidak mempunyai nilai
struktur dan licin.
d. Burda (Laburan Aspal Dua Lapis), adalah lapisan penutup yang
terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua
kali beruntun dengan tebal maksimum 3,5 cm. Fungsi dan sifat
burda sama dengan burtu.
e. Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir) adalah lapisan penutup yang
terdiri dari campuran pasir bergradasi menerus dan aspal keras
yang dicampurkan, dihamparkan, dan dipadatkan dalam keadaan
panas pada suhu tertentu (tebal maksimum 1-2 cm). Fungsi
Latasir adalah sebagai lapis penutup, sebagai lapis aus,
menyediakan permukaan jalan yang rata dan tidak licin. Sifatnya
yakni kedap air dan kenyal, tidak mempunyai nilai struktural,
peka terhadap penyimpangan perencanaan dan pelaksanaan,
tahan keausan akibat geseran ban lalu lintas dan tahan terhadap
pengaruh cuaca.
f. Labastum (Lapisan Tipis Asbuton Murni), adalah lapisan
penutup yang terdiri dari campuran Asbuton dan bahan pelunak
dengan perbandingan tertentu yang dicampurkan secara dingin
(tebal maksimum 1 cm). Fungsi Latasbum adalah sebagai lapis
18
penutup untuk mencegah masuknya air dari permukaan kedalam
struktur perkerasan. Sifatnya kedap air dan kenyal, tidak
mempunyai nilai struktural dan cukup awet.
2. Lapisan yang bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang paling
menahan dan menyebarkan baben roda, yaitu :
a. Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) adalah lapis perkerasan yang
terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi
terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara
disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas
lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup.
Tebal lapisan satu lapis dapat bervariasi dari 4-10 cm. Fungsi
Lapen adalah sebagai lapis permukaan, atau sebagai lapis
pondasi. Sifatnya kurang kedap air, kekuatan utama didapat dari
mekanisme saling mengunci (Interlocking) antara bahan pokok
dan pengunci.
b. Lasbutag adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri
dari campuran antara agregat, asbuton, dan bahan pelunak yang
diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal padat tiap
lapisannya antara 3-5 cm. Fungsinya sebagai lapis permukaan
atau lapis aus, melindungi lapis dibawahnya dari air dan cuaca,
menyediakan permukaan yang rata. Sifat lasbutag yakni kedap
air, peremajaan, memerlukan waktu setting, sehingga kestabilan
terpengaruh cuaca dan lalu lintas.
c. Laston (Lapis Aspal Beton) adalah suatu lapisan pada konstruksi
jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang
mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar, dan
dipadatkan pada suhu tertentu. Sifatnya kedap air, mempunyai
nilai struktural, awet, mempunyai kadar aspal 4-7 % terhadap
berat campuran, dapat digunakan di lalu lintas ringan, sedang
sampai berat.
19
2.6.2 Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis
permukaan dengan lapis pondasi bawah. Fungsi dari lapisan pondasi atas (Base
Course) adalah sebagai berikut.
a. Sebagai lapisan yang mampu menahan beban vertikal dan gaya getaran yang
diakibatkan oleh kendaraan diatasnya,
b. Sebagai landasan dari lapisan permukaan,
c. Menahan resapan ke lapisan pondasi bawah (Subbase Course)
d. Adapun sifat utamanya adalah menahan beban vertikal yang lebih kecil dari
lapisan permukaan (Surface Course).
Material yang akan digunakan untuk lapis pondasi atas adalah material yang
cukup kuat. Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya
menggunakan material dengan CBR > 50% dan Plastisitas Indeks (PI) < 4%
Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen
dan kapur dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas. Adapun jenis dari lapisan
pondasi atas (Base Course) antara lain adalah sebagai berikut :
20
Tabel 2.5 Presentase Agregat A
Presentase Agregat A
100%
(sumber : Teknik Perencanaan Geometrik Jalan 1997)
100%
(sumber : Teknik Perencanaan Geometrik Jalan 1997)
3. Batu pecah kelas S, mempunyai gradasi yang lebih halus dari batu
pecah kelas B dan A. Bahan pengisi dapat digunakan debu, batu
kapur, debu kapur padam semen atau mineral yang berasal dari
21
asbuton yang sumbernya disetujui oleh direksi pekerjaan. Terdiri
dari bahan yang lolos saringan no.200 (0,075 mm) tidak kurang
dari 75 % sesuai SNI 03-4142 1996. Fungsinya untuk mengikat
agregat agar membentuk suatu kesatuan yang kokoh dan sulit
kemudian diikat oleh aspal sesuai proporsi.
2" 50 - 100 -
¾" 19.0 - - -
½" 12.5 - - -
No.8 2.36 - - -
No.16 1.18 - - -
22
Hasil kali index plastisitas dengan
Maks. 25 - -
% lolos ayakan No.200
Koefisien kesergaman : Cv - - -
(Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga,2018)
Catatan:
23
Adapun contoh dari lapisan pondasi bawah (Sub Base Course) antara lain
sebagai berikut.
2. Sirtu/Pitrun Kelas B
3. Sirtu/Pitrun Kelas S
a. Mempunyai tebal lapisan yang tidak terbatas (umumnya antara 50100 cm).
b. Hanya mampu menahan beban langsung kendaraan yang relatif kecil
karena beban sebelumnya diterima oleh beban diatasnya.
c. Direncanakan dengan CBR yang cukup aman.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari
sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang sering terjadi
pada tanah dasar sehingga perlu perhatian khusus antara lain:
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari jenis tanah tertentu akibat
beban.
b. Sifat kembang susut tanah akibat pengaruh kadar air.
c. Tambahan pemadatan akibat beban lalu-lintas dan penurunan yang
diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar yang tidak dipadatkan secara
baik pada saat pelaksanaan di lapangan.
24
Tidak semua jenis tanah dapat digunakan sebagai tanah dasar pendukung
beban jalan secara baik, karena harus dipertimbangkan beberapa sifat yang penting
untuk kepentingan struktur jalan antara lain:
25
Tujuan dari Prime Coat ini yaitu :
c. Membantu membersihkan ikatan yang baik antara lapisan pondasi atas dengan
lapisan HRS-BASE yang akan dihamparkan.
4. Kombinasi diantaranya
Komposisi Campuran Lapis Perekat (Tack Coat) yaitu Bahan lapis perekat
(Tack Coat) adalah Aspal emulsi yang cepat mantap atau aspal keras pen 60
yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bagian premium per 100 bagian aspal (RC
26
-250), Kuantitas yang digunakan sangat tergantung pada jenis aspal yang
dipakai, kondisi permukaan lapisan lama, dan kondisi lingkungan. Pemakaian
lapis perekat umumnya berkisar 0,20 liter/m².
Pada perkerasan dengan tekstur kasar seperti hasil garukan (Milling), maka
kuantitas Tack Coat relatif lebih banyak dibanding pada permukaan dengan
tekstur halus. Jika digunakan aspal emulsi maka lapis perekat akan berwarna
coklat karena mengandung aspal dengan air. Pada tahap berikutnya warnanya
akan berubah dari coklat ke hitam sejalan dengan menguapnya kandungan air.
Waktu yang diperlukan untuk menguapkan seluruh kandungan air tersebut
antara 1 sampai 2 jam, tergantung dari jenis aspal emulsi yang digunakan,
kuantitasnya, temperatur permukaan beraspal dan kondisi lingkungan.
Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami bantuan atau
pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm.
c. Abu batu atau filter
Abu batu adalah agregat halus yang lolos ayakan diameter 4,75 mm dan
tertahan ayakan 0,075 mm, sehingga abu batu adalah limbah yang berguna
menjadi campuran bahan material bangunan konstruksi karena abu batu dapat
27
berfungsi sebagai agregat halus pengganti pasir pada campuran beton maupun
aspal.
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada
temperature ruang berbentuk padat sampai agak padat jika dipanaskan sampai
suatu temperature tertentu aspal akan menjadi lunak atau cair sehingga dapat
membungkus partikel agregat waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk
ke dalam pori-pori yang ada pada penyemprotan atau penyiraman pada
kekerasan macadam ataupun peleburan. Jika temperature mulai turun, aspal
akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis).
1. Jenis aspal
2. Sifat aspal
a) Bahan pengikat, memberi ikatan yang kuat antara aspal dan agregat,
maupun aspal itu sendiri.
28
2.8 Pengertian Agregat
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan
kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan (SK SNI
T15-199103). Fungsinya adalah sebagai material pengisi dan biasanya menempati
sekitar 75 % dari isi total beton, karena itu pengaruhnya besar terhadap sifat dan
daya tahan beton. Misalnya ketahanan beton terhadap pengaruh pembekuan-
pencairan, keadaan basah-kering, pemanasan pendinginan dan abarasi-kerusakan
akibat reaksi kimia (Portland Cemen Association, Principles of Quality Concrete,
1975). Mengingat bahwa agregat menempati jumlah yang cukup besar dari
volume beton dan sangat mempengaruhi sifat beton, maka perlu kiranya material
ini diberi perhatian yang lebih detail. Bahan ini relatif murah harganya, sehingga
disarankan untuk memakai bahan ini sebanyak mungkin agar lebih ekonomis.
29
(> 4000 kg/m3). Berdasarkan proses produksinya, dikenal agregat alam (Natural
Aggregates) dan agregat buatan (Artificially Aggregates). Selain itu digolongkan
juga berdasarkan kandungan mineralnya, seperti groupsilica minerals, carbonate
minerals, ironsulphide minerals, clay minerals, micaceous minerals, sulfat
minerals, ferromagnesian minerals dan ironoxides (ASTM C 294, (1975). Dalam
tulisan ini digunakan penggolongan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat halus
(fine aggregates) dan agregat kasar (coarse aggregates).
a. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butir maksimum 5,0 mm
yang dapat berupa pasir alam yaitu sebagai hasil desintegrasi batuan secara
alami, pasir olahan dari industri pemecah batu atau gabungan dari
keduanya. Fungsi agregat halus pada dalam beton adalah sebagai material
pengisi. Pengetahuan tentang propertis agregat halus sangat penting untuk
bisa mendapatkan beton sesuai mutu yang diinginkan dengan harga yang
lebih ekonomis. Beberapa properties agregat halus adalah :
1. Jumlah yang tertahan pada ayakan berikutnya dari rangkaian ayakan
tidak melebihi 45 % dari yang lolos ayakan sebelumnya
2. Modulus kehalusannya 2,3 sampai 3,1.
3. Untuk agregat dengan pengangkutan dari sumbernya, finenes
modulusnya tidak boleh berubah lebih besar dari 0,2 dari fineness
modulus pada sumbernya. Perubahan fineness modulus boleh terjadi
setelah tiba di tujuan.
4. Sebisa mungkin tidak mengandung substansi pengotor seperti lumpur,
lempung, partikel partikel bebas dan zat-zat organik yang berbahaya.
Kecuali bila disertai lampiran pengujian bahwa agregat tersebut dapat
digunakan.
5. Hasil test kekerasan sebanyak lima kali, memberikan kehilangan
ratarata yang tidak lebih besar dari 10%, dibandingkan dengan
menggunakan sodium sulfate atau magnesium sulfat (ASTM C-33,
(1995).
b. Agregat Kasar
30
Agregat kasar yaitu agregat yang mempunyai ukuran butir 5-40 mm.
Material ini dapat dihasilkan dari proses desintegrasi alami batuan yaitu
berupa batu pecah (Natural Aggregates) atau dari industri pemecah batu
(Artificially Aggregates). Secara umum, agregat kasar dapat terdiri dari
kerikil alam, kerikil alam yang dipecah, batu yang dipecah, terak tanur
yang telah mendingin, atau beton semen hidrolik yang dipecah atau
kombinasi dari material material tersebut. Sebelum digunakan sebaiknya
properties agregat kasar disesuaikan dengan persyaratan yang diatur dalam
ASTM C33. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
agregat adalah: Ukuran Agregat Ukuran bagian konstruksi tidak boleh
kurang dari 4 kali ukuran agregat maksimum dan tidak lebih besar dari 1/5
jarak terkecil antara bidang bidang samping acuan. Selain itu ukuran
agregat maksimum tidak boleh lebih besar dari kali jarak bersih minimum
diantaratulangan dan tidak lebih besar dari 1/3 kali tebal pelat dan lapisan
penutup beton harus lebih tebal dari ukuran maksimum agregat.
c. Bahan Pengotor
31
mengembang. Standar semen portland membatasi pemakaian gips
maksimal 5%.
3. Bahan organik dan Garam Organik Bahan organik dapat berupa
bahanbahan yang telah membusuk seperti humus atau tanah yang
mengandung organik. Efeknya akan negatif terhadap perkembangan
kekuatan tekan awal, tetapi setelah jangka waktu yang lama kekuatan
beton akan bertambah lagi (pulih kembali). Sedang garam organik
dapat berupa garam sulfat. Efeknya tidak berpengaruh pada
perkembangan kekuatan tekan awal tetapi pada umur tua beton.
4. Kekerasan memiliki kekerasan yang cukup agar tahan terhadap
pengausan, pemecahan degradasi (penurunan mutu) dan disintegrasi
(penguraian) saat mengalami gerakan-gerakan yang keras dalam mixer
serta menerima gesekan pada saat pengecoran dan pemadatan.
Kekerasan agregat diuji dengan menggunakan Los Angeles
MachineTest.
5. Kemulusan Agregat yang mulus secara fisik tidak akan mengalami
perubahan volume yang besar. akibat pemanasan dan pendinginan atau
pembasahan dan pengeringan. Partikel batuan yang secara fisik
bersifat lunak akan memiliki daya absorbsi yang besar, mudah pecah
serta mudah menyusut/mengembang akibat pengaruh air, sehingga
bila terjadi perubahan cuaca permukaannya akan bergelembung yang
bila pecah akan meninggalkan lubang pada permukaan beton.
Kemulusan agregat dipengaruhi oleh porositasnya, yaitu kontinuitas
pori-pori dan jumlahnya. Adanya ruang pori akan mengurangi bagian
yang padat agregat. Akibatnya mudah kemasukan air dan larutan-
larutan agresif, sehingga kuat tekan beton berkurang, mudah aus,
modulus elastisitas berkurang dan terjadi penyusutan yang besar.
6. Bentuk Butiran suatu rangkaian percobaan telah membuktikan bahwa
beton dengan agregat kasar berbentuk bulat akan mempunyai rongga
udara yang lebih sedikit dibandingkan beton dari agregat kasar yang
bersudut. Dengan demikian dibutuhkan jauh lebih banyak mortar
untuk beton dengan agregat yang bersudut daripada yang beragregat
32
bulat. Dikenal beberapa jenis bentuk butiran, seperti bulat, tidak
beraturan, bersudut, pipih, memanjang serta pipih dan memanjang.
2.8.2 Sifat Agregat
a. Gradasi
b. Kebersihan
c. Kekerasan
d. Ketahanan agregat
e. Bentuk butir
f. Tekstur permukaan
g. Porositas
i. Berat jenis
a. Ukuran
33
dan luas permukaan yang harus diselimuti aspal lebih sedikit, sehingga
kebutuhan aspal berkurang. Disamping keuntungan pemakaian agregat
dengan ukuran besar tersebut terdapat sifat yang kurang baik yaitu
kemudahan pelaksanaan pekerjaan menjadi berkurang, segresi bertambah dan
kemungkinan terjadinya gelombang melintang semakin besar.
Gradasi rapat merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi
seimbang, sehingga dinamakan bergradasi baik (wellgraded). Agregat dengan
gradasi rapat akan menghasilkan lapisan perkerasann dengan permeabilitas
tingi, kurang kedap air dan berat volume besar.
34
Gradasi buruk merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi kedua
kategori di atas. Agregat bergradasi buruk yang umumnya digunakan untuk
lapisan perkerasan lentur yaitu gradasi celah (gap graded), merupakan
campuran agregat dengan satu fraksi hilang (disebut juga gradasi senjang).
Agregat dengan gradasi senjang akan menghasilkan lapisan perkerasan yang
mutunya terletak antara kedua jenis gradasi di atas.
Hot Rolled Sheet (HRS) atau biasa yang dikenal dengan LATASTON (Lapis
Tipis Aspal Beton) adalah lapis permukaan yang terdiri atas lapis aus (lataston
lapis aus/HRS-WC) dan lapis permukaan antara (lataston lapis permukaan
antara/HRSBinder) yang terbuat dari agregat yang bergradasi senjang dengan
dominasi pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam
keadaan panas pada temperature tertentu. Tebal minimum untuk lapisan HRS-WC
adalah 30 mm atau 3 cm. jenis lataston pada umumnya adalah untuk kondisi jalan
dengan lalu lintas tingkat sedang.
Lataston (HRS)
Lapis AUS (WC)
Sifat Campuran
Semi
Senjang
Senjang
Kadar Aspal Efektif (%) Min 5.9 5.9
Penyerapan Aspal (%) Max 1.7
35
Jumlah Tumbukan Perbidang - 75
Min 4
Rongga Dalam Campuran (%)
Max 6
Rongga Dalam Agregat (%) Min 18
Rongga Terisi Aspal (%) Min 68
Stabilitas Marshal (Kg) Min 800
Pelelehan Min 3
Marshall Quotien (Kg/mm) Min 250
Stabilitas Marshall Sisa Setelah Perendaman
Min 90
Setelah 24 Jam, 60°
Rongga Dalam Campuran (%) Pada Min
3
Kepadatan Membal (Refusal)
(Sumber : ID Karakteristik Kekuatan Campuran HRS-WC)
Bahan aspal berikut yang sesuai dengan Tabel dapat digunakan. Bahan
pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan campuran beraspal
sebagaimana mestinya sesuai dengan yang disyaratkan dalam Tabel 2.9.3, 2.9.4,
dan 2.9.5 mana yang relevan, sebagaimana yang disebutkan dalam Gambar atau
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan aspal harus
dilaksanakan sesuai dengan SNI 06-6399-2000 dan pengujian semua sifat-sifat
(properties) yang disyaratkan dalam Tabel 2.9.2 harus dilakukan. Bilamana jenis
aspal modifikasi tidak disebutkan dalam Gambar maka Penyedia Jasa dapat
memilih Aspal Tipe II jenis PG 70 dalam Tabel 2.9.2 di bawah ini.
Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI
03-3640-1994 (metoda soklet) atau SNI 03-6894-2002 (metoda sentrifus) atau
AASHTO T164-14 (metoda tungku pengapian). Jika metoda sentrifitus
digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu alat
sentrifugal.Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan
aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1% (dengan pengapian). Jika bahan
aspal diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka bahan aspal itu harus diperoleh
kembali dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-6894 2002.
Aspal Tipe I harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan ke
tangki penyimpan AMP untuk penetrasi pada 25 °C (SNI 2456:2011). Tipe II
36
harus diuji untuk stabilitas penyimpanan sesuai dengan ASTM D5976-00 Part 6.1.
Semua Tipe aspal yang baru datang harus ditempatkan dalam tangki sementara
sampai hasil pengujian tersebut diketahui. Tidak ada aspal yang boleh digunakan
sampai aspal tersebut telah diuji dan disetujui.
37
8 Berat jenis SNI 2441 : 2011 ≥ 1.0 -
ASTM D 5976-00
Min 4
Rongga dalam campuran (%)
Max5
Min 2
Pelelehan (mm)
Max4.5
38
Sumber : Spesifikasi 2018
Min 4
Rongga dalam campuran (%)
Max 6
Min 3
Rongga dalam campuran (%)
Max 5
39
Min 2 3
Pelelehan (mm)
Max 4 6
BAB III
TINJAUAN PELAKSANAAN
40
Gambar 3.1 Papan Informasi Proyek Sumber:Dokumentasi penulis,2022
NomorKontrak : HK 0205-Bb-10/SKPD/PPK,5.1/655
41
SEMBILAN PULUH TUJUH RUPIAH)
a. Klasifikasi Jalan
1. Fungsi Jalan : Jalan Lingkungan Primer
b. Dimensi Jalan
42
1. Panjang Jalan : 28 kilometer
43
Analisa saringan agregat ialah penentuan presentase berat butiran
agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase
digambarkan pada grafik pembagian butir.
b. Benda uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh benda uji disiapkan
berdasarkan standar yang berlaku.
44
Sumber Data: Rancangan Pengujian Material dan Pembuatan Desain Job Mix Formula
Laboratorium PT. jaya konstruksi mp, tbk.
3.2.2 Proses Pelaksanaan Penghamparan & Pemadatan di Lapangan
1. Penghamparan
Penghamparan material bertujuan untuk meratakan tumpukan
Agregat Kelas A sehingga mencapai ketebalan yang telah ditentukan.
Penghamparan tumpukan material Agregat kelas A menggunakan
Motor Grader atau excavator, selama proses penghamparan
sekelompok pekerja merapikan tepi hamparan. Setelah didapatkan
tebal hamparan yang disyaratkan, kemudian dilakukan penyiraman
menggunakan truck tangki air dan banyaknya air ditentukan dari
beberapa kali percobaan, sehingga didapatkan kadar air optimum.
45
f. Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah
satu metode yang disetujui yang tidak menyebabkan segregasi
pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi
harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang
bergradasi baik.
2. Pemadatan
Pekerjaan pemadatan material Agregat kelas A bertujuan untuk
mencapai kepadatan sehingga didapat nilai kepadatan minimum 98%,
proses pemadatan menggunakan Tandem roller berat kapasitas 8 ton.
Proses penggilasan dimulai dari samping hamparan bergerak sedikit
demi sedikit kearah tengah jalan atau hamparan dengan arah
memanjang mengikuti panjang jalan, pada bagian yang memiliki
elevasi proses penggilasan dimulai dari bagian yang paling tinggi dan
bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih rendah.
Penggilasan dilakukan sampai lapisan material Agregat kelas A
terpadatkan secara merata. Jumlah lintasan yang dilakukan Tandem
roller tidak terhitung banyaknya lintasan.
46
kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang
telah ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum yang ditentukan
dalam SNI 03-1743-1989, Metode D.
c. Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 12 ton) atau tandem
roller, dilaksanakan mulai dari bagian yang rendah berangsur-angsur
menuju bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai dengan hasil
percobaan pelaksanaan. Pemadatan dihentikan jika diyakini tercapai
kepadatan yang disyaratkan (10 cm-12cm).
d. Pada saat pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu
dilakukan penyiraman menggunakan truck water tank.
e. Tes ketebalan agregat A atau tes spit.
f. Setelah memenuhi syarat, maka akan di lakukan tes kepadatan
lapangan (sand cone) agregat A. Tingkat kepadatan sampai 100%.
1. Kerucut pasir
47
2. Palu
3. Paku (10 cm)
4. Pahat
5. Tas plastic
6. Timbangan
7. Pelat
8. Meter
9. Saringan No.3/4
48
Tested
KM / 28+55 06
STA 0 +2
Lokasi Pengujian 75
R/L L R
No. Layer cm
Berat Pasir dalam Cone & Plate (LAB) gr/cc 1360 138
8
Berat Isi Pasir (LAB) gr 1,427 1,50
6
Berat Base Basah + Tempat gr 5135 369
1
Berat Tempat gr 840 -
49
Kepadatan Kering ((J/(100+S))*100%) 2,218 2,26
5
Berat Material Tertahan 3/4" % 330 822
Volume Pekerjaan
4. Volume =PxLxT
= 28000 m x 6 m x 0,3 m
= 50.400 m3
50
Proyek merupakan pekerjaan yang hanya dapat dikerjakan satu kali
dan tidak dapat diulang-ulang untuk proyek lain dengan situasi dan kondisi
yang sama, sehingga rancangan yang dilakukan dalam sebuah proyek belum
tentu dapat diterapkan untuk rancangan pada proyek lain. (Husen, 2009).
Manajemen adalah proses kegiatan dari seorang pimpinan yang
dilakukan dengan menggunakan cara pemikiran ilmiah maupun praktis untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan melalui kerja sama dengan orang lain
sebagai sumber tenaga, serta memanfaatkan sumber-sumber lainnya dan
waktu yang tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya (Lulu, 2004).
Manajemen proyek adalah suatu kegiatan yang merencenakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi, serta mengendalikan sumber
daya organisasi perusahaan guna mencapai tujuan tertentu dalam waktu
tertentu dengan sumber daya tertentu. Manajemen suatu proyek bertujuan
untuk menyelesaikan proyek sesuai batas waktu dan biaya yang telah
direncanakan dengan kualitas bangunan yang optimal. Oleh sebab itu, perlu
adanya kerja sama yang baik antar unsur pendukung dalam melaksanakan
tugas dan kewajiban berdasarkan batas ruang lingkup dan wewenang masing
– masing mutlak diperlukan, dan merupakan modal dasar dari kelangsungan
suatu proyek menuju keberhasilan.
Hubungan kerja antara pihak-pihak yang terlibat umumnya
mempunyai tugas dan kewajiban yang berbeda-beda tetapi dalam pelaksanaan
pekerjaan tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu agar proyek yang akan
atau yang sedang dilaksanakannya berjalan dengan baik, selesai tepat pada
waktunya dan kualitas pekerjaannya sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dan juga sesuai dengan keinginan pemilik proyek (Pengguna Jasa).
2. Organisasi Proyek
Organisasi adalah bentuk persekutuan antara sekelompok orang yang
bekerja sama secara formal dan terikat guna mencapai tujuan yang telah di
sepakati atau ditetapkan. Sedangkan proyek adalah suatu kegiatan yang
terencana yang melibatkan berbagai pihak dengan baik dan terencana (Abrar
Husen, 2009) . Secara umum hubungan antara pihak-pihak yang terlibat
dalam proyek ini, dapat dilihat pada struktur organisai berikut ini :
51
a. Pemilik Proyek
1. Struktur Organisasi Pemilik Proyek
52
• Mengkoordinir, mengendalikan serta melaporkan hasil
pelaksanaan kegiatan proyek dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan kepada kepala balai.
• Memberi usul, membina dan mengatasitugas seluruh unsur
proyek.
• Melaksanakan konsultasi dan koordinasi program dengan unit
terkait.
• Bertanggung jawab atas penyampaian laporan-laporan yang
ditetapkan dalam kontrak kerja.
c) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
• Membina dan mengatur pelaksanaan proyek
• Menetapkan keputusan pemenang, dan menandatangani kontrak
termasuk surat perjanjian kerja.
• Menyetujui dan mengetahui pembayaran.
d) Pemegang Uang Muka (PUM)
• Melaksanakan urusan administrasi dan keuangan proyek
menyangkut penerimaan dan pengeluaran keuangan, sistem
pembukuan dan laporan keuangan proyek yang dikelola sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
• Membuat pertanggung jawaban keuangan dilingkungan proyek
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e) Kepala Urusan Tata Usaha
• Melaksanakan ketatausahaan proyek, pengurusan surat-surat,
tata kearsipan, pengetikan dan lain-lain.
• Menghimpun data proyek dan mempublikasikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam proyek.
f) Kepala Pengawasan Lapangan
• Memberikan petunjuk baik teknik maupun administrasi dan
pengarahan kepada kontraktor sehubungan dengan pelaksanaan
dilapangan.
53
• Meninjau kembali dan menguji semua data perhitungan teknis
serta desain yang ada dengan kondisi lapangan pada
pelaksanaan.(melakukuan MC 0).
• Menguji Working/Prosess Schedule dan finansial Budgeting
beserta realisasi setiap saat.
• Meneliti dan menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen
ketetapan kontrak dan melaksanakannya sesuai dengan
ketentuan yang ada.
• Menguji program mobilisasi kontraktor mengenai ketepatan
waktu, penandatangan, personil kontraktor serta pelaksanaan
penyelesaian fasilitas lain yang ditentukan.
• Mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadap kontraktor
tentang pelaksanaan pekerjaan dilapangan, serta mengusahakan
instansi terkait dengan pelaksanaan pekerjaan sehingga
mencapai hasil yang optimal.
• Melaksanakan dan menyajikan pengumpulan data, pencatatan,
pembukuan, pelaporan dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan.
• Mengetahui dan memahami isi dokumen kontrak sebagai
pedoman kerja dilapangan.
• Meninjau dan memeriksa hasil laporan dari pengawas lapangan.
• Bertanggung jawab kepada Pejabat Pembuat Komotmen.
b. Konsultan Pengawas
Konsultan adalah perorangan atau badan hukum dengan kualifikasi tertentu
yang merencanakan suatu proyek atau mengawasi suatu proyek yang
direncanakannya. Kosultan juga ditunjuk oleh pemilik proyek untuk
melakukan pengawasan terhadap gambar desain agar pekerjaan kontraktor
tidak menyimpang dari gambar dan spesifikasi, sehingga dapat mencapai
hasil mutu yang baik sesuai dengan kontrak kerja. 1. Struktur Organisasi
Konsultan Pengawas
54
Sumber :PT.Purajasa bimapratama KSO, PT.Cakra buana total mandiri
konsultan, PT. Planosib nusantara engineering
2. Tugas Organisasi Konsultan Pengawas
Tugas dari Organisasi Konsultan Pengawas adalah sebagai berikut :
a) Site Engineer (SE)
• Memimpin, mengorganisir, mengendalikan dan mengawasi
pelaksanaan pekerjaan proyek.
• Menilai presentasi tiap-tiap pekerjaan.
• Memberikan rekomendasi untuk menerima maupun menolak
pekejaan serta bahan yang masih diragukan mutunya.
• Menentukan metode yang baik dari pengukuran kualitas
pekerjaan, agar sesuai dengan cara-cara pembayaran dalam
kontrak.
• Mengatur dan mengurus semua detail teknis lapangan yang
diminta dalam acuan tugas untuk pelaksanaan yang baik.
b) Chief Inspector (CI)
55
• Mengawasi dan mengontrol semua kegiatan pelaksanaan
pekerjaan kontraktor.
• Memeriksa semua bahan/material yang dikirim kelapangan,
apakah sesuai dengan spesifikasi.
• Mencatat kemajuan pekerjaan kontraktor dan membandingkannya
dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah dilaksanakan.
• Memeriksa setiap request yang diajukan kontraktor.
c) Quality Engineer (QE)
• Mengawasi dan mengontrol semua pekerjaan pengujian yang
dilakukan kontraktor.
• Mengawasi dengan teliti semua pekerjaan pengujian lapangan
maupun pengujian laboratorium guna keperluan pengendalian
mutu.
• Memeriksa semua material kontraktor sebelum dikirim
kelapangan, agar sesuai dengan spesifikasi.
d) Inspector
• Membantu Chief Inspector (CI), melakukan pengawasan secara
terus-menerus dilapangan.
• Membuat laporan harian kepada Chief Inspector (CI), yang
meliputi jenis pekerjaan/kegiatan, alat yang dipakai, tenaga kerja,
material yang masuk kelokasi, cuaca dan lain-lain.
• Membantu Surveyor melakukan opname pekerjaan.
e) Surveyor
• Sebagai juru ukur, baik sebelum maupun sesudah pekerjaan
dilaksanakan.
• Membantu Inspector melakukan pengawasan terhadap mutu
pekerjaan.
f) Laboratorium Technician
• Menguji kualitas atau mutu semua material yang digunakan dan
kualitas hasil pekerjaan dilapangan.
g) Petugas K3 konstruksi
56
• Menetapkan ketentuan peraturan perundang – undangan tenteng
dan terkait K3 konstruksi.
• Mengevaluasi dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan
konstruksi.
• Mengevaluasi konstruksi K3.
• Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan
K3.
c. Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana adalah perorangan atau badan hukum, swasta atau
pemerintah yang melaksanakan suatu proyek yang diperoleh suatu
pelelangan, penunjukan langsung atau pengadaan langsung. 1. Struktur
Organisasi Kontraktor Pelaksana
57
• Meminta persetujuan bila menggunakan Sub Kontraktor maupun Sub
Leader.
• Membuat dan menyerahkan foto-foto laboratorium atau pengetesan
lapangan.
• Mengerjakan pekerjaan mengikuti peraturan-peraturan yang
diberikan oleh pengawas yakni waktu, tempat dan cara pelaksanaan.
• Atas permintaan pengawas, mengajukan daftar mingguan yang
memuat tenaga kerja, bahan-bahan yang tersedia, pengajuan
pekerjaan serta permintaan lain yang diperlukan pengawas.
• Kontraktor wajib menghitung ulang volume terhadap struktur
pekerjaan bila gambar desain diragukan.
• Selama masa pemeliharaan, kontraktor wajib membetulkan
kerusakan akibat penggunaan bahan yang buruk.
• Kontraktor bertangggung jawab penuh atas kelancaran dan
keamanan pelaksanaan pekerjaan.
• Kontraktor bertanggung jawab untuk memberitahu pengawas
menyangkut semua kekurangan dalam gambar desain.
• Kontraktor harus menyerahkan pekerjaan apabila pekerjaan telah
selesai, sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Tugas, Hak dan Kewajiban
Dalam pelaksanan proyek ada beberapa pihak yang terlibat dalam rangka
mewujudkan terlaksananya sebuah proyek. Pihak – pihak tersebut yaitu mulai
dari pemilik proyek, konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor
atau perencana. Pihak - pihak yang terlibat dalam proyek mempunyai hubungan
kerja atau saling mengkoordinasi antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu
pihakpihak tersebut harus mengetahui tugas, hak, dan tanggung jawab
masingmasing dalam pelaksanaan sehingga tidak terjadi pertentangan antara
pihak-pihak yang terkait dan proyek yang dikerjakan dapat terlaksana dengan
baik. Pada sub bab ini akan dibahas tugas, hak, dan Tanggung Jawab masing-
masing pihak dalam proyek.
1. Pemilik Proyek a Tugas
Menurut Ahadi (2010), hak dari pemilik proyek adalah :
58
• Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.
• Mengadakan kegiatan administrasi proyek.
• Memberi tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek.
• Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau
manajemen konstruksi (MK).
• Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
b Hak
Menurut Widiyantoro (2012), hak dari pemilik proyek adalah :
• Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
• Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
• Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan jalan menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang
untuk bertindak atas nama pemilik.
c Kewajiban
Menurut Widiyantoro (2012), kewajiban dari pemilik proyek adalah :
• Menyediakan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
• Menyediakan lahan untuk pelaksanaan pekerjaan.
• Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia
jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah
proyek.
• Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
• Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.
2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas atau
owner untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan bangunan/proyek secara
lengkap baik bidang arsitektur, sipil, maupun bidang yang lain yang melekat
erat dan membentuk sebuah sistem bangunan atau infrastruktur lainnya.
59
Perencana dapat berupa perorangan atau badan usaha baik swasta maupun
pemerintah.
a Tugas
Menurut Ahadi (2010), tugas dari konsultan perencana adalah :
• Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik
proyek.
• Membuat gambar kerja pelaksanaan.
• Membuat rencana kerja dan syarat – syarat pelaksanaan bangunan
(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.
• Membuat rencana anggaran biaya bangunan/Proyek.
• Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik ke
dalam desain bangunan/Proyek.
• Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud
diwujudkan.
• Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi.
c Hak
Menurut Widiyantoro (2012), hak konsultan perencana adalah:
• Berhak menerima imbalan jasa sesuai peraturan dan kontrak
• Berhak menolak segala bentuk penilaian estetis dan hasil rancangan
baik oleh pengawas atau pemberi tugas (pemilik proyek) • Berhak
mengembalikan tugas yang diberikan dengan alasan :
Pertimbangan individu.
Adanya kekuasaan diluar kedua belah pihak.
Akibat kelalaian pemberi tugas.
d Kewajiban
Menurut Widiyantoro (2012), kewajiban konsultan perencana adalah :
• Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja, dan syarat – syarat, hitungan struktur, RAB.
60
• Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan
pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
• Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal
yang kurang jelas dalam gambar rencana dan RKS.
• Membuat revisi bila ada perubahan.
• Hadir dalam rapat koordinasi pengelolaan proyek .
3. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk oleh pengguna
jasa untuk membantu dalam pengelolaan, pelaksaaan pekerjaan pembangunan
mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan.
a Tugas
Menurut Ahadi (2009), tugas konsultan pengawas adalah :
• Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan
kontrak kerja.
• Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan
proyek.
• Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
• Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan
(site instruction).
• Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai
dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.
c Hak
Menurut Widiyantoro (2012), hak konsultan pengawas adalah :
• Menerima/ menolak material/ peralatan yang didatangkan oleh
kontraktor.
• Pengawas berhak menerima imbalan jasa sesuai dengan peraturan.
• Berhak memeriksa gambar shopdrawing pelaksana proyek.
• Berhak melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara
perubahan (site Instruction) .
d Kewajiban
Menurut Anang Widiyantoro (2012), kewajiban konsultan pengawas adalah
• Menyeleksi pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
61
• Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksaan pekerjaan.
• Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
• Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta
aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan
berjalan lancar.
• Menghindari kesalahan dan pembengkakan biaya sedini mungkin.
• Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul dilapangan agar
dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan
kualitas,kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
• Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan
yang berlaku.
• Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
• Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau
berkurangnya pekerjaan.
4. Kontraktor / Pelaksana
Kontraktor berasal dari kata kontrak yang artinya surat perjanjian atau
kesepakatan kontrak bisa juga berarti sewa. Jadi kontraktor bisa disamakan
dengan orang atau suatu badan hukum atau badan usaha yang dikontrak atau
disewa untuk menjalankan proyek pekerjaan berdasarkan isi kontrak yang
dimenangkan dari pihak pemilik proyek yang merupakan instansi/lembaga
pemerintahan, badan hukum, badan usaha, maupun perorangan, yang telah
melakukan penunjukan secara resmi.
a Tugas
Menurut Ahadi (2010), tugas kontraktor adalah :
• Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai pedoman
dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan.
• Bersama dengan bagian engineering menyusun kembali metode
pelaksanaan konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
• Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan
sesuai dengan persyaratan waktu, mutu, dan biaya yang telah
ditetapkan.
62
• Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan
kegiatan harian kepada pelaksana pekerjaan.
• Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
• Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan, apabila
terjadi keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan di lapangan.
• Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan
memproses berita acara kemajuan pekerjaan di lapangan.
• Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan,
metode kerja, gambar kerja, dan spesifikasi teknik.
• Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan
mengatur pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek.
• Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga
kerja, dan alat di lapangan.
• Membuat laporan harian tentang pelaksanaan
dan pengukuran hasil pekerjaan di lapangan.
• Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan di
lapangan.
b Hak
Menurut Anang Widiyantoro (2012), hak kontraktor adalah :
• Mendapatkan kepastian pekerjaan pelaksanaan proyek dalam artian
bahwa pemilik proyek tidak akan membatalkan pelaksanaan proyek
secara sepihak selain ketentuan – ketentuan yang tertulis di dalam
kontrak yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
• Mendapatkan kepastian pembayaran setelah pelaksanaan pekerjaan
proyek selesai tepat waktunya.
• Mendapat jaminan asuransi kepada tenaga kerja yang akan
melaksanakan pekerjaan proyek. (Hak dan kewajiban ini harus
tertuang dalam kontrak pelaksanaan proyek agar tidak ada pihak
yang dirugikan).
• Kontraktor bebas memilih sub kontraktor. c Kewajiban
Menurut Anang Widiyantoro (2012), kewajiban kontraktor adalah :
63
• Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan
peraturan dan syarat – syarat.
• Membuat gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
• Menyediakan alat keselamatan pekerjaan.
• Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,
bulanan.
• Menyerahkan seluruh / sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan
dengan ketetapan yang berlaku.
3.3.2Pengendalian Proyek
1. Pengendalian Waktu
Sistem pengendalian waktu ini sangat berguna untuk
mengatahui kemajuan suatu proyek. Hal ini bertujuan untuk
menghindari keterlambatan dalam pelaksanaan proyek. Biasanya
pada waktu tertentu dilakukan rapat koordinasi untuk mengevaluasi
masalahmasalah yang dihadapi selama proyek berjalan. Menurut
pengamatan Penulis proyek ini mengalami kendala yaitu
keterlambatan mobilisasi dari tempat produksi ke lokasi pekerjaan.
Dalam pelaksanaan proyek ini pelaksana telah mengantisipasi
dengan melakukan beberapa kajian sehingga tetap mengikuti
jadwal yang telah direncanakan, seperti :
a. Penambahan jumlah tenaga kerja (tukang)
b. Penambahan waktu kerja (lembur)
c. Penambahan peralatan
2. Pengendalian Biaya
Tujuan umum dari sistem pengendalian biaya adalah untuk
memberi peringatan di ijinkan terjadi penyimpangan atau kesalahan
yang berakibatkan pada peningkatan pengeluaran biaya yang tidak
sesuai dengan rencana anggaran biaya (RAB). Pelaksanaan pekerjaan
64
pembangunan jalan, pelaksana memperhatikan beberapa antisipasi
pengendalian biaya yaitu:
a. Biaya bahan
Biaya yang dikeluarkan untuk memasukkan bahan material
dalam pekerjaan lokasi proyek harus sesuai dengan rencana
anggaran biaya (RAB). Pada proyek ini pelaksana membuat
rekapitulasi biaya yang telah yang dikeluarkan. Setiap
pembelian material, bagian logistik mencatat jumlah material
yang dibeli dan besarnya biaya yang digunakan.
65
berakibat terjadinya kerusakan yang lebih cepat di bandingkan dari
yang di rencanakan. Pengendalian mutu dimaksudkan untuk
mengarahkan pelaksanaan proyek sesuai dengan spesifikasi teknis
dalam dokumen kontrak.
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
66
1. Kontraktor harus melaksanakan proyek dengan memperhatikan dan
berpedoman pada rencana kerja dan syarat-syarat yang telah
ditentukan.
2. Pengawas lapangan harus lebih tegas dalam mengambil keputusan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Adik-adik semester yang nantinya akan melakukan praktek kerja
lapangan (PKL) dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat
diperkuliahan dengan keadaan dilapangan dan dapat menggunakan
kesempatan PKL ini dengan baik serta sungguh-sungguh.
67