Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR KERJA

PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

BAB III
HUBUNGAN ANTARA HAMA DENGAN TANAMAN INANGNYA

Tanggal praktikum : 17 Februari 2022


Nama Praktikan : Cecilia Dwina Sihaloho
NIM/Gol : 134210200
Asisten Praktikum : Muhammad Irsyad Abdullah

A. Latar Belakang
Hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang
aktivitas hidupnya menyebabkan kerusakan tanaman sehingga menimbulkan
kerugian secara ekonomi bagi manusia. Organisme yang menjadi hama
adalah binatang yang menyerang tanaman budidaya sehingga menimbulkan
kerugian. Hama tanaman sering disebut serangga (pest) (Rukmana 2002).
Hama yang merusak tanaman secara langsung dapat dilihat bekasnya,
misalnya gerekan dan gigitan.
Tipe alat mulut yang dimiliki oleh binatang yang berperan sebagai hama
sangat penting untuk dipahami. Tipe alat mulut binatang pada prinsipnya
hanya dibedakan menjadi dua yaitu pengunyah dan penghisap. Empat bagian
utama yang harus diketahui dari kedua tipe alat mulut tersebut adalah
mandibula, maksila, laberum, dan labium. Binatang yang memiliki tipe alat
mulut penguyah (pada belalang, kumbang dan rayap) terbiasa mengunyah
makanannya dalam gigi dengan gigi yang disebut mandibula. Namun pada
binatang yang bertipe penghisap terbiasa menggunakan stilet (kepik, kutu)
atau probocisnya (lalat dan kupu – kupu) untuk menghisap cairan tanaman.
Beberapa modifikasi yang terjadi pada serangga yang bertipe penghisap
seperti penghisap (pada kupu – kupu), pencucuk pengisap (kepik, kutu dan
nyamuk), penjilat penghisap (lalat rumah), pengigit penghisap (lebah).
Hubungan antara serangga dengan tanaman merupakan hubungan timbal
balik, baik tanaman maupun serangga masing-masing memperoleh
keuntungan. Tetapi serangga selalu memperoleh makanan dari tanaman
sehingga serangga dapat merugikan tanaman. Hampir lebih 50% dari
serangga adalah pemakan tanaman, sedangkan sisanya pemakan serangga lain
atau sisa-sisa tanaman atau hewan (Hadi et.al, 2009). Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengetahui hubungan hama dengan inangnya agar petani tahu
bagaimana cara menanggulanginya agar hasil panen yang didapatkan tidak
menurun.
B. Tujuan
1. Mengenal jenis-jenis serangga hama
2. Mengetahui cara merusak masing-masing hama
3. Mengetahui tanaman inang masing-masing hama
4. Mengetahui bentuk kerusakan pada tanaman inang

C. Hasil Pengamatan
Gambar 1 Keterangan
1. Hama: Walang sangit (Leptcorisa
oratorius)
2. Tanaman Inang: padi
3. Stadia Menyerang: imago+nimfa
4. Tipe Alat Mulut: penusuk penghisap
5. Golongan cara merusak: hama
penghisap
6. Gejala: Malai yang diisap menjadi
hampa dan berwarna coklat kehitaman

Pembahasan
Klasifikasi walang sangit menurut (Sribimawati, 2000) antara lain:
Phylum: Arthropoda, Classis: Insecta, Sub Classis : Pterygota, Ordo:
Hemiptera, Familia : Alydidae, Genus : Leptocorisa, Spesies : Leptocorisa
acuta
Kerusakan yang hebat disebabkan oleh imago yang menyerang tepat pada
masa berbunga, sedangkan nimpa terlihat merusak secara nyata setelah
pada instar ketiga dan seterusnya. Tingkat serangan dan menurunnya hasil
akibat serangga dewasa lebih besar dibandingkan nimfa. 5 ekor walang
sangit pada tiap 9 rumpun tanaman akan merugikan hasil sebesar 15%,
sedangkan 10 ekor pada 9 rumpun tanaman akan mengurangi hasil sampai
25%. Kerusakan yang tinggi biasanya terjadi pada tanaman di lahan yang
sebelumnya banyak ditumbuhi rumputrumputan serta pada tanaman yang
berbunga paling akhir. Walang sangit tergolong hama penghisap. Hama
mengisap cairan sel jaringan tanaman sehingga menimbulkan becak dan
atau misforming pada jaringan muda. Walang sangit menyerang tanaman
padi dengan cara menghisap cairan tangkai bunga serta bulir padi pada
fase pengisian bulir dan pemasakan bulir sehingga pengisian bulir padi
tidak sempurna, bahkan seringkali menyebabkan bulir padi hampa.
Walang sangit menyerang tanaman padi terutama dengan merusak biji
padi yang sedang berkembang dengan cara menghisap cairan susu dari
biji padi pada waktu fase awal pembentukan biji. Dalam prosesnya
walang sangit mengkontaminasi biji dengan mikroorganisme yang dapat
mengakibatkan biji berubah warna dan rapuh. Kerusakan dalam fase ini
lebih bersifat kualitatif. Pada proses penggilingan, bulir-bulir padi akan
rapuh dan mudah patah (Willis, 2001).
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman 2022.

Tabel 3.2 Preparat Tanaman Semusim


Gambar 2 Keterangan
1. Hama: Cylas formicarius
2. Tanaman Inang: ubi jalar
3. Stadia Menyerang: larva
4. Tipe Alat Mulut: penggigit pengunyah
5. Golongan cara merusak:hama
penggerek
6. Gejala: Umbi yang rusak
menghasilkan terpene yang
menyebabkan umbi terasa pahit
sehingga tidak dapat dikonsumsi serta
berbahaya bagi kesehatan.

Pembahasan
Klasifikasi hama boleng Cylas formicarius adalah kingdom : Animalia;
Klasifikasi hama boleng Cylas formicarius ; Filum : Arthropoda; Kelas :
Insecta; Ordo : Coleoptera; Famili : Curculionidae; Genus : Cylas; Spesies
: Cylas formicarius Fabricus.
Larva yang baru menetas berukuran lebih besar dari telur, berwarma putih
dan lambat laun berubah menjadi kekuningan (AVRDC, 2004). Larva
selanjutnya akan menggerek daging umbi serta membuat lubang di dalam
umbi. Umbi menjadi rusak karena cukup banyak larva yang panjangnya
sekitar 8 mm membuat lubang serta rongga-rongga kecil di dalamnya,
fase larva sekitar 10-35 hari (Sarwono, 2005). Berdasarkan cara
merusaknhya, hama ini tergolong ke dalam hama penggerek yang
merusak tanaman dengan cara mengebor bagian tanaman yang tebal dan
hidup di dalamnya.
Hama ini menyerang bagian umbi dan larva serta pupa dapat ditemukan
dalam umbi. Lubang gerekan tertutup dengan kotoran berwarna hijau dan
berbau menyengat. Serangan hama ini umumnya terjadi ketika
tanaman/umbi berumur 4 bulan ke atas. Prosentase serangan berkisar 15 –
50 persen dengan rata-rata 35 persen. Serangan hama ini sangat
berpotensi menurunkan nilai ekonomi sebab produksi menjadi rusak.
Umbi yang rusak menghasilkan terpene yang menyebabkan umbi terasa
pahit sehingga tidak dapat dikonsumsi serta berbahaya bagi kesehatan.
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman 2022.

Tabel 3.3 Preparat Tanaman Tahunan


Gambar 3 Keterangan
1. Hama: Bactrocera dorsalis
2. Tanaman Inang: Mangga
3. Stadia Menyerang: larva
4. Tipe Alat Mulut: penggigit-pengunyah
5. Golongan cara merusak: hama
penghisap
6. Gejala:
Gejala serangan tersebut pada daging
buah membusuk dan terdapat ratusan
larva. Serangan lalat buah ini sering
ditemukan pada buah yang hampir masak.

Pembahasan
Bactrocera Dorsalis tergolong dalam Kingdom: Animalia; Filum:
Arthropoda, Kelas: Insekta; Ordo: Diptera. Bactrocera dorsalis memiliki
ciri-ciri bagian kepala berwarna hitam dengan skutum toraks berwarna
hitam. Abdomen berwarna orange terga III-V dengan medial longiyudinal
dark band berukuran sempit dan tanda hitam yang tipis di bagian pinggir.
Larva lalat memakan daging buah sehingga buah busuk sebelum masak.
Stadium lalat buah yang paling merusak adalah stadium larva (Suputa et
al., 2006). Alat mulut tipe lalat buah dewasa bertipe penjilat-penyerap.
Apabila dilihat sepintas, bentuknya menyerupai alat penyedot debu, beupa
suatu saluran yang bagian ujungnya melebar. Sementara, alat mulut larva
lalat buah berupa mandi bula yang berbentuk kaki berlubang. Hama ini
tergolong ke dalam hama penghisap, mengisap cairan sel jaringan
tanaman sehingga menimbulkan becak akibat bekas tusukannya
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bahkan matinya jaringan
tanaman. Gejala serangan tersebut pada daging buah membusuk dan
terdapat ratusan larva. Serangan lalat buah ini sering ditemukan pada buah
yang hampir masak. Larva lalat memakan daging buah sehingga buah
busuk sebelum masak. Stadium lalat buah yang paling merusak adalah
stadium larva (Suputa et al., 2006). Bila daging buah dibelah terdapat
belatung – belatung kecil. Daging buah terjadi perubahan warna dan pada
bagian yang terserang menjadi lunak.
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman 2022.

Tabel 3.4 Preparat Tanaman Tahunan


Gambar 4 Keterangan
1. Hama: Orictes rhinoceros
2. Tanaman Inang: Kelapa
3. Stadia Menyerang: kumbang
4. Tipe Alat Mulut: menggigit-
mengunyah
5. Golongan cara merusak: hama
pemakan
6. Gejala: Kumbang menyerang pucuk
dan pangkal daun muda yang belum
membuka, mengakibatkan daun
tergantung seperti huruf “V” bila daun
membuka.

Pembahasan
Berdasarkan Taksonominya hama kumbang tanduk diklasifikasikan
sebagai berikut : Nama Umum : Kumbang Tanduk Kingdom : Animalia
Filum : Anthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili :
Scarabaeidae Genus : Oryctes Spesies : Oryctes rhinoceros L Sumber :
Kalshoven (1981 dalam Fauzi ,2011). Kumbang Kelapa Oryctes
rhinoceros  L.,  merupakan hama yang menyerang hampir seluruh tanaman
kelapa di Indonesia. Kumbang kelapa ini dikenal sebagai salah satu hama
yang paling banyak merusak dan merugikan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kelapa. Stadia menyerang hama ini adalah
kumbang.
Kumbang O. rhinoceros memiliki tipe alat mulut menggigit-mengunyah,
digunakan untuk menggerek pelepah daun muda yang belum membuka
(Mulyono 2008). Kumbang dewasa akan menggerek pucuk kelapa dan
gerekan tersebut menyebabkan terhambatnya pertumbuhan kelapa. Jika
gerekan merusak titik tumbuh akan dapat mematikan tanaman (Silitonga
et al. 2013). Kerusakan ini baru akan terlihat jelas setelah daun membuka
1 – 2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf “V”.
Dampak yang ditimbulkan akibat seragan hama ini adalah mengakibatkan
tertundanya masa berproduksi sampai satu tahun dan tanaman yang mati
dapat mencapai 25%
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman 2022.

Tabel 3.5 Preparat Pasca Panen


Gambar 5 Keterangan
1. Hama: Sitophilus zeamays
2. Tanaman Inang: Jagung
3. Stadia Menyerang: larva+imago
4. Tipe Alat Mulut: penggigit-pengunyah
5. Golongan cara merusak: hama
penggerek
6. Gejala: Lubang yang terdapat pada biji
jagung

Pembahasan
Klasifikasi hama ini adalah kingdom: Animalia; Phyllum : Arthopoda;
Kelas : Insekta; Ordo : Coleoptera; Family : Curculionidae; Genus :
Sitophilus; Spesies : Sitopilus oryzae (L). Daur hidup S. zeamais hampir
serupa dengan S. oryzae (bubuk beras). Bubuk dewasa panjangnya 2,5 –
4,5 mm, berwarna cokelat, moncongnya sempit, panjang, dan berantenna
yang menyiku (siku-siku). Larvanya putih gemuk tak berkaki dan kadang-
kadang berkembang dalam satu butir jagung.
Kumbang ini menyerbu biji-biji jagung yang telah masuk dilapangan
sehingga tongkol jagung berlubang-lubang. Setiap lubang yang dibor
dimasuki satu butir telur kemudian ditutup dengan sekresi yang keras.
Larvanya makan dan berkembang dalam satu butir jagung dan menjadi
pupa disitu juga. Setelah selesai menjadi pupa lalu menjadi kumbang dan
keluar dari butir jagung dan mulai makan butiran jagung, sehingga banyak
yang rusak. Bubuk jagung ini bisa berumur sampai lebih kurang 5 bulan.
Dalam keadaan optimm, daur hidup dari telur sampai dewasa kira-kira 30
hari. Yang betina bisa bertelur sampai 300 butir dalam beberapa minggu
(Pracaya 1991). Tipe mulut hama ini adalah penggigit-pengunyah dan
termasuk golongan hama pemakan (menyerang tanaman dengan
memakan bagian tanaman). Gejala akibat serangan hama ini adalah
terbentuknya lubang pada biji jagung. Serangan S. zeamais dapat
menyebabkan kehilangan hasil jagung hingga 30% dan kerusakan biji
hingga 100% pada daerah tropis.
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman 2022.

Tabel 3.6 Preparat Pasca Panen


Gambar 6 Keterangan
1. Hama: Brunchus cinensi
2. Tanaman Inang: Kedelai
3. Stadia Menyerang: larva
4. Tipe Alat Mulut: penggigit-pengunyah
5. Golongan cara merusak: hama
penggerek
6. Gejala: Kedelai yang terserang hama
akan berlubang dan tergerek

Pembahasan:
Callosobruchus chinensis merupakan kumbang bubuk kedelai yang
masuk dalam anggota kingdom : Animalia, filum: Arthropoda, kelas:
Insekta, ordo: Coleoptera, famili: Bruchidae, genus: Callosobruchus,
spesies: Callosobruchus chinensis. Hama kumbang kedelai adalah hama
yang menyerang biji kedelai di penyimpanan. Stadia yang merugikan
adalah stadium larva yang selama hidupnya berada dalam biji. Kerugian
yang ditimbulkan menyebabkan biji kedelai berlubang sehingga
menurunkan kualitas dan kuantitas biji . Gejala serangan pada biji kedelai
ditandai adanya titik berukuran 0,6 mm x 0,35 mm berwarna putih. Pada
biji terserang terdapat lubang bulat berdiameter 2- 4 mm dengan
kedalaman ± 4 mm. Serangan hama tersebut menyebabkan biji kedelai
rusak, tidak dapat dikonsumsi atau digunakan sebagai benih, dan
mengalami penyusutan bobot. Besar kecilnya tingkat kerusakan
ditentukan oleh perkembangan, kepadatan populasi hama dan serangan
hama yang bersangkutan. Larva membentuk lubang dalam biji sehingga
biji tidak dapat dikonsumsi.
Gejala serangan kumbang kedelai terjadi setelah imago betina bertelur.
Telur tersebut diletakkan pada permukaan
produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari.
Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit
telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat
telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 10-13 hari. Produk yang
diserang akan tampak berlubang, karena larva terus menggerek biji dan
berada di dalam biji sampai menjadi imago. Setelah menjadi imago, maka
lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji.
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman 2022.

D. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa serangga hama dapat menyerang tanaman semusim, tahunan, dan
pasca panen. Walang sangit adalah hama yang menyerang tanaman padi,
Cylas formicarius menyerang tanaman ubi jalar, Bactrocera dorsalis
menyerang tanaman manga, Orictes rhinoceros menyerang tanaman kelapa,
Sitophilus zeamays menyerang tanaman jagung, dan Callosobruchus
chinensis menyerang tanaman kedelai. Walang sangit mengisap cairan sel
jaringan tanaman padi sehingga menimbulkan becak, Cylas formicarius
menggerek daging umbi serta membuat lubang di dalam umbi, Bactrocera
dorsalis memakan daging buah sehingga buah busuk sebelum masak, Orictes
rhinoceros menggerek pucuk kelapa dan gerekan tersebut menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan kelapa, Sitophilus zeamays menyerbu biji-biji
jagung yang telah masuk dilapangan sehingga tongkol jagung berlubang-
lubang , Callosobruchus chinensis membentuk lubang dalam biji sehingga
biji tidak dapat dikonsumsi

DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Indah Budi. 2016. Mortalitas Dan Kerusakan Jaringan Pada Setiap
Gejala Infeksi Larva Oryctes Rhinoceros L. Akibat Perlakuan Cendawan
Metarhizium Anisopliae. Jurnal of Biology. Vol. 6 No. 01, hal. 1-39

Disbun, Admin. 2016. Dinas Perkebunan Kabupaten Indagiri Hilir. Kumbang


Kelapa (Oryctes Rhinoceros L.) dalam
http://disbun.inhilkab.go.id/kumbang-kelapa-oryctes-rhinoceros-l/#:~:text
=Kumbang%20Kelapa%20Oryctes%20rhinoceros%20L,pertumbuhan
%20dan%20perkembangan%20tanaman%20kelapa., diakses tanggal 12
Maret 2022 pukul 17:21

Hidayah, Andi Rahma. 2019. Identifikasi Spesies Lalat Buah (Bactrocera


spp.)pada buah dan Sayur yang diperdagangkan di pasar Terong
Kecamatan Bontoala Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin

Nasution, Faisal Riza. 2018. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Ubi Jalar
Terhadap Hama Boleng Cylas Formicarus Fabricus (Coleoptera:
Curculionidae) Di Dataran Tinggi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.

Nonci, Nurnina. 2005. Bioekologi Dan Pengendalian Kumbang Cylas Formicarius


Fabricius (Coleoptera: Curculionidae). Jurnal Litbang Pertanian, 24(2)

Purwaningsih, Tri. 2017. Efektivitas Aplikasi Beauveria Bassiana Sebagai Upaya


Pengendalian Wereng Batang Cokelat Dan Walang Sangit Pada Tanaman
Padi. Skripsi. Fakultas Peternakan Dan Pertanian Universitas Diponegoro
Semarang

Rahmanda, Edi. 2017. Identifikasi spesies Lalat Buah Genus Bactrocera


(Diptera: Tephritidae) Pada Komoditas Cabai (Capsicum sp) Pasar
Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Raden Intan.

Samosir, Desi Windari. 2018. Uji Tipe Dan Ketinggian Perangkap Untuk
Mengendalikan Walang Sangit Leptocorisa Acuta Thunberg. (Hemiptera:
Alydidae) Pada Padi Sawah Di Kelurahan Pematang Marihat Kecamatan
Siantar Marimbun. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.

Widaningsih, Dwi. 2016. Kajian Bioekologi Hama-Hama Penting Beras Dan


Upaya Pengendaliannya. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Wijaya, I Nyoman, dkk. 2018. Kerusakan dan Kerugian Akibat Serangan Lalat
Buah (Diptera: Tephritidae) pada Pertanaman Jeruk. Jurnal Agrotrop, 8
(1): 65 – 70.

Anda mungkin juga menyukai