Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCAPANEN


ACARA III. IDENTIFIKASI PENYAKIT PASCAPANEN DAN
PENYEBAB PENYAKIT PASCAPANEN BUAH, SAYURAN
DAN PALAWIJA

Oleh
Eliza Alifia Putri
C1M020041
14

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Demikian laporan ini disusun guna memenuhi persyaratan laporan


pertanggung jawaban dan syarat mengikuti responsi praktikum selanjutnya.

Mataram, 4 Maret 2023


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Sofianto Eliza Alifia Putri


C1M019131 C1M020041
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman dan meningkatkan kesadaran masyarakat
akan hidupsehat, kebutuhan akan produk hortikultura dan palawija tersebut terus
meningkat guna mencukupi asupan gizi serta nilai estetika yang dapat menikmati
oleh masyarakat. Akan tetapi produk-produk hortikultura khususnya buah-buahan
dansayur-sayuran serta produk tanaman palawija lainnya kerap mengalami
kemunduran kualitas produksi yang di sebabkan oleh beberapa faktor diantarany
ateknik penanganan pra panen, dan pasca panen serta adanya serangan hama
penyakit. Selain itu, terbukanya perdagangan bebas internasional dari satu negara
ke negara lain memungkinkan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit akan
terbawa dari satu negara ke negara lain.
Pada bidang pertanian istilah pascapanen sudah tidak asing lagi didengar
bagi petani, pascapanen merupakan suatu tindakan perlakuan yang diberikan pada
hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada pada tangan konsumen.
Penanganan pascapanen tidak bisa ditunda-tunda dalam pengolahannya terutama
pada produk holtikultura (buah dan sayuran) karena akan cepat
mengalamikerusakan (busuk). Terjadinya kerusakan seperti busuk pada komoditi
buah, sayuran dan palawija menyebabkan terjadinya kerugian bagi para petani
serta pedagang yang memasarkannya ke konsumen. Kerugian yang terjadi dapat
mencapai 50% dari keuntungan yang didapatkan, terutama pada komoditi buah
dan sayuran yang tekstur buahnya tipis dan mengandung banyak air.
Kerusakan ini disebabkan oleh penyakit seperti jamur, bakteri, virus
dannematoda yang menyerang buah, sayuran dan palawija. Patogen yang
menyerangakan terus hidup dan berkembang biak pada komoditi produk tersebut
sehingga alama kelamaan akan menginfeksi produk yang sehat (masih normal),
hal ini menjadi masalah bagi para pedagang, jika dibiarkan akan mengalami
kerugia ntotal, sehingga perlu dilakukan penanganan untuk mengatasinya, seperti
membuang yang rusak, memotong bagian yang rusak pada komoditi yang dapat
bertahan, melakukan pengemasan yang kedap uadara agar mikroorganisme
tidakcepat menyerang dan memisahkan komoditi antara yang sehat dan yang
terkena penyakit atau busuk. Oleh karena itu, pentingnya dilakukan praktikum
tentang penanganan pascapanen terutama melakukan identifikasi penyakit dan
penyebab penyakit pascapanen pada buah, sayuran dan palawija. Sehingga dapat
meminimalkan terjadinya kerugian pada petani dan para pedagang yang
memasarkannya kekonsumen.
1.2. Tujuan Praktikum
1.2.1 Identifikasi penyakit pascapanen pada beberapa buah, sayuran dan
palawija
1.2.2 Identifikasi penyebab penyakit pascapanen pada beberapa buah,
sayuran dan palawija
1.2.3 Mengetahui cara pencegahan penyebaran penyakit pascapanen buah,
sayuran dan palawija melalui kajian literature (minimal 2 referensi,
tidak kurang dari tahun 2000 ke atas)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Produk hortikultura adalah sumber pangan yang memiliki kandungan


vitamin dan mineral yang berperan secara langsung dalam meningkatkan
kesehatan. Terjaganya higienitas dan keamanan produk yang dikonsumsi menjadi
hal yang penting agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Penerapan
teknologi pascapanen yang baik menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
kemanan produk. Dalam usaha menghassilkan produk hortikultura sangat erat
kaitannya dengan kualitas produk. Terdapat lima komponen utama dari kualitas
produk hortikultura yang meliputi, penampilan, tekstur, flavor, kandungan gizi
dana keamanan (Awanis dkk, 2021).

Komoditas hortikultura mempunyai kelompok yang lebih luas dibandingkan


dengan komoditas palawija, meliputi sayuran, buah-buahan, tanaman obat-obatan
serta bunga potong. Beragamnya jenih produk hortikultura menyebabkan
permintaan konsumen menjadi meningkat dan variatif. Namun, komoditas
hortikultura cenderung bersifat persihible atau tidak tahan disimpan lama dan
rentan membutuhkan penanganan pasca panen yang lebih kompleks (Santoso dkk,
2020).

Kondisi fisik dari organ-organ panen hortikultura umumnya bersifat


perishable atau mudah rusak dan rentan dibandingkan dengan organ panen yang
tergolong pada tanaman pangan yang cenderung lebih tahan lama atau bersifat
durable. Tekstur organ panen yang lunak menandakan bahwa kandungan
karbohidrat terutama kelompok gula polisakarida yang terdapat di dalam organ
panen. Kondisi ini akan mempengaruhi daya simpan dari organ panen di ruang
penyimpanan.

Produk segar hortikultura mempunyai kandungan air yang tinggi, sangat peka
terhadap kelayuan, pengeriputan dan kerusakan mekanis, serta rentan terhadap

serangan penyakit. Dalam keadaan segar produk hortikultura tidak tahan lama, karena sifat produk
tersebut menjadi kendala dalam penyediaannya, baik untuk
pengkonsumsian keadaan segar maupun penyimpanan untuk pengolahan. Hal ini

dikarenakan pada umumnya produk hortikultura masih memiliki struktur yang masih mengalami

proses perubahan kimia dan biokimiawi yang diakibatkan oleh aktifitas metabolisme (Amiarsi, D,
2013).

Pengelolaan pascapanen pada organ panen adalah pemilihan tindakan yang


tepat terhadap organ panen dari suatu komoditas sejak organ tersebut dipanen,
kemudian melaui beberapa tahapan kegiatan pascapanen hingga ke penyimpanan
dalam kondisi segar. Sedangkan untuk pengawetan agar organ panen tersebut
dapat disimpan atau dikonsumsi jangka panjang, organ panen kemudian diproses
menjadi sumber pangan, bahan baku obat, kosmetika, atau kebutuhan industri
lainnya (Iriani, 2020).

Penyusutan kualitas produk disebabkan oleh karakteristik komoditas yang


daya tahannya sangat rendah. Pengaruh suhu dan perlakuan pasca panen yang
kurang tepat dapat mengurangi mutu produk. Permintaan yang tinggi dan daya
angkut yang seringkali kurang memadai akhirnya mengharuskan para distributor
untuk memaksakan angkutan ke dalam kendaraan. Sayuran segar yang dipanen
ditumpuk dalam keadaan yang berhimpitan sehingga merusak kondisi dan
kesegaran komoditas yang diantar. Rata-rata dari total 100% yang diantar, 30%
akan dikembalikan karena kualitasnya yang turun diperjalanan (Penglipurati dkk,
2018).

Pada aspek penanganan Pasca Panen, terdapat aspek yang perlu diperhatikan
yaitu aspek morfoanatomi dan aspek biologi yang berpengaruhdalam penanganan
setiap jenis komoditasnya. Penanganan pasca panen secara umum terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut (Gardjito et al.2015) :

- Pemanenan
- Pengumpulan
- Pencucian
- Grading
- Pengemasan
- Transportasi

Perlu adanya penanganan pada produk hortikultura untuk mengurangi

penyusutan produk, salah satunya yaitu dengan teknologi pengemasan. Pengemasan komoditas

hortikultura berfungsi untuk melindungi komoditas hortikultura dari kerusakan mekanis dan

gangguan kondisi lingkungan selama penanganan dan distribusi. Pengemasan dapat membuat

produk tampak menjadi lebih menarik dan pengemasan merupakan hal penting yang harus

diperhatikan karena hal tersebut dapat mempengaruhi daya beli konsumen (Usman, 2013).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 15 Maret 2023 yang dimulai pukul
11.20 - 12.50 WITA. Bertempat di laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi,
Gedung D, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis menulis
steorofom dan kamera handphone.

Sementara itu bahan yang digunakan yaitu terdiri dari anggur, apel,
arbei/,urbei, asparagus, bawang Bombay, bawang merah, bayam, belimbing, bit,
brokolo, daun bawang, jagung, jambu bijim jeruk, jeruk bali, kacang tanah,
kedelai, kembang kol, kentang, lobak putih, manga, nanas, pakcoy, pear, plum,
selada, seledri, srikaya, timat, ubi jalar dan wortel.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:

1. Tiap kelompok harus memiliki contoh dua tanaman akar: akar utama dan
modifikasi akar.
2. Tiap kelompok harus memiliki contoh tiga tanaman daun: daun, petiole dan
satu kuncup.
3. Tiap kelompok harus memiliki contoh dua modifikasi batang: bulb dan tuber.
4. Tiap kelompok harus memiliki contoh 6 struktur reproduktif: bunga, agregat
buah, fleshy fruits (berry, drupe, pome dan hesperidium).
5. Tiap kelompok harus memiliki 4 contoh dua tanaman polong/biji-bijian.
6. Tiap kelompok harus memiliki contoh satu komoditi tambahan yang berbeda
dari kategori di atas.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 4.1 Hasil pengamatan Dua Organ Khusus “Akar” dan Teknik Penyimpanan
Pascapanen
Packaging Teknik Penyimpanan
Foto yang Nama Latin Secara Umum
Organ
diambil di Komer binomia Skin type Tradisiona Modern Storage
type Relative
Lab sil l l Condition/
Humidity
Temperature
Keranjang Steroform
Buah Beta dan plastic
Akar wrap 0-4°C
bit vulgaris 95%

Daucus Keranjang Steroform


Wortel carota Akar dan plastic 15°C
L. wrap 70%

Tabel 4.2 Tiga Organ Khusus “Daun” dan Teknik Penyimpanan Pascapanen
Packaging Teknik Penyimpanan
Secara Umum
Foto di Nama Latin Organ
Skin type Tradisio Modern Storage
Lab Komersil binomial type Relative
nal Condition/
Humidity
Temperature
Diikat plastic
Lactuca
Selada Daun pakai bening 1-4 °C 95%
sativa
tali

Diikat plastic
Amarant
Bayam Daun pakai bening 1-4 °C 85%
hus
tali
Pakcoy Brassica Daun Diikat plastic 1-4 °C 95%
rapa pakai bening
subsp. tali
chinensi
s
Tabel 4.3 Dua Organ Khusus “Tangkai Daun (Ptiole)” dan Teknik Penyimpanan
Pascapanen
Packaging Teknik Penyimpanan
Secara Umum
Foto di Nama Latin Organ Skin Tradisio Modern Storage
Lab Komersil binomial type type nal Condition/ Relative
Temperatur Humidity
e
Diikat Sterofor
Allium Tangka pakai tali m dan
Daun
fistulosu i Daun plastic 14-24 °C 80-90%
bawang
m L.) (Ptiole) wrap

Apium Tangka Diikat plastic


Seledri graveole i Daun pakai tali bening 10-15 °C 95%
ns (Ptiole)

Tabel 4.4 Enam Organ Khusus “Struktur Reproduktif” dan Teknik Penyimpanan
Pascapanen
packaging Teknik Penyimpanan
Secara Umum
Foto di Nama Latin Organ Skin Tradisonal Modern Storage
Lab Komersil binomial type type Condition/ Relative
Temperatu Humidity
re
Brassica Keranjang Plastic
Kembang oleracea Bung sayur wrap
5°C 90%
kol var. a
botrytis
Brassica Keranjang Plastic
oleracea Bung sayur wrap
Brokoli 4-10°C 80-90%
var. a
italica
Peti buah Sterofor
Prunus
m dan
Plum domestic Buah Drupe 20-25 °C 85%
plastic
a
wrap
Malus Peti buah Jaring
Apel domestic Buah Pome jala busa 5-15 °C 90-85%
a buah
Keranjang Jaring
Pir Pyrus Buah Pome buah jala busa 2-8 °C 85-90%
buah
Diplastik dan Jarring
Psidium
Jambu Buah Berry keranjang jala busa 11°C 90-95%
guajava
buah
Averrho Keranjang Sterofor
a buah m dan
Blimbing Buah Berry 10 °C 90%
carambo plastic
la wrap
Buah Keranjang Kantong
Mangifer buah plastic
Mangga Drupe 8-10 °C 90%
a indica Jaring
kemasan
Buah Diikat pakai Kantong
Ananas Agreg tali plastic
Nanas 8°C 85-90%
comosus at Jaring
kemasan
Buah Keranjang Sterofor
Lycopers buah m dan
Tomat Berry 8-10°C 90%
icon plastic
wrap
Annona Buah Keranjang Jarring
Agreg
Srikaya squamos buah jala busa 8°C 90%
at
aL buah
Buah Keranjang Sterofor
Citrus × Hespe
Jeruk atau wadah m dan
aurantiif ridiu 8-10°C 85-90%
Nipis plastik plastic
olia m
wrap
Buah Keranjang Kantong
Citrus Hespe
Jeruk buah plastic
reticulat ridiu 8-10°C 85-90%
Keprok Jaring
a m
kemasan
Buah Keranjang Kantong
Hespe
Citrus buah plastic
Jeruk Bali ridiu 10°C 90%
maxima Jaring
m
kemasan
Buah Keranjang Plastik
Murbei/
Morus L. Berry atau di wrapping 8°C 90%
Arbei
hamparkan
Buah Keranjang Keranjan
Parsea buah g
Alpukat america Berry 5°C 90%
na

Buah Bakul Keranjan


Hyolocer g
Buah naga eus Pome 26-36°C 70-95%
polyrhiz

Buah Keranjang Plastic


wrapping
Cucumis
Melon Pepo 25-27 °C >60%
melo L

Tabel 4.5 Empat Organ Khusus “Polong/Biji-bijian” dan Teknik Penyimpanan


Pascapanen
Packaging Teknik Penyimpanan
Secara Umum
Foto di Nama Latin Organ Skin Tradision Modern Storage
Lab Komersil binomial type type al Condition/ Relative
Temperatur Humidity
e
Karung Steroform
Zea Biji- dan
Jagung Halus 28-30 °C 80%
mays bijian plastic
wrap
Kedelai Glycine Polong Halus Bakul Steroform 26 °C 80-90%
max atau dan
karung plastic
wrap
Karung Steroform
Arachis Biji- dan dan 53,6-
Kacang Halus 29,6-31,2°C
hypogea bijian plasstik plastic 73,1%
wrap

Tabel 4.6 Satu Organ Khusus “pucuk” dan Teknik Penyimpanan Pascapanen
Packaging Teknik Penyimpanan
Secara Umum
Foto di Nama Latin Organ Skin Tradisional Modern Storage
Relative
Lab Komersil binomial type type Condition/
Humidit
Temperatur
y
e
Keranjang Sterofor
Asparagus Bunga 95%
Asparag m dan
officinalis knucup 0-2,2 °C
us plastic
l. satu
wrap

Packaging Teknik
Penyimpanan
Secara Umum
Ski Tradisonal Modern Storag
Nama Latin Organ
Foto di Lab n e Relativ
Komersil binomial type
type Condit e
ion/ Humid
Tempe ity
rature
Keranjang Kantong
dan plastic
Ipomea 24-27 75-
Ubi jalar Batang karung Jaring
batats L. °C 90%
kemasan

Batang Keranjang Plastic


wrap
Lobak Raphanus 90-
8 °C
putih sativus 95%
Batang Keranjang Sterofor
Dacus
m dan
Lobak carota 90-
plastic 8 °C
merah subsp. 95%
wrap
sativus
Batang Keranjang Kantong
Solanum dan peti plastic 8,5-9,5 92-
Kentang tuberosum sayur Jaring °C 97%
L kemasan

Tabel 4.7 Empat Organ Khusus “tuber” dan Teknik Penyimpanan Pascapanen

Tabel 4.8 Empat Organ Khusus “umbi lapis” dan Teknik Penyimpanan
Pascapanen
Packaging Teknik
Penyimpanan
Secara Umum
Nama Latin Organ Skin Tradisonal Modern Storage
Foto di Lab Relati
Komersil binomial type type Conditi
ve
on/
Humi
Temper
dity
ature
Allium Keranjang Kantong
Bawang cepa L Umbi dan karungk plastic 25-35 60-
merah var. lapis Jaring °C 70%
Agregatum kemasan
Umbi Keranjang Kantong
Allium
Bawang lapis dan karung plastic 25-35 60-
cepa
bombay Jaring °C 70%
Linnaeus
kemasan
Umbi Keranjang Kantong
Allium
Bawang lapis dan karung plastic
sativum 30°C 70%
putih Jaring
Linn.
kemasan

4.2. Pembahasan
Tanaman hortikultura merupakan komoditas unggul yang dijadikan bahan
makanan dan sumber pemenuhan gizi masyarakat setiap harinya. Untuk
memenuhi kebutuhan hortikultura, banyak program yang dilaksanakan untuk
meningkatkan produktivitas petani. Hasil dari program tersebut adalah naiknya
kualitas dan jumlah produksi hortikultura yang semula hanya dapat dijual di Pasar
Tradisional, menjadi bahan makanan yang berkualitas tinggi yang dapat dijual di
Pasar Modern bahkan dapat di ekspor.

Palawija secara harfiah dapat diartikan sebagai tanaman kedua. Maksud dari
tanaman kedua yaitu palawija merupakan tanaman-tanaman hasil pertanian yang
kedua setelah tanaman pokok yaitu padi. Palawija berarti semua tanaman
pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering. Yang termasuk tanaman
palawija yaitu kacang tanah, jagung, ketela pohon, kedelai, dan umbi jalar.

Dapat dikatakan bahwa tanaman palawija ini merupakan hasil produksi


sekunder dari petani yang mana hasil produksi primer mereka yaitu padi.
Tanaman palawija ini juga bisa digunakan nuntuk menggantikan padi sebagai
makanan pokok. Pada saat ini para petani biasanya memanfaatkan lahan pertanian
mereka untuk menanam tanaman palawijauntuk mendapatkan hasil tambahan.
Sehingga kini banyak kita jumpai ladang-ladang yang di tanami tanaman padi
sekaligus juga ditanami tanaman jagung dan ketela pohon.

Prroduk hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias


(uatamanya bunga potong) dan produk tanaman biofarmaka (obat-obatan). Ahli
botani mendefiniskan buah sebagai struktur reproduktif dari tanaman
angiospermae yang berkembang dari ovary atau bakal buah dan/atau
bagian/jaringan lain disekitarrnya, mengelilingi serta melindungi biji. Ovary
merupakan bagain dari bunga tanaman angiospermae. Di dalam ovarii terdapat
ovule. Definisi buah tersebut juga menjelaskan bahwa selain buah yang terbentu
dari ivari (buah sejati) ada pula buah yang terbenntuk bukan dari ovary tetapi dari
bagian bunga yang lainnya (buah semu/ accessory fruits).

Dari tipe pericarpnya buah dibedakan menjadi 2 yakni buah kering yaitu buah
yang pericarpnya kering atau tidak berdaging, buah kering dibedakan menjadi
dehiscent dan indehiscent dan buah berdaging yaitu buah yang pericarpnya
berdaging. Buah berdaging umumnya disebut dengan buah-buahan dalam
klasifikasi tanaman hortikultura. Buah berdaging ini dibedakan lagi berdasarkan
perkembangan dari perikarpnya. Pericarp terdiri dari exocarp, mesocarp dan
endocarp.

Buah berry, hampir seluruh dair pericaprnya berdaging. Salah satu contohnya
adalag buah tomat. Tomat dapat digolongkan ke dalam buah-buahn dan sayuran
dalam klasifikasi tanaman hortikultura tergantung bagaimana dimanfaatkan oleh
konsumen. Pada tanaman tomat ini yang dikonsumsi oleh konsumen adalah
daging buahnya. Pemanfaatan buah tomat ini dapat diolah sebagai jus buah,
bumbu masakan, dan olahan lainnya. Penyimpanan untuk buah tomat ini dapat
disimpan pada suhu atau temperature yang rendah yaitu berada pada kisaran suhu
yang tergolong rendah yaitu 8-10°C dengan kelembaban relative-nya yaitu
sebesar 90%. Pengemasan untuk buah tomat ini pada pasar tradisional dan pasar
modern berbeda, di pasar misalnya pengemasan untuk meletakkan tomat yaitu
dengan keranjang buah yang terbuat dar bilah bambu atau dapat pula berupa
keranjang, sementara itu di pasar modern, pengemasan buah tomat lebih higienis
dan kualitasnya terjamin. Model pengemasan buah pada pasar modern cenderung
lebih banyak menggunakan streroform dan plastic wrap dengan takaran berat yang
disesuaikan.

Pepo, exocarpnya menjadi kulit yang tebal dan keras, sedangkan bagian yang
berdaging adalah mesokarpnya berdaging, salah satu dari contoh buah ini yaitu
melon. Bagian dalam atau endokarpnya merupakan bagian yang paling sering
dikonsumsi oleh konsumen karena rasanya yang manis dan menyegarkan serta
memiliki kandungan vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan tubuh.

Hesperidium, exsocarpnya menjadi kulit yang keras berisi kelenjar yang


mengandung minyak yang mudah menguap. Endocarpnya berdaging, berisi
kantong-kantong yag merupakan perkembangan dari sel-sel rambut dan berisi
cairan dan irisannya tampak dipisahkan oleh sekat-sekat yang disebut carpel.
Contoh buah hesperidium yaitu buah jeruk.
Drupe, endocarpnya mengerass seperti batu dan membungkus biji. Contoh
dari buah drupe yaitu buah plum.

Pome, bagian yang berdaging bukan merupakan bagian dari pericarp tapi
terbentuk dari hypanthium. Hypanthium merupakan fusi dari dasar perhiasan
bunga. Ovary berada di tengan membungkus biji. Salah satu contoh dari buah
pome yaitu buah apel. Pome tergolong accessory fruit.

Sementara itu bedasarkan proses terbentuknya buah, dibedakkan menjadi


buah sederhana, buah ganda dan buah agregat. Buah agregat merupakan buah
yang terbentuk dari banyak ovary yang terdapat pada satu bunga. Contohnya yaitu
Nanas. Bagian yang berdaging dari nanas adalah berasal dari dasar bunga
(receptacle). Salah satu individu bunga nanas memiliki banyak ovary dan banyak
stamen (benang sari).

Pada sayuran, tidak memliki sturktur spesifik secara botani sebagaimana


halnya dengan buah. Sayuran merupakan bagian dari organ tanaman dan
diklasifikasikan berdasarkan nama dan organ asalnya. Sayuran dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok utama yaitu, 1) biji-bijian dan polong-polongan, salah satu
contoh biji-bijian yaitu jagung dan polong-polongan yaitu kacang tanah. 2) Umbi
lapis, umbi akar, dan umbi batang. Contoh tanaman yang berasal dari umbi lapis
meliputi bawang merah, umbi akar contohnya yaitu wortel, kemudian contoh dari
umbi batang seperti kentang. 3) bunga, tunas, batang dan daun, contoh dari bunga
seperti kembang kol, pada pucuk terdapat asparagus, terdapat pula pada tangkai
daun seperti seledri, pada daun seperti selada.

Pengelolaan organ panen yang telah disebutkan di atas secara tepat guna
dimaksudkan adalah setiap upaya dan tindakan pengelolaan yang akan dilakukan,
sebelumnya harus mempertimbangkan kondisi tekstur, sifat fisik, dan ciri anatomi
dari setiap organ panen. Penanganan pasca panen yang tepat dan sesuai dengan
organ panen akan mempertahankan kuantitas dan kualitas dari produk
hortikultura.
Pengelolaan pasca panen ini dapat tercermin dari bagaiaman pengemasan
dari tiap-tiap produk yang dipasarkan. Pengemasan pada organ kuncup, bunga,
daun, tangkai daun, struktur reproduktif berupa bunga dan buah, umbi akar, umbi
batang dan umbi lapis. Pada pasar tradisional cemderung dikemas dalam peti
buah dan peti sayur, baik berupa keranjang maupun dalam karung. Di pasar
tradisional, pengemasan buah dan sayur tidak terlalu diperhatikan dari segi
higienitas dan keamanan produk dikarenakan target konsumennya meluas atau
kompleks. Sementara pengemasan pada pasar modern cenderung mengedepankan
daya tarik dari kenampakan serta keamanan buah dan sayur yang telah di sortir
dan digreeding. Pengemasan buah dan sayur pada pasar modern menggunakan
steroform dan plastic wrap.

Pengemasan pada pasar modern terlihat lebih bagus, higienis dan aman untuk
dikonsumsi oleh konsumen. Bedanya dengan pasar tradisional, pasar modern
memiliki target konsumen yang lebih khusus dan tidak kompleks yang mana
disesuikan dengan orientasi kebutuhan dan kesehatan dari tiap-tiap konsumen.

Pengemasan yang ditemukan di pasar cenderung mengakibatkan kerusakan


dan persentase kehilangan hasil yang lebih besar karena produk-produk ini
cenderung bulky dan mudah rusak jika ditumpuk. Sementara pada pengemasan di
pasar modern, produk hortikultura ini diatur sedemikian rupa dan tidak ditumpuk
dan jikalaupun ditumpuk, tidak akan sebanyak yang tertumpuk pada keranjang
yang ada di pasaran. Hal ini perlu diperhatikan karena produk-produk hortikultura
yang dimanfaatkan masih berupa mahkluk hidup yang masih menjalani proses
kehidupan atau metabolisme aktif..

Pengemasan pada produk-produk tanaman palawija pada biji-bijian seperti


jagung dan polong-polongan berupa kacang tanah memiliki cara pengemasan
yang berbeda dengan tanaman hortikultura. Pada pengemasan biji-bijian berupa
jagung umumnya dipasar dikemas dengan menggunakan karung. Sementara pada
kacang tanah dikemas dengan menggunakan plastic maupun menggunakan wadah
berupa bakul. Sementara, pengemasan pada pasar modern polong kacang tanah
dikemas dengan menggunakan plastic yang bagian atasnya di seal ataupun
divakum, sehingga kandungan udara di dalamnya berkurang.

Perbedaan pengemasan pada produk hortikultura dan palawija mengacu pada


jenis dari produk yang dikemas. Pada tanaman hortikultura dikemas dengan cara
menggunakan plastic wrapping ditujukan agar buah dan sayur tidak rusak karena
timbunan dan menekan laju metabolism dengan cara meminimalisi udara yang
ada pada bagian produk agar kualitas dari produk hortikultura ini dapat
dipertahankan. Produk tidak ditimbun karena bersifat mudah rusak dan memiliki
kadar air yang masih banyak karena dikonsumsi dalam keadaan yang segar.
Sementara itu pada tanaman palawija dikemas dengan menggunakan karung dan
juga menggunakan plastic serta dalam jumlah yang lebih banyak, mencerminkan
bahwa pada produk palawija cenderung lebih mudah disimpan tanpa penambahan
teknologi seperti busa buah dsb. Hal ini dikarenakan produk palawija memiliki
kanndungan air yang lebih sedikit dan tahan lama disimpan.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dikukan dapat disimpulkan bahwa
1. Organ panen tanaman hortikultura diketahui meliputi daun, kuncup,
bunga, tangkai daun, buah, umbi akar, umbi batang, dan umbi lapis.
Dimana dari bagian-bagian tersebut memiliki kadar air yang lebih banyak
sehingga dibutuhkan pengananan dan pengamasan yang lebih
dibandingkan dengan produk palawija yang memiliki kadar air yang leih
rendah sehingga daya simpannya lebih lama dan tahan.
2. Pengemasan pada pasar modern cenderung lebih baik, higienis dan aman
untuk dikonsumsi hal ini disesuaikan dengan target konsumen pada pasar
modern. Sementara pada pasar tradisional pengemasannya masih
tradisional masih berupa karung, bakul dsb.

5.2. Saran
Mengetahui
DAFTAR PUSTAKA

Awanis, dkk. 2021. Peran Teknologii Pascapanen dalam Menjamin Keamanan


Produk Hortikultura. 5(1): 47.
Amiarsi, D. 2012. Pengaruh Konsentrasi Oksigen Dan Karbon Dioksida
DalamKemasan Terhadap Daya Simpan Buah Mangga Gendong. Jurnal
Hortikultura. 22(2) : 197-204.
Gardjito, M., Widuri, H., & Ryan S., 2015. Penanganan Segar Hortikultura untuk
Penyimpanan & Pemasaran. Jakarta. Pranamedia Group
Iriani, Farida. 2020. Fisiologi Pascapanen untuk Tanaman Hortikultura. Yogyakarta.

Penglipurati, dkk. 2018. Perancangan Sistem Penjaga Kualitas Produk Pada


Sarana Jual Komoditass Hortikultura. e-Proceeding of Art & Design. 5 (3):
3879
Santoso, dkk. 2020. Teknologi Penganan Pascapanen. Syiah Kualas University Press.

Usman, A. 2013. Pengemasan Produk Pasca Panen. IPB Press. Bogor


LAMPIRAN

Teknik penentuan karakteristik khusus komoditi hortikultura (poin 4):


Mengidentifikasi satu jenis tanaman hortikultura dan menjelaskan mengenai asal,
botani, produsen dan konsumen utamanya

Contoh:
Semangka Citrullus vulgaris
Asal: Afrika bagian Selatan
Botani:
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
o
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Sympetalae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus
Species : Citrullus vulgaris
Morfologi:
Semangka (Citrullus vulgaris, Schard) merupakan salah satu buah yang
sangat digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan
kandungan airnya yang banyak. Menurut asal-usulnya, tanaman semangka konon
berasal dari gurun Kalahari di Afrika, kemudian menyebar ke segala penjuru dunia,
mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Thailand, India, Belanda, bahkan ke Amerika.
Semangka biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat jus. Biji
semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya sebagai kuaci.
Buah semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda
dengan larik-larik hijau tua tergantung kultivarnya, daging buahnya yang berair
berwarna merah atau kuning (Prajnanta, 2003)

Diketahui bahwa memiliki bentuk yang cukup besar dengan bentuk bulat atau lonjong dan
diameter hingga 20 cm. Secara fisik sebenarnya buah semangka ini memiliki bentuk yang beragam
bahkan dari hasil penelitian. Masih ada buah berbentuk kotak ataupun kubus yang populer
terutama di jepang lalu bagaimana dengan morfologi lainnya.
Apabila dilihat kulit buah semangka menyelimuti daging buah berdaging dan tebal permukaan
luarnya terkesan licin dan daging kulit yang memiliki warna putih disebut sebagai albedo, cukup
untuk melindungi buah yang ada di dalam buah.

Ternyata bagian kulit ini dapat melindungi bagian dalam buah. Bagaimana dengan warna kulit
buah sebenarnya sangatlah beragam karena warna kulit buah ada yang berwarna hijau tua.

Produsen utama: Jawa Timur

Konsumen utama: masyarakat luas

Kandungan Nutrisi: Buah semangka diketahui mengandung zat-zat tertentu yang cukup efektif
dalam membunuh sel-sel kanker, yaitu zat yang mampu menghidupkan aktivitas
fungsi sel darah putih yang mampu meningkatkan sistem kekebalan. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa semangka mengandung zat-zat yang dapat
menstimulir phagocyte, yaitu suatu sel darah yang mampu melindungi sistem darah
dari infeksi dengan cara menyerap mikroba untuk mematikan sel-sel penyebab
penyakit kanker. Kandungan kalori buah semangka sangat rendah sehingga
semangka dapat berfungsi sebagai diuretik. Buah semangka mengandung pigmen
karotenoid jenis flavonoid yang memberikan warna daging buah merah atau
kuning.

- Vitamin A
Segelas jus semangka dapat memenuhi kebutuhan vitamin A harian sebanyak
17%. Mengonsumsi semangka sangat bermanfaat bagi kesehatan mata.
- Antioksidan

Buah semangka memiliki kandungan antioksidan, sehingga sangat baik untuk


menangkal radikal bebas. Khasiatnya adalah tubuh tidak mudah terserang dan
tertular penyakit.
Produksi per tahun: pada tahun 2020 560 317,00 ton mengalami penuruan tahun
2021 menjadi 414 242,00 ton

Anda mungkin juga menyukai