Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KAPITA SELEKTA PRODUKSI BENIH DAN BIBIT

PRODUKSI UMBI G1 (500.000 KNOL)

OLEH
KELOMPOK 3
1. ITA USNIATI C1M019060
2. ELIZA ALIFIA PUTRI C1M020041
3. JUMRATUL ISMAYANTI C1M02066
4. HERU NUGROHO C1M422012

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
BAB 1 PENDAHULUAN

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi yang kaya akan
karbohidrat dan dapat digunakan sebagai bahan makanan pengganti makanan pokok. Kentang
merupakan salah satu makanan pokok dunia karena berada pada peringkat ke tiga tanaman yang
dikonsumsi masyarakat dunia setelah beras dan gandum (International Potato Center, 2013).
Tanaman ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam mendukung program diversifikasi
pangan (Prahardini et al., 2008). Tanaman kentang dijadikan salah satu komoditas pendukung
program diversifikasi pangan dikarenakan mempunyai kandungan protein tinggi. Protein pada
kentang mampu memberikan gizi yang baik bagi orang dewasa (Kenneth dan Ornelas, 2012).
Kentang merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung jenis karbohidrat kompleks
(Jufri, 2011). Kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar 18%, protein 2,4% dan
lemak 0.1%. Total energi yang diperoleh dari 100 gram kentang adalah sekitar 80 kkal (Astawan,
2004).

Upaya peningkatan produksi kentang di Indonesia dihadapkan pada kendala yang


berhubungan dengan manajemen produksi dan ketersediaan benih bermutu yang sangat terbatas.
Sampai dengan tahun 2008, produksi benih kentang nasional baru bisa memenuhi hanya 8,3 %,
sehingga sisanya dipenuhi dari oleh benih impor (1 %) dan lebih dari 90% dipenuhi dengan
benih yang diproduksi oleh petani tanpa asal usul yang jelas. Benih kentang yang diimpor adalah
benih kentang Atlantis, sedangkan benih kentang produksi nasional umumnya adalah benih
varietas Atlantis dan Granola serta beberapa varietas lokal lainnya

Kentang (Solanum tuberosum. L) merupakan jenis tanaman sayuran semusim, berumur


pendek dan berbentuk perdu atau semak dengan fase hidup berkisar antara 90-180 hari
bergantung pada varietasnya. Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun dan letak daun
berseling-seling mengelilingi batang dengan bentuk daun ovalagak bulat dan ujungnya
meruncing. Batangnya berbentuk segi empat atau segi lima, bergantung pada varietasnya.
System perakaran tanaman kentang adalah perakaran tunggang dan serabut. Diantara akar-akar
tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon) dan
selanjutnya menjadi umbi kentang (Samadi, 2007).
Teknik budidaya tanaman kentang di dalam screen house untuk menghasilkan umbi G0
dan G1 adalah sama. Perbedaannya hanyalah pada bahan tanam. Bahan tanam G0 berupa bibit
stek pucuk, sedangkan untuk G1 berupa umbi mini G0. Perbedaan ini membawa konsekuensi
pada cara tanam. (Tony, 2001). Benih G1 (Generasi Vegetatif Pertama), Benih yang memenuhi
standar G1 atau dihasilkan dari pertanaman G0 atau kelas yang lebih tinggi dengan pengawasan
dari instansi penyelenggara Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran Benih.

Tanaman kentang yang berasal dari stek pucuk hasil perbanyakan planlet akan
menghasilkan umbi G0. Apabila umbi G0 ini ditanam di dalam screen hous emaka akan
menghasilkan umbi G1. Umbi G1 berukuran lebih besar daripada umbi G0. Produksi kentang
dengan menggunakan bahan pertanaman G1 diketahui dapat memenuhi permintaan hasil benih
kentang yang bermutu dan produktivitas hasil yang baik.
BAB II PERENCANAAN PRODUKSI

2.1 Teknis Produksi

 PTM benih kentang G1


Penanaman benih kentang G1 harus dilakukan sesuai dengan Persyaratan Teknis
Minimal. PTM untuk tanaman kentang dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tabel PTM kentang


 Sterilisasi tanah
Adapun factor pendukung agar tanaman kentang terbebas dari virus dan penyebab
penyakit tanaman yaitu dengan melakukan sterilisasi tanah. tahap-tahap sterilisasi tanah
sebagai berikut:
1. Sterilisasi dengan metode Tyndalisasi
Tanah yang digunakan dicampur dengan arang sekam dan cocopeat dengan perbanding
2:1 cocopeat 2 dan arang sekam 1. Campuran ini dimasukkan ke dalam plasstik yang
tahan panas kemudian disterilisasikan dengan metode tyndalisasi yaitu dengan cara
disterilkan di dalam dandang yang berisikan air mendidih selama 1 jam dalam waktu 3
hari berturut-turut. Lalu tanah dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 4 kg dan
ditempatkan di screen house.

2. Sterilisasi dengan menggunakan metode kimia.


Langkah-langkah sterilisasi media tanam dengan fumigant Basamid G sebagai berikut :
a. Tanah Pada Bedengan Di Cangkul Halus,merata, Kemudian Ditebar 40-50 g
Basamid G dalam 1 meter kubik media semai. Aduk dan campur menggunakan
cangkul sampai rata. Pencampuran dan pengadukan harus hati hati, karena
Basamid G bersifat iritasi terhadap kulit.
b. Campurkan adukan tanah dan Basamid G tadi dengan pupuk kandang dan pupuk
TSP (SP36)/NPK yang telah disiapkan. Aduklah semua bahan secara merata.
Tempatkan campuran media semai yang telah dicampur Basamid G tadi pada
suatu tempat yang rata, misalnya dilantai yang sebelumnya telah dibersihkan.
c. Sirami campuran tadi agar gas yang dikeluarkan segera bekerja. Aduk-aduklah
sekali lagi. Padatkan campuran tadi dengan stamper atau injak-injaklah agar
memadat. Sirami lagi hingga mencapai kondisi kapasitas lapang. Kondisi
kapasitas lapang berarti tidak terlalu becek maupun terlalu kering.
d. Tutuplah bedengan dengan plastik (dapat pula mulsa PHP) campuran tanah tadi
agar gas yang dikeluarkan basamid G bekerja menyelimuti tanah media semai.
e. Plastik penutup dibuka setelah 7-10 hari, kemudian aduk aduklah campuran pada
bedengan tadi dengan tujuan agar sisa-sisa gas segera hilang. Ulangi dengan
sesekali disiram air kemudian angin-anginkan sambil sesekali diaduk selama 7-14
hari.
f. Setelah 14 - 20 hari Lakukanlah penanaman bibit tanaman kentang pada lahan
yang sudah dilakukan sterilisasi sesuai dengan jarak tanam. Kemudian siram
dengan air sesuai dengan kebutuhan tanah dan tanaman.
 Pola dan sistem perbanyakan benih kentang G1
1. Persyaratan
a. Produsen Benih G1
1) Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat sistem manajemen mutu
2) Mempunyai benih sumber
3) Mempunyai rumah kasa
4) Mempunyai gudang penyimpanan benih
b. Persyaratan Rumah Kasa
1) Kerapatan mesh kasa yang digunakan tidak kurang dari 36 x 36 lubang/inci2
2) Tidak ada air tanah dari luar yang masuk kedalam rumah kasa
3) Tidak ada lubang/celah untuk masuknya serangga vektor
4) Rumah kasa harus mendapat cahaya optimal
5) Pintu masuk rumah kasa dari sisi luar tidak langsung terhubung pada
bagiandalam rumah kasa, tetapi ada pintu kedua yang menghubungkan pintu
pertama dengan ruang dalam rumah kasa
6) Terdapat bak suci hama (disinfectan) di antara pintu pertama dan kedua yang
dirancang agar setiap orang yang masuk ke dalam rumah kasa melewatinya.
7) Bagian atas rumah kasa tembus cahaya dianjurkan beratap kedap air
8) Rumah kasa dijaga kebersihannya dari kotoran, lumut atau material lainnya,
terutama yang akan mengganggu sinar matahari masuk.
c. Media Tanam
1. Media tanam dapat menggunakan tanah (sub soil), cocopeat, arang sekam
atau bahan lainnya yang dianggap baik untuk media tanam
2. Media tanam harus steril dan kontak langsung dengan dasar tanah
3. Sterilisasi media tanam dapat dilakukan dengan dikukus (steam), disangray
atau dengan menggunakan bahan kimia
a) Sterilisasi dengan disangrai atau dikukus selama 3-4 jam dengan suhu
minimal 900°C secara merata.
b) Sterilisasi dengan bahan kimia, harus diperhatikan penggunaan dosis, cara
dan lama waktu strerilisasi yang dianjurkan oleh produknya masing-
masing
d. Benih Sumber
1) Benih sumber yang digunakan harus BD (G0) atau kelas yang lebih tinggi.
2) Benih sumber BD (G0) yang digunakan berlabel warna putih dan masih
terpasang pada kemasannya. Apabila menggunakan benih penjenis harus
disertai dengan surat keterangan.
3) Benih sumber yang digunakan dalam satu unit sertifikasi harus dari sumber
yang sama
4) Jumlah benih sumber harus memenuhi luas areal penangkaran yang diajukan
e. Persyaratan Gudang
1) Luas gudang disesuaikan dengan volume benih yang disimpan
2) Ruangan gudang tidak lembab, mempunyai ventilasi udara cukup sehingga
sirkulasi udara dalam ruangan baik dan pencahayaan cukup sesuai kebutuhan
3) Gudang terdiri dari ruang penyimpanan dan ruang pengolahan benih yang
terjaga kebersihannya
2. Proses Perbanyakan
a. Persiapan Tanam
1) Sebelum benih sumber ditanam, sebaiknya benih disimpan di gudang terang
agar benih dapat bertunas banyak dan kuat
2) Dipersiapkan bedengan dalam rumah kasa,lebar bedengan disesuaikan dengan
jarak barisan tanaman, sedangkan jarak antara bedengan 40-45 cm. Sebaiknya
tepi bedengan diberi bambu/papan agar bedengan tidak roboh, atau dibuat
guludan dengan jarak antar guludan 65 cm.
3) Media yang sudah steril dimasukkan ke dalam bedengan, kemudian diaduk
secara merata dengan pupuk dasar “NPK 16:16:16”. Apabila akan dicampur
dengan dekompositor seperti bokasi, maka bokasi tidak ikut disterilkan
karena mikrobia yang berguna sebagai pembusuk dalam bokasi akan ikut
mati.
4) Media steril cadangan dipersiapkan untuk pembumbunan
b. Penanaman
1) Media dalam bedengan harus dalam kondisi basah/lembab sebelum ditanami
2) Lubang tanam dibuat pada bedengan/guludan denga kedalaman paling
kurang4-5 cm. Pada bedengan jarak tanam(10-15)x5 cm dengan jarak antar
bedengan 40-45 cm, sedangkanpada guludan jarak tanam (10-15 )x65 cm.
3) Benih ditanam dalam lubang dan ditutup kembali dengan media.
c. Pemeliharaan
1) Pemeliharaan tanaman dilakukan selama pertumbuhan agar tanaman dapat
tumbuh sehat dan produktif menghasilkan benih secara maksimum
2) Penyiraman harus dilakukan secara teratur dan cukup
3) Pembumbunan dengan media steril harus dilakukan seiring dengan
pertumbuhan tanaman
4) Nutrisi tambahan diberikan untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas.
Tidak diperkenankan menggunakan bahan aktif ZPT atau bahan kimia
lainnya yang secara visual dapat mengaburkan gejala serangan OPT dan/atau
menimbulkan kerusakan pada daun.
5) Pengendalian OPT dilakukan secara optimal.
6) Pencabutan dan pembersihan dilakukan terhadap tanaman yang terindikasi
terinfeksi penyakit atau varietas lain. Apabila ditemukan tipe simpang atau
mutan dalam jumlah banyak segera dilaporkan dan dikonsultasikan dengan
instansi
7) Pemeliharaan rumah kasa selama masih ada tanaman harus dilakukan agar
fungsinya tetap terjaga.
d. Pemangkasan
1) Pemangkasan atau pemberian herbisida dilakukan pada umur paling kurang
70-85 HST atau 10 hari sebelum panen.Sebaiknya terlebih dahulu dilakukan
panen percobaan dari beberapa rumpun sampel untuk
mengetahui/memastikan waktu panen yang tepat dan memperkirakan hasil
panen calon benih.
2) Pemangkasan tanaman dilakukan dengan memotong pangkal batang sehingga
yang tersisa hanya pangkal batang paling tinggi 5 cm. Tujuannya untuk
menghambat pembesaran umbi sehingga ukuran umbi terkendali, mencegah
penularan virus oleh vektor dan menguatkan kulit umbi. Daun yang tumbuh
pada setiap potongan pangkal batang harus dibuang agar Aphid tidak
hinggap.
3) Apabila pemangkasan dilakukan dengan pemberian herbisida disarankan
menggunakan dosis sesuai anjuran dan kebutuhan.
e. Panen
1) Panen dapat dilaksanakan apabila tanaman sudah mencapai umur panen, kulit
umbi sudah kuat tidak mengelupas.
2) Umbi yang dipanen dibersihkan dari tanah yang menempel dan dimasukkan
dalam wadah (krat/keranjang). Sebaiknya tidak menggunakan karung/waring.
3) Umbi langsung diseleksi atau digrading, kemudian disimpan di gudang
sebagai calon benih. Diusahakan tidak memasukkan umbi ke gudang dalam
keadaan basah.
4) Setiap selesai panen rumah kasa harus dibersihkan dari sisa-sisa panen, lumut
atau kotoran lain terutama pada atap yang akan mengganggu sinar matahari
masuk.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan umbi di gudang
1) Sortasi dilakukan dengan cara membuang umbi yang bergejala penyakit, rusak
mekanis dan campuran varietas lain
2) Grading dilakukan dengan dasar ukuran :
a) Large (L)/besar :> 90 g - 120 g
b) Medium (M)/sedang : 40 g - 90 g
c) Small (S)/kecil :< 40 g
3) Umbi disimpan dan disusun di dalam wadah (krat/keranjang) sebagai kelompok
calon benih, kemudian ditempatkan di ruang penyimpanan. Apabila diperlukan benih
diberi perlakuan pestisida, kemudian ditutup dengan kain/kelambu.
4. Kemasan Benih
a) Kemasan benih harus kuat sehingga dapat melindungi dan menjaga mutu benih.
Contoh kemasan seperti karung net (waring), keranjang/wadah dari bahan plastik,
kardus atau kayu
b) Setiap kemasan berisi maksimal 500 knol atau 25 kg dengan ukuran seragam atau
campuran dari beberapa ukuran.

 Teknis produksi umbi kentang G1


Setelah diketahui pola dan sistem untuk memproduksi benih kentang G1 yang bermutu
kemudian berikut dipaparkan tahapan-tahapan pelaksanann proses produksi umbi G1, antara
lain:
a) Penyiapan lahan
1. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan bertujuan untuk menggemburkan tanah, memutuskan dan
memusnahkan siklus hama dan penyakit tanaman yang berada didalam tanah, dan
melancarkan sirkulasi udara didalam tanah. Tanah yang gembur akan membantu dalam
penyerapan air. Pengolahan lahan yang dilakukan oleh menggunakan sistem pengolahan
tanah sempurna untuk umbi G1.
Sistem pengolahan tanah sempurna menggunakan alat garu dan cangkul yang
dilakukan di screen house untuk penanaman bibit G1. Tanah yang telah diolah diberi
basamid dengan bahan aktif dazomet 98% yang berfungsi sebagai fumigan untuk
mengendalikan nematoda dan penyakit kemudian ditutupi mulsa selama satu minggu.
Penutupan mulsa bertujuan agar hama dan penyakit yang ada didalam tanah mati. Tanah
tersebut dapat ditanami tanaman kentang setelah mulsa dibuka selama dua minggu agar gas
yang ditimbulkan dapat menguap dan tidak menyebabkan tanaman mati.
2. Pembuatan bedengan
Bedengan pada tanaman kentang bertujuan untuk melindungi akar dan umbi dari genangan
air, memudahkan dalam penyiangan gulma, pemanenan, pemupukan, penyemprotan
pestisida dan pengairan. Akar dan umbi kentang sangat peka terhadap genangan air
sehingga mudah busuk dan mengganggu pertumbuhan (Samadi, 2007).
b) Penanaman
1. Pengaturan waktu tanam

Pengaturan waktu tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kentang. Indonesia


memiliki dua musim yang memiliki kondisi agroklimat yang berbeda dan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman kentang. Menurut Samadi
(2007), waktu yang tepat untuk menanam kentang adalah pada akhir musim hujan sekitar
bulan April-Juni.

2. Pembuatan jarak tanam

Tujuan pembuatan jarak tanam untuk mengurangi persaingan antar tanaman dalam
mendapatkan cahaya matahari, unsur hara, air, mengurangi timbulnya penyakit dan akan
mempengaruhi umbi yang dihasilkan. Penanaman kentang untuk kentang bibit
menggunakan jarak tanam yang rapat agar menghasilkan umbi yang kecil dan banyak
sedangkan untuk kentang konsumsi menggunakan jarak tanam yang lebih lebar agar umbi
yang dihasilkan berukuran besar (Rubatzky, 1998). Jarak tanam yang digunakan untuk
penanaman G1 dengan jarak 20cm x 20cm.

3. Pemupukan dasar
Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan sebelum penanaman dilakukan. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk buatan. Pemberian pupuk kandang bertujuan
untuk menambah bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan mengikat serta
menyimpan air tanah (Sutedjo, 2008).

Tanaman kentang membutuhkan sekitar 100-150 kg/ha unsur N, 250 kg/ha untuk P2O5
dan 200 kg/ha untuk K2O. Pupuk kimia berupa pupuk hayati emas (PHE) juga diberikan
saat tanam dengan dosis 200 kg/ha. PHE mengandung bakteri penambat nitrogen yang
bukan pensimbiosis mikroba pelarut hara fosfat dan kalium serta menyediakan mikroba
pemantap agregat.

Pemberian pupuk dilakukan dengan cara di alur dilarikan. Pemupukan dengan cara alur
memudahkan pekerjaan pemupukan dan mengurangi tenaga kerja sehingga dapat menekan
biaya produksi. Menurut Suriatna (1991) pemupukan dengan cara alur baik dilakukan pada
tanaman dengan jarak tanam yang lebar dan jumlah akar tanaman yang sedikit.

4. Penanaman

Penanaman bibit dengan cara alur di bedengan dilakukan untuk bibit G1 dengan ukuran
bibit yang lebih besar dengan diameter 45 mm-55 mm. Ukuran bedengan untuk penanaman
bibit G1 yaitu 6m x 0.75m sehingga pada satu bedengan hanya ditanam satu alur tanaman
kentang. Bibit kentang diletakkan pada alur tanam dengan jarak tertentu sesuai ukuran bibit
yang digunakan. Bibit yang yang telah diletakkan di alur, ditutup dengan tanah sehingga
akan terbentuk bedengan. Untuk mencegah rebahnya tanaman, dilakukan beberapa tahap
pembumbunan. Bibit yang baik di tanam adalah bibit yang telah bertunas. Ada tiga kriteria
bibit yang siap tanam yaitu:

a. Bibit muda yaitu bibit yang hanya bertunas pada tunas apikal. Bibit akan memiliki
jumlah batang yang sedikit dengan ukuran umbi yang besar dan jumlah yang sedikit.
Bibit ini akan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit karena banyak
cadangan bibit. Bibit muda biasanya ditanam dengan tujuan tanam untuk kentang
konsumsi.
b. Bibit normal yaitu bibit yang memiliki beberapa tunas selain tunas apical. Bibit ini
akan memiliki jumlah batang yang lebih banyak dengan ukuran umbi yang lebih
kecil. Bibit ini sering digunakan untuk menghasilkan tanaman kentang untuk
menghasilkan bibit.
c. Bibit tua yaitu bibit yang kadaluwarsa. Bibit ini memiliki tunas yang telah bercabang,
lemah dan akan menghasilkan tanaman yang rentan terhadap serangan penyakit
karena cadangan makanan telah berkurang dan bibit mengkerut. Pemeliharaan
tanama
c) Pemeliharaan tanaman
1. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan diberikan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman
kentang saat fase pertumbuhan agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal. Pemupukan
susulan dilakukan pada saat umur tanaman 30 HST bersamaan dengan pembumbunan
pertama tanaman. Pupuk yang digunakan adalah Phonska dengan dosis 200-250 kg/ha.
Pemupukan susulan dilakukan b dengan cara sebar diantara dua bedengan yang telah
bersih dari gulma atau meletakkan pupuk diantara dua tanaman kemudian di timbun
dengan tanah. Cara sebar lebih sering dilakukan karena lebih efisien dalam tenaga kerja
dan waktu daripada cara meletakkan pupuk diantara dua tanaman.
2. Pembubunan
Pembumbunan yaitu kegiatan untuk mempertinggi permukaan tanah di sekitar tanaman.
Pembumbunan bertujuan untuk merangsang pembentukan akar yang akan mempengaruhi
jumlah umbi, membantu pembesaran umbi, menjaga umbi agar terhindar dari sinar
matahari, menjaga tanaman agar tidak rebah dan mencegah tanaman tergenang air.
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 30 HST dan 40-45 HST bersamaan
dengan penyiangan gulma.
3. Pengairan
Pengairan untuk tanaman G1 yaitu dengan menggunakan irigasi tetes yang dipasang di
dalam screen house.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama penyakit pada tanaman G1 tetap dilakukan monitoring terutama ketika
sudah memasuki musim hujan. Meskipun tanaman kentang G1 berada dalam screen house
tidak menutup kemungkinan tanaman kentang tidak terserang oleh hama penyakit. Adapun
metode yang dapat diterapkan selain dengan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan
melakukan monitoring hama dan jika ditemukan dapat dilakukan segera penangan
pengendalian hama penyakit secara kultur teknis maupun secara fisik dan mekanik.
5. Roguing
Roguing dilakukan hanya pada kegiatan pembibitan kentang. Kegiatan roguing dilakukan
minimal dua kali sebelum pemeriksaan di lapang antara umur 25-35 HST dan 45-50 HST.
Tanaman hasil roguing harus dibuang dari lahan untuk mencegah penyebaran penyakit
oleh virus pada tanaman yang sehat.

d) Panen
Umur panen tergantung dari varietas kentang. Umur panen untuk kentang konsumsi antara
100-110 hari sedangkan untuk kentang bibit antara 110-120 hari. Metode dan peralatan
yang digunakan untuk pemanenan tanaman kentang tergantung pada luas tanah, topografi,.
Tujuan kentang yang akan dipanen untuk disimpan atau dijual langsung ke pasar. Teknik
pemanenans yang dilakukan untuk memanen tanaman kentang G1 yaitu dengan cungkil
bambu. Umbi dipanen dengan cara membongkar bedengan dengan hati-hati agar tidak
mengalami kerusakan mekanik. Umbi yang telah dipanen kemudian dilakukan penjemuran
untuk mengeringkan tanah-tanah yang menempel pada umbi agar tidak terbawa ke gudang
penyimpanans yang dapat menjadi sumber penyakit.
e) Pasca panen
1. Sortasi dan grading
Kegiatan sortasi dan grading dilakukan dari lapangan sampai ke gudang penyimpanan.
Kentang bibit yang telah di sortasi dan di grading di lapangan dibawa ke gudang
penyimpanan (gudang kuning) sedangkan kentang konsumsi dibawa ke gudang konsumsi.
Selama di gudang penyimpanan, umbi kentang kembali di sortasi dan di grading. Sortasi
yaitu memisahkan umi yang sehat, umbi yang afkir (yang rusak karena terkena mekanik
atau terjena cangkul) dan umbi yang busuk. umbi yang telah disortasi akan di grading.
Umbi kentang di grading berdasarkan diameter umbi. Ukuran diameter kentang bibit G1
untuk ukuran L diketahui memiliki diameter >60 mm dan ukuran M berkisar pada diameter
45-60 mm. Kentang bibit yang telah disortasi dan digrading dikirim ke gudang biru
kemudian dilakukan penyortiran terakhir dan diperiksa oleh BPSBTPH untuk mendapatkan
sertifikat. Setelah mendapatkan sertifikat, kentang bibit disimpan di cool storage (gudang
hitam) dan dilakukan penyortiran kembali sebelum tanam. Umbi kentang konsumsi di
grading berdasarkan bobot umbi.
2. Penyimpanan
Kentang bibit yang telah mendapat sertifikat akan disimpan di gudang penyimpanan
bersuhu dingin 40C(cool storage) dan gudang terang bersuhu ruang (180 -250C) sedangkan
kentang konsumsi disimpan di gudang gelap bersuhu ruang.
3. pengemasan
Karena bibibt yang ditanam untuk keperluan bibit yang akan dijual maka tipe atau cara
pengemasan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara dikemas dalam peti kayu untuk
pengiriman ke luar daerah, tolok dan krat untuk pengiriman jarak dekat. Pada kemasan
diberikan label yang berisi informasi terkait dengan umi seperti bobot, generasi, varietas,
serta ukuran umbi.
4. pengangkutan
Sesuai dengan permintaan konsumen.
f) Pemasaran
Pemasaran untuk kentang umbi G1 dipasarkan kembali kepada petanis sebagai benih guna
pertanaman berikutnya yaitu generasi G2 dst. Pemasaran ini dilakukan pada mitra
kelompok tani yang sudah disepakati sebelumnya.

 Tahap pemeriksaan sertifikasi untuk umbi G1


Penangkar harus mengajukan surat permohonan pTemeriksaan kepada BPSBTPH untuk
melakukan pemeriksaan benih kentang di lapangan dan di gudang dan akan mendapat
sertifikat setelah lulus pemeriksaan. Pemeriksaan di lapangan meliputi pemeriksaan
kondisi tanah dan pemeriksaan tanaman pada saat berumur 30-40 HST, 40-50 HST dan
50-70 HST. Kriteria lulus pemeriksaan di lapangan disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Standar Pemeriksaan tanaman di Lapang

Benih dasar
Factor Jumlah
(G1)
Isolasi (min) -
Virus (PLRV, PVS,
(max) 0.0%
PXV, PVY)

Layu bakteri (max) 0.1%


Busuk daun dan
penyakit lain serangan (max) 2.0%
berat

Nematode sista
(max) 0.0%
kentang (NSK)

Campuran varietas lain (max) 0.0%

Sumber: BPSBTPH, 2011


Pemeriksaan umbi di gudang dilakukan setelah umbi di sortasi dan di grading. Kriteria
lulus pemeriksaan di gudang disajikan pada Tabel 2.

Factor Jumlah Benih dasar (G1)

Busuk coklat dan (max)


0.0%
busuk lunak
Kudis, powdery scab, (max)
kudis lak, dan hawar 0.5%
ubi
Busuk kering (max) 0.1%
(max)
Kerusakan oleh
0.5%
penggerek ubi

(max)
Nematode bintil akar 0.5%
Nematode sista
kukning

Campuran varietas lain (max) 0.0%

Kerusakan mekanis (max) 0.5%


dan serangga
Sumber: BPSBPH, 2011
Umbi yang telah lulus pemeriksaan diberi label sertifikasi untuk memperjelas identitas
kentang bibit yang akan dijual ke petani. Label yang digunakan yaitu label berwarna
ungu untuk kentang bibit G1. Kentang bibit yang telah mendapat sertifikat disimpan di
gudang penyimpanan bersuhu dingin atau bersuhu ruang. Kentang bibit tersebut akan
dilakukan penyortiran kembali saat akan dijual dan akan di tanam.
2.2. Manajemen Produksi
a. Target produksi
Pada 1 umbi benih G0 dapat menghasilkan 8 – 12 butir ketang dengan berat kurang
lebih 180 gram. Dari hal terrsebut dapat diketahui bahwa kebutuhan benih untuk
pertanaman G1 dibutuhkan benih G0 sebanyak 42.000 knol. Dari hal tersebut sehingga
target produksi benih G1 dapat mencapai target yaitu sebanyak sekitar 500.000 knol.
b. Perencanaan kerja
 Waktu produksi: September - Desember 2022
 Alat dan bahan:
Adapun alat yang digunakan pada produksi benih kentang G1 yaitu Screen house,
mesin sortir, cangkul, irigasi kit, peti wadah benih, garu, dan pipa. Sementara itu,
bahan yang digunakan yaitu pupuk PHE, pupuk N, pupuk P2O5, pupuk K2O,
benih G0, arang sekam dan cocopeat.
 Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu sebanyak 20 orang
c. Rencana ketersediaan benih
Tersedianya benih umbi G1 diperkirakan pada bulan April – Mei. Perkiraan ini
berdasarkan perhitungan waktu tanam benih G0 yaitu pada bulan September sehingga
waktu panen umbi G1 dilakukan pada bulan Desember. Setelah umbi G1 di panen, tidak
dapat dijual langsung karena harus melewati proses sortasi dan grading serta masa
dormansi. Sortasi umbi G1 bertujuan untuk memisahkan umbi G1 yang sehat, afkir, dan
busuk. bertujuan untuk memisahkan umbi G1 berdasarkan ukuran diameter umbinya.
Setelah umbi G1 melewati proses sortasi dan grading, selanjutnya umbi G1 akan di
simpan selama 3 – 4 bulan untuk menjaga kualitas serta memecahkan masa dormansi
benih.
d. Waktu produksi
Waktu produksi umbi G1 dilakukan pada bulan September. Bulan september dipilih
sebagai waktu produksi umbi G1 karenena estimasi waktu supaya benih G1 dapat
tersedia pada bulan April – mei. Sebagaimana diketahui bahwa penanaman kentang
paling baik yaitu pada bulan April – Juni.
e. Kapasitas produksi.
Kebutuhan lahan untuk produksi benih umbi G1 yaitu 1680 are, luas lahan ini setara
dengan luas 8 Screen house berukuran 18 m x 12 m. Kebutuhan benih untuk produksi
benih umbi G1 dengan luas lahan 1680 yaitu sekitar 42.000 benih umbi G0. Pertanaman
umbi G0 dapat menghasilkan 8 – 12 umbi G1, sehingga produksi umbi G1 yang
dihasilkan dari 42.000 benih G0 yang ditanam pada lahan seluas 1680 are yaitu 500.000
knol Umbi G1.
f. Sarana produksi
Alat yang digunakan dalam menunjang produksi umbi G1 yaitu screen house,pipa untuk
pengairan, irigasi tetes untuk pengairan, peti penyimpanan untuk meletakkan benih G1
yang di panen, cangkul untuk membongkar tanah secara sempurna, garu, pacul bambu
untuk memanen umbi G1, alat sortasi dan grading dan peralatan pendukung lainnya.
g. Perhitungan usaha dan harga jual
Berdasarkan sifatnya, biaya dibedakan menjadi:
 Biaya Tetap (Fixed Ccost) yaitu pengeluaran yang besarnya tidak tergantung atau
tidak ada kaitannya dengan besarnya produksi. Biaya ini bisa berbentuk tunai maupun
tidak tunai.
o Yang tunai: sewa tanah/pajak bumi & bunga uang
o Yang diperhitungkan: penyusutan alat-alat.
Berikut adalah perhitungan biaya tetap yang dikeluarkan

No. Rincian biaya Biaya rata-rata/luas lahan


(Rp) selama 5 tahun
1. Pajak 840.000
2. Penyusutan alat 8.089.726
Total 8.929.726

 Biaya tidak tetap (Variabel Cost) : yaitu pengeluaran yang besarnya tegantung atau
ada kaitannya dengan besarnya produksi, misalnya biaya sarana produksi (bibit, pupuk,
obatobatan), tenaga kerja. Biaya ini juga bisa tunai atau tidak tunai.
 Total biaya (Total Cost) adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap
No. Nama Alat Harga satuan Jumlah Total (Rp)
(Rp)
1. Screen House
a. Reng baja
ringan
30.000 85 2.550.000
(perbatang 6
m)
b. Profil kanal
C baja 70.000 112 7.840.000
ringan
c. Baut baja 300 3.200 960.000
d. Plastic UV
untuk
45.000 125 m 5.625.000
dinding dan
atap 125 m
e. Screen net 30.000 3x100 m 3.000.000
f. Batako 2100 600 buah 1.260.000
g. Pasir 150.000 6 bak1 900.000
Total 22.135.000
26.350.000 x 8screen house 177.080.000
2. Pupuk PHE 200.000/25kg 300 kg 2.400.000
3. Pupuk N 150.000/10 kg 150 kg 2.250.000
4. Pupuk P2O5 150.000/10 kg 300 kg 4.500.000
5 Pupuk K2O 200.000/10 kg 300 kg 6.000.000
6. Benih G0 2.700/knol 42.000 113..400.000
7. Tenaga Kerja
75.000/orang 20 orang 3.000.000
lapang
8. Tenaga kerja 100.000/orang 20 orang/6 kali 12.000.000
sortir dan penyortiran
gudang
9. Sewa gudang
2.500.000/bulan 3 bulan 7.500.000
(suhu dingin)
System irigasi
400.000/kit 10 buah 4.000.000
tetes kit
Pipa 2500 1000 m 2.500.000
Cangkul 30.000/biji 10 300.000
Garu 100.000/biji 5 500.000
Peti 10.000/peti 100 1.000.000
Mesin sortasi 1 5.000.000 5.000.000
14 Lain-lain - - 7.000.000
Total keseluruhan 348.430.000
 Harga pokok penjualan= total biaya/hasil produksi selama 1 kali musim tanam
= 348.430.000/500.000
= 696.86/ knol. Dibulatkan menjadi Rp. 700

Jadi, harga popok penjualan untuk benih G1 yaitu sebesar Rp.700

 Harga jual benih G1 = Harga pokok + laba yang diinginkan

= Rp. 700 + Rp. 800

= Rp. 1.500/knol

 Perhitungan laba atau rugi


Dalam 1 kali musim tanam diketahui di produksi sebanyak 500.000 lebih benih
G1. Sehingga selama 1 kali musim tanam dapat diperoleh keuntungan:
Perhitungan laba/rugi = (hasil produksi x harga jual) – modal total
= (500.000 x Rp. 1.500) – (Rp. 320.530.000 - 8.929.726)
= 750.000.000 – 331.100.274
= 410.499.726

Jadi, keuntungan yang akan diperoleh selama 1 kali musim tanam yaitu sebesar
Rp. 410.499.726
h. Sistem penjaminan mutu benih.
Sistem penjaminan mutu benih umbi kentang dilakukan dengan melakukan sertifikasi
benih yang bebas virus dan nematode dan sesuai dengan deskripsi benih.

2.3 Pembahasan

Produksi tanaman kentang yang menurun dan permintaan konsumen yang semakin
banyak menyebabkan mulai banyaknya alternative agar ketersediaan benih kentang tercukupi.
Salah satu caranya adalah dengan menggunkan umbi G1. Proses budidaya kentang G1 hampir
sama dengan kentang G0 dan yang berbeda hanya pada bahan pertanamannya saja. Pada kentang
G0 bahan pertanaman yang digunakan yaitu stek mini sementara bahan perbanyakan pada
tanaman kentang G1 adalah umbi mini G0 hasil penyetekan. Tempat budidaya tanaman G0 dan
G1 juga sama yaitu di screen house yang diushakan agar tanaman kentang yang dibudidayakan
terbebas dari segala virus dan nematode yang mampu menurunkan kualitas benih G0 dan G1.

Kualitas genetik yang dihasilkan oleh tanaman G1 diketahui lebih baik daripada tanaman
kentang G3-G4 hal ini dikarenakan kelas bibit yang digunakan lebih tinggi. Tingginya kualitas
benih yang dihasilkan oleh benih G0 dan G1 akan mendukung hasik produksi yang lebih tinggi
pula. Sehingga, benih G1 cocok dijadikan benih pokok untuk pertanaman berikutnya.

Varietas yang ditanam untuk menghasilkan umbi G1 ini yaitu varietas granola L. Adapun
teknis produksi untuk umbi kentang G1 yaitu dengan memperhatikan Persyaratan Teknis
Minimal untuk menghindari munculnya penyakit dan persentase penyakit yang ditoleransi.
Sebelum melakukan penanaman dilakukan sterilasis tanahnya terlebih dahulu dengan
menggunakan nematisida. Teknis produksi tanaman kentang dimulai dari persiapan lahan hingga
proses pasca panennya.

Dalam produksi benih umbi G1 dibutuhkan biaya produksi yang tidak sedikit. Adapun
biaya yang dibutuhkan dalam produksi umbi G1 yaitu biaya untuk pembuatan Screen house
dengan luas lahan 1680 are sebesar Rp.177.080.000, biaya penyediaan benih umbi G0 sebesar
Rp. 113.400.000., biaya pemupukan Rp. 15.150.000., total biaya pengairan Rp. 6.500.00., total
biaya tenaga kerja Rp. 15.000.000., total biaya pembelian alat – alat pekerjaan Rp. 1.800.000.,
biaya pembelian mesin sortasi sebesar Rp. 5.000.000, dan biaya lain – lain sebesar Rp.7.000.000.
sehingga total biaya yang digunakan untuk produksi umbi G1 yaitu Rp. 348.430.000. Selain
biaya produksi, terdapat juga biaya tidak tepat yang dikeluarkan dalam produksi umbi G1. Biaya
tidak tetap ini termasuk di dalamnya biaya penyusutan alat dan biaya pajak. Adapun biaya pajak
per satu tahun untuk luas lahan 1680 are yaitu Rp. 168.000 dengan penggunaan selama 5 tahun
dan total biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar Rp. 8.929.726. Umbi G1 yang dihasilkan
dijual kembali ke petani kentang untuk ditanam sebagai kentang generasi selanjutnya dengan
harga Rp.1.500/ knol, sehingga di peroleh keuntungan penjualan sebesar Rp. 410.499.726. Nilai
keuntungan ini diperoleh dari pengurangan harga jual dengan total keseluruhan biaya produksi.

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah dibahas di atas dapat disimpulkan bahwa proses
produksi umbi G1 sebanyak 500.000 knol dilakukan sebanyak 1kali musim tanam dan proses
penanaman hingga pemanenan dilakukan di screen house. Benih umbi G0 yang dibutuhkan
untuk menghasilkan umbi G1 dengan luas lahan 1680 are yaitu sebanyak 42.000 umbi G0.
Varietas G0 yang digunakan untuk produksi umbi G1 yaitu varietas granola. Teknis produksi
umbi G1 harus dilakukaan sesuai dengan teknis produksi minimal supaya umbi G1 yang
dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan terbebas dari virus dan nematode. Total biaya yang
dibutuhkan untuk produksi umbi G1 sejumlah 500.000 knol yaitu Rp. 348.430.000. umbi G1
yang dihasilkan dijual kembali ke petani kentang untuk di tanam sebagai kentang generasi
selanjutnya dengan harga Rp.1.500/ knol, sehingga di peroleh keuntungan penjualan sebesar Rp.
410.499.726.

3.2. Saran.

Pengetahun tentang teknis produksi benih umbi G1 sangat di perlukan supaya dapat
diketahui bagaimana teknis produksi yang baik untuk menghasilkan benih umbi G1 yang
berkualitas baik dan mampu menghasilkan produksi yang tinggi.
LAMPIRAN

Harga jual benih G0 (rata-rata berada pada kisaran harga 2500-2700, tapi harga tersebut belum
termasuk ongkir yang disertakan)

Harga jual benih G1 (rata-rata berada pada kisaran harga 1.600-2000 tergantung ukuran benih)

Anda mungkin juga menyukai