PENDAHULUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara pengambilan contoh
benih agar didapatkan sejumlah contoh benih yang sesuai untuk pengujian dan
mencerminkan sifat atau keadaa dari kelompok benih.
Kegunaan dari paraktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui cara
pengambilan contoh benih agar didapatkan sejumlah contoh benih yang sesuai untuk
pengujian dan mencerminkan sifat atau keadaa dari kelompok benih.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Benih adalah input produksi dalam usahatani yang mutlak diperlukan dan
tidak bisa digantikan oleh input produksi lainnya. Benih sangat berperan dan
menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Penggunaan benih varietas
unggul akan meningkatkan produktivitas. Peranan benih dalam pembangunan
pertanian dan pencapaian stabilitas ketahanan pangan sangat nyata. Penggunaan
benih dengan varietas unggul bermutu maka aplikasi teknologi pertanian lainnya
seperti teknologi budi daya, penggunaan alat mesin pertanian pratanam hingga
pascapanen dan pengolahan hasil, serta kesesuaian mutu sesuai preferensi konsumen
menjadi bagian integral usahatani, sehingga lebih efisien dan menguntungkan.
Pertanian maju yang ditujukan untuk memperoleh produktivitas maksimal hanya
dapat dicapai dengan menggunakan benih varietas unggul yang jelas dan mutunya
terjamin (Paturohman dan Sumarno, 2017).
Benih digunakan oleh petani contoh untuk budidaya pertanian. Benih yang
digunakan adalah benih dengan mutu, varietas unggul dengan label prima. Alasan
petani menggunakan benih varietas unggul dikarenakan memiliki beberapa
keuntungan diantaranya produksi tinggi, tahan hama dan penyakit, serta dipasaran
produksi benih jenis ini sangat tinggi harganya (Setiawati, 2016.)
Kualitas benih sangat berpengaruh terhadap penampilan dan hasil tanaman.
Pada padi, benih merupakan bahan/sumber utama untuk perbanyakan bahan tanaman.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi perbenihan telah mencapai
kemajuan yang sangat pesat. Benih tidak lagi diperlakukan secara tradisional namun
telah berkembang menjadi industri yang dapat memberikan keuntungan dan lapangan
pekerjaan yanga cukup besar (Winda, et., al.2015).
ketersediaan benih yang bermutu tinggi merupakan salah satu kunci
keberhasilan usaha di bidang pertanian. Ketersediaan benih tepat waktu, tepat jumlah,
tepat harga, tepat mutu, tepat lokasi dan tepat varietas masih menjadi kendala
ditingkat petani, sehingga mengakibatkan pengguna benih bermutu masih sangat
terbatas atau sedikit. Untuk memperoleh benih yang baik tidak terlepas dari suatu
rangkaian kegiatan teknologi benih yaitu mulai dari produksi benih, pengolahan
benih, pengujian benih, sertifikasi benih sampai penyimpanan benih (Mayalibit et
al.,. 2017).
Penggunaan benih unggul tidak hanya sebagai awal pertanaman yang sehat dan
teridentifikasi dengan jelas, namun juga sebagai sebuah metode untuk transfer
inovasi dari pemulia kepada para pelaku di sektor pertanian. Namun demikian,
pengadaan dan penyebaran benih unggul masih dihadapkan pada berbagai
permasalahan diantaranya keterbatasan ketersediaan dan tingginya harga benih,
Belum tersedianya sumber benih jenis tertentu, pengetahuan masyarakat
terhadap manfaat benih unggul bermutu masih rendah, serta keterbatasan informasi
mengenai benih. Selain itu efektivitas sistem distribusi yang lemah karena benih
tidak selalu tersedia di pasaran saat petani membutuhkan (Rahmianna et al., 2015).
Proses produksi benih bermutu dilakukan sejak awal bercocok tanam yakni
harus digunakan bahan bermutu tinggi dengan kriteria benih harus bersih dan bebas
dari segala jenis kotoran yang tercampur dalam lot benih, murni terdiri satu jenis
varietas atau tidak tercampur dengan varietas lainnya, secara fisik bagus, bernas,
warna tidak kusam, kulit tidak terkelupas, mulus tidak ada bercak, tidak keriput dan
sehat tidak membawa hama penyakit yang merugikan. Fokus pada kriteria keempat,
benih sehat memiliki arti bahwa benih harus bebas dari infeksi ataupun kontaminasi
penyakit. Kesehatan benih sangat menentukan kesehatan tanaman supaya
memberikan produksi yang berkualitas (Rahayu, 2016).
Contoh benih adalah wakil dari kelompok benih yang akan diuji di
laboratorium untuk keperluan sertifikasi. Contoh ini diambil dari setiap kelompok
benih yang telah selesai diproses. Pengambilan contoh dilakukan pengawas benih atas
permintaan dari penangkar atau produsen benih (Pitojo, 2015).
Beberapa ketentuan dalam pengambilan contoh benih adalah 1) pengambilan
dilakukan secara acak dari setiap wadah atau aliran benih, 2) benih-benih yang
lengket diambil contohnya dengan tangan, 3) benih yang disimpan dalam wadah kecil
seperti kaleng, wadah yang kedap air, kantong kertas, contoh benihnya sebaiknya
diambil sebelum diwadahkan, jika tidak memungkinkan maka sejumlah wadah yang
mewakili harus dibuka kemudian disegel kembali atau dipindahkaan ke wadah yang
baru, dan 4) benih lainnya diambil dengan menggunakan alat seperti stick trier.
Selain ketentuan tersebut masih terdapat beberapa ketentuan dalam pengambilan
contoh, mulai dari contoh primer, sampai dengan contoh kerja yang siap untuk
dianalisis (Tim pengampu mata kuliah, 2020).
Prosedur pengambilan contoh benih padi harus mengikuti aturan yang telah
ditentukan seperti yang tercantum pada ISTA. pengambilan contoh benih dimulai dari
pengambilan contoh primer lalu menggabungkannya menjadi contoh komposit serta
membuat contoh kirim. Untuk membuat contoh kerja, benih harus dibagi terlebih
dahulu dengan beberapa metode baik secara mekanik, pengacakan dengan cangkir
dan menggunakan sendok. Timbang benih sesuai jumlah contoh kerja yang
ditetapkan dan selebihnya dapat disimpan sebagai cadangan untuk digunakan pada
pengujian mutu benih yang lainnya (Samuel et al., 2015).
Program sertifikasi dan pengawasan pemasaran hanya petugas yang diberi
wewenang yang dapat melakukan pengambilan contoh benih untuk keperluan
pelabelan dan pengecekan label. Cara pengambilanya harus memenuhi ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan.suatu kelompok benih harus diatur sedemikian rupa
sehinga setiap wadah atau bagianya dapat dapat diambil contohnya. Pemilik benih
harus memberi keterangan yang terperinci tentang asal benih apabila diketahui bahwa
kelompok benih tidak seragam,maka petugas pengambil contoh berhak menolak
untuk melaksanakan pengambilan contoh (Yudono, 2016).
BAB 3. METODEOLOGI PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan yaitu jagung (Zea Mays), , padi sawah (Oryza Sativa)
cabai (Capsicum annuum L.), dan plastik.
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu mangkok, baki, spatula, sendok
dan timbangan analitik.
.
3.3. Prosedur Kerja
1. Mengambil sejumlah benih dari suatu kelompok benih dengan satu kali
pengambilan (desebut dengan contoh primer).
2. Contoh yang telah diambil digabungkan (disebut dengan contoh komposit).
3. Contoh komposit dikurangkan secara merata hingga ukurannya memenuhi syarat
yang telah ditentukan (disebut dengan contoh kiriman). Benih ini digunakan
untukkeperluan pengujian mutu, biasanya oleh pemilik benih di kirim ke
laboratorium benih.
4. Contoh kiriman dikurangkan secara merata dan bertahap sesuai dengan bobot yang
ditetapkan dalam proses pengujian mutu (disebut dengan contoh kerja).
Pengambilan contoh kerja dilakukan dengan cara mangkok, cara sendok dan
modifikasi cara parohan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil praktikum pengambilan contoh benih dapat dilihat pada tabel berikut :
Kerja Sendok
4.2 Pembahasan
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu faktor penetu pertama berhasilnya
budidaya pertanian yang dilakukan adalah dengan menggunakan benih bermutu.
Benih yang baik akan mendatangkan hasil yang baik pula bagi pertanian yang di
kembangkan. Namun sebaliknya benih yang buruk mampu mengakibatkan kegagalan
hasil pada pertanian yang diusahakan. Oleh karena itu perlu adanya pengujian benih
untuk mendapatkan benih yang baik untuk pertanian yang diusahakan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan pengambilan contoh benih yang dilakukan melalui
beberapa tahapan-tahapan. Diantaranya pengambilan contoh primer, kemudian
pengambilan contoh komposit, lalu pengambilan contoh kiriman dan yang terakhir
pengambilan contoh kerja. Contoh kerja didapatkan dengan jalan pengurangan yang
bertahap dari contoh kirim dengan berat yang telah ditetapkan. Contoh kerja inilah
yang dibuat pengujian kemurnian fisik benih. Pengambilan contoh kerja dapat
dilakukan dengan cara mangkok, cara sendok dan modifikasi cara parohan.
5.2. Saran
Saran saya pada paraktikum ini yaitu sebaiknya para praktikan harus
memperhatikan dengan baik sehingga tidak ada kesalahan dan kecelakaan kerja saaat
praktikum sedang dimulai atau dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Mayalibit NF, Suwarto, Eksa R, Arip W. 2017. Sikap Petani Padi terhadap Benih
Unggul Padi Bersertifikat Di Kecamatan Karangpandan, Kabupaten
Karanganyar. Journal of Sustainable Agriculture, 32(2): 116-125.
Paturohman E dan Sumarno. 2017. Sistem Pembenihan Formal dan Informal
Tanaman Pangan. Iptek Tanaman Pangan, 12 ( 2): 75-82.
Pitojo Setijo. 2015. Benih Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta.
Rahayu M. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman Aneka
Kacang. Buletin Palawija, 14(2): 78-88.
Rahmianna AA, Joko P dan Didik H. 2015. Pemanfaatan Biji Keriput Kacang Tanah
sebagai Benih Use of Shriveled Groundnut Seeds as Planting Material. Iptek
Tanaman Pangan, 10(2): 57-68.
Samuel, Purnamaningsih, S., L., dan Kendarini N. 2015. Pengaruh Kadar Air
terhadap Penurunan Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L) Merill)
Varietas Gepak Kuning Selama dalam Penyimpanan. Agronomi, 1 (1) : 1-13.
Tim pengampu mata kuliah. 2020. Pedoman Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih.
Universitas Halu Oleo. Kendari.
Winda SN, Auliaturida, Budiwati, dan A. Luki. 2015. Analisis Finansial Usaha
Penangkaran Benih Padi Unggul di Desa Penggalaman Kecamatan Martapura
Barat Kabupaten Banjar. Jurnal Agribisnis Pendesaan, 12(1):12-16.