Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam “seed processing” terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan agar
diperoleh benih yang bersih. Murni, dan memiliki kualitas yang baik. Beberapa tahapan
dalam “seed processing” tersebut antara lain ekstraksi. Dimana diperlukan untuk tujuan
memisahkan benih dari bagian lain yang tidak dibutuhkan. Terdapat 2 macam tipe buah
yang ada di alam, mulai dari buah yang basah (banyak mengandung air) dan buah yang
kering (sedikit kandungan air). Dengan perbedaan tersebut terdapat proses ekstraksi
yang berbeda pula.
Dengan adanya perbedaan tersebut maka dalam praktikum akan dibahas lebih
lanjut bagaimana melakukan ekstraksi benih berdasarkan perbedaan kandungan air pada
buah, sehingga praktikan dapat lebih memahami tujuan praktikum ini.
a) Ekstraksi
Proses ekstraksi benih merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan
benih dari buah atau bagian lain yang tidak dibutuhkan. Dikenal dua macam ekstraksi
benih yaitu:
1. Ekstraksi kering yaitu ekstraksi yang dilakukan pada biji yang memiliki daging
buah yang basah. Contoh: mentimun, melon, dll
2. Ekstraksi basah, ekstraksi yang dilakukan pada biji yang memiliki daging buah
yang kering (kadar air rendah), contoh: cabai
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi:
a. Aliran udara
b. Kondisi benih yang akan dikeringkan
c. Temperatur
b) Pengeringan
Pengeringan benih bertujuan untuk menurunkan kadar air benih samapai pada
tingkat yang sesuai agar memiliki daya simpan yang lebih lama. tingkat kadar air untuk
tiap jenis berbeda-beda. Setiap penurunan 1% kadar air benih dapat meningkatkan masa
simpan benih 2 kali lipat tanpa berpengaruh nyata terhadap daya kecambah.
1. Tujuan Pengeringan Benih
a. Menghindarkan benih dari serangan penyakit selama penyimpanan.
b. Menghindarkan benih dari kerusakan mekanis (terutama saat kadar air masih
tinggi).
c. Mencegah terjadinya penggumpalan selama penyimpanan.

1
2

2. Metode Pengeringan
a. Secara alami: dijemur matahari, dikeringanginkan
b. Secara buatan: oven pengering
c) Benih dikelompokkan dalam benih ortodoks dan benih rekalsitran
1. Benih ortodoks adalah benih yang relatif toleran terhadap pengeringan benih.
Dapat disimpan lama pada kadar air rendah (4 - 8%) dengan temperatur rendah
(4 - 18° C) dan RH 40 - 50 %. Contoh: jarak, jambu, asam.
2. Benih rekalsitran adalah benih yang peka terhadap pengeringan. Tidak dapat
disimpan lama (1 - 4 minggu) pada kadar air 20 - 50% dan kondisi temperatur dan
kelembaban yang sedang (18 - 20° C; RH 50 - 60%). Contoh: kelapa, kemiri, kapuk
B. Tujuan
Acara praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat :
1. Mengetahui metode ekstraksi benih
2. Melakukan ekstraksi benih
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini merupakan beberapa definisi Ekstraksi: Menurut Kuswanto (2003)
ekstraksi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah.
Sedangkan menurut Kamil (1982) ekstraksi merupakan pemisahan biji dari daging
buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar
benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan.
Kemudian Menurut Nurhayati (1997) ekstraksi merupakan proses pengeluaran benih
dari buah, polong, kerucut, kapsul atau bahan pembungkus benih lainnya.
Kuswanto (2003) menyatakan bahwa berdasarkan proses ekstraksi ini buah
dan polong dapat digolongkan menurut cara mengekstraksinya, antara lain:
 ·Cone dan polong
Buah polong dikeringkan sampai pada tingkat kadar air tertentu dimana buah
polong tersebut mulai terbuka. Setelah terbuka bijinya diambil dengan menggunakan
tangan atau mesin khusus. Kerusakan mesin dapat dengan mudah menimbulkan
kerusakan pada benih apabila terjadi terlalu banyak benturan dan getaran. Setiap famili
pohon (families) dapat berbeda dalam hal kadar air cone dan ketebalan dan struktur
lapisan benih, dan ekstraksi standar dapat juga mempengaruhi famili pohon (families)
tersebut secara berbeda.
 Buah kering
Beberapa jenis buah akan terbuka dengan sendirinya apabila dikeringkan
khususnya apabila buah tersebut dipetik pada saat yang tepat, bukan sebelum
waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu cepat. Beberapa benih dapat
diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok, sedangkan lainnya memerlukan bantuan
mesin. Proses seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada benih apabila tidak
dilakukan dengan teliti.
 Buah Berdaging
Pada buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya
dapat dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang termasuk dalam
tipe ini adalah tanaman cabai, oyong, okra dan paria.
 Buah Berdaging dan Berair
Buah tipe ini, disamping berdaging juga berair misalnya ketimun, sehingga
pada saat benih masak fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih masih
sangat tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada runag-ruang
tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Dengan
demikian, sebelum benih dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih dahulu

3
4

menggunakan zat kimia yaitu dengan difermentasikan terlebih dahulu, kemudian benih
dicuci dengan air hingga bersih dan bebas dari lendir.
METODE EKSTRAKSI
1. Metode ekstraksi basah
Ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah
yang basah seperti buah mentimun, buah melon, buah tomat, dsb.
· Fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam
wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan
selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih
wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel,
kayu ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama
fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 240 C-270 C maka
diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperature 150 C-220C,
dbutuhkan waktu 3-6 hari., tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Selama
fermentasi bubur (pulp) perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa pulp dan
mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan
tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp
perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci
dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan
permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan
pada suhu 310 C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang
aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).
 Mekanis
Pada usaha skala besar, pemisahan benih dari daging buahnya akan kurang
efisien jika menggunakan tenaga manual. Proses pembijian dilakukan dengan
menggunakan mesin (seed extraction) yang dirancang untuk memisahkan dan
membersihkan benih dari pulp yang mengandung inhibitor (Kamil, J, 1982).
 Kimiawi
Menggunakan zat kimia misalnya HCL 35%, dengan dosis 5 liter HCL 35%
dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan HCL digunakan untuk merendam pulp.
Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, massa pulp akan mengambang
dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam didasar wadah.
Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya bersifat netral
(dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus) (Kuswanto,2003).
Menurut Pitojo (2005) Pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilaukan
dengan menggunakan sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut
5

jarang digunakan oleh perusahaan benih, pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat
dilakukan secara cepat degan menggunakan HCL 1 N sebanyak 7-8 ml/l larutan,
dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan
bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya kecambah.
Kemudian menurut Murniati (1996) memanfaatkan kapur tohor sebagai bahan
untuk ekstraksi basah menunjukkan bahwa pada konsentrasi kapur tohor 20 g/l dengan
lama perendaman 30 menit memberikan potensi tumbuh terbaik (96%) untuk benih
manggis. Manggis dan ketimun termasuk kedalam tipe buah berdagung dan berair
sehingga diharapkan kapur tohor juga dapat dipalikasikan dalam ekstraksi benih
ketimun. Adapun keuntungan dari penggunaan kapur tohor adalah prosesnya berjalan
cepat, harganya murah 2000/kg dapat mencegah terjadinya pembusukan yang dapat
mempengaruhi kualitas benih terutama viabilitasnya dan tidak menyebabkan
perubahan warna.

2. Metode ekstraksi kering


Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong dan jenis-
jenis yang memiliki daging buah yang kering yang dapat dilakukan secara manual atau
dengan mesin. Ekstraksi kering dapat dilakukan pada buah-buah seperti cabai.
III. MATERI DAN METODE
A. Tempat dan Waktu
Praktikum Teknologi Benih Acara VII adalah Ekstraksi Benih. Praktikum
dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Desember 2017 di Laboratorium Proteksi Tanaman
(Agroteknologi), Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikun ini yaitu:
1. Buah Tomat
2. Aquades
3. Bak plastik
4. Pisau atau cutter
5. Timbangan analitik
6. Gelas ukur
7. Saringan
8. Kertas
9. Kantung plastik
10. Alat tulis
C. Cara Kerja
Alur kerja pada praktikum uji viabilitas benih adalah :
1. Mengambil buah tomat sebanyak 1 Kg, lakukan sortasi buah yang belum busuk
2. Membelah buah tomat secara horizontal, kemudian ambil bijinya. Masukkan biji
tomat yang masih ada puplnya kedalam gelas ukur.
3. Menambahkan air 100 ml kedalam gelas ukur. Kemudian menutup gelas air
dengan saringan dan diamkan selama 24 jam.
4. Mengeringkan selama 3 hari. Ditimbang bobot kering biji.
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
5. Menghitung rendemen dengan rumus = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ x 100 %

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Bobot buah :1000 gram
Diketahui :
M1 :31,13 gram
M2 :32,41 gram
M3 :32,30 gram

(𝑀2−𝑀3) (32,41 𝑔𝑟𝑎𝑚−32,30 𝑔𝑟𝑎𝑚 )


Kadar air benih : (𝑀2−𝑀1) x 100% = (32,41 𝑔𝑟𝑎𝑚−31,13 𝑔𝑟𝑎𝑚) x 100%
0,11
= x 100%
1,28

=8,59 %
Bobot benih :1,28 gram
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ
Rendemen benih : 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑢𝑎ℎ
x 100%
1,28 𝑔𝑟𝑎𝑚
: 1000 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 100%

:0,128 %

7
8

B. Pembahasan
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara
fisik dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk
mengeluarkan biji dari buah/polongnya.Pemisahan biji dari daging buah, kulit benih,
polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut
dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan.
Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair
memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah
batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi basah (wet ekstraction) yang dapat dilakukan
secara manual atau dengan mesin. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang
menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan
(Kuswanto, 2005). Pada praktikum yang kami lakukan adalah ekstraksi basah pada buah
tomat, sebanyak 1 kg buah tomat.
Benih dapat diekstraksi dari kotoran dengan cara ekstraksi basah atau kering.
Selama proses ekstraksi kering, kotoran dikeringkan dan dipisah – pisah dengan memukul
perlahan – lahan dalam mortar atau semacamnya, kemudian dibersihkan menggunakan
silinder berputar dan penyaringan. Selama ekstraksi basah, kotoran direndam dan dicuci
dalam air. Benih yang mengumpul di bagian bawah wadah kemudian dipisahkan dengan
menyaringnya di bawah aliran air. Ekstraksi basah menghasilkan benih terbersih.
Permasalahan pengumpulan benih dari kotoran adalah bahwa kotoran seringkali berisi
campuran benih dari berbagai jenis yang akan mempersulit pemisahannya (ISTA 2000 ).
Dari hasil praktikum didapatkan hasil rendemen benih sebesar 0,128 % artinya
pada 1 kg buah tomat menghasilkan rendemen sebesar 0,128 % dan kadar air benih
sebesar 8,59 %. Hasil ini tidak terlalu bagus karena kadar air benih untuk buah tomat yang
biasa digunakan adalah 10-12 %. Semakin rendah kadar air benih maka rendemen benih
juga semakin kecil dan sebaliknya.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung
2. Ekstrasi benih dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu basah dan kering, pada
praktikum ini yang digunakan adalah metode basah.
3. Ekstraksi basah pada buah tomat dilakukan secara fermentasi karena
menggunakan sistem perendaman dengan air.
4. Pada ekstrasi buah tomat diperoleh rendemen benih sebesar 0,128 % dengan
kadar air 8,59 %.
5. Hal yang mempengaruhi pada ekstraksi basah adalah perndaman, hal ini
bertujuan untuk mempermudah pemisahan biji dari kotoran benih, dan diperoleh
biji yang benar-benar bersih.

9
10

DAFTAR PUSTAKA

Kamil, J, 1982, Teknologi Benih I, Padang: Universitas Andalas

Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Yogyakart:Andi

Kuswanto, Hendarto. 2003, Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan


Benih. Yogyakarta: Kanisius

Murniati,E.1996. Informasi Hasil Penelitian Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
viabilitas benih kemiri (Aleurites moluccana Willd.). Keluarga Benih 7(1):59-65

Nurhayati, K. 1997. Pengaruh Ukuran dan Saat perkahan Buah Pada Proses Ekstraksi
terhadap Perkecambahan dan Pertumbuahan Semai Khaya anthoteca C.DC.
Skrpisi. Bogor. Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.

Pitojo Setijo, 2005. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius

Sadjad, Syamsoe’oed. 1975. Dasar-dasar Teknologi Benih. Bogor: IPB

Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai