NIM: 2023812057
KELAS : A
SEMESTER : IV
PRODI : PH
JURUSAN KEHUTANAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Mengetahui cara pengambilan contoh benih agar didapatkan sejumlah contoh benih
yang sesuai untuk pengujian dan mencerminkan sifat atau keadaan dari kelompok benih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Benih merupakan input yang penting dalam proses produksi tanaman. Kualitas benih
sangat berpengaruh terhadap penampilan dan hasil tanaman. Pada padi, benih merupakan
bahan/sumber utama untuk perbanyakan bahan tanaman. Seiring berjalannya waktu,
perkembangan teknologi perbenihan telah mencapai kemajuan yang sangat pesat. Benih tidak
lagi diperlakukan secara tradisional, namun telah berkembang menjadi industri yang dapat
memberikan keuntungan dan lapangan pekerjaan yang cukup besar (Winda et al., 2015)
Prinsip pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari beberapa bagian dari
suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh dilakukan
dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama. Pada
saat penarikan contoh, tangan dimasukkan dengan telapak tangan terbuka, dan pada saat
dikeluarkan jari-jari tangan hendaknya menggenggam benih secara rapat, sehingga tidak ada satu
pun benih yang terlepas ketika tangan dikeluarkan dari dalam wadah. Benih-benih yang terambil
dari setiap pengambilan contoh ini disebut contoh primer, sedangkan gabungan contoh-contoh
primer disebut contoh komposit. Contoh benih yang diambil secara acak dari contoh komposit
ini dapat digunakan sebagai contoh kiriman. Dari contoh kiriman ini kemudian diambil contoh
kerja secara acak (Kuswanto, 2012)
Prosedur pengambilan contoh benih padi harus mengikuti aturan yang telah ditentukan
seperti yang tercantum pada ISTA. pengambilan contoh benih dimulai dari pengambilan contoh
primer lalu menggabungkannya menjadi contoh komposit serta membuat contoh kirim. Untuk
membuat contoh kerja, benih harus dibagi terlebih dahulu dengan beberapa metode baik secara
mekanik, pengacakan dengan cangkir dan menggunakan sendok. Timbang benih sesuai jumlah
contoh kerja yang ditetapkan dan selebihnya dapat disimpan sebagai cadangan untuk digunakan
pada pengujian mutu benih yang lainnya (Samuel, 2013).
Pengambilan contoh benih bertujuan untuk mendapatkan contoh benih yang mewakili
kelompok benih dalam jumlah yang cukup untuk keperluan pengujian mutu benih. Benih
pertanian dan holtikultura yang berukuran seperti Triticum sp. atau lebih besar, berat maksimum
untuk setiap kelompok benih adalah 20.000 kg. Untuk benih yang lebih kecil dari Triticum sp.
berat maksimumnya adalah 10.000 kg. Benih pohon-pohonan yang berukuran seperti
benih Fagus sp. atau lebih besar berat maksimumnya adalah 5000 kg. Untuk benih yang lebih
kecil dari benih Fagus sp. berat maksimumnya adalah 1000 kg (Hasanah, 2011).
Pengambilan contoh ini harus memenuhi kriteria dan sudah dianggap seragam dan juga
sudah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh ISTA (International Seed Testing
Association). Suatu benih contoh yang akan diuji harus dapat mewakili keseluruhan kelompok
benih yang lebih besar jumlahnya. Ada empat macam contoh benih yang dinyatakan dalam
peraturan ISTA yaitu Contoh Primer, Contoh Pencampuran, Contoh yang Dikirim
ke Laboratorium, Contoh Uji (Aasholah, 2018).
Adapun alat untuk menggambil contoh benih diantaranya Stick trier dan Nobbe trier.
Stick trier ini digunakan untuk pengambilan contoh benih dari wadah benih yang bisa diambil
adalah benih berukuran kecil yang mudah mengalir. Nobbe trier adalah alat yang cocok untuk
mengambil benih dari wadah seperti karung, kantong plastik dan lain lain. Jika penggambilan
benih dengan alat ini bisa maka benih harus diambil dari bagian bawah, tengah dan atas tempat
penyimpanan (Sutopo, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Bahan : Benih
2. Alat : 1.kertas label
2.kantong plastik
3. timbangan analitik.
3.
4.
5.
Pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari beberapa bagian dari suatu
kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh benih dilakukan
dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama. Pada
saat penarikan contoh, tangan dimasukkan dengan telapak tangan terbuka dan pada saat
dikeluarkan jari-jari tangan hendaknya menggenggam benih secara rapat, sehingga tidak ada satu
pun benih yang terlepas ketika tangan dikeluarkan dari dalam wadah.
Tujuan pengambilan contoh benih adalah untuk mendapatkan contoh benih yang
mewakili kelompok benih dalam jumlah yang cukup untuk keperluan pengujian mutu benih.
pengurangan contoh kiriman yang dikurangkan secara merata dan bertahap sesuai dengan
bobot yang ditetapkan dalam proses pengujian mutu sehingga didapatkan contoh kerja sebesar
400 gram.
BAB V
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka
dapat disimpulkan bahwa pengambilan contoh benih dilakukan melalui beberapa tahapan-
tahapan yaitu pengambilan contoh primer, kemudian pengambilan contoh komposit, lalu
pengambilan contoh kiriman dan yang terakhir pengambilan contoh kerja. Contoh kerja
didapatkan dengan jalan pengurangan yang bertahap dari contoh kiriman dengan berat yang telah
ditetapkan. Tujuan pengambilan contoh benih adalah untuk mendapatkan contoh benih yang
mewakili kelompok benih dalam jumlah yang cukup untuk keperluan pengujian mutu benih.
5.2. Saran
Saran saya pada praktikum kali ini sebaiknya semua praktikan harus melakukan praktikum
sesuai dengan arahan asisten agar kita semua dapat mengetahui semua tentang proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah M. 2011. Peran Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri Benih Tanaman
Industri. Jurnal Litbang Pertanian, 21(3): 112-118.
Kuswanto H. 2012. Analisis Benih. Andi, Yogyakarta.
Samuel, S. Purnamaningsih dan N. Kendarini. 2013. Pengaruh Kadar Air Terhadap Penurunan
Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L) Merill) Varietas Gepak Kuning
Selama Dalam Penyimpanan. Jurnal Agronomi, 1(1): 1-13.
Winda S., N. Auliaturida, Budiwati dan A. Luki. 2012. Analisis Finansial Usaha Penangkaran
Benih Padi Unggul di Desa Penggalaman Kecamatan Martapura Barat Kabupaten
Banjar. Jurnal Agribisnis Perdesaan, 12(1): 12-16.