Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH TEKNIK PENGOLAHAN BENIH


“EKSTRAKSI BENIH CABAI”

Oleh:
GOLONGAN C

Dosen pengampu:
Ir. M. Bintoro M. P.

Teknisi:
Saiful Mukhlis

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2024
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam bidang pertanian.
Oleh karena itu petani memerlukan benih dengan kualitas yang baik dan bermutu
tinggi agar produksi pertanian semakin meningkat. Dalam upaya meningkatkan hasil
produksi pertanian, para produsen benih dituntut untuk menghasilkan benih dengan
kualitas yang baik dan bermutu tinggi. Usaha yang dilakukan untuk menghasilkan
benih bermutu harus tepat agar benih tidak mengalami kerusakan.
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik
dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk
mengeluarkan biji dari buah/polongnya. Pemisahan biji dari daging buah, kulit benih,
polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut
dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan (Kamil, 2002).
Ekstraksi benih diperlukan karena umumnya proses panen benih tidak dilakukan
secara langsung. Ekstraksi benih dibagi menjadi Ekstraksi (pemisahan buah dengan
biji pada buah yang berbentuk polong atau buah. Dengan daging buah yang kering)
dan Ekstraksi basah (pemisahan buah dengan biji pada buah dengan daging buah
yang basah).
Dalam ekstraksi benih diperlukan perlakuan yang tepat pada benih agar dapat
menghasilkan benih dengan kualitas yang baik dan bermutu tinggi. Kegiatan
praktikum ekstraksi benih dilakukan untuk mendapatkan hasil perlakuan yang baik
terhadap benih dengan menggunakan dalam beberapa perlakuan.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara mengektrasi benih
2. Melakukan ekstrasi benih baik secara kering maupun basah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih lainnya (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Menurut Hamzah
(1984), ekstraksi benih merupakan proses memisahkan benih dari anggota reproduksi
yang lain. Metoda ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh karakteristik dari
masing-masing buah. Proses ekstraksi dapat berupa kegiatan- kegiatan pelunakan
daging buah dan pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan,
perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah
menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas maksimum.
Benih dapat diekstraksi dari kotoran dengan cara ekstraksi basah atau kering.
Selama proses ekstraksi kering, kotoran dikeringkan dan dipisah pisah dengan
memukul perlahan-lahan dalam mortar atau semacamnya, kemudian dibersihkan
menggunakan silinder berputar dan penyaringan. Selama ekstraksi basah, kotoran
direndam dan dicuci dalam air. Benih yang mengumpul di bagian bawah wadah
kemudian dipisahkan dengan menyaringnya di bawah aliran air. Ekstraksi basah.
menghasilkan benih terbersih. Permasalahan pengumpulan benih dari kotoran adalah
bahwa kotoran seringkali berisi campuran benih dari berbagai jenis yang akan
mempersulit pemisahannya.
Kelebihan dari ekstraksi kering adalah karena penggunaan benih kering yang
telah dijemur sehingga mengurangi kadar air pada benih dapat mendukung viabilitas
benih tersebut untuk proses perkecambahan pada penanaman benih tersebut. Namun
kelemahan dari proses ini pada lamanya proses penjemuran benih hingga benih
tersebut memenuhi syarat untuk ditanam. Kelebihan dari ekstraksi basah ini yaitu
penggunaan benih dapat langsung ditanam tanpa harus. menunggu waktu penjemuran
yang lama. Kelemahan dari ekstraksi basah ini karena penggunaan benih yang masih
basah sehingga kadar air yang dikandung benih tersebuh terlalu tinggi yang justru
dapat menghambat proses perkecambahan pada benih tersebut (Hazanah, 2002).
1. Buah kering
Beberapa jenis buah akan terbuka dengan sendirinya apabila dikeringkan
khususnya apabila buah tersebut dipetik pada saat yang tepat, bukan sebelum
waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu cepat. Beberapa benih dapat
diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok, sedangkan lainnya memerlukan
bantuan mesin. Proses seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada benih apabila
tidak dilakukan dengan teliti.
2. Buah Berdaging
Pada buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya
dapat dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang termasuk
dalam tipe ini adalah tanaman cabai, oyong, okra dan paria.
3. Buah Berdaging dan Berair
Buah tipe ini, disamping berdaging juga berair misalnya ketimun, sehingga
pada saat benih masak fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih
masih sangat tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada runag-
ruang tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Dengan
demikian, sebelum benih dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih
dahulu menggunakan zat kimia yaitu dengan difermentasikan terlebih dahulu,
kemudian benih dicuci dengan air hingga bersih dan bebas dari lendir.

2.1 Metode Ekstraksi


Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair
seperti seperti buah mentimun, buah melon, buah tomat, dsb. Pada jenis tanaman
tersebut memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap
dikeringkan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam ekstraksi basah, antara
lain:
1.) Kimiawi
Menggunakan zat kimia misalnya HCL 35%, dengan dosis 5 liter HCL 35%
dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan HCL digunakan untuk merendam
pulp. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, massa pulp akan mengambang
dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam didasar wadah.
Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya bersifat netral
(dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus) (Kuswanto, 2003).
Menurut Pitojo (2005) Pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilaukan
dengan menggunakan sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut
jarang digunakan oleh perusahaan benih, pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat
dilakukan secara cepat degan menggunakan HCL 1 N sebanyak 7-8 ml/1 larutan,
dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan
bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya kecambah.
Kemudian menurut Murniati (1996) memanfaatkan kapur tohor sebagai
bahan untuk ekstraksi basah menunjukkan bahwa pada konsentrasi kapur tohor 20 g/l
dengan lama perendaman 30 menit memberikan potensi tumbuh terbaik (96%) untuk
benih manggis. Manggis dan ketimun termasuk kedalam tipe buah berdagung dan
berair sehingga diharapkan kapur tohor juga dapat dipalikasikan dalam ekstraksi
benih ketimun. Adapun keuntungan dari penggunaan kapur tohor adalah prosesnya
berjalan cepat, harganya murah 2000/kg dapat mencegah terjadinya pembusukan
yang dapat mempengaruhi kualitas benih terutama viabilitasnya dan tidak
menyebabkan perubahan warna.
2.) Fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam
wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan
selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih
wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam. stainless steel,
kayu ataupun plastic. Larma fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu
selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 24 C-27" C maka
diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperature 15 C-22°C,
dbutuhkan waktu 3-6 hari., tergantung pada jenis benih yang difermentasikan.
Selama fermentasi bubur (pulp) perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa
pulp dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih
akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa
pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih
dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan
permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering
anginkan pada suhu 31° C hingga diperoch kadar air tertentu sesuai dengan peraturan
yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Februari 2024 pukul
09.00-11.00 WIB. Di laboratorium Pengolahan Benih, jurusan Produksi Pertanian
Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

 Pisau
 Timbangan Analitik
 Saringan
 Kantong Plastik
 Kertas Merang
 Gelas Ukur
 Saringan

3.2.2 Bahan

 Buah kering: Cabai 3 kg


 Air

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Ekstrasi Kering

1. Pisahkan batang cabai dari buahnya


2. Masukkan cabai ke dalam blender dan beri air secukupnya
3. Tiriskan ke dalam bak yang berisi air dan diamkan beberapa menit
4. Memisahkan biji dari buah.
5. Mencuci biji yang telah dipisahkan.
6. Mengeringkan biji hingga mencapai kadar air 10%.
7. Menghitung rendemen dengan rumus :
Ber a t Ak hir
X 100 %
Berat Awal
3.3.2 Uji Daya Berkecambah

1. Menyiapan plastik dan kertas merang.


2. Merendam kertas merang dengan air, lalu diletakkan diatas plastik.
3. Meletakkan biji secara zig-zag diatas kertas merang, lalu gulung kertas
merang.
4. Melakukan pengamatan pada first count dan final count dengan parameter:
a. Kecambah normal (KN)
b. Kecambah abnormal (KABN)
c. Benih segar tak tumbuh (BSTT)
d. Benih keras (BK)
e. Benih mati (BM)
5. Menghitung presentase daya berkecambah dengan rumus :
KN first count+ KN final count
X 100 %
Beni h yang dikecamba h kan
BAB 4. PEMBAHASAN

1.1. Hasil
Tabel 1
Pengamatan Viabilitas/golongan
First Count Final Count
Golonga
Komoditi Viabilitas
n
Ulangan KN KABN BSTT BK BM KN KABN BSTT BK BM (%)
1 0 0 0 0 0 2 0 90 0 8 2
2 0 0 0 0 0 2 1 87 0 10 2
A Cabai
3 0 0 0 0 0 2 1 85 0 12 2
4 0 0 0 0 0 2 1 93 0 4 2
Rata-rata 2

Pengamatan Viabilitas/golongan
First Count Final Count
Golonga
Komoditi Viabilitas
n
Ulangan KN KABN BSTT BK BM KN KABN BSTT BK BM (%)
1 0 0 0 0 4 1 2 93 0 0 1
2 0 0 0 0 2 0 2 96 0 0 0
B Cabai
3 0 0 0 0 6 1 1 92 0 0 1
4 0 0 0 0 4 0 0 96 0 0 0
Rata-rata 0,67

Pengamatan Viabilitas/golongan
First Count Final Count
Golonga
Komoditi Viabilitas
n
Ulangan KN KABN BSTT BK BM KN KABN BSTT BK BM (%)
1 0 0 0 0 0 1 1 98 0 0 1
2 0 0 0 0 0 0 2 98 0 0 0
C Cabai
3 0 0 0 0 0 0 1 99 0 0 0
4 0 0 0 0 0 2 3 95 0 0 2
Rata-Rata 0,75

Tabel 2
Randemen
Komoditi Ulangan Berat awal Berat Akhir Presentase (%)
1 3550 gr 192,79 gr 5,43%
Cabai 2 2800 gr 192,44 gr 0,07%
3 3000 gr 191,24 gr 6,37%
Rata-rata

Tabel 3
Pengamatan viabilitas/kelas
Komoditi Ulangan Viabilitas Rata-rata
1 2
Cabai 2 0,67 1,14
3 0,75

1.2. Pembahasan
Ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih lainnya. Menurut Hamzah (1984), ekstraksi benih merupakan
proses memisahkan benih dari anggota reproduksi yang lain. Metoda ekstraksi benih
dari buah ditentukan oleh karakteristik dari masing-masing buah. Proses ekstraksi
dapat berupa kegiatan- kegiatan pelunakan daging buah dan pelepasan daging buah,
pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap, dan
pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang
mempunyai viabilitas maksimum.

Dari data diatas, menunjukkan pada pengamatan first count cabai pada 7 hst
pada semua ulangan menunjukkan tidak ada pertumbuhan sama sekali. Tetapi pada
pengamatan final count pada 14 hst menunjukkan adanya pertumbuhan tetapi sangat
rendah. Pada ulangan pertama menunjukkan persentase viabilitas tertinggi dari
semua ualangan lainnya yaitu 2,0%, sedangkan persentase viabilitas terendah terjadi
pada ulanagan ke dua sebesar 0,67% hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
faktor benih itu sendiri atau pada saat proses mengecambahkan benih yang kurang
tepat. Rata-rata viabilitas benih cabai dari semua ulangan sebesar 1,14% angka
tersebut masih sangat rendah dari target yang diinginkan sehingga benih tersebut
tidak layak untuk di edarkan karena memiliki uji vigor yang rendah. Hal ini
kemungkinan disebabakan oleh kesalahan prosedur penanaman yang seharusnya
benih cabai ditanam pada media yang kecil seperti Petridis dan membutuhkan
penyinaran yang optimal dan juga kelembababan yang sesuai, tetapi pada penanaman
kali ini benih cabai ditanam pada media yang besar dan juga sedikit terkena cahaya
sehingga menghambat proses pekecambahan, sehingga menghasilkan presentase
viabilitas yang rendah.

Rendemen adalah persentase berat produk yang dihasilkan dari berat bahan
mentah yang digunakan. Dari data tersebut menunjukkan rendemen tertinggi pada
ulangan ke tiga sebesar 6,37% dan rendemen terendah pada ulangan ke dua sebesar
0,068 %. Hal tersebut dapat disebabakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
faktor penjemuran, karena semakin rendah berat akhir akan mempengaruhi
rendemen. Hal tersebut dapat terlihat pada ulangan 3 yang menunjukkan berat akhir
yang paling rendah sehingga mempengaruhi hasil rendemen pula. Ada juga faktor
kodisi buah itu sendiri kualitas buah juga dapat mempengarihi hasil rendemen.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang


mempengaruhi rendemen, kita dapat meningkatkan efisiensi dalam pengolahan
produk-produk pertanian ini. Pengurangan berat yang terjadi saat pengukuran berat
rendemen pada setiap perlakuan dan setiap varietas dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Salah satunya adalah adanya kelebihan air dalam sampel yang diukur. Ketika
sampel panen baru dipetik, masih mungkin ada sejumlah besar air yang terperangkap
di dalamnya. Selain itu, proses penanganan dan persiapan sampel juga dapat
mempengaruhi berat akhir yang tercatat. Misalnya, ketika sampel diolah atau
dipisahkan dari bagian-bagian lainnya seperti batang atau daun, beberapa bagian ini
bisa saja terbuang, menyebabkan penurunan berat total sampel. Selain itu, kerugian
berat juga bisa terjadi karena

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Ekstraksi benih adalah proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau
bahan pembungkus benih lainnya. Ekstraksi benih merupakan kegiatan pelunakan
daging buah dan pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan,
perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah
menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas maksimum.
Ketepatan pemilihan media tanam juga merupakan salah satu hal yang
penting karena setiap komoditi memiliki kemampuan untuk berkecambah yang
berbeda-beda, sehingga dengan pemilihan media tanam yang tepat dapat
menghasilkan tanaman yang maksimal. Dari pertumbuhan tanaman yang maksimal
dapat menghasilkan panen yang maksimal pula oleh karena itu pemilihan media
merupakan salah satu hal yang tidak boleh di sepelekan.
Benih dapat diekstraksi dari kotoran dengan ekstraksi basah atau kering.
Selama proses ekstraksi basah, kotoran dikeringkan dan dipisah pisah dengan
memukul perlahan-lahan dalam mortar atau semacamnya, kemudian dibersihkan
menggunakan silinder berputar dan penyaringan. Selama ekstraksi basah, kotoran
direndam dan dicuci dalam air. Kelebihan dari ekstraksi basah ini yang dapat
langsung ditanam tanpa harus menunggu waktu penjemuran yang lama
Buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya dapat
dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Buah berdaging juga berair
misalnya, sehingga pada saat benih masak fisiologis maupun masak morfologis
masih sangat tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada runag-
ruang tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor.

5.2 Saran
Disarankan pada prktikum kali ini agar mahasiswa mematuhi SOP yang ada
agar kegiatan praktikum beljalan dengan lancar. Diharapkan mahasiswa mampu
berkeja sama dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, F., Przybylski, R., & Rudzinska, M. 2013. Lipid fractionation of berry seed
oils of sea buckthorn (hippophae rhamnoides l.) by column chromatography.
LWT-Food Science and Technology. 53(1):156–162.
Ribeiro, M., Fernandes, I., Faria, A., Calhau, C., & Pintado, M. 2019. The role of
berry bioactive compounds on human health: a review. Journal of Berry
Research. 9(2):193–203.
Anwar, F., Przybylski, R., & Rudzinska, M. 2013. Lipid fractionation of berry seed
oils of sea buckthorn (hippophae rhamnoides l.) by column chromatography.
LWT-Food Science and Technology. 53(1):156–162.
Ribeiro, M., Fernandes, I., Faria, A., Calhau, C., & Pintado, M. 2019. The role of
berry bioactive compounds on human health: a review. Journal of Berry
Research. 9(2):193–203.
LAMPIRAN

U1 U2

U3 U4

Anda mungkin juga menyukai