Anda di halaman 1dari 19

Panduan penanaman Padi

Pola Padi Mikroba

Latar belakang

 Prinsip budi daya padi Metoda Padfi Mikroba merupakan koreksi terhadap
paradigma sistim intensifikasi tanaman dari Revolusi Hijau (Green
Revolution-yang dikembangkan Barat awal 1960 an) yang didasarkan atas
menggali potensi genetic tanaman dan meningkatkan input eksternal (pupuk,
air, pestisida, insektisida dll).

 Peningkatan pemenuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman berasal dari


pupuk kimia yang diproduksi Pabrik Pupuk Kimia Raksasa (a.l. Urea dari
Pusri, Pupuk Kaltim , SP-36 dari Petro Gresik,serta KCl, TSP dll import).
Pada awalnya produktivitas pertanian meningkat signifikan.

 Dampak penggunaan pupuk kimia adalah matinya biota/mikroba tanah


hingga menyebabkan lahan menjadi tidak subur, pengendalian hama dengan
pertisida, insektisida dan herbisida kimia mengakibatkan matinya juga
predator hama akibatmya hama berkembang, gilirannya penggunaan bahan
kimia pengendali hama juga meningkat. Residu di padi/beras juga meningkat
bahkan sampai diatas ambang yang ditetapkan demi kesehatan.

 Koreksi yang dikembangkan didasarkan tanaman mempunyai


dapur(Reaktor) Mikro Bioreaktor yang sanggup memproduksi unsur hara,
enzyme,hormon yang dibutuhkan oleh tanaman menggantikan unsur hara
kimia eks Reaktor Kimia raksasa dari Pabrik Kimia dan obat-obatan kimia.
Mikro Bioreaktor tersusun dari pipa kapiler berbagai ukuran (dari kompos)
yang menjadi media hidup berbagai mikroba yang sanggup
memproduksi/menghasilkan hara, enzyme,hormon yang dibutuhkan
tanaman.

 Pola tanam Padi Mikroba mengupayakan /menciptakan kondisi optimal


pengembangan dari Mikro Bioreaktor tersebut hingga kebutuhan hara
terpenuhi, tanaman sehat, pertumbuhan anakan tanaman meningkat dan
kenaikan produksi dapat dicapai. Tidak digunakannya bahan kimia untuk
pupuk dan pengendalian hama, maka keseimbangan ekologi dicapai, lahan
menjadi subur kembali dan hama juga dapat dikendalikan.

 Beras organik yang dihasilkan oleh penanaman yang menggunakan


sepenuhnya bahan organik, bebas residu, harga beras organik jauh lebih
tinggi daripada beras dengan penanaman anorganic. Pendapatan petani
meningkat dan kesejahteraan petani juga meningkat.

 Seluruh kebutuhan penanaman dan pengendalian hama dapat diusahakan/


diproduksi petan. Petani mandiri tidak perlu lagi subsidi.

pg. 1
Panduan penanaman Padi
Prinsip Budidaya Padi Metode TANI-MIKROBA

Padi yang ditanam dengan menambahkan Pupuk Kimia dan Pengendalian Hama
dengan obat-obatan Kimia (Metoda Green Revolution) meninggalkan residu racun
di beras dan meracuni umat yang memakannya – Penanaman dengan cara ini
tentunya mengingkari Al Baqarah ayat 168 diatas, dimana harus makanan yang
halal lagi baik.

Saripati Tanah mengandung semua unsur kehidupan untuk Manusia, tidak perlu
lagi menambahkan unsur – unsur kimia buatan. Konsep penanaman organik
Pola Tani-Mikroba mengacu pada Surat Al Mu’minun ayat 12 dan mengikuti
Surat Al Baqarah ayat 168 tersebut diatas..

Metoda penanaman Pola Tani-Mikroba merupakan metoda penanaman


yang berlandaskan ibadah.

pg. 2
Prinsip Budidaya Padi Pola TANI-MIKROBA

 MENANAM PADI SECARA SEKSAMA


o Menanam Muda 7 – 15 hari (HSS)
o Menanam bibit Tunggal
o Menanam dangkal sekitar 1,5 cm akar bentuk L
o Jarak tanam lebar min 25 x 25 cm untuk tanam perdana/pertama dan
jarak tanam 30 x 30 cm untuk penanaman berikutnya.

 MENGGUNAKAN AIR SECARA HEMAT


o Air sebagai Nutrisi bukan media,
o Padi bukan tanaman air, tanaman tidak digenangi/direndam

 MENGOLAH LAHAN SEBAGAI BIOREAKTOR


o Bioreaktor tersusun dari berbagai mikroba pada berbagai ukuran
kapiler kompos menghasilkan berbagai unsur hara tanaman.

 MENGATASI HAMA DAN PENYAKIT SECARA TERPADU


o Menggunakan Bio-insektisida alami (Biosida) dan Insektisida dari
tanaman lokal

Pengolahan Tanah

Persiapan lahan penanaman – sawah.

1. Lahan sawah untuk penanaman harus disuburkan terlebih dahulu dengan


kompos yang berasal dari hijauan (seperti jerami, batang pisang, dan
pangkasan daun tanaman legum) atau kotoran ternak (seperti sapi, kerbau,
dan ayam).
2. Kompos yang diperlukan pada tahap pengolahan lahan sebanyak 7 – 10
Ton/hektar, kompos dihasilkan dari jerami dan tunggul dengan dekomposisi
Mikroba Dekoposer di lahan sawah, takaran 1 kg/ha.
3. Untuk penyediaan hara bagi tanaman padi, disemprotkan larutan Pupuk Hayati
(Mikroba) dengan takaran 500 gr per Ha, untuk satu kali aplikasi.

Pengomposan langsung di sawah.

Jerami sisa panen sejumlah total berkisar 10 sampai 18 Ton ditambah bonggol
rumpun padi sekitar 5-8 Ton dapat langsung dikomposkan di lahan sawah
menggunakan Mikroba Dekomposer yang mampu me dekomposisi jerami dalam
waktu sekurangnya 11 hari dengan cara sbb :

pg. 3
1. Batang jerami ditebar di sawah yang tergenang selama 4 hari,
dikeluarkan air sampai macak2.
2. Di tebar Dekomposter , dengan takaran 1 kg atau 2 Can per Ha.
3. Untuk lahan yang air kurang, Mikroba perlu di peram dari 100 gr ke
15 L air selama 10 menit dan dipindahkan ke wadah 150 L air diberi
gula putih ¼ kg, diperam sekurangnya 10 jam.
4. Sekurangnya 7 hari kemudian dibajak sedalam 30 cm, langsung
digaru dan diratakan, dilanjutkan persiapan lahan untuk penanaman.
5. Usahakan agar air tidak mengalir di areal sawah supaya unsur hara
yang ada di tanah tidak hanyut.

Penyiangan

1. Penyiangan sejak awal sekitar umur 14 hari dan diulang 3 kali dengan
interval 14 hari.
2. Menggunakan Pupuk Hayati(Mikroba) dan Biosida- pestisida organik.

pg. 4
Parit dan persiapan lahan sawah.

 Dibuat parit keliling ukuran lebar 30 cm dan kedalaman sekurang kurangnya


30 cm dan melintang petak setiap jarak 10 jajar tanaman
 Letak dan jumlah parit pembuang disesuaikandengan bentuk dan ukuran
petak, serta dimensi saluran irigasi.
 Lahan sudah siap untuk ditanami benih hasil pesemaian.

Persiapan Benih

Kebutuhan benih adalah 5—7 kg/Ha lahan.

Seleksi Benih

1. Masukkan air ke dalam wadah.


2. Masukkan telur ayam ke dalam.Telur ayam berfungsi sebagai penanda
ketika larutan garam sudah cukup dan siap untuk digunakan.
3. Kemudian masukkan garam dapur perlahan-lahan ke dalam air sambil
diaduk hingga garam larut. Penambahan garam dihentikan ketika telur sudah
naik kepermukaan air.

pg. 5
Mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas, dengan metode larutan garam

4. Seleksi Benih dengan memasukkan benih yang akan ditanam ke dalam


larutan garam. Benih yang mengapung adalah benih yang kurang baik
kualitasnya. Benih ini bisa diambil dan disisihkan. Benih yang tenggelam
adalah benih yang baik. Larutan garam juga berfungsi mematikan hama di
gabah benih.
5. Pencucian benih yang terseleksi, benih dibilas (setidaknya 3x)
dimaksudkan untuk menghilangkan larutan garam yang menempel pada
benih.
6. Perendaman Benih Benih yang telah terseleksi, direndam dengan
menggunakan air biasa. Perendaman dilakukan selama 24 jam.
7. Pemeraman Benih. Benih dimasukkan ke dalam karung yang berpori-pori
atau wadah, dan kemudian disimpan ditempat yang lembab. Pemeraman
dilakukan selama 24 jam sampai 48 jam.
8. Setelah diperam, akan terlihat adanya bintik pada lembaga atau embrio
tanda benih yang baik dan siap disemai.

Pembuatan media persemaian

1. Mencampur tanah dan kompos dan sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1.


2. Sekam atau kompos atau pupuk organic siram Larutan Mikroba Dekomposer
dan peram selama 3 hari terlebih dahulu.
3. Sebelum wadah diisi dengan media, lapisi dulu bagian dalamnya dengan
lembaran plastik atau daun pisang yang sudah dilayukan dengan cara
dijemur atau dipanaskan di atas api.
4. Masukkan media ke dalam wadah hingga ketebalan media setidaknya 4 cm.
Selanjutnya media ini disiram dengan Larutan Pupuk Hayati (Mikroba)
supaya lembab.
5. Untuk lahan seluas satu hektar dibutuhkan wadah persemaian ukuran 20 cm
x 30 cm,sebanyak 50 buah wadah/besek atau tempat pesemaian seluas 6
m2.
6. Tebarkan benih ke dalam wadah secara merata dan tidak bertumpukan.
7. Taburkan arang sekam di atas benih sampai rata melapisi/menutupi benih.

pg. 6
8. Simpan wadah-wadah ini di tempat yang teduh. Pada hari pertama dan hari kedua,
wadah-wadah ini dinaungi agar tidak kepanasan.
9. Letakkan wadah-wadah ini ditempat yang aman dari gangguan tikus, ayam dan
binatang lainnya.
Penyiraman dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan bibit tanaman tetap segar.

Penyaplakan

1. Penyaplakan dengan memakai caplak agar jarak tanam pada areal persawahan menjadi
lurus dan rapi.
2. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan jarak tertentu. Variasi jarak tanam 25cm x
25 cm untuk penaman pertama, 30cm x 30cm pada tanam kedua, atau jarak tertentu
lainnya.
3. Penyaplakan dilakukan secara memanjang dan melebar. Setiap pertemuan garis hasil
garis penyaplakan adalah tempat untuk penanaman 1 bibit padi.

pg. 7
Penanaman

1. Bibit yang ditanam berusia muda dari 11-15 HSS (Hari Setelah Semai) ketika bibit
setidaknya sudah berdaun 2 helai. Dan masih ada bulir gabah nya.
2. Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit per lubang
3. Penanaman dangkal dengan kedalaman 1 – 2 Cm per-akaran membentuk huruf L dengan
kondisi tanah sawah saat penanaman tidak tergenang air, macak-macak.
4. Jarak tanam adalah 25 cm x 25 cm untuk penanam pertama (perdana) atau 30 cm x 30
cm untuk penanaman berikutnya.

Jarak tanam yang dianjurkan

Konvensionil sampai 7 bibit/lubang Pola Mikroba hanya 1 bibit/lubang

pg. 8
Pemupukan Tanaman

1. Bahan baku bioreactor adalah kompos yang berasal dari hijauan (seperti jerami, batang
pisang, dan pangkasan daun tanaman legum) atau kotoran ternak (seperti sapi, kerbau,
dan ayam). Bahan bahan ini harus dikomposkan terlebih dulu sebelum dipakai sebagai
pupuk.
2. Kompos tersebut ditambah dengan pupuk hayati/MOL yang mengandung mikroorganisme
untuk menghasilkan hara yang dibutuhkan tanaman .
3. Pupuk kompos dicampurkan pada tahap pengolahan lahan sebanyak 7 – 10 Ton/hektar.
Atau kompos hasil dekomposisi jerami/tunggul limbah tanam musim sebelumnya di lahan
sawah.
4. Pupuk Hayati (Mikroba/MOL) ditambahkan sesuai kebutuhan pertumbuhan tanaman
termasuk pengendalian/pencegahan hama, dan disemprotkan.
5. Penggunaan/pemilihan jenis Mikroba/MOL didasari ketersediaan bahan lokal.

pg. 9
MOL Limbah hijauan sayuran segar.

Bahan Cara Pembuatan Penggunaan

 Limbah sayuran  Limbah sayuran hijauan  Pengomposan untuk mempercepat


segar (Kol, caosin, diiris-iris/ dipotong-potong penghancuran bahan organik, MOL
petsay, mentimun, kecil 1 liter + air 10 liter + gula 200
bayam, kangkung)  Masukan kedalam drum gram kemudian disiramkan pada
100 kg plastik diameter 20 cm bahan organic yang akan
 Garam 5 kg  Taburkan garam secara dikomposkan
 Gula merah 2 kg merata  Penyemprotan pada tanaman MOL
 Lanjutkan secara berlapis 400 cc + air 14 liter diaduk rata
sampai habis dan semprotan pada tanaman
 Tambahkan cucian beras
10 liter
 Drum ditutup rapat dengan
plastic
 2 – 3 minggu dibuka,
Nampak cairan berwarna
kecoklatan, aroma baunya
segar dan PH 3-5
 Tambahkan gula 2 ons
diaduk rata

Pembuatan MOL dari Siput Murbey

Bahan Cara Pembuatan Penggunaan

 Siput murbey segar  Siput murbey ditumbuk  Pengomposan, MOL 1 liter + air 5
5 kg halus liter + gula merah 1 ons diaduk rata
 Gula merah 1 kg  Masukan pada tong plastik dan siramkan pada bahan organic
 Air kelapa 10 liter campurkan dengan gula + yang akan dikomposkan
air kelapa 10 liter dan  Penyemprotan, MOL 400 cc + air 14
diaduk rata liter
 Tutup rapat dengan plastik
dan diberi slang yang
disambungkan pada botol
yang berisi air

Penyemprotan Mikroba baik itu dari MOL buatan petani maupun Konsentrat Mikroba dari Pabrik
dilakukan setiap 14 hari sekali mulai penanaman sampai umur 60 hari. Apabila ada terdeteksi
gangguan terhadap tanaman padi maka penyemprotan diteruskan setiap 14 sampai menjelang
panen.

pg. 10
Kompos

Kompos adalah bahan alami yang telah lapuk melalui proses penghancuran/ penguraian
oleh mikro organisme (bakteri) dengan waktu dan cara tertentu
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi

Pembuatan Kompos

Pengembangan MOL untuk mempercepat penghancuran bahan organik


Bahan dipotong-potong
Terlindung dari sinar matahari langsung
Mempertahankan sirkulasi udara
Kelembaban optimal
Membunuh biji-biji gulma
Membunuh sumber penyakit

Bahan Baku Kompos


Pertanian
Limbah dan residu tanaman Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung,
semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa
Limbah & residu ternak Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan
biogas
Tanaman air Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air
Industri
Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit,
limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan
Limbah pengolahan kertas, ajinomoto, limbah pengolahan minyak kelapa sawit
Limbah rumah tangga
Sampah Tinja, urin, sampah rumah tangga

pg. 11
PEMBERIAN AIR

Pemberian air, dengan cara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian air di petakan sawah
maksimum 2 cm, paling baik macak-macak (0,5cm). Pada periode tertentu petak sawah harus
dikeringkan sampai pecah-pecah.

Proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI dilakukan sebagai berikut.

1. Ketika padi mencapai umur 1—12 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di lahan adalah
macak-macak.
2. Sesudah padi mencapai umur 13—14 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2—
3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap pertama.
3. Setelah selesai disiangi, sawah kembali air dikurangi hingga macak2 sampai padi
mencapai umur 26 HST.
4. Pada umur 27—28 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap
kedua.
5. Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1—2 cm dan kondisi ini
dipertahankan sampai padi ―masak susu‖ (± 15—20 hari sebelum panen).
6. Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba.

pg. 12
Penyiangan
1. Penyiangan, dilakukan dengan mempergunakan alat penyiang jenis landak atau rotary
weeder seperti contoh pada gambar, atau dengan alat jenis apapun dengan tujuan untuk
membasmi gulma dan sekaligus penggemburan tanah, pemberian oksigen untuk akar.
2. Penyiangan dengan mempergunakan rotary weeder, selain dapat mencabut rumput, juga
dapat menggemburkan tanah di celah-celah tanaman padi. Penggemburan tanah bertujuan
agar tercipta kondisi aerob didalam tanah yang dapat berpengaruh baik bagi akar-akar
tanaman padi yang ada di dalam tanah.
3. Penyiangan minimal 3 kali. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam.
4. Penyiangan kedua dilakukan pada umur 28 HST. Penyiangan ketiga pada umur 42 HST.

pg. 13
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
1. Pengendalian hama dilakukan dengan sistem PHT. Dengan system ini, petani mengelola
unsur-unsur dalam agro ekosistem (seperti matahari, tanaman, mikroorganisme, air,
oksigen, dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman.
2. Cara yang dilakukan petani dengan menempatkan bilah-bilah bambu/ajir di petakan sawah
sebagai ―terminal‖ capung atau burung kapinis.
3. Selain itu petani juga menggunakan pestisida organik berupa ramuan yang diolah dari
bahan-bahan alami untuk menghalau hama. Pengendalian hama trip, mempergunakan
pestisida nabati yang terbuat dari daun sere dan bawang putih .
4. Pengendalian belalang, penggerek batang mempergunakan pestisida nabati yang terbuat
dari buah mahoni, daun tembakau dan daun suren.
5. Pengendalian wereng, mempergunakan pestisida nabati dan hewani yang terbuat dari daun
paitan, daun tembakau dan urine sapi yang sudah difermentasi.
6. Untuk pengendalian gulma, metode Tani-Mikroba mengandalkan tenaga manusia dan sama
sekali tidak memakai herbisida. Biasanya digunakan alat bantu yang disebut ―susruk‖. Ini
adalah semacam garu yang berfungsi sebagai alat pencabut gulma. Dengan alat ini,gulma
yang sudah tercabut sekaligus akan dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah bahan
organik tanah. Perlu diingat, bahwa dalam aplikasi metode Tani-Mikroba, gulma yang
tumbuh akan relatif banyak karena sawah tidak selalu ada dalam kondisi tergenang air.

pg. 14
Pestisida Nabati (Organik)

Pestisida yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan sebagai hasil eksplorasi, karena bahan
bioaktifnya dapat digunakan untuk pengendalian OPT

Keunggulan dan Kelemahan Pestisida Nabati

Keunggulan
- Bersipat non toxic
- Mudah terurai di alam
- Bahannya mudah diperoleh
- Cara pembuatannya relatif mudah
Kelemahan
- Daya bunuhnya terhadap jasad sasaran lambat
- Rentan terhadap pengaruh lingkungan
- Aplikasi berulang-ulang
- Tidak tersedianya bahan baku yang cukup dan berkesinambungan

PANEN

 Panen dilakukan setelah tanaman tua ditandai dengan menguningnya bulir secara merata.
 Bulir padi juga tidak akan berair apabila dicoba untuk digigit.
 Panen dengan metode Padi Mikroba biasanya lebih awal dibandingkan dengan metode
biasa, dihitung dari mulai persemaian.
 Menggunakan Pupuk Hayati umumnya batang padi masih segar meskipun malai padi
sudah menguning dan siap panen.

pg. 15
pg. 16
PENGENDALIAN HAMA

KONSEP DASAR
• Biaya penggunaan pestisida tinggi
• Issue tertinggalnya residu
• Strategi pengendalian harus aman bagi kesehatan dan lingkungan serta efektif
• Prioritas pengendalian alami
• Penggunaan biopestisida (agen hayati dan pestisida nabati)

TAKTIK PENGENDALIAN
1. Pengendalian secara teknik budidaya
2. Pengendalian secara fisik / mekanik
3. Pengendalian biologi
4. Aplikasi pestisida

Meminimalkan kandungan residu pestisida dibawah BMR perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

1. Pemilihan pestisida
2. Mengatur cara aplikasi
3. Secara spot
4. Aplikasi sejauh mungkin sebelum panen
pg. 17
PENGENDALIAN HAYATI
• Predator
• Parasitoid
• Patogen serangga (jamur, bakteri, virus, nematoda)
• Agens antagonis

PENGENDALIAN MEKANIK
• Membinasakan dengan tangan atau alat
• Memagari tanaman dengan pagar
• Menangkap dengan alat
• Menggunakan alat perangkap

PENGENDALIAN HAMA SECARA UMUM

 Bahan: Daun Mimba : 8 kg, Lengkuas : 6 kg, Serai : 6 kg, Diterjen/Sabun Colek : 20 gr,
Air : 80 liter.

 Cara Membuat : Daun mimba, lengkuas dan semi ditumbuk halus dicampur dengan
diterjen/sabun colek lalu tambahkan 20 liter air diaduk sampai merata. Direndam selama
24 jam kemudian saring dengan kain halus. Larutan akhir encerkan dengan 60 liter air.
Larutan tersebut disemprotkan pads tanaman untuk luasan 1 hektar

PENGENDALIAN WALANG SANGIT

 Picung/Kluwek (Pangium edule)


 Bagian : Buah.
 Pembuatan :
 Satu buah picung dihancurkan kemudian direndam dalam 1 gelas air selama satu
hari satu malam. Hasil rendalam tersebut disaring dan dilarutkan dalam 10 liter air
kemudian disemprotkan. Akan lebih efektif dan efisien bila dikombinasikan dengan
perangkap ―yuyu‖ (ketam)/laos/kotoran ayam ras/bangkai keong mas atau bahan
perangkap lain.

PENGENDALIAN TIKUS
• Bahan :
• Umbi gadung racun 1 kg
• Dedak padi 10 kg
• Tepung ikan 1 ons
• Kemir 1 ons dan sedikit air

• Cara membuatnya
• Umbi dikupas, dihaluskan, semua bahan dicampurkan tambah air ( dibuat seperti
Pelet ). Sebarkan pelet tersebut di pematang sawah tempat tikus bersarang

pg. 18
Luas Lahan TANAM PADI - MIKROBA Panen Awal Karung
Are Nama Peserta : Tgl Panen
Desa: Alamat
Tgl Tanam

PENDAMPING PETANI
Nama :_______________________
Jadual pelaksanaan penanaman
No Pekerjaan per 100 Estimasi Tgl Pelak Catatan
tgl sanaan
are

1 Jadual Air H 0/jadwal P3A


2 Seleksi benih 10 kg Air garam
3 Pesemaian 6 m2 HSS 0
4 Perendaman Jerami di Lahan 4 hr Air 1/2 t jerami
5 Semprot Mikroba Dekomposer 2 hko H 4/ 2 can
6 Pembajakan/garu 2 hko HSS 11 (H +>7)
7 Semprot ke 1 Pupuk Hayati-Mikroba 2 hko HSS 11/0.5 can
8 Pen-caplakan 30 x 30 cm 2 hko HSS 12 (HST 0)
9 Siangi/Semprot ke 2 Pupuk Hayati 4 hko HST 14/0.5 can
10 Siangi/Semprot ke 3 Pupuk Hayati 4 hko HST 28/0.5 can
11 Siangi/Semprot ke 4 Pupuk Hayati 4 hko HST 42/0.5 can
12 Semprot ke 5 Pupuk Hayati 2 hko HST 56/0.5 can
13 Semprot ke 6 Pupuk Hayati 2 hko HST 70/0.5 can
14 Semprot ke 7 Pupuk Hayati 2 hko HST 80/0.5 can
15 Panen 4 hko mesin
Pengendalian hama 2 hko Bila perlu 0.5 can

pg. 19

Anda mungkin juga menyukai