Lebih dari 40 th pupuk yang dipakai kebanyakan adalah pupuk kimia buatan seperti Urea,
TSP/SP.36, ZA dan lain-lain. Memang diakui bahwa dengan menggunakan pupuk kimia
tersebut produksi pertanian meningkat.
Pupuk organik biasanya diberikan dalam bentuk pupuk kompos dan pupuk kandang dan
diperlukan jumlah yang besar yaitu 2-5 ton/hektar/musim sehingga menyulitkan para
petani. Untuk mengatasi hal ini kita perlu terobosan teknologi yaitu dengan bioteknologi
kita dapat memproduksi pupuk hayati ini mampu menambah jumlah mikroba tanah yang
diperlukan oleh akar tanaman (Pupuk Hayati Biotech 250 Kg = setara dengan mikroba
yang dihasilkan dg menggunakan Pupuk kompos sebanyak 5 ton/hektar/musim tanam
dan pupuk kandang sebanyak 2 ton ton/hektar/musim tanam)
PUPUK HAYATI :
Dalam pembuatan Pupuk hayati Biotech yang kita buat ada 2 unit produksi yaitu :
2. Unit Injeksi Inokulum ke bahan pembawa dan diproses menjadi pupuk padat siap
pakai.
Proses Produksi ini memerlukan teknologi, waktu dan ketrampilan khusus karena harus
menangani makhluk hidup. Oleh karena itu kontrol kualitas produk merupakan prioritas
yang secara kontinyu dilaksanakan pada proses produksi. Memang diakui bahwa
penanganan pupuk hayati berlainan dengan pupuk-pupuk lain tetapi yang jelas adalah
pupuk ramah lingkungan.
Keistimewaan
Keunggulan :
Mikroba yang terkandung mampu menyediakan unsur hara dan memperbaiki serta
menjaga struktur tanah :
Komposisi :
• Penambat Nitrogen.
• Pelarut fosfat.
• Pelepas K.
1. Kandungan hara :
Sebelum Pemupukan :
Lihat kondisi tanah, Ukur PH Tanah (PH Normal 6,6 .. 7,5), Apabila PH 3-4 normalkan
dengan cara menaikkan PH Tanah dengan tebari dolomit secukupnya Campur dan aduk
ke Tanah, hingga PH Tanah mencapai Normal 6,6 … 7,5.
Cara Pemupukan :
1. Dibenam
c. Di airi secukupnya
b. Masukan pupuk fertismart (pupuk hayati) kedalam lubang disamping benih dengan
jarak 10 – 15 cm, tutup dengan tanah, beri pengairan secukupnya
Pupuk fertismart (pupuk hayati) harus dibenamkan dan ditutup kembali dengan tanah,
sehingga mikroba dapat langsung hidup dan berkembang didalam tanah, khusus untuk
tanaman padi disawah FERTISMART dapat langsung ditabur dipermukaan tanah sawah,
sebelum dilakukan pemupukan. Permukaan air sawah harus terlebih dahulu diturunkan
sehingga sawah tidak tergenang air.
Tanah disekitar tanaman (barisan tanaman atau piringan pohon) harus terlebih dahulu
dibersihkan baik secara manual setiap kali akan melakukan pemupukan dengan
FERTISMART
“Mikroba-mikroba tersebut bagai pabrik “Nitrogen (N), Phosphat (P) dan Kalium (K)”
bahkan mikroba dalam komposisi jumlah populasinya extrim mampu menghasilkan
fitohormon (zat perangsang tumbuh/ ZPT) alami, hormon yang disekresikan meliputi
Sitokonin, Auksin (IAA), Giberrelin (GA), Ethilena dan lain-lain”
Para ahli tanah memperkirakan bahwa ± 75% dari total lahan pertanian kita khususnya di
pulau Jawa dan Bali mengalami kerusakan, ibarat orang sedang sakit karena over dosis,
karena pemakaian pupuk kimia sintetis secara berlebihan lepas kendali dalam waktu
puluhan tahun tanpa kombinasi pemakaian pupuk organik, sehinga menguras ke-
tersediaan hara organik yang terkandung di lahan pertanian. Yang berakibat peningkatan
kebutuhan pupuk kimia dari waktu ke waktu jika tidak, maka produktivitas per hektar
akan menurun drastis, tidak feasible agribisnis.
Lebih dari 76% Nitrogen (N) berada di udara alam bebas, padahal Nitrogen mutlak
dibutuhkan oleh semua tanaman. Ada beberapa mikroba simbiosis maupun non simbiosis
mampu mengikat/menambat Nitrogen di udara alam bebas tersebut, untuk disuplai ke
tanaman. Mikroba penambat Nitrogen yang simbiotik meliputi: Rhizobium sp.,
Actonomicyetes sp. dan lain-lain. Mikroba penambat Nitrogen non-Simbiotik meliputi
Azoctobacter sp., Azospirrilum sp., dan lain-lain.
Banyak unsur makro Phosphat (P) dan Kalium (K) yang mengalami perlengketan, belum
larut sehingga tidak bisa diserap untuk dimanfaatkan oleh tanaman. Padahal unsur-unsur
makro tersebut mutlak dibutuhkan oleh semua tanaman. Ada beberapa mikroba yang
mampu melarutkan Phosphat dan Kalium tersebut, hal ini tentu sangat membantu petani.
Mikroba-mikroba pelarut Phosphat dan Kalium meliputi Psudomonas sp., Bacillus sp.,
dan lain-lain.
Mikroba-mikroba tersebut bagai pabrik “Nitrogen (N), Phosphat (P) dan Kalium (K)”
bahkan mikroba dalam komposisi jumlah populasinya extrim mampu menghasilkan
fitohormon (zat perangsang tumbuh/ZPT) alami, hormon yang disekresikan meliputi
Sitokonin, Auksin (IAA), Giberrelin (GA), Ethilena dan lain-lain. Hormon ini sangat-
sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk memacu percepatan keluarnya akar, memacu
percepatan vegetatif dan memacu percepatan pembungaan maupun pembuahan. Ini
terjadi karena proses pembelahan sel, memperbesar ukuran sel, penjarangan antar ja-
ringan yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas per hektar secara tajam.
Mikroba penambat Nitrogen dan pelarut Phosphat, Kalium yang biasa dengan popular
disebut “PUPUK HAYATI”. Sungguh sangat mendesak untuk kita kembangkan guna
mengobati lahan pertanian kita yang sedang sakit over dosis pupuk kimia sintetis dan
guna memacu percepatan terwujudnya kemakmuran para petani, yang saat ini sangat-
sangat merindukan nikmatnya kemakmuran tersebut. Karena lahan pertanian bukan untuk
diri kita sendiri, bukan untuk hari ini saja tapi justru untuk umat banyak, kelestarian alam
dan jangka waktu yang panjang.
Dunia pertanian bukan hanya sekedar dunia ilmiah yang bisa dihitung secara kalkulasi
logis matematis, dan jauh lebih penting dari sekedar mengedepankan kepintaran belaka,
melainkan masalah pertanian adalah masalah “Budi Pekerti”. Usaha pertanian
sesungguhnya didominasi oleh faktor keberpihakan Tuhan, faktor rejeki yang diberkahi.
Untuk itu, sudah sepatutnya kita harus mampu sadar untuk menjabarkan cara berbudi
pekerti melalui dunia pertanian yaitu melestarikan segenap ciptaan-Nya, terlebih makhluk
yang nyata-nyata memberi manfaat banyak kepada kita kaum petani.
Siapapun kita pasti setuju bahwa alam ini adil adanya, kita lahir di dunia sesungguhnya
mengemban amanah untuk menjaga kelestarian alam semesta ciptaan-Nya, siapa yang
memberi maka dia yang berhak menerima, siapa yang sabar dia yang subur, siapa yang
bekerja dengan hati dia yang berhak untuk diperhatikan. Sesuai yang tertulis dalam Kitab
Suci maupun Hadist:
“Jangan remehkan kebaikan yang kamu lakukan karena kamu akan melihat (hasil) nya
pada saat yang membahagiakan kamu (Hadist dari Muhammad Baqir, Al Wasail 1:89)”
“Jangan kamu ikuti urusan kaum yang melewati batas, yang berbuat kerusakan dan
tidak melakukan perbaikan (Asy- Syu’ara: 151- 152)”. (**)
Penulis :
Wayan Supadno
Hp. 0811763161
http://bangkittani.com/wacana/pupuk-hayati-mendesak-untuk-kita-hayati/
*Formulator Pupuk Bio Organik Merk ORGANOX, ZPT Organik Merk HORMAX, dan
14 Merk Dagang
Pupuk Hayati lainnya
Cabai merupakan sayuran yang memiliki
nilai ekonomi tinggi. Sun et al. (2007) melaporkan bahwa cabai mengandung antioksidan
yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Cabai kelompok
tanaman hortikultura yang rentan dengan segala macam hambatan, terutama di musim
hujan, misal serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, di lapangan dibutuhkan
kecerdasan dan keterampilan khusus tentang budidaya cabai. Selain itu, penting juga
untuk menguasai manajemen lapangan, seperti pengaturan drainase, pH (tingkat
keasaman) dan kualitas tanah. Virus, menjadi ancaman paling serius bagi tanaman cabai,
dibutuhkan tindakan preventif dan profilaksis sedini mungkin, bukan terapi, karena virus
belum ada obatnya, yang paling ideal adalah membentuk kondisi imunitas pada cabai.
Dari pengalaman penulis menanam cabai di Desa Sukadamai, Jonggol, Bogor, berbagai
penyakit bisa terkendali dengan baik, daun keriting pun bisa dikendalikan dengan
hormon/ ZPT, bahkan bisa panen sebanyak 19 kali dalam luasan ± 0.5 Ha dengan
populasi tanaman ± 7000 pohon yang ditumpangsarikan dengan jabon. Hasilnya sangat
memuaskan, dan inilah nikmatnya menjadi petani. Berikut penulis bagikan pengalaman/
kiat bertani cabai :
A. Persiapan Lahan
1. Siapkan lahan dengan antisipasi kebutuhan air rutin terinterval, pH tanah netral.
2. Olah lahan dengan memberikan pupuk kandang pasca fermentasi sebanyak 2 ton/ha,
diperkaya dengan pupuk organik cair dengan kadar C-organik tinggi sebagai media
pembiakan mikroba yang sinergis dengan cabai.
3. Perkaya dengan bakteri penambat N, penghasil hormon (ZPT), contohnya
Azospirillum sp., Azotobacter sp., dll.
4. Perkaya dengan bakteri pelarut P & K serta bakteri peningkat antibodi tanaman dan
biopestisida seperti Bacillus isp., Pseudomonas sp., dll.
B. Persemaian
1. Rendam benih dengan ZPT organik/ pupuk hayati dengan dosis 20 ml/ liter air
selama 1 malam.
2. Semprot kabut di daun dengan ZPT organik/ hormon pada pagi/ sore hari saat
stomata daun membuka, berikan dengan dosis rendah (2 ml/liter air) setiap minggu
sekali.
3. Bibit siap tanam/ pindah lapang pada 20 hari setelah semai.
C. Pemeliharaan dan Pasca Panen
1. Untuk pemeliharaan, siram/kocor pupuk hayati pada perakaran tanaman setiap 2
minggu sekali dengan dosis 10 ml/ liter air.
2. Semprot kabut dengan tepat dosis ZPT Organik/ hormon yang mengandung
sitokinin, auksin, giberellin (pemacu percepatan vegetatif), etilena (perangsang
bunga), asam absisat (pencegah dehidrasi), dan asam traumalin (pemacu percepatan
penyembuhan luka), dimulai pada umur 10 hari setelah tanam, setiap 2 minggu
sekali.
3. Setiap pasca panen, semprot kabut pada pagi/ sore hari ketika stomata daun
membuka dengan ZPT organik dosis 3 ml/ liter air. Hal ini bermanfaat untuk
memperpanjang umur panen dan meningkatkan volume panen, karena ZPT organik
yang mengandung asam traumalin dapat mempercepat penyembuhan luka bekas
petik, serta mengandung etilena untuk merangsang keluarnya bunga lagi secara
serempak.
Karena cabai mutlak dikonsumsi oleh sesama, hendaknya menggunakan sarana pertanian
yang murni organik atau jumlah input kimia sintetis yang diminimalkan. “Nikmatnya
nikmat jika ancaman berubah menjadi peluang.”
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk hayati merupakan bahan yang mengandung unsu mikroorganisme baik jamur
maupun bakteri. Ada beberapa bentuk pupuk hayati misalnya berupa cairan atau padatan.
Sebagai contoh adalah EM-4, M-Bio dan lain-lain (cairan), pupuk hayati Mikoriza,
Rhizoplus, Rhizogen (padatan).
Pupuk hayati mikoriza mengandung jamur mikoriza yaitu sejenis jamur tanah yang
mempunyai peran dalam menyediakan unsure hara bagi tanaman terutama P, sedangkan
EM-4 dan M-Bio mengandung beberapa bakteri yang berperan menyediakan unsure hara
bagi tanaman. Karena secara langsung maupun tidak langsung dapat menambah
ketersediaan unsure maka aplikasi pupuk hayqati dapat mengurangi penggunaan bahan-
bahan kimia seperti pupuk pabrik, pestisida dan juga dapat menanggulangi pemakaian
pestisida.
Aplikasi pupuk hayati di bidang pertanian merupakan salah satu alternative untuk
mendukung pertanian organik atau pertanian berkelanjutan untuk menanggulangi
persoalan lingkungan dan keamanan hasil panen.
B. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah:
a. Memperkenalkan dan mempelajari pemakaian beberapa pupuk hayati.
b. Mempelajari pertumbuhan pemanfaatan pupuk organic dan kimia dengan berbagai
dosis kombinasi.
Tandon (1990) melaporkan terjadinya kekahatan pada 5 unsur hara dari 13 jenis unsur
hara yang diperlukan tanaman terutama tanah-tanah di kawasan Asia akibat program
pemupukan yang tidak berimbang dan penggunaan bahan organik yang sangat terbatas.
Apabila terus berlanjut, revolusi hijau bukan membawa keberhasilan pembangunan
pertanian tetapi dengan malapetaka.
Praktek pertanian organik membantu dalam memperbaiki tanah yang terdegradasi dan
mendorong tercapainya pertanian yang berkelanjutan. N dan P merupakan unsur hara
yang paling banyak diperlukan tanaman. Dari tahun ke tahun kebutuhan selalu
meningkat. Untuk mengatasi perlu tambahan pupuk organik dan pupuk hayati.
Peningkatan harga pupuk kimia mendorong kita untuk mencari teknologi alternatif.
Pupuk Hayati Merupakan Alternatif Bagi Petani.
Usaha untuk memperoleh sumber alternatif dalam mempertahankan dan meningkatkan
kesuburan tanah melalui sumber daya terbarukan dengan peranan bakteri dan
mikroorganisme lain yang mampu menambat N dan meningkatkan kemangkusan
sehingga efisien dengan penggunaan N dan P yang mempunyai peranan penting.
Bahan
1. Benih selada
2. Pupuk kompos, pupuk urea, SP-36 dan KCl
3. Pupuk hayati: mikoriza dan EM-4
4. Media tanam: tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.
5. Air
Alat
1. Polibag
2. Label
3. Alat penyiram
B. Prosedur Kerja
2. Menyiapkan media tanam dalam polibag dengan berbagai dosis pupuk hayati dan
pupuk kimia. Dosis pupuk yang digunakan yaitu:
1. Jenis pupuk hayati control (P0), mikoriza (P1 = 25 g/pot) dan EM-4 (P2 = 5 ml/l
air).
2. Dosis pupuk kimia K0 = 100%, K1 = 75% dan K2 = 50% dari dosis rekomendasi.
3. Benih yang telah ditanam dipelihara sampai layak untuk dipanen
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
2. Rata-rata
Keterangan:
A. Pembahasan
Nitrogen dan fosfat merupakan dua unsur yang paling banyak diperlukan tanaman dan
merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan hasil tanaman. Sampai saat ini
permasalahan yang dihadapi dalam program pemupukan adalah kemangkusannya yang
rendah. Meskipun demikian, kebutuhan pupuk N dan P dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Untuk mengurangi perbedaan yang besar antara kebutuhan dan pasokan,
tambahan pupuk organik dan pupuk hayati sangat diperlukan. Kemungkinan besar
terdapat kendala yang cukup besar dalam program pengembangan pertanian organik.
Akan tetapi kesulitan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan pupuk hayati. Suatu hal
yang mungkin dapat dilaksanakan untuk memproduksi dan memasok pupuk hayati
apabila tahapan yang harus dilaksanakan dirancangan dengan baik (Sugeng. 2005)
Pupuk hayati merupakan alternatif bagi petani untuk memanfaatkan pasokan N2- udara
yang cukup besar, disamping memanfaatkan bentuk P tak tersediaa menjadi bentuk
tersedia. Melalui masukan teknologi rendah, petani dapat memperoleh keuntungan yang
lebih besar.
Pupuk hayati yang dibuat mengandung mikroorganisme tertentu dalam jumlah yang
banyak mampu menyediakan hara serta membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk hayati
dapat diterima sebagai pupuk yang berharga murah dibanding pupuk kimia, dan tidak
berdampak negatif baik terhadap kesehatan tanah maupun lingkungan. Pupuk hayati yang
banyak dikembangkan merupakan pemasok nitrogen dan fosfor (Susanto. 2002).
Atmosfer mengandung nitrogen dalam jumlah yang banyak (78%) dan beberapa jenis
bakteri baik yang hidup bebas di dlam tanah maupun bersimbiosis dengan tanaman,
mampu menambat N-udara yang selanjutnya diubah menjadi bentuk yan tersedia bagi
tanaman. Pada saat ini yang banyak digunakan untuk pupuk hayati adalah:Rhiobium,
Azospirillium, Azotobacter, dan Phosphobacteria.
1. Rhizobium
Diantara bakteri yang bermanfaat, rhizobium yang paling banyak digunakan untuk pupuk
hayati. Koloni bakteri rhizobium bersimbiose dengan akar tanaman legum, membentuk
bintil akar yang berperan dalam penyematan nitrogen.
2. Azospirillium
3. Azotobacter
Sebagian besar bentuk fosfat disemat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Pada kebanyakan tanah tropika diperkirakan hanya 25% fodfat yang diberikan
dalam bentuk superfosfat yang diserap tanaman dan sebagian besar atau 75% diikat
tanah.
2. Mikorisa
3. Ektomikoriza
Ektomikoriza berasosiasi dengan tanaman jenis pohon, sperti pinus, oak, eukaliptus, dll.
Inokolasi tanaman dengan ektomikoriza akan memberikan keuntungan, bahkan di
beberapa tempat tanaman akan tumbuh baik apabila terinfeksi mikorisa. Inokulasi akan
mendorong pertumbuhan tanaman apabila infeksi secara alami terjadi pada kerapatan
yang rendah.
Percobaan kali ini dilakukan percobaan terhadap tanaman selada yang ditanam di
polibag. Media tanam yang digunakan adalah campuan pasir, tanah dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1:1:1. Setiap polibag mendapatkan satu perlakuan, perlakuan
pertama yaitu kontrol (tanpa pemberian/aplikasi). Perlakuan kedua yaitu pemberian
mikoriza 25gr dengan pupuk kimia 100%, perlakuan ketiga pemberian EM4 5ml/liter air
dengan pupuk kimia 100%. Perlakuan keempat pemberian mikoriza 25gr dengan pupuk
kimia 50%, perlakuan kelima pemberian EM4 5ml/liter air dengan pupuk kimia 50%.
Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan hasil per gram
tanaman dimana kesemuanya itu dirata-ratakan. Pengamatan dilakukan sampai tanaman
layak panen, atau dalam percobaan kali ini dilakukan selama kurang lebih 3 minggu.
Pengamatan dilakukan kurang lebih tiga minggu, dan hasil pengamatan menunjukkan
bahwa pertumbuhan tanaman lebih cepat dengan kombinasi pupuk P2K2, dimana
perlakuan menggunakan kombinasi EM4 5 ml/Liter air dan 50% pupuk kimia, disini
terbukti bahwa besarnya dominasi pupuk hayati dapat mempercepat dan menyuburkan
tanaman.
EM4 merupakan pupuk hayati cair yang mengandung mikroorganisme, salah satunya
yaitu bakteri pelarut fosfat dan mikoriza. Terdapat beberapa jenis fungi dan bakteri,
seperti: Bacillus polymyxa, Pseudomonas striata, Aspergillus awamori, dan Pencillium
digitatum yang diidentifikasi mampu melarutkan bentuk P tak larut menjadi bentuk
tersedia bagi tanaman (Susanto. 2002).
Tidak hanya membuat tanaman dapat tumbuh dengan cepat, ternyata perpaduan antara
pupuk hayati dengan pupuk anorganik (kimia) juga dapat memperbanyak jumlah daun
yang tumbuh. Hal ini dikarenakan kandungan N yang disediakan oleh pupuk kimia cukup
banyak dan diimbangi dengan mikoriza/mikroorganisme yang terkandung dalam pupuk
hayati sehingga perttumbuhan dapat seimbang dan cepat.
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Disarankan agar lebih terampil lagi dalam proses penanaman. Setelah benih ditaruh
sebaiknya polibag ditaruh dibawah naungan untuk menghindari terkena kucuran air hujan
sehingga benih terbawa air dan gagal berkecambah.
2. Sarana dan prasarana lebih ditingkatkan agar berjalannya percobaan lebih baik.
Tempat penyimpanan hasil prktikum sebaiknya ditempat khusus agar tanaman tidak
rusak maupun hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Winarso, Sugeng. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media. Yogyakarta.