Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN AKIBAT HAMA

Disusun Oleh :

Ayu Fitriani (41419210)

Kelas : 2IE01

Dosen Pengampu :

Evan Purnama Ramdan, SP., M.Si.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA

JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh
lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan
merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan
spesies tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya
belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga
(Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
Organisme penggangu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu masalah
penting dalam proses produksi pertanian seiring disebabkan oleh adanya
serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman telah ada sejak
manusia mulai mengolah lahan pertanian (Sembel, 1989).
Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman,merusak
tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomi,membuat produksi suatu
tanaman berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman.
Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga
tanaman akan layu dan bahkan mati (Harianto, 2009).
Dampak yang timbul akibat serangan hama menyebabkan kegagalan
panen serta turunnya kualitas dan kuantitas hasil panen. Pengendalian hama
yang tidak sesuai dan tepat akan memberikan dampak kerugian yang lebih
besar dari pada serangan hama itu sendiri terhadap tanaman (Sreekumar.
2001).
Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis
serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di
suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu
menjadi hama (Dadang, 2006).
Dalam menentukan serangan yang dilakukan oleh hama jenis tertentu
maka identifikasi sangat diperlukan, identifikasi dapat dilakukan dengan
melihat gejala serangan.  Serangan yang disebabkan oleh hama seperti
serangga akan meninggalkan gejala kerusakan yang khas pada tanaman
tersebut. 

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami gejala dan akibat serangan hama pada tanaman
2. Mengidentifikasi jenis gejala serangan hama pada tanaman
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia,
ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau
hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara
ekonomis. Adanya suatu hewan dalam satu pertanaman sebelum menimbulkan
kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama.
Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam
suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). (Dadang, 2006).

Menurut Pracaya. (1995), serangan hama akan mengakibatkan turunnya


atau menyusutnya susunan kualitatif, susut kuantitatif dan susut daya tumbuh. 
Susut kuantitatif adalah turunnya bobot atau volume bahan karena sebagian atau
seluruhnya dimakan oleh hama. Susut kualitatif adalah turunnya mutu secara
langsung akibat dari adanya serangan hama, misalnya bahan yang tercampur oleh
bangkai, kotoran serangga atau bulu tikus dan peningkatan jumlah butir gabah
yang rusak. Susut daya tumbuh adalah susut yang terjadi karena bagian lembaga
yang sangat kaya nutrisi dimakan oleh hama yang menyebabkan biji tidak mampu
berkecambah. Secara ekonomi, kerugian akibat serangan hama adalah turunnya
harga jual komoditas bahan pangan (biji-bijian). Kerugian akibat serangan hama
dari segi ekologi atau lingkungan adalah adanya ledakan populasi serangga yang
tidak terkontrol.

Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis
serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu
daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi
hama (Dadang, 2006). Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala
yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan
tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian.  Hama dan penyakit tersebut
merusak bagian suatu tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan
mati(Harianto, 2009).

Dalam menentukan serangan yang dilakukan oleh hama jenis tertentu maka
identifikasi sangat diperlukan, identifikasi dapat dilakukan dengan melihat gejala
serangan.  Serangan yang disebabkan oleh hama seperti serangga akan
meninggalkan gejala kerusakan yang khas pada tanaman tersebut. Gejala adalah
kehilangan yang dirasakan oleh tanaman akibat serangan hama antara lain dalam
bentuk penurunan kualitas dan kuantitas produksi (Untung, 2001). Tanda adalah
setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman akibat aktifitas atau serangan
hama (Main, 1997).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Menengah,
Kampus F7 Universitas Gunadarma.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
1) Kamera HP
2) Alat tulis

3.2.2 Bahan
1) Tanaman jambu air (Syszygium samarangense aqueum)
2) Tanaman jagung (Zea mays L.)
3) Tanaman rambutan (Nephelium lappaceum)
4) Tanaman mengkudu (Morinda Citrifolia, L.)

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur pelaksanaan pada praktikum ini yaitu :
1. Mencari tanaman di sekitar, di taman, di kebun, di pekarangan rumah yang
secara fisik mengalami kerusakan pada bagian batang, cabang, ranting,
daun, bunga, buah, dan biji.
2. Mengambil bagian tanaman tersebut.
3. Melakukan identifikasi kerusakan tanaman tersebut di laboratorium.
4. Menggambar gejala kerusakan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Nama Tanaman Gambar Nama Hama Deskripsi Gejala


.

1. Jambu air Ulat (Liriomyza Sebagian


(Syszygium trifolii) permukaan daun
samarangense berlubang-lubang
dengan hama
aqueum)
terlihat berwarna
kuning. Diduga
diserang ulat
Liriomyza
trifolii ,ciri
imagonya dengan
skutelum warna
kuning.

2. Jagung (Zea Serangga Imago betina


mays L.) penggerek akan meletakkan
(Helicoverpa telur pada silk
Armigera) (rambut) jagung
dan sesaat setelah
menetas larva
akan menginvasi
masuk ke dalam
tongkol dan akan
memakan biji
yang sedang
mengalami
perkembangan.
3. Rambutan Kutu putih Massa mirip
(Nephelium (Paracoccus kapas yang terdiri
lappaceum) marginatus) dari kutu putih
muncul dibagian
batang.
4. Mengkudu Kutu putih Massa mirip
(Morinda (Paracoccus kapas yang terdiri
Citrifolia, L.) marginatus) dari kutu putih
muncul dibagian
batang muda.

5. Jambu air Lalat bisul Daun berbintil-


(Syszygium (Procontarini bintil atau
samarangense mattiana Kieff berbisul kecil
aqueum) & Cicec)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Jambu air (Syszygium samarangense aqueum) terserang ulat (Liriomyza


trifolii)

Morfologi daun jambu air yang terserang hama menjadi berlubang-


lubang . Secara mikroskopis daun tersebut menunjukkan sel-sel epidermis
dan jaringan spons dan palisade rusak serta berkas pengangkut
hilang,sehingga membentuk rongga-rongga. Hal ini menunjukkan bahwa
bekas lubang tersebut diduga telah dimakan hama ulat pengorok daun yang
lain Liriomyza trifolii. Diduga imago hama ini dengan punggung warna
kuning di dekat lubang daun sebagai pemakan daun tersebut.

4.2.2 Jagung (Zea mays L.) terserang Serangga penggerek (Helicoverpa


Armigera)

Penggerek tongkol Helicoverpa armigera mulai muncul di pertanaman


pada fase generatif 43-70 hari setelah tanam. Ngengat Helicoverpa armigera
aktif pada malam hari, ngengat betina meletakkan telurnya secara tunggal
pada umur tanaman 45-56 hari setelah tanam bersamaan dengan munculnya
rambut tongkol, dan mampu bertelur 600- 1.000 butir. Telur baru menetas
setelah 4-7 hari. Stadia pupa ada di dalam tongkol, siklus hidupnya berkisar
36-45 hari (Kalshoven,1981). Kehilangan hasil yang disebabkan serangan
Helicoverpa armigera dapat mencapai 10%.

Hama ini meletakkan telurnya yang berwarna putih di daun dan dirambut
tongkol. Setelah menetas, telur akan berubah menjadi larva berwarna kuning
dengan kepala berwarna hitam. Larva inilah yang akan menyerang tongkol
buah dan menyebabkan kebusukan. Pencegahan hama ini dilakukan dengan
mengambil dan memusnahkan satu persatu. Jika serangannya hebat,
pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan insektisida seperti matador,
thiodan, atau curancron dengan dosis sesuai aturan kemasan. Gejalanya dapat
dilihat dengan adanya bekas gigitan pada biji dan adanya terowongan dalam
tongkol jagung. Ulat tongkol menyerang/masuk dalam tanaman jagung
melalui tongkol, baru memakan biji jagung.

4.2.3 Rambutan (Nephelium lappaceum) dan mengkudu (Morinda Citrifolia,


L.) terserang kutu putih (Paracoccus marginatus)

Kutu putih (Paracoccus marginatus) merupakan serangga asli


Meksiko/Amerika Tengah. Serangga ini dilaporkan menjadi hama, dan
pertama kali ditemukan di Florida pada tahun 1998 (Walker et al., 2003).
Hama ini merupakan salah satu jenis hama yang memiliki kisaran inang yang
cukup luas.
Hama kutu putih biasanya bergerombol sampai puluhan ribu ekor.
Hama ini juga menghasilkan embun madu yang kemudian ditumbuhi
cendawan jelaga sehingga tanaman yang diserang akan berwarna hitam. Kutu
putih dewasa jantan bisa berukuran 3 mm dan bersayap. Induk betinanya
mampu bertelur hingga 500 butir, yang diletakkan dalam satu kantung telur
terbuat dari lilin. Dengan siklus hidup sepanjang sebulan. P. marginatus bisa
berbiak 11-12 generasi dalam setahun (Rauf, 2008).
Pada bagian batang tanaman rambutan dan mengkudu tersebut terdapat
kutu putih dan bercak putih yang dihasilkan kutu putih. Pada tanaman
rambutan mengakibatkan buahnya menjadi hitam. Kutu putih merusak
dengan cara mengisap cairan. Semua bagian tanaman bisa diserangnya dari
buah sampai pucuk. Serangan pada pucuk menyebabkan daun kerdil dan
keriput seperti terbakar.

4.2.4 Jambu air (Syszygium samarangense aqueum) terserang lalat bisul


(Procontarini mattiana Kieff & Cicec)

Hama yang menyerang daun jambu air tersebut adalah lalat bisul
(Procontarini mattiana Kieff & Cicec) dimana hama ini menyebabkan daun
jambu air menjadi berbintil. Timbul bintil coklat sampai kehitaman pada
permukaan daun. Bintil-bintil pada daun, jika diraba terasa keras. Jika bintil
disayat dengan silet akan ditemukan belatung atau larva kecil, berwarna
putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini terjadi , mula-mula
lalat betina bertelur pada permukaan daun muda. Daun yang terserang hama
ini pertumbuhannya tidak normal (malformasi), terutama bagian permukaan
daun tepat dibagian belatung menetap, timbul bintil-bintil puru. Untuk
pengendaliannya dengan cara memangkas daun yang terserang dan sanitasi
kebun dan insektisida sistemik Perfekthion 400 EC.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu, merusak dan


menimbulkan kerugian secara ekonomi, membuat produksi suatu tanaman
berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman budidaya.
Keparahan serangan hama yang merusak dapat dilihat dari gejala pada
tanaman inang serta jumlah rumpun yang diserang. Gejala kerusakan yang
ditimbulkan berupa rusaknya jaringan daun suatu tanaman dan berbeda
dengan tanaman normal. Jenis hama pada praktikum ini diantaranya yaitu ulat
(Liriomyza trifolii) yang menyerang daun Jambu air (Syszygium
samarangense aqueum), serangga penggerek (Helicoverpa Armigera) yang
menyerang tongkol Jagung (Zea mays L.), kutu putih (Paracoccus
marginatus) menyerang batang tanaman rambutan (Nephelium lappaceum)
dan mengkudu (Morinda Citrifolia, L.), lalat bisul (Procontarini mattiana
Kieff & Cicec) menyerang daun tanaman Jambu air (Syszygium
samarangense aqueum).

5.2 Saran

Untuk praktikum pengenalan gejala kerusakan akibat hama seharusnya


dijelaskan terlebih dahulu tentang jenis-jenis hama yang biasa menyerang
tanaman di sekitar tempat tinggal beserta gejala kerusakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bachrul, Alam. 2014. Pengenalan Hama dan Gejala Serangan. Laporan Praktikum
Pengendalian Hama Penyakit Terpadu. Universitas Jenderal Soedirman.

Dadang, 2006, Pengendalian Terpadu Hama Utama dan Potensial Tanaman Jarak
Pagar (Jatropha curcas Linn), Prosiding Workshop yang diselenggarakan
oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, LPPM,IPB.Bogor.5-6
Desember 2006.

Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao.


Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.Jember.

Kalshoven, L. G. E., (1981). The Pest of Crops in Indonesia. Revised and


Translated By P.A. Van der laan. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve.

Main, C.E.,. 1997. Crop destriction the rasion detene of plant pathology. New
York :acad pess.

Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Penerbit Bumi Aksara


Jakarta. Bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat. Institut
Pertanian Bogor.

Nurponco, Andino. 2016. Pengenalan Gejala Kerusakan Tanaman. Laporan


Praktikum Pengendalin Hama Tanaman. Universitas Lampung.

Pracaya. 1995. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Jakarta : Akbar Media Eka Sarana.

Rauf, A. 2008. Hama Kutu Putih Paracoccus marginatus. Pusat Penelitian Ilmu
Hama Tanaman. Institut Pertanian Bogor.

Sembel, D. T. 1989. Dasar-Dasar Biologi dan Ekologi Dalam Pengendalian


Serangga. Fakultas Pertanian UNSRAT Manado

Sreekumar. 2001. Habitat and Altitude Preferences of Butterflies in Aralam


Wildlife Sanctuary, Kerala. Journal of Tropical Ecology 42 (2): 277-281.

Untung, Kasimbogo. 2001. Pengantar PHT. Yogyakarta : gadja mada university


press.

Walker A, Hoy M, and Meyerdirk D. 2003. Papaya mealybug (Paracoccus


marginatus Williams and Granada de Willink (Insecta: Hemiptera:
Pseudococcidae). Featured creatures.Institut of Food and Agricultural
Sciences, University of Florida.

Anda mungkin juga menyukai