Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN TOMAT (Solanum


lycopersicum L.)

Disusun Oleh :

Ayu Fitriani (41419210)

Kelas : 2IE01

Dosen Pengampu :

Ady Daryanto, SP., M.Si.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA

JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi. Buah tomat sangat bermanfaat
bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan kesehatan (Cahyono, 2005). Tanaman tomat memerlukan
penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasil dan kualitas
buahnya. Badan Pusat Statistik (2011) melaporkan bahwa produksi nasional
tomat tahun 2010 sebesar 891.616 ton.
Faktor penentu keberhasilan budidaya tomat adalah penggunaan varietas
unggul yang mampu beradaptasi baik pada lingkungan tumbuhnya (Purwati
dan Khairunisa, 2007). Meningkatkan produktivitas tomat dapat dilakukan
dengan perakitan varietas unggul, diantaranya perakitan varietas unggul
hibrida. Poehlman dan Sleeper (1995) menyatakan bahwa varietas unggul
didapatkan melalui program pemuliaan dan metode seleksi yang efektif dan
efisien. Sebelum menetapkan metode pemuliaan dan seleksi yang akan
digunakan, perlu diketahui berapa besar keragaman genetiknya. Upaya untuk
mendapatkan keragaman genetik dalam suatu populasi adalah melalui
persilangan antar galur murni yang dilakukan untuk membentuk kombinasi
persilangan yang memiliki sifat unggul (Poespodarsono, 1988).
Persilangan merupakan upaya meningkatkan keragaman genetik
tanaman. Hibridisasi merupakan upaya manipulasi dengan menggabungkan
dua sifat atau lebih tanaman untuk menghasilkan individu baru (Setiamiharja,
1993). Tujuan persilangan buatan adalah menggabungkan karakter baik ke
dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman genetik, memanfaatkan
vigor hibrida dan menguji potensi tetua (Syukur et al., 2015). Keragaman
genetik yang dihasilkan oleh segregasi gen tetua dapat digunakan sebagai
sumber seleksi tanaman. Pengamatan hasil persilangan diasumsikan baru
dapat diekspresikan pada generasi berikutnya.
Salah satu kriteria yang menunjukkan keberhasilan dari sebuah
persilangan adalah berkembangnya bunga yang dipolinasi menjadi buah.
Keberhasilan polinasi dipengaruhi oleh faktor genetik yaitu banyaknya
jumlah serbuk sari yang menempel pada permukaan stigma (Marcucci dan
Visser, 1987; Sutapradja, 2008).

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk meningkatkan
keragaman genetik di dalam populasi tomat.
BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 28 & 29 Desember 2020, Pukul


07.00 WIB. Bertempat di Kampus F7 Universitas Gunadarma.

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Alat

1) Pinset
2) Cawan petri
3) Tisu
4) Sedotan
5) Label
6) Pensil

2.2.2 Bahan

1) Tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.)


2) Alkohol

2.3 Prosedur Kerja

Prosedur pelaksanaan pada praktikum ini yaitu :


1. Siapkan alat dan bahan
2. Memilih atau menyiapkan bunga betina dari genotipe F5-D dan bunga
jantan dari genotipe F5-A
3. Menyeterilkan pinset dengan menggunakan alkohol
4. Kastrasi atau membuang bagian-bagian bunga yang dianggap mengganggu
dalam proses persilangan
5. Emaskulasi atau membuang alat reproduksi jantan
6. Mengambil bunga jantan lalu diletakan dalam cawan petri
7. Pengambilan polen dari bunga jantan
8. Penyerbukan atau meletakan polen di kepala putik dengan menggunakan
pinset
9. Isolasi dengan cara menyingkup bunga menggunakan sedotan
10. Memberikan label persilangan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Hasil persilangan genotipe F5-D X F5A

Tetua yang disilangkan


Tanggal persilangan Jumlah
(♀ x ♂)
28 Desember 2020 F5-D x F5-A 2
29 Desember 2020 F5-D x F5-A 3
Jumlah 5

Tabel 2. Presentasi keberhasilan

Tetua persilangan Presentase


Persilangan Berhasil
(♀ x ♂) keberhasilan (%)
F5-D x F-5 A 5 0 0

3.2 Pembahasan

Hasil analisis memperlihatkan bahwa persentase keberhasilan persilangan


(%) antara genotipe F5-D x 5-A sangat rendah yaitu 0%. Rendahnya persentase
keberhasilan persilangan disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi
persilangan diantaranya kurangnya kemahiran dari si penyilang, ketepatan waktu
persilangan, persilangan dilakukan untuk semua kombinasi persilangan tidak
dalam waktu yang bersamaan. Selain itu keadaan lingkungan dan kesuburan dari
tanaman juga mempengaruhi keberhasilan dari persilangan.

Menurut Iswanto (2005), persilangan dikatakan berhasil apabila 3-4 hari


setelah persilangan tangkai kuntum induk betina masih segar dan berwarna
kehijauan. Beberapa hari kemudian kelopak dan mahkota bunga akan layu,
akhirnya kering dan rontok diganti munculnya calon buah berbentuk bulat telur
dan berwarna hijau.

Kegagalan pada pembuahan dapat disebabkan karena ketidakcocokan


antara tepung sari (pollen) dan cairan yang ada di kepala putik yang disebut self
incompatibility (Gunawan, 2002). Menurut Poespodarsono (1998) dalam
Widhiastuti (2006), inkompatibilitas disebabkan oleh ketidaksesuaian antara
organ jantan dan organ betina. Ketidaksesuaian ini dikendalikan oleh faktor
lingkungan, genetik, dan fisiologis. Pada sifat inkompatibilitas laju pertumbuhan
kecambah tepung sari begitu lambat sehingga tidak pernah mencapi kandung telur
(Poespodarsono, 1998).

Darjanto dan Satifah (1990) menjelaskan bahwa pembuahan akan berjalan


lancar, bila serbuksari dan inti sel telur dalam keadaan sehat dan subur. Serbuksari
harus mempunyai daya tumbuh yang tinggi sedang kepala putik harus merupakan
medium yang baik untuk perkecambahan dan pertumbuhan serbuksari
selanjutnya.

Kegagalan pembentukan buah pada persilangan juga dapat menyebabkan


bakal buah rontok dan tidak berkembangnya bakal buah. Buah yang rontok dan
tidak berkembang dapat disebabkan oleh faktor fisiologis tanaman maupun faktor
lingkungan. Menurut Darjanto dan Satifah (1990) embrio dan endosperm pada
bakal biji hasil polinasi dapat berhenti tumbuh karena kombinasi persilangan yang
inkompatibel, dan mengakibatkan bakal buah yang terbentuk tidak berkembang
mapun gugur sebelum matang. Hazra et al. (2007) menyatakan suhu lingkungan
yang tinggi pada budidaya tomat dapat menyebabkan kegagalan pembentukan
buah, pertumbuhan bunga abnormal, rendahnya pertumbuhan serbuk sari,
intensitas bunga rendah, gugurnya ovul dan berkurangnya kandungan karbohidrat
buah.

Menurut Rudi et al. (1996), agar persilangan berhasil perlu diketahui


tujuan dan prioritas persilangan serta sifat-sifat penting varietas atau spesies tetua
yang akan disilangkan, terutama biologi bunga, dan teknik persilangan. Selain itu
agar persilangan berhasil perlu juga memperhatikan beberapa faktor diantaranya :

 Waktu pelaksanaan
Waktu melakukan polinasi adalah pagi hari kira-kira (07.00-08.00 wib)
dimana bunga betina belum mekar sempurna tetapi bunga jantan sudah
menunjukkan kematangan serbuk sari.
 Kondisi bunga jantan dan bunga betina (matang atau tidaknya/ siap atau
tidaknya dilakukan persilangan).
Untuk bunga jantan dikatakan matang bila bunganya sudah mekar
sempurna, dan warna serbuk sarinya kuning agak jingga sedangkan untuk
bunga betina, bunga yang belum mekar atau masih kuncup.Karena apabila
bunga tersebut sudah mekar dapat dikatakan sudah melakukan polinasi sendiri.
 Cuaca
Cuaca lebih ditekankan pada saat terik karena bila persilangan dilakukan
pada saat mendung atau menandakan akan hujan, kemungkinan besar
persilangan tersebut tidak akan berhasil melainkan busuk.

 Ketelitian peletakan serbuk di atas putik


Dalam meletakkan serbuk sari di atas kepala putik haruslah sesuai dan
tepat. Kebanyakan terjadi keidakberhasilan persilangan karena para pemulia
tidak tepat dalam meletakkan serbuk sari dari bunga jantan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum persilangan buatan dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari 5 kali persilangan yang telah dilakukan pada tanaman tomat (Solanum
lycopersicum L.) genotipe F5-D x F5-A menghasilkan tingkat keberhasilan
persilangan sebesar 0%.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan penyilangan
antara lain kemahiran si penyilang, kesuburan tanaman, waktu
pelaksanaan, kondisi bunga jantan dan betina (matang atau belum / siap
atau tidak dilakukan penyilangan), cuaca dan ketepatan penempatan polen
ke kepala putik.
4.2 Saran

Berdasarkan hasil persilangan yang dilakukan saran yang dapat di


berikan adalah bagi para pemulia diharapakan lebih berhati-hati lagi dalam
melakukan setiap proses persilangan agar dapat meminimalisir terjadinya
kegagalan atau kerontokan bunga serta pada saat isolasi agar bunga tidak
jatuh atau terbawa angin.

DAFTAR PUSTAKA
Aini, M.N. 2008. Pengaruh Macam Persilangan Terhadap Hasil dan Kemampuan
Silang Buah Naga Jenis Merah (Hylocereus polyrhizus). Universitas Sebelas
Maret.

Akbar, M.T. dkk. 2014. Perakitan Varietas Cabai Rawit Hias Unggul : Cabai
Konsumsi Sekaligus Tanaman Hias Sebagai Solusi Mengatasi Fluktuasi
Harga. Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa. Institut Pertanian
Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi Sayuran di Indonesia. http://www.bps.go.id.


[diakses pada tanggal 14 Desember 2011].

Cahyono, B. 2005. Budidaya Tomat dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.


Yogyakarta.

Darjanto dan S., Satifah. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. PT. Gramedia. Jakarta. 143 hal.

Gunawan, L. W., 2002. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hazra .P, H.A. Samsul, D. Sikder, and K.V. Peter. 2007. Breeding tomato
(Lycopersicon esculentum Mill.) resistant to high temperature stress.
Dalam: Heat tolerance in tomato. Golam F, Prodhan ZH, Nezhadahmadi A,
Rahman M. Kuala Lumpur: Universitas Malaya

Iswanto, H. 2005. Merawat dan Menggembangkan Anggrek Phalaenopsis.


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Lubis, N.A. dkk. 2015. Persilangan Genotipe-Genotipe Kedelai (Glycine max L.


Merrill). Hasil Seleksi pada Tanah Salin dengan Tetua Betina Varietas
Grobogan. Jurnal Online Agroteknologi. Vol.3, No.1 : 291-298

Marcucci, M.C., and T. Visser. 1987. Pollen tube growth in apple and pear styles
in relation to self-incompatibility, incongruity and pollen load. Adv. Hort.
Sci. 1:90-94.

Poehlman, J. M. and D.A. Sleeper. 1995. Breeding Field Crops (Second Edition).
Lowa State University Press. USA.

Poespodarsono, S. 1988. Pemuliaan Tanaman I. Fakultas Pertanian Universitas


Brawijaya.

Poespodarsono, S. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Departemen


Pendidikan Dan kebudayaan. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang.
Purwati, E. dan Khairunisa. 2007. Budidaya Tomat Dataran Rendah. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Rudi, T.S., N. Bermawie, B. Martono, dan Syafaruddin. 1996. Peningkatan


resistensi tanaman lada melalui hibridisasi. Laporan Teknis Penelitian,
Bagian Proyek Tanaman Rempah dan Obat Tahun 1996/1997 II: 113-134.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Setiamihardja, R. 1993. Persilangan antar spesies pada tanaman cabai. J. Zuriat,


4(2): 112- 115.

Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman.


Penebar Swadaya, Jakarta.

Widhiastuti, M. 2006. Pengaruh Persilangan Intergenerik dan Umur Mekar Bunga


Terhadap Kemampuan Silang Anggrek Dorotis pulcherrima var.
Champornensis Dengan Phalaenopsis sp. Skripsi S1 Fakultas Pertanian
UNS. Surakarta.

Widyasmara, N.I. dkk. 2018. Efek Xenia dan Metaxenia pada Persilangan Tomat
Ranti dan Tomat Cherry. Jurnal Agro Complex 2(2) : 128-136

Wiguna, Gungun. dkk. 2019. Keberhasilan Persilangan Tomat Varietas Komersial


(Lycopersicum esculentum L.) dengan Tomat Mutan Tahan Simpan. Vol
30(1) : 21-26.

Anda mungkin juga menyukai