Oleh:
GOLONGAN C
Dosen pengampu:
Ir. M. Bintoro M. P.
Teknisi:
Saiful Mukhlis
1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara mengektrasi benih
2. Melakukan ekstrasi benih baik secara kering maupun basah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih lainnya (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Menurut Hamzah
(1984), ekstraksi benih merupakan proses memisahkan benih dari anggota reproduksi
yang lain. Metoda ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh karakteristik dari
masing-masing buah. Proses ekstraksi dapat berupa kegiatan- kegiatan pelunakan
daging buah dan pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan,
perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah
menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas maksimum.
Benih dapat diekstraksi dari kotoran dengan cara ekstraksi basah atau kering.
Selama proses ekstraksi kering, kotoran dikeringkan dan dipisah pisah dengan
memukul perlahan-lahan dalam mortar atau semacamnya, kemudian dibersihkan
menggunakan silinder berputar dan penyaringan. Selama ekstraksi basah, kotoran
direndam dan dicuci dalam air. Benih yang mengumpul di bagian bawah wadah
kemudian dipisahkan dengan menyaringnya di bawah aliran air. Ekstraksi basah.
menghasilkan benih terbersih. Permasalahan pengumpulan benih dari kotoran adalah
bahwa kotoran seringkali berisi campuran benih dari berbagai jenis yang akan
mempersulit pemisahannya.
Kelebihan dari ekstraksi kering adalah karena penggunaan benih kering yang
telah dijemur sehingga mengurangi kadar air pada benih dapat mendukung viabilitas
benih tersebut untuk proses perkecambahan pada penanaman benih tersebut. Namun
kelemahan dari proses ini pada lamanya proses penjemuran benih hingga benih
tersebut memenuhi syarat untuk ditanam. Kelebihan dari ekstraksi basah ini yaitu
penggunaan benih dapat langsung ditanam tanpa harus. menunggu waktu penjemuran
yang lama. Kelemahan dari ekstraksi basah ini karena penggunaan benih yang masih
basah sehingga kadar air yang dikandung benih tersebuh terlalu tinggi yang justru
dapat menghambat proses perkecambahan pada benih tersebut (Hazanah, 2002).
1. Buah kering
Beberapa jenis buah akan terbuka dengan sendirinya apabila dikeringkan
khususnya apabila buah tersebut dipetik pada saat yang tepat, bukan sebelum
waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu cepat. Beberapa benih dapat
diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok, sedangkan lainnya memerlukan
bantuan mesin. Proses seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada benih apabila
tidak dilakukan dengan teliti.
2. Buah Berdaging
Pada buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya
dapat dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang termasuk
dalam tipe ini adalah tanaman cabai, oyong, okra dan paria.
3. Buah Berdaging dan Berair
Buah tipe ini, disamping berdaging juga berair misalnya ketimun, sehingga
pada saat benih masak fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih
masih sangat tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada runag-
ruang tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Dengan
demikian, sebelum benih dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih
dahulu menggunakan zat kimia yaitu dengan difermentasikan terlebih dahulu,
kemudian benih dicuci dengan air hingga bersih dan bebas dari lendir.
Pada praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Februari 2024 pukul
09.00-11.00 WIB. Di laboratorium Pengolahan Benih, jurusan Produksi Pertanian
Politeknik Negeri Jember.
3.2.1 Alat
Pisau
Timbangan Analitik
Saringan
Kantong Plastik
Kertas Merang
Gelas Ukur
Saringan
3.2.2 Bahan
1.1. Hasil
Tabel 1
Pengamatan Viabilitas/golongan
First Count Final Count
Golonga
Komoditi Viabilitas
n
Ulangan KN KABN BSTT BK BM KN KABN BSTT BK BM (%)
1 0 0 0 0 0 2 0 90 0 8 2
2 0 0 0 0 0 2 1 87 0 10 2
A Cabai
3 0 0 0 0 0 2 1 85 0 12 2
4 0 0 0 0 0 2 1 93 0 4 2
Rata-rata 2
Pengamatan Viabilitas/golongan
First Count Final Count
Golonga
Komoditi Viabilitas
n
Ulangan KN KABN BSTT BK BM KN KABN BSTT BK BM (%)
1 0 0 0 0 4 1 2 93 0 0 1
2 0 0 0 0 2 0 2 96 0 0 0
B Cabai
3 0 0 0 0 6 1 1 92 0 0 1
4 0 0 0 0 4 0 0 96 0 0 0
Rata-rata 0,67
Pengamatan Viabilitas/golongan
First Count Final Count
Golonga
Komoditi Viabilitas
n
Ulangan KN KABN BSTT BK BM KN KABN BSTT BK BM (%)
1 0 0 0 0 0 1 1 98 0 0 1
2 0 0 0 0 0 0 2 98 0 0 0
C Cabai
3 0 0 0 0 0 0 1 99 0 0 0
4 0 0 0 0 0 2 3 95 0 0 2
Rata-Rata 0,75
Tabel 2
Randemen
Komoditi Ulangan Berat awal Berat Akhir Presentase (%)
1 3550 gr 192,79 gr 5,43%
Cabai 2 2800 gr 192,44 gr 0,07%
3 3000 gr 191,24 gr 6,37%
Rata-rata
Tabel 3
Pengamatan viabilitas/kelas
Komoditi Ulangan Viabilitas Rata-rata
1 2
Cabai 2 0,67 1,14
3 0,75
1.2. Pembahasan
Ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih lainnya. Menurut Hamzah (1984), ekstraksi benih merupakan
proses memisahkan benih dari anggota reproduksi yang lain. Metoda ekstraksi benih
dari buah ditentukan oleh karakteristik dari masing-masing buah. Proses ekstraksi
dapat berupa kegiatan- kegiatan pelunakan daging buah dan pelepasan daging buah,
pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap, dan
pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang
mempunyai viabilitas maksimum.
Dari data diatas, menunjukkan pada pengamatan first count cabai pada 7 hst
pada semua ulangan menunjukkan tidak ada pertumbuhan sama sekali. Tetapi pada
pengamatan final count pada 14 hst menunjukkan adanya pertumbuhan tetapi sangat
rendah. Pada ulangan pertama menunjukkan persentase viabilitas tertinggi dari
semua ualangan lainnya yaitu 2,0%, sedangkan persentase viabilitas terendah terjadi
pada ulanagan ke dua sebesar 0,67% hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
faktor benih itu sendiri atau pada saat proses mengecambahkan benih yang kurang
tepat. Rata-rata viabilitas benih cabai dari semua ulangan sebesar 1,14% angka
tersebut masih sangat rendah dari target yang diinginkan sehingga benih tersebut
tidak layak untuk di edarkan karena memiliki uji vigor yang rendah. Hal ini
kemungkinan disebabakan oleh kesalahan prosedur penanaman yang seharusnya
benih cabai ditanam pada media yang kecil seperti Petridis dan membutuhkan
penyinaran yang optimal dan juga kelembababan yang sesuai, tetapi pada penanaman
kali ini benih cabai ditanam pada media yang besar dan juga sedikit terkena cahaya
sehingga menghambat proses pekecambahan, sehingga menghasilkan presentase
viabilitas yang rendah.
Rendemen adalah persentase berat produk yang dihasilkan dari berat bahan
mentah yang digunakan. Dari data tersebut menunjukkan rendemen tertinggi pada
ulangan ke tiga sebesar 6,37% dan rendemen terendah pada ulangan ke dua sebesar
0,068 %. Hal tersebut dapat disebabakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
faktor penjemuran, karena semakin rendah berat akhir akan mempengaruhi
rendemen. Hal tersebut dapat terlihat pada ulangan 3 yang menunjukkan berat akhir
yang paling rendah sehingga mempengaruhi hasil rendemen pula. Ada juga faktor
kodisi buah itu sendiri kualitas buah juga dapat mempengarihi hasil rendemen.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ekstraksi benih adalah proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau
bahan pembungkus benih lainnya. Ekstraksi benih merupakan kegiatan pelunakan
daging buah dan pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan,
perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah
menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas maksimum.
Ketepatan pemilihan media tanam juga merupakan salah satu hal yang
penting karena setiap komoditi memiliki kemampuan untuk berkecambah yang
berbeda-beda, sehingga dengan pemilihan media tanam yang tepat dapat
menghasilkan tanaman yang maksimal. Dari pertumbuhan tanaman yang maksimal
dapat menghasilkan panen yang maksimal pula oleh karena itu pemilihan media
merupakan salah satu hal yang tidak boleh di sepelekan.
Benih dapat diekstraksi dari kotoran dengan ekstraksi basah atau kering.
Selama proses ekstraksi basah, kotoran dikeringkan dan dipisah pisah dengan
memukul perlahan-lahan dalam mortar atau semacamnya, kemudian dibersihkan
menggunakan silinder berputar dan penyaringan. Selama ekstraksi basah, kotoran
direndam dan dicuci dalam air. Kelebihan dari ekstraksi basah ini yang dapat
langsung ditanam tanpa harus menunggu waktu penjemuran yang lama
Buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya dapat
dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Buah berdaging juga berair
misalnya, sehingga pada saat benih masak fisiologis maupun masak morfologis
masih sangat tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada runag-
ruang tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor.
5.2 Saran
Disarankan pada prktikum kali ini agar mahasiswa mematuhi SOP yang ada
agar kegiatan praktikum beljalan dengan lancar. Diharapkan mahasiswa mampu
berkeja sama dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, F., Przybylski, R., & Rudzinska, M. 2013. Lipid fractionation of berry seed
oils of sea buckthorn (hippophae rhamnoides l.) by column chromatography.
LWT-Food Science and Technology. 53(1):156–162.
Ribeiro, M., Fernandes, I., Faria, A., Calhau, C., & Pintado, M. 2019. The role of
berry bioactive compounds on human health: a review. Journal of Berry
Research. 9(2):193–203.
Anwar, F., Przybylski, R., & Rudzinska, M. 2013. Lipid fractionation of berry seed
oils of sea buckthorn (hippophae rhamnoides l.) by column chromatography.
LWT-Food Science and Technology. 53(1):156–162.
Ribeiro, M., Fernandes, I., Faria, A., Calhau, C., & Pintado, M. 2019. The role of
berry bioactive compounds on human health: a review. Journal of Berry
Research. 9(2):193–203.
LAMPIRAN
U1 U2
U3 U4