TEKNOLOGI BENIH
ACARA 3
EKSTRAKSI BENIH
Disusun Oleh :
Nama : Algi Delana
NPM : E1J021050
Shift : A1. Senin (10.00 – 12.00)
Dosen : Dr. Ir., Supanjani, M.Sc
Co-Ass : Afrizal (E1J019074)
LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI LAGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pepaya dan tomat merupakan tanaman tropika unggulan yang sangat potensial
untuk dikembangkan di Indonesia. Hingga saat ini benih tetap merupakan bahan utama
dalam perbanyakan. Pengembangan tanaman memerlukan ketersediaan benih secara
berkesinambungan, sebab peremajaan tanaman selalu diperlukan untuk mendapatkan
produksi yang baik. Selain untuk kepentingan komersial, penanganan benih juga
penting untuk pengelolaan plasma nutfah yang selama ini lebih banyak dikelola
secara in situ karena daya simpan benihnya yang relatif singkat. Upaya
memperpanjang daya simpan benih merupakan salah satu permasalahan yang
perlu dipecahkan (Sari et al, 2015).
Ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih lainnya. Metode ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh karakteristik
dari buah. Proses ekstraksi benih dapat berupa kegiatan-kegiatan pelunakan dan pelepasan
daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap,
dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang mempunyai
viabilitas maksimum. Metode ekstraksi benih akan sangat mempengaruhi mutu benih yang
dihasilkan ( Savira et al, 2019).
Ekstraksi benih merupakan suatu tindakan untuk memisahkan biji calon benih dari
buah sehingga diperoleh benih dalam keadaan yang bersih (Kolo dan Tefa, 2016). Benih
yang dihasilkan dari penerapan teknik ekstraksi tidak semua langsung dipakai/ditanam,
sering sebagian atau seluruh benih mengalami proses penyimpanan baik jangka pendek
maupun jangka panjang (Surahman et al, 2013). Daya kecambah benih selama
penyimpanan sangat dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu, dan kelembaban nisbi
ruangan, dan viabilitas awal benih sebelum disimpan. Kadar air benih sangat dominan
peranannya terhadap daya kecambah benih selama penyimpanan (Raganatha et al, 2014).
Benih yang tidak kering sempurna akan menyebabkan mudah terserang penyakit
seperti jamur dan aktivitas perkecambahan dapat terjadi pada waktu yang kurang tepat.
Sebaliknya, benih yang terlalu kering akan berdampak pada penurunan kualitas benih, atau
benih mengalami dormansi (Kartina, et al., 2020).
Pengeringan yang umum dilakukan masyarakat adalah pengeringan alami
yaitu menggunakan sinar matahari, pengeringan menggunakan oven dengan suhu
tertentu dan pengeringan menggunakan kipas angin. Pengeringan benih dilakukan setelah
kegiatan ekstraksi dengan tujuan untuk mengurangi kandungan air di dalam benih
sebelum dikecambahkan atau disimpan (Surahman, 2015).
Terjadinya induksi dormansi dan pemecahannya perlu dipelajari agar benih
dapat disimpan dengan aman pada kadar air rendah, untuk menekan laju metabolisme
dan meningkatkan daya simpan benih (Herrianto, 2016).
1.2 Tujuan
Acara ekstraksi benih bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa
dalam mengekstraksi benih.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain :
2.1.1 Alat
- Pisau - Kertas Koran
- Mangkok - Kantong Nilon
- Nampan
2.1.2 Bahan
- Buah tomat, - Kacang Hijau
- Pepaya - Air
3.2 Pembahasan
Benih merupakan salah satu penentu keberhasilan agribisnis dibidang
hortikultura. Oleh karena itu, penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat
menentukan keberhasilan produksi. Agar dapat mencapai keberhasilan agribisnis
hortikultura tersebut, maka industri pembenihan dalam negeri dituntut untuk mampu
memenuhi semua segmen pengguna benih dengan menciptakan varietas dan memproduksi
benih yang sesuai kebutuhan pangan (konsumen) dan menerapkan prinsiptujuh tepat yaitu
tepat jenis, varietas, nutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga.
Pada saat praktikum, bahan yang praktikan gunakan adalah buah pepaya dan
tomat. Selanjutnya kami menimbang buah tersebut untuk memperoleh variabel berat buah
(g), buah ditimbang dengan menggunakan neraca digital.
Setelah memperoleh berat benih, selanjutnya buah dipotong untk memudahkan
dalam pengambilah benih. Tomat dan pepaya benih diambil dengan menggunakan sendok
atau pisau. Setelah masing-masing biji dikeluarkan, selanjutnya dihitung dan ditimbang.
Pemisahan atau pengambilan komponen dari bahan sumbernya dapat dilakukan
dengan cara di remas dengan tangan dan bantuan plastik nilon yang merupakan ekstraksi
benih menggunakan metode manual. Pada praktikum ekstraksi benih kali ini bahan yang
digunakan yaitu tomat dan pepaya. Dalam mengekstraksi benih ini dilakukan pemberian
air secara berkala guna memisahkan benih dengan lendir. Pada praktikum kali ini dapat
dinyatakan bahwa dari buah yang diamati, benih yang memiliki lendir yang paling banyak
adalah tomat kemudian pepaya.
Setelah biji berhasil dipisahkan dengan daging dan lendir, selanjutnya dilakukan
penghitungan dan pengukuran variabel yang diamati yaitu berat buah, berat benih segar
(g), berat benih kering (g), jumlah benih, dan jumlah benih per buah. Berdasarkan hasil
yang diperoleh, maka dapat dinyatakan bahwa setiap benih memiliki bentuk, tekstur serta
berat yang bervariasi. Untuk berat buah paling berat yaitu pepaya dengan berat 750 gram
dan berat tomat paling berat di antara 3 tomat yakni tomat no 3 dengan berat 74,54 gram.
Benih basah yang paling berat yakni pepaya bagian tengah kemudian tomat no 3 dengan
berat benih berturut-turut 12,91 gram dan 1,34 gram. Untuk jumlah benih yang paling
banyak taitu pepaya dengan jumlah benih 291 benih, kemudian pada 3 buah tomat dengan
jumlah benih 278 benih. Hal ini terjadi karena tedapat keterkaitan antara berat benih dan
jumlah benih. Berat benih yang besar terjadi karena ukuran benihnya besar dan jumlah
benihnya banyak. Begitu juga dengan berat benih kering yang diperoleh yaitu buah pepaya
dengan berat total 8,42 g dan berat total pada 3 buah tomat yaitu 1,42 g.
Hasil penelitian Yuniarti et al (2013), menunjukkan bahwa metoda ekstraksi dan
ukuran benih yang terbaik untuk benih hasil pemuliaan dan yang belum dimuliakan, yaitu
: (1) Ekstraksi benih dengan cara pengeringan seed drier selama 4 jam atau dengan cara
penjemuran sinar matahari selama 3 hari dan (2) Benih yang berukuran besar dan paling
berat memiliki viabilitas lebih baik dibandingkan dengan benih berukuran sedang, kecil
dan ringan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa benih hasil pemuliaan dapat
menghasilkan mutu fisik fisiologis yang lebih baik dibandingkan dengan yang belum
dimuliakan.
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan benih
untukmempertahankan viabilitasnya. Semakin rendah kadar air, maka benih tersebut makin
lamadapat mempertahankan viabilitasnya. Rendahnya viabilitas benih (daya berkecambah
dalamlingkungan yang optimal) dapat disebabkan karena kadar airnya yang terlalu tinggi
sehinggadapat terjadi serangan cendawan. Disamping itu, hal ini dapat menyebabkan
aktivitasfisiologis benih meningkat, sehingga dapat mempercepat kemunduran mutu benih
(Hamzah,2012).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil data yang di peroleh dari kegiatan praktikum ekstraksi benih yang di
lakukan dapat di simpulkan bahwa benih merupakan faktor kunci dalam keberhasilan
agribisnis hortikultura, dan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat penting
untuk produksi yang sukses. Industri pembenihan dalam negeri perlu menciptakan varietas
yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan menerapkan prinsip tujuh tepat. Praktikum
yang dijelaskan fokus pada ekstraksi benih tomat dan pepaya, di mana metodenya
melibatkan penimbangan, pemotongan, dan ekstraksi manual menggunakan air untuk
memisahkan benih dari lendir. Hasil praktikum menunjukkan variasi dalam bentuk, tekstur,
dan berat benih, dengan pepaya memiliki berat buah dan jumlah benih yang lebih tinggi
dibandingkan tomat. Keterkaitan antara berat benih dan jumlah benih juga diakui, di mana
benih dengan berat besar cenderung memiliki jumlah benih yang lebih banyak.
4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini dan kedepannya agar alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum lebih dioptimalkan lagi. Serta praktikan memahami dan
membaca penuntun dengan sungguh sungguh sebelum praktikum di mulai.
DAFTAR PUSTAKA