OLEH
KELOMPOK 3
1. ITA USNIATI C1M019060
2. ELIZA ALIFIA PUTRI C1M020041
3. JUMRATUL ISMAYANTI C1M02066
4. HERU NUGROHO C1M422012
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
BAB 1 PENDAHULUAN
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi yang kaya akan
karbohidrat dan dapat digunakan sebagai bahan makanan pengganti makanan pokok. Kentang
merupakan salah satu makanan pokok dunia karena berada pada peringkat ke tiga tanaman yang
dikonsumsi masyarakat dunia setelah beras dan gandum (International Potato Center, 2013).
Tanaman ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam mendukung program diversifikasi
pangan (Prahardini et al., 2008). Tanaman kentang dijadikan salah satu komoditas pendukung
program diversifikasi pangan dikarenakan mempunyai kandungan protein tinggi. Protein pada
kentang mampu memberikan gizi yang baik bagi orang dewasa (Kenneth dan Ornelas, 2012).
Kentang merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung jenis karbohidrat kompleks
(Jufri, 2011). Kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar 18%, protein 2,4% dan
lemak 0.1%. Total energi yang diperoleh dari 100 gram kentang adalah sekitar 80 kkal (Astawan,
2004).
Tanaman kentang yang berasal dari stek pucuk hasil perbanyakan planlet akan
menghasilkan umbi G0. Apabila umbi G0 ini ditanam di dalam screen hous emaka akan
menghasilkan umbi G1. Umbi G1 berukuran lebih besar daripada umbi G0. Produksi kentang
dengan menggunakan bahan pertanaman G1 diketahui dapat memenuhi permintaan hasil benih
kentang yang bermutu dan produktivitas hasil yang baik.
BAB II PERENCANAAN PRODUKSI
Tujuan pembuatan jarak tanam untuk mengurangi persaingan antar tanaman dalam
mendapatkan cahaya matahari, unsur hara, air, mengurangi timbulnya penyakit dan akan
mempengaruhi umbi yang dihasilkan. Penanaman kentang untuk kentang bibit
menggunakan jarak tanam yang rapat agar menghasilkan umbi yang kecil dan banyak
sedangkan untuk kentang konsumsi menggunakan jarak tanam yang lebih lebar agar umbi
yang dihasilkan berukuran besar (Rubatzky, 1998). Jarak tanam yang digunakan untuk
penanaman G1 dengan jarak 20cm x 20cm.
3. Pemupukan dasar
Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan sebelum penanaman dilakukan. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk buatan. Pemberian pupuk kandang bertujuan
untuk menambah bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan mengikat serta
menyimpan air tanah (Sutedjo, 2008).
Tanaman kentang membutuhkan sekitar 100-150 kg/ha unsur N, 250 kg/ha untuk P2O5
dan 200 kg/ha untuk K2O. Pupuk kimia berupa pupuk hayati emas (PHE) juga diberikan
saat tanam dengan dosis 200 kg/ha. PHE mengandung bakteri penambat nitrogen yang
bukan pensimbiosis mikroba pelarut hara fosfat dan kalium serta menyediakan mikroba
pemantap agregat.
Pemberian pupuk dilakukan dengan cara di alur dilarikan. Pemupukan dengan cara alur
memudahkan pekerjaan pemupukan dan mengurangi tenaga kerja sehingga dapat menekan
biaya produksi. Menurut Suriatna (1991) pemupukan dengan cara alur baik dilakukan pada
tanaman dengan jarak tanam yang lebar dan jumlah akar tanaman yang sedikit.
4. Penanaman
Penanaman bibit dengan cara alur di bedengan dilakukan untuk bibit G1 dengan ukuran
bibit yang lebih besar dengan diameter 45 mm-55 mm. Ukuran bedengan untuk penanaman
bibit G1 yaitu 6m x 0.75m sehingga pada satu bedengan hanya ditanam satu alur tanaman
kentang. Bibit kentang diletakkan pada alur tanam dengan jarak tertentu sesuai ukuran bibit
yang digunakan. Bibit yang yang telah diletakkan di alur, ditutup dengan tanah sehingga
akan terbentuk bedengan. Untuk mencegah rebahnya tanaman, dilakukan beberapa tahap
pembumbunan. Bibit yang baik di tanam adalah bibit yang telah bertunas. Ada tiga kriteria
bibit yang siap tanam yaitu:
a. Bibit muda yaitu bibit yang hanya bertunas pada tunas apikal. Bibit akan memiliki
jumlah batang yang sedikit dengan ukuran umbi yang besar dan jumlah yang sedikit.
Bibit ini akan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit karena banyak
cadangan bibit. Bibit muda biasanya ditanam dengan tujuan tanam untuk kentang
konsumsi.
b. Bibit normal yaitu bibit yang memiliki beberapa tunas selain tunas apical. Bibit ini
akan memiliki jumlah batang yang lebih banyak dengan ukuran umbi yang lebih
kecil. Bibit ini sering digunakan untuk menghasilkan tanaman kentang untuk
menghasilkan bibit.
c. Bibit tua yaitu bibit yang kadaluwarsa. Bibit ini memiliki tunas yang telah bercabang,
lemah dan akan menghasilkan tanaman yang rentan terhadap serangan penyakit
karena cadangan makanan telah berkurang dan bibit mengkerut. Pemeliharaan
tanama
c) Pemeliharaan tanaman
1. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan diberikan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman
kentang saat fase pertumbuhan agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal. Pemupukan
susulan dilakukan pada saat umur tanaman 30 HST bersamaan dengan pembumbunan
pertama tanaman. Pupuk yang digunakan adalah Phonska dengan dosis 200-250 kg/ha.
Pemupukan susulan dilakukan b dengan cara sebar diantara dua bedengan yang telah
bersih dari gulma atau meletakkan pupuk diantara dua tanaman kemudian di timbun
dengan tanah. Cara sebar lebih sering dilakukan karena lebih efisien dalam tenaga kerja
dan waktu daripada cara meletakkan pupuk diantara dua tanaman.
2. Pembubunan
Pembumbunan yaitu kegiatan untuk mempertinggi permukaan tanah di sekitar tanaman.
Pembumbunan bertujuan untuk merangsang pembentukan akar yang akan mempengaruhi
jumlah umbi, membantu pembesaran umbi, menjaga umbi agar terhindar dari sinar
matahari, menjaga tanaman agar tidak rebah dan mencegah tanaman tergenang air.
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 30 HST dan 40-45 HST bersamaan
dengan penyiangan gulma.
3. Pengairan
Pengairan untuk tanaman G1 yaitu dengan menggunakan irigasi tetes yang dipasang di
dalam screen house.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama penyakit pada tanaman G1 tetap dilakukan monitoring terutama ketika
sudah memasuki musim hujan. Meskipun tanaman kentang G1 berada dalam screen house
tidak menutup kemungkinan tanaman kentang tidak terserang oleh hama penyakit. Adapun
metode yang dapat diterapkan selain dengan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan
melakukan monitoring hama dan jika ditemukan dapat dilakukan segera penangan
pengendalian hama penyakit secara kultur teknis maupun secara fisik dan mekanik.
5. Roguing
Roguing dilakukan hanya pada kegiatan pembibitan kentang. Kegiatan roguing dilakukan
minimal dua kali sebelum pemeriksaan di lapang antara umur 25-35 HST dan 45-50 HST.
Tanaman hasil roguing harus dibuang dari lahan untuk mencegah penyebaran penyakit
oleh virus pada tanaman yang sehat.
d) Panen
Umur panen tergantung dari varietas kentang. Umur panen untuk kentang konsumsi antara
100-110 hari sedangkan untuk kentang bibit antara 110-120 hari. Metode dan peralatan
yang digunakan untuk pemanenan tanaman kentang tergantung pada luas tanah, topografi,.
Tujuan kentang yang akan dipanen untuk disimpan atau dijual langsung ke pasar. Teknik
pemanenans yang dilakukan untuk memanen tanaman kentang G1 yaitu dengan cungkil
bambu. Umbi dipanen dengan cara membongkar bedengan dengan hati-hati agar tidak
mengalami kerusakan mekanik. Umbi yang telah dipanen kemudian dilakukan penjemuran
untuk mengeringkan tanah-tanah yang menempel pada umbi agar tidak terbawa ke gudang
penyimpanans yang dapat menjadi sumber penyakit.
e) Pasca panen
1. Sortasi dan grading
Kegiatan sortasi dan grading dilakukan dari lapangan sampai ke gudang penyimpanan.
Kentang bibit yang telah di sortasi dan di grading di lapangan dibawa ke gudang
penyimpanan (gudang kuning) sedangkan kentang konsumsi dibawa ke gudang konsumsi.
Selama di gudang penyimpanan, umbi kentang kembali di sortasi dan di grading. Sortasi
yaitu memisahkan umi yang sehat, umbi yang afkir (yang rusak karena terkena mekanik
atau terjena cangkul) dan umbi yang busuk. umbi yang telah disortasi akan di grading.
Umbi kentang di grading berdasarkan diameter umbi. Ukuran diameter kentang bibit G1
untuk ukuran L diketahui memiliki diameter >60 mm dan ukuran M berkisar pada diameter
45-60 mm. Kentang bibit yang telah disortasi dan digrading dikirim ke gudang biru
kemudian dilakukan penyortiran terakhir dan diperiksa oleh BPSBTPH untuk mendapatkan
sertifikat. Setelah mendapatkan sertifikat, kentang bibit disimpan di cool storage (gudang
hitam) dan dilakukan penyortiran kembali sebelum tanam. Umbi kentang konsumsi di
grading berdasarkan bobot umbi.
2. Penyimpanan
Kentang bibit yang telah mendapat sertifikat akan disimpan di gudang penyimpanan
bersuhu dingin 40C(cool storage) dan gudang terang bersuhu ruang (180 -250C) sedangkan
kentang konsumsi disimpan di gudang gelap bersuhu ruang.
3. pengemasan
Karena bibibt yang ditanam untuk keperluan bibit yang akan dijual maka tipe atau cara
pengemasan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara dikemas dalam peti kayu untuk
pengiriman ke luar daerah, tolok dan krat untuk pengiriman jarak dekat. Pada kemasan
diberikan label yang berisi informasi terkait dengan umi seperti bobot, generasi, varietas,
serta ukuran umbi.
4. pengangkutan
Sesuai dengan permintaan konsumen.
f) Pemasaran
Pemasaran untuk kentang umbi G1 dipasarkan kembali kepada petanis sebagai benih guna
pertanaman berikutnya yaitu generasi G2 dst. Pemasaran ini dilakukan pada mitra
kelompok tani yang sudah disepakati sebelumnya.
Benih dasar
Factor Jumlah
(G1)
Isolasi (min) -
Virus (PLRV, PVS,
(max) 0.0%
PXV, PVY)
Nematode sista
(max) 0.0%
kentang (NSK)
(max)
Nematode bintil akar 0.5%
Nematode sista
kukning
Biaya tidak tetap (Variabel Cost) : yaitu pengeluaran yang besarnya tegantung atau
ada kaitannya dengan besarnya produksi, misalnya biaya sarana produksi (bibit, pupuk,
obatobatan), tenaga kerja. Biaya ini juga bisa tunai atau tidak tunai.
Total biaya (Total Cost) adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap
No. Nama Alat Harga satuan Jumlah Total (Rp)
(Rp)
1. Screen House
a. Reng baja
ringan
30.000 85 2.550.000
(perbatang 6
m)
b. Profil kanal
C baja 70.000 112 7.840.000
ringan
c. Baut baja 300 3.200 960.000
d. Plastic UV
untuk
45.000 125 m 5.625.000
dinding dan
atap 125 m
e. Screen net 30.000 3x100 m 3.000.000
f. Batako 2100 600 buah 1.260.000
g. Pasir 150.000 6 bak1 900.000
Total 22.135.000
26.350.000 x 8screen house 177.080.000
2. Pupuk PHE 200.000/25kg 300 kg 2.400.000
3. Pupuk N 150.000/10 kg 150 kg 2.250.000
4. Pupuk P2O5 150.000/10 kg 300 kg 4.500.000
5 Pupuk K2O 200.000/10 kg 300 kg 6.000.000
6. Benih G0 2.700/knol 42.000 113..400.000
7. Tenaga Kerja
75.000/orang 20 orang 3.000.000
lapang
8. Tenaga kerja 100.000/orang 20 orang/6 kali 12.000.000
sortir dan penyortiran
gudang
9. Sewa gudang
2.500.000/bulan 3 bulan 7.500.000
(suhu dingin)
System irigasi
400.000/kit 10 buah 4.000.000
tetes kit
Pipa 2500 1000 m 2.500.000
Cangkul 30.000/biji 10 300.000
Garu 100.000/biji 5 500.000
Peti 10.000/peti 100 1.000.000
Mesin sortasi 1 5.000.000 5.000.000
14 Lain-lain - - 7.000.000
Total keseluruhan 348.430.000
Harga pokok penjualan= total biaya/hasil produksi selama 1 kali musim tanam
= 348.430.000/500.000
= 696.86/ knol. Dibulatkan menjadi Rp. 700
= Rp. 1.500/knol
Jadi, keuntungan yang akan diperoleh selama 1 kali musim tanam yaitu sebesar
Rp. 410.499.726
h. Sistem penjaminan mutu benih.
Sistem penjaminan mutu benih umbi kentang dilakukan dengan melakukan sertifikasi
benih yang bebas virus dan nematode dan sesuai dengan deskripsi benih.
2.3 Pembahasan
Produksi tanaman kentang yang menurun dan permintaan konsumen yang semakin
banyak menyebabkan mulai banyaknya alternative agar ketersediaan benih kentang tercukupi.
Salah satu caranya adalah dengan menggunkan umbi G1. Proses budidaya kentang G1 hampir
sama dengan kentang G0 dan yang berbeda hanya pada bahan pertanamannya saja. Pada kentang
G0 bahan pertanaman yang digunakan yaitu stek mini sementara bahan perbanyakan pada
tanaman kentang G1 adalah umbi mini G0 hasil penyetekan. Tempat budidaya tanaman G0 dan
G1 juga sama yaitu di screen house yang diushakan agar tanaman kentang yang dibudidayakan
terbebas dari segala virus dan nematode yang mampu menurunkan kualitas benih G0 dan G1.
Kualitas genetik yang dihasilkan oleh tanaman G1 diketahui lebih baik daripada tanaman
kentang G3-G4 hal ini dikarenakan kelas bibit yang digunakan lebih tinggi. Tingginya kualitas
benih yang dihasilkan oleh benih G0 dan G1 akan mendukung hasik produksi yang lebih tinggi
pula. Sehingga, benih G1 cocok dijadikan benih pokok untuk pertanaman berikutnya.
Varietas yang ditanam untuk menghasilkan umbi G1 ini yaitu varietas granola L. Adapun
teknis produksi untuk umbi kentang G1 yaitu dengan memperhatikan Persyaratan Teknis
Minimal untuk menghindari munculnya penyakit dan persentase penyakit yang ditoleransi.
Sebelum melakukan penanaman dilakukan sterilasis tanahnya terlebih dahulu dengan
menggunakan nematisida. Teknis produksi tanaman kentang dimulai dari persiapan lahan hingga
proses pasca panennya.
Dalam produksi benih umbi G1 dibutuhkan biaya produksi yang tidak sedikit. Adapun
biaya yang dibutuhkan dalam produksi umbi G1 yaitu biaya untuk pembuatan Screen house
dengan luas lahan 1680 are sebesar Rp.177.080.000, biaya penyediaan benih umbi G0 sebesar
Rp. 113.400.000., biaya pemupukan Rp. 15.150.000., total biaya pengairan Rp. 6.500.00., total
biaya tenaga kerja Rp. 15.000.000., total biaya pembelian alat – alat pekerjaan Rp. 1.800.000.,
biaya pembelian mesin sortasi sebesar Rp. 5.000.000, dan biaya lain – lain sebesar Rp.7.000.000.
sehingga total biaya yang digunakan untuk produksi umbi G1 yaitu Rp. 348.430.000. Selain
biaya produksi, terdapat juga biaya tidak tepat yang dikeluarkan dalam produksi umbi G1. Biaya
tidak tetap ini termasuk di dalamnya biaya penyusutan alat dan biaya pajak. Adapun biaya pajak
per satu tahun untuk luas lahan 1680 are yaitu Rp. 168.000 dengan penggunaan selama 5 tahun
dan total biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar Rp. 8.929.726. Umbi G1 yang dihasilkan
dijual kembali ke petani kentang untuk ditanam sebagai kentang generasi selanjutnya dengan
harga Rp.1.500/ knol, sehingga di peroleh keuntungan penjualan sebesar Rp. 410.499.726. Nilai
keuntungan ini diperoleh dari pengurangan harga jual dengan total keseluruhan biaya produksi.
3.2. Saran.
Pengetahun tentang teknis produksi benih umbi G1 sangat di perlukan supaya dapat
diketahui bagaimana teknis produksi yang baik untuk menghasilkan benih umbi G1 yang
berkualitas baik dan mampu menghasilkan produksi yang tinggi.
LAMPIRAN
Harga jual benih G0 (rata-rata berada pada kisaran harga 2500-2700, tapi harga tersebut belum
termasuk ongkir yang disertakan)
Harga jual benih G1 (rata-rata berada pada kisaran harga 1.600-2000 tergantung ukuran benih)