Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknologi dan Produksi Benih

oleh,
Fajri Yulianto 165001041
Triswoyo 165001043
Mela Sucilawati 165001044
Ani Suwandi 165001045
Roswandi 165001049

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas
karunia dan nikmatnya-Nya penulis telah menyusun laporan praktikum Teknologi
dan Produksi Benih yang bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
teknologi dan produksi benih.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa bimbingan, dorongan, dan bantuan dari beberapa pihak lain baik dalam
bentuk materi maupun non materi. Dan dalam penulisan laporan ini penulis
senantiasa dihadapkan berbagai kesulitan dan hambatan. Dan sangat diharapkan
setiap saran dan kritikkan yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan
laporan ini sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan
pengembangan pendidikan. Oleh karena itu, perkenangkanlah penulis
mengucapkan banyak terimakasih.

Tasikmalaya, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemurnian Benih ........................................................................................... 3
2.2 Daya Perkecambahan ..................................................................................... 5
2.3 Kadar Air Benih ............................................................................................. 6
2.4 Perlakuan Benih ............................................................................................. 7
BAB III. METODOLOGI PENGUJIAN
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................... 9
3.3 Cara Kerja ...................................................................................................... 9
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................... 11
4.2 Pembahasan .................................................................................................... 13
BAB V. PENUTUP
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 16
5.2 Saran ............................................................................................................. 17
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan peningkatan produksi dalam usaha tani sangat dipengaruhi oleh


masukkan berbagai faktor produksi yang salah satunya adalah penggunaan benih
bermutu. Kesadaran petani untuk menggunakan benih unggul dalam meningkatkan
produksi usaha taninya sudah cukup tinggi. Namun dalam pelaksanaannya perlu disertai
dengan kesadaran penggunaan benih unggul yang bermutu tinggi dan benar. Dengan
menggunakan benih yang bermutu diharapkan akan meningkatkan produktivitas per
satuan luas, dapat mengurangi serangan hama penyakit dll. Peningkatan produksi akan
berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani apabila ada jaminan pasar dengan
harga yang memadai.
Benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih, sangat
penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi. Pada pengujian daya
berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni. Dengan demikian hasil
pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk
tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian digunakan untuk mengetahui komposisi contoh
kerja, kemurnian, dan identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang
didasarkan pada berat komponen pengujian. Dalam pengujian kemurnian contoh kerja
kemurnian dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, dan kotoron.
Penyimpanan dan daya hidup suatu benih sangat erat hubungannya dengan kadar air.
Biasanya benih mengandung kadar air yang rendah pada bagian lapisan penutup atau
perikarp, jika dibandingkan dengan bagian embrio dan endosperma. Penyimpanan akan
menyebabkan perubahan kandungan kadar air dari suatu biji yang nantinya keadaan ini
akan mempengaruhi laju kemunduran benih tersebut. Bahkan pada benih yang tergolong
rekalsitran penurunan viabilitasnya sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air benih
dibawah atau di atas kadar air kritiknya.
Perlakuan bahan aktif fungisida untuk pertumbuhan benih yang baik dengan terlindung
dari ganguan penyakit seperti jamur,sebaiknya harus diuji terlebih dahulu untuk
mengetahui persentase benih yang dapat berkecambah dan tumbuh.
Pada prakikum ini, praktikan akan melakukan beberapa pengujian terhadap benih padi
varietas ciherang dan benih kedelai varietas anjosmoro.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu :
 Mengetahui secara garis besar mengenai keadaan struktur benih dan kecambah
tertentu.
 Mengetahui mengenai komposisi dari contoh benih dan untuk mengidentifikasi
bermacam-macam benih serta benda-benda mati dalam contoh benih.
 Menguji daya berkecambah benih dari kelompok tertentu dengan menggunakan
berbagai cara pengujian.
 Menguji pengaruh perlakuan benih dengan fungisida terhadap kebutuhan benih.
 Mengetahui kriteria benih yang normal berkecambah, abnormal berkecambah, dan
tidak tumbuh atau mati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemurnian Benih
Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman. Sehingga
masalah teknologi benih berada dalam ruang lingkup agronomi. Agronomi sendiri
diartikan sebagai suatu gugus ilmu pertanian yang mempelajari pengelolaan lapang
produksi dengan segenap unsure alam (iklim, tanah, air), tanaman, hewan dan
manusia untuk mencapai produksi tanaman secara maksimal (Kartasapoetra, 1986).
Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni
yang terdapat dalam suatu contoh benih. (Sutopo, 1984). Kemurnian benih
adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni,
benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari
ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk
menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang
mewakili lot benih. Kemurnian benih sangat berpengaruh dilapangan. Karena benih
yang tidak murni dapat merugikan kita pada saat pembelian maupun pada
budidaya. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman
di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan
korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian.
Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan.
Benih murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu
presentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin
diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran (Kuswanto,
1997).
Pengujian benih sangat berperan penting, terujinya benih berarti terhindarnya
para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha
taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang
mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian (Kartasapoetra,
2003). Tujuan analisa kemurnian benih adalah menentukan komposisi berdasarkan
berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari
kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai species benih
dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih. (Kartasapoetra,1986).
Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3
komponen sebagai berikut :

a. Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/spesies


yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah :
1) Benih masak utuh
2) Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
3) Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
4) Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang
sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut
termasuk kedalam spesies yang dimaksud
5) Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali.
b. Benih tanaman lain, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan
jenis/spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan
untuk diuji. Yang termasuk benih tanaman lain adalah :
1) Benih yang terlihat jelas bukan benih sejati.
2) Benih yang kulitnya sudah terkelupas semua.
3) Pecahan benih dengan ukuran kurang dari ½ ukuran sebenarnya.
4) Benih rusak tanpa lembaga.
5) Benih yang berubah warna
6) Benih hampa atau tidak mentes atau tidak berisi (Empty Glumes).
7) Sekam, cekang benih, kulit benih dan lainnya.
c. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam
contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah :
1) Benih dan bagian benih : Benih tanpa kulit benih, benih yang terlihat bukan
benih sejati, biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal,
cangkang benih, kulit benih
2) Bahan lain : sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.

2.2 Daya Perkecambahan


Aspek fisiologi ditunjukan oleh viabilitas benih yang meliputi daya
berkecambah dan vigor benih. Viabilitas benih merupakan daya benih yang dapat
ditunjukan oleh metabolismenya atau pertumbuhannya. Viabilitas benih tidak
sekedar gejala hidup yang dapat diamati tetapi daya hidup itu harus dapat dijadikan
indikasi mutu benih, khususnya fisiologi benih.
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih. Berbagai
macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas
benih. Pengujian daya kecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter
viabilitas potensial benih. Daya kecambah benih adalah tolak ukur bagi kemampuan
benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang
optimum.
a. Daya Kecambah
Daya berkecambah benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk
tumbuh normal. Uji daya kecambah dilakukan untuk mengetahui potensi benih
yang dapat berkecambahdari suatu kelompok atau satuan berat benih (Mulyana dan
Asmarahman, 2012). Air merupakan salah satu faktor yang sangat berperan
terhadap perkecambahan dan pertumbuhan benih (Gardner et al., 1991). Secara
umum, cara pengujian daya kecambah benih dapat dibedakan menjadi dua yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Pengujian secara langsung dilakukan untuk
benih yang mudah berkecambah, sedangkan pengujian secara tidak langsung
dilakukan untuk benih yang sulit berkecambah (Gunawan, 2011). Pengujian daya
kecambah benih bermanfaat untuk menentukan benih per satuan luas lahan dan
mengecek kualitas benih (Rukmana, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi daya
kecambah benih adalah kemasakan benih, kadar air, dormansi, oksigen, temperatur,
cahaya, dan zat penghambat perkecambahan (Sadjad, 1977).
b. Uji Diatas Kertas
Uji daya kecambah benih dimana contoh kerja diletakkan di atas substrat kertas
yang telah di-lembabkan (Winarto, 2006). Metode ini sangat baik digunakan untuk
benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya (Qamara, 1990) Kertas
merang digunakan dalam metode UDK karena kertas merang memiliki daya
mempertahankan air yang tinggi, walaupun tujuh hari tidak diberi air (Suwarno dan
Hapsari, 2007).
c. Uji Kertas Digulung
Uji daya kecambah benih dimana contoh kerja diletakkan di antara substrat
kertas yang telah dilembabkan lalu digulung (Winarto, 2006). Uji Kertas Digulung
dalam Plastik (UKDdP) dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat kertas substrat
agar tidak tembus oleh akar yang dapat mengakibatkan kertas substrat menjadi
rusak sehingga pengamatan menjadi sulit dilakukan (Qamara, 1990). Media kertas
digulung akan mempermudah dalam mengontrol suhu, kelembaban, intensitas
cahaya, dan kondisi air dari media untuk pertumbuhan benih yang optimal (Kamil,
1979).
2.3 Kadar Air Benih
Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang berasal dari
pembiakan generatif antara induk jantan dan betina yang merupakan salah satu
faktor penting dalam budidaya tanaman. Mutu benih terbagi atas mutu genetik,
mutu fisik dan mutu fisiologis. Mutu benih sangat tergantung oleh beberapa hal,
salah satunya adalah kadar air benih.
Kadar air benih ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang
karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam
persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah
banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya
kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih.
Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih
sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan
dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.
Benih dengan kadar air terlalu rendah relatif rawan terjadi kerusakan mekanis
yakni benih mudah pecah, benih yang mudah pecah biasanya cenderung
mengandung protein yang tinggi. Sementara jika kadar air terlalu tenggi ada dua
kemungkinan yang terjadi, kemungkinan pertama benih akan berkecambah karena
terdapat air yang cukup, kemungkinan lain benih akan rusak akibat serangan bakteri
atau jamur akibat kelembaban relatif yang meningkat yang dipicu oleh tingginya
kadar air. Benih orthodox umunya setelah panen berlangsung dilakukan
penjemuran atau pengeringan mesin untuk menggurang kadar air. Permasalahan -
nya untuk menentukan lamanya pengeringan yang dilakukan membutuhkan
ketelitian atau pengalaman tersendiri jika dilakukan secara manual, itupun hasilnya
masih kurrang memusakan akrena tidak bisa diperoleh kadar air secara pasti.
Kadar air benih dapat diukur dengan menggunakan metode langsung
(menggunakan oven) maupun tidak langsung dengan menggunakan moister tester.
Prinsip kerja pada pengukuran kadar air secara tidak langsung dengan
menggunakan oven adalah pengurangan antara beret basah yakni berat benih
sebelum dioven dikurang dengan berat kering. Selisih tersebut dibagi dengan berat
basah dikalikan 100% sehingga bisa diperoleh kadar air. Sedangkan pengukuran
tidak langsung kadar air dapat segera diketahui setelah benih dilakukan pengukuran
kadar air melalui moiture tester. Penentuan kadar air wajib untuk dikuasai oleh
praktikan, kedepan dengan menguasai teknik pengukuran kadar air yang baik
diharapkan didunia kerja dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan penentuan
kadar air sebelum panen dan penentuan kadar air selama masa simpan benih.
2.4 Perlakuan Benih
Budidaya benih untuk produksi tidak hanya mengutamakan kualitas tetapi tetap
memperhatikan kualitas untuk keuntungan perusahaan pembudidaya. Hal tersebut
juga dapat dilakukan oleh petani sebagai konsumen yang ingin menanam dengan
memilih serta dapat membedakan kualitas benih sesuai kebutuhan yang akan
mereka tanam. Salah satu cara untuk dapat memilih dan menyeleksi benih yang
dapat dilakukan dengan sortasi benih. Sortasi bertujuan untuk memisahkan benih
yang baik dan yang buruk dan dilanjutkan dengan grading untuk menggolongkan
benih ke dalam kelas-kelas tertentu seperti berat, warna dan semacamnya. Berat
benih berpengaruh terhadap perkecambahan benih. Perkecambahan benih sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan benih yang akan ditanam. Benih yang memiliki
bobot semakin besar maka semakin besar juga peluang benih untuk berkecambah
(Suita, 2014).
Metode sortasi benih merupakan metode yang dapat membedakan atau
menyeleksi benih dengan cara memisahkan benih dari segi ukuran, warna dan
bentuk benih. Metode sortasi dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu metode benih
berukuran kecil, metode berukuran sedang dan metode berukuran besar. Tujuan
dari penggolongan ini agar benih yang akan diperoleh mendapatkan hasil yang baik
(Yuniarti, 2016).
Viabilitas benih dapat dipengaruhi oleh lingkungan yaitu tingkat kelembapan
dan masa penyimpanan benih. Kelembapan benih yang dimaksud yakni kadar air
yang ada pada benih tersebut dan cara pemberian perlakuan pada benih. Pada saat
di lapang tanaman dengan vigor dengan penyemprotan oleh pestisida dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhannya (Alzeus, 2015).
Tanaman padi yang memilki daya kecambah normal pada lingkungan yang
kurang mendukung juga dapat dipengaruhi oleh faktor tanahnya. Faktor tanah
merupakan faktor yang paling utama dalam mendukung pertumbuhan suatu
tanaman. Tanah yang memilki unsur har yang kurang harus dilakukan pemupukan.
Pemuukan pada tanaman padi yakni pupuk majemuk (Sperotto, 2013).
Benih yang memiliki kualitas yang baik adalah benih yang dapat mampu
berkecambah normal pada lingkungan yang kurang optimal. Lingkungan yang
kurang optimal dimaksud adalah lingkungan yang dari segi iklim, tanah yang tidak
mendukung, akan tetapi benih tersebut dapat tumbuh. Hal tersebut dikarenakan
viabilitas pada biji sangat tinggi (Bashar, 2014).
BAB III

METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Waktu dan Tempat


a. Waktu : Jum’at, 02-30 November 2018
b. Tempat : Laboratorium Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Siliwangi.

3.2 Alat dan Bahan


a. Benih padi dan kedelai e. Germinator
b. Timbangan digital f. Label dan alat tulis
c. Nampan g. Fungisida Dhitane M 45
d. Kertas merang

3.3 Prosedur Kerja


a. Kemurnian Benih
 Menimbang sampel benih sebanyak 100 gram (kedelai varietas anjasmoro dan padi
varietas ciherang).
 Memisahkan menjadi komponen-komponen (benih yang diuji, benih varietas lain,
kotoran benih, biji gulma).
 Masing-masing komponen ditimbang dan di persenkan.

b. Daya Kecambah
 Siapkan nampan plastic sebagai tempat percobaan.
 Tempatkan kertas merang yang sudah dibasahi pada nampan plastic tersebut.
 Hitung 100 butir padi dan 50 butir kedelai disimpan di atas kertas merang yang
sudah dibasahi air dan diatur letaknya.
 Kemudian ditutup atasnya menggunakan kertas merang yang sudah basah
dimasukkan ke dalam germinator dan diatur kelembabannya selama 6 hari.
 Kemudian menguji daya kecambah dengan perlakuan kertas merang yang digulung
dengan plasik, dimana kertas merang tersebut telah di isi oleh benih sampel.
 Dan diamati setiap perkembangan maupun perkecambahannya.

c. Kadar Air Metode Dasar


 Mengambil sampel benih sebanyak 10 gram
 Masukkan ke dalam cawan petri yang sudah ditimbang sebelumnya
 Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 2 jam
 Keluarkan dari oven dan ditimbang sampai mendapatkan hasil yang konstan

d. Kadar Air Metode Praktis


 Masukkan benih ke dalam alat moistur tester
 Tekan tombol warna merah dan diputar
 Kemudian lihat angka yang ditunjukkan alat tersebut

e. Perlakuan Benih dengan Fungisida


 Timbang 100 g benih padi.
 Kemudian larutkan fungisida 0,1 g dengan air. Lalu aduk rata.
 Masukkan benih padi dengan fungisida lalu aduk hingga merata.
 Siapkan nampan untuk tempat percobaan, kemudian letakkan 1-2 kertas merang
yang sudah di basahi air.
 Hitung benih padi untuk uji perlakuan dan terkontrol masing-masing 100.
 Kemudian simpan pada nampan yang telah dialasi oleh kertas merang.
 Benih Diamanti mulai dari hari ke 4 sampai hari ke 7.
 Amati benih dan hitung jumlah benih yang berkecambah normal, abnormal dan
tidak berkecambah.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


a. Kemurnian Benih
 Padi

4 komponen Perhitungan
98,41
Murni Murni = 𝑥100% = 98,41%
100
1,0
Varietas lain Varietas lain = 𝑥100% = 1,0%
100
0
Gulma Gulma = 40 𝑥100% = 0%
0,6
Kotoran benih Kotoran benih = 𝑥100% = 0,6%
40

 Kedelai

4 komponen Perhitungan
79,7
Murni Murni = 𝑥100% = 79,7%
100
15
Varietas lain Varietas lain = 100 𝑥100% = 15%
0
Gulma Gulma = 40 𝑥100% = 0
5,3
Kotoran benih Kotoran benih = 100 𝑥100% = 5,3%

b. Daya Kecambah
 Padi
Persentase Diatas Kertas (%) Persentase Diantara Kertas (%)
Waktu
Kecambah Tidak kecambah Kecambah Tidak kecambah

Hari ketujuh 98 2 98 2

 Kedelai
Persentase Diatas Kertas (%) Persentase Diantara Kertas (%)
Waktu
Kecambah Tidak kecambah Kecambah Tidak kecambah

Hari ketujuh 86 14 96 4
c. Kadar Air Metode Dasar

Berat kering benih kedelai : 9,36 gram


Berat kering benih padi : 9,50 gram
Perhitungan :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Kadar air benih kedelai : 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑥100%
10−9,36
: 10
𝑥100%

: 6,4 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Kadar air benih padi : 𝑥100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
10−9,50
: 10
𝑥100%

: 5,0 %

d. Kadar Air Metode Praktis

Kadar air benih kedelai : 11,53%


Kadar air benih padi : 13,40%

e. Perlakuan Benih dengan Fungisida


Jumlah yang berkecambah
No.
Kontrol Fungisida
Pengamatan hari ke-
K A TK K A TK

1. Empat 98 0 2 97 0 3

2. Lima 98 0 2 98 0 2

3. Enam 99 0 1 99 0 1

4. Tujuh 100 0 0 100 0 0

Keterangan : K = kecambah
A = Abnormal
TK = Tidak kecambah
4.2 Pembahasan
a. Kemurnian Benih
Kemurnian benih diartikan sebagai persentasi berdasarkan berat benih murni
yang terdapat dalam suatu contoh benih. Benih yang asli dipisahkan dengan
komponen lain seperti benih tanaman lain dan kotoran yang terdapat dalam
campuran benih. Kemurnian benih dilakkan sebagai langkah awal dalam pengujian
benih. Hal tersebut dilakukan supaya nilai yang diperoleh merupakan nilai dari
benih murni, bukan benih campuran. Benih yang diuji kemurniannya yaitu benih
padi dan benih kedelai.
Syarat umum dalam pengembangan perbenihan agar diperoleh mutu ekonomi
benih yang tinggi ialah nilai benih murni minimal 95% pada setiap varietas/klon,
benih variteas lain sebesar maksimal 5%, kotoran maksimal 3%, dan benih dari
rerumputan maksimal 2%.
Benih padi yang diharapkan yaitu varietas ciherang yang memiliki ciri fisik
benih panjang ramping dan berwarna kuning bersih. Dalam wadah sampel, terdapat
benih padi lain dari varietas IR-64 yang bercirikan ukuran bijinya lebih pendek
namun berisi. Warna benih biji IR-64 tidak jauh berbeda dengan varietas ciherang.
Dari hasil pengujian kemurnian benih, didapatkan hasil nilai kemurnian benih
98,41%, benih varietas lain 1%, gulma 0% dan kotoran benih sebesar 0,6%. Nilai
tersebut memenui semua batas yang ditentukan sesuai dengan literatur. Sehingga
benih padi varietas ciherang yang di uji layak untuk digunakan atau memiliki nilai
mutu ekonomi yang tinggi.
Benih kedelai yang tersedia yaitu varietas anjasmoro dan detap 1. Perbedaan
dari kedua benih tersebut ialah dari ukuran benih dan warna benih. Benih anjasmoro
memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan benih detap 1. Selain itu
warna benih anjasmoro lebhi cerah (kuning) dibandingkan dengan benih detap 1
yang redup (kuning). Dari hasil pengujian didapatkan kemurnian benih sebesar
79,7%, dengan varietas lain 15%, gulma 0%, dan kotoran benih sebesar 5,3%.
Berdasar pada literatur dengan hasil yang didapatkan, benih kedelai ini tidak
memenuhi syarat tersebut, karena benih murni yang didapatkan kurang dari 95%.
Nilai benih murni harus besar guna menghindari ketidakseragaman pertumbuhan
dari ketahanan terhadap hama/penyakit yang akhirnya mengakibatkan penurunan
produksi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena campuran benih yang disediakan
merupakan campuran manual, artinya tidak murni dalam satu plot hasil perbenihan
pada tanaman, sehingga pencampuran yang tidak merata mengakibatkan
perbandungan yang tidak seimbang.
Dalam pengujian ini diperlukan ketelitian yang tinggi karena sifat fisik benih
yang tidak jauh berbeda. Sehingga kesalahan dalam pengelompokkan benih dapat
dihindari dan nilai yang didapatkan dapat di percaya. Benih yang sudah dipisahkan
dari varietas lain dan kotoran digunakan sebagai sumber sampel untuk pengujian
kualitas benih berikutnya.
b. Daya Kecambah
Pengujian daya kecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter
viablitas potensial benih. Daya kecambah benih merupakan tolak ukut bagi
kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Metode yang digunakan yaitu uji diatas kertas dan uji kertas di gulung. Metode uji
diatas kertas sangat baik untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi
perkecambahannya. Sedangkan uji kertas digulung digunakan untuk
mempermudah dan mengontrol suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kondisi
air dari media untuk pertumbuhan benih yang optimal.
Benih yang diuji yaitu benih padi vaietas ciherang dan benih kedelai varietas
anjasmoro. 100 benih dari masing-masing varietas yang sudah dipisahkan di simpan
di atas wadah kertas merang yang sudah dibasahi sebelumnya. Media kertas dijaga
suhu dan kelembabannya dengan disiram air secara berkelanjutan setiap beberapa
jam. Perkecambahan dibiarkan selama 7 hari. Setelah 7 hari, benih padi yang
dikecambahkan diatas kertas berhasil berkecambah dengan persentase 98%,
begitupun dengan metode diantara kertas. Kondisi benih setelah perkecambahan
diatas kertas tumbuh normal semua, namun pada kertas yang digulung, beberapa
benih tumbuh tidak normal dan berjamur karena kelembaban pada kertas yang
digulung sangat tinggi, sehingga mendukung pertumbuhan jamur di dalam kertas
tersebut. Media perkecambahan diatas kertas lebih cepat kering karena disimpan
dalam keadaan terbuka sehingga penguapan lebih cepat terjadi.
Benih selanjutnya yang diuji yaitu benih kedelai varietas anjasmoro.
Perlakuan sama seperti benih padi. Persentase perkecambahan dengan metode
kertas digulung memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan metode diatas
kertas. Persentasi diantara kertas sebesar 96% dan diatas kertas 86%. Persentase
diantara kertas lebih besar karena kelembaban dalam media terjaga, sehingga
metabolisme terus berjalan lancar. Berbeda halnya dengan metode diatas kertas,
kelembaban tidak terjaga sehingga metabolisme terpengaruhi dan perkecambahan
berlangsung lebih lama. Namun, kondisi kecambah digulungan dipenuhi oleh jamur
karena kelembaban sangat tinggi sehingga jamur sangat mudah tumbuh. Jamur bisa
berasal dari kontaminan ketika perlakuan benih sebelumnya.
c. Kadar Air
Pengujian kadar air dilakukan dengan dua metode, yaitu metode konvensial
dan metode praktis menggunakan alat. Metode konvensional dilakukan dengan
memanaskan biji pada suhu 105oC selama 2 jam dan diulangi hingga mendapatkan
berat konstan. Dengan metode oven, kadar air pada benih kedelai yang teruji
sebesar 6,4% dan kadar air benih padi sebesar 5,0%. Dengan menggunakan metode
praktis alat moister tester, kadar air benih kedelai sebesar 11,53% dan kadar air
benih padi sebesar 13,40%. Perbedaan hasil kadar air tersebut sangat jauh sekali,
hal tersebut bisa diakibatkan karena pengujian menggunakan oven, benih tidak
dihamparkan secara luas, sehingga air yang menguap tidak maksimal. Sedangkan
pada pengujian menggunakan moister tester benih diletakan tanpa bertumpukan
satu sama lain, sehingga air bisa di deeksi tanpa ada penghalang.
Benih yang baik memiliki kadar air yang tidak terlalu tinggi. Benih padi
memiliki kadar air yang baik antara 11-12%, sedangkan benih kedelai antara 10-
11%. Dari hasil pengujian, semua kadar air melebih batas yang sudah ditetapkan.
Hal tersebut dapat diakibatkan karena penyimpanan benih yang tidak sesuai dan
terlalu lama disimpan dalam udara terbuka, sehingga air udara terikat kedalam
benih.
Tinggi rendahnya kadar air dalam benih memegang peranan yang demikian
penting dan berpengaruh besar terhadap mutu benih. Selama perkembangan,
pemasakan dan pematangan, kadar air benih menurun perlahan-lahan hingga benih
yang dipanen akhirnya mengering sampai batas yang tidak ada lagi penurunan
kelembaban, karena kadar airnya telah mencapai keseimbangan dengan
kelembaban nisbi lingkungan sekitarnya. Semakin tinggi kandungan air benih
makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan lebih lama. Untuk setiap kenaikan
1% dari kandungan air benih aka umur benih akan menjadi setengahnya. Hukum
ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5-14%. Karena dibawah 5% kecepatan
menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan autoksidasi lipid didalam benih.
Sedangkan diatas 14% akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas
perkecambahan benih.
d. Perlakuan Benih dengan Fungisida
Fungisida merupakan zat antifungi yang diaplikasikan untuk melindungi
bagian tanaman dari serangan jamur. Dalam aplikasinya pada benih, fungisida
berperan untuk menghilangkan atau memproteksi benih dari serangan jamur.
Fungisida yang digunakan pada praktikum ini memiliki nama dagang dithane M-
45 80 WP dengan bahan aktif Mankozeb 80%. Fungisida diaplikasikan dengan
konsentrasi 0,1% untuk 100 gram benih padi. Perkecambahan dilakukan diatas
kertas dengan penjagaan suhu dan kelembaban secara kontinyu. Hasil pengamatan
memeberikan hasil pada hari ke empat perkecambahan antara benih yang direndam
fungisida dan tanpa perendaman fungisida memberikan hasil yang tinggi dan selisi
1% saja. Sampai hari ketujuh perkecambahan, terjadi peningkatan yang stabil
dalam penambahan benih yang berkecambah. Semua benih yang tumbuh dalam
kondisi yang normal. Tidak ditemukan keberadaan jamur pada media tumbuh
karena kelembaban yang terjada didukung dengan perlakuan fungisida sebelumnya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
a. Pengujian benih padi varietas ciherang
 Dari hasil pengujian kemurnian benih, didapatkan hasil nilai kemurnian
benih 98,41%, benih varietas lain 1%, gulma 0% dan kotoran benih sebesar
0,6%. Nilai tersebut memenui semua batas yang ditentukan sesuai dengan
literatur. Sehingga benih padi varietas ciherang yang diuji layak untuk
digunakan atau memiliki nilai mutu ekonomi yang tinggi.
 Daya kecambah benih padi ciherang yang diuji adalah senilai 98%,
 Kadar air benih padi sebesar 5,0% dengan metode oven. Sedangkan dengan
metode praktis alat moister tester adalah sebesar 13,40%. Perbedaan hasil
kadar air tersebut sangat jauh sekali, hal tersebut bisa diakibatkan karena
pengujian menggunakan oven, benih tidak dihamparkan secara luas,
sehingga air yang menguap tidak maksimal.
 Hasil pengamatan memeberikan hasil pada hari ke empat perkecambahan
antara benih yang direndam fungisida dan tanpa perendaman fungisida
memberikan hasil yang tinggi dan selisih 1% saja. Sampai hari ketujuh
perkecambahan, terjadi peningkatan yang stabil dalam penambahan benih
yang berkecambah. Semua benih yang tumbuh dalam kondisi yang normal
tanpa ada gangguan jamur yang merupakan salah satu pengaruh dari
perlakuan fungisida yang diaplikasikan.

b. Pengujian benih kedelai varietas anjosmoro


 Dari hasil pengujian didapatkan kemurnian benih sebesar 79,7%, dengan
varietas lain 15%, gulma 0%, dan kotoran benih sebesar 5,3%. Berdasar
pada literatur dengan hasil yang didapatkan, benih kedelai ini tidak
memenuhi syarat tersebut, karena benih murni yang didapatkan kurang dari
95%.
 Daya kecambah ditunjukan oleh hasil pengujian bahwa persentase
perkecambahan dengan metode kertas digulung memberikan hasil yang
lebih besar dibandingkan metode diatas kertas. Persentasi diantara kertas
sebesar 96% dan diatas kertas 86%. Persentase diantara kertas lebih besar
karena kelembaban dalam media terjaga, sehingga metabolisme terus
berjalan lancar. Berbeda halnya dengan metode diatas kertas, kelembaban
tidak terjaga sehingga metabolisme terpengaruhi dan perkecambahan
berlangsung lebih lama.
 Kadar air benih yang diukur dengan metode oven, teruji sebesar 6,4% .
Sedangkan dengan metode praktis alat moister tester, kadar air benih
kedelai sebesar 11,53% Perbedaan hasil kadar air tersebut sangat jauh
sekali, hal tersebut bisa diakibatkan karena pengujian menggunakan oven,
benih tidak dihamparkan secara luas, sehingga air yang menguap tidak
maksimal.
5.2 Saran

Dalam proses pengujian benih diperlukan ketelitian terutama dalam


perhitungan benih untuk menguji kemurnian benih, selain itu juga diperlukan
ketelatenan dalam proses pemeliharaan agar tujuan dari praktikum tercapai.
Daftar Pustaka

Dewi, I., F. 2017. Laporan praktikum teknologi produksi benih dan bibit.
[Online]. Tersedia di https://www.slideshare.net/mobile/
Diakses 16 Desember 2018.
Julia, A. T. 2016. Laporan praktikum teknologi produksi benih dan benih.
[Online]. Tersedia di http://trianiajengjulia.blogspot.com/2016/10/laporan-
praktikum-teknologi-benih.html. Diakses 16 Desember 2018.
Kurniawan, F. 2017. Laporan praktikum teknologi produksi benih. [Online]:
https://fajarkurniawan2017.wordpress.com/2017/11/09/laporan-praktikum-
teknologi-produksi-benih/. Diakses 16 Desember 2018.
Setiono. 2011. Perlakuan Benih. [Online]. Tersedia di
http://setiorono774.blogspot.com/2011/01/perlakuan-benih.html?m=1.
Diakses 16 Desember 2018.
Talagande, Yosia. 2014. Karakteristik jenis-jenis varietas unggulan tanaman padi.
[Online]. Tersedia di http://paenialclub .blogspot.com/2014/03/karakteristik-
jenis-jenis-varietas.html?m=1. Diakses 16 Desember 2018.
Tarigan, Y., S. 2016. Laporan pengukuran kadar air benih. [Online]. Tersedia di
http://yulfasari.blogspot.com/2016/03/laporan-pengukuran-kadar-air-
benih.html?m=1. Diakses 16 Desember 2018.
Yulfasari.2015.Laporan Kemurnian Benih. [Online]. Tersedia di
http://yulfasari.blogspot.com/2015/04/laporan-kemurnian-benih.html
Diakses 16 Desember 2018.
LAMPIRAN GAMBAR

1. Uji daya kecambah


a. Diatas kertas

b.Diantara kertas
(benih kedelai berkecambah) (benih padi berkecambah)

2. Hasil perlakuan kontrol serta penerapan fungisida pada benih padi

Anda mungkin juga menyukai