Disusun Oleh:
Kelompok 4
Allan Cahyadi F
150510120052
Arini Mushfiroh
150510120058
Ary Satria
150510120063
Lila Margareth
150510120067
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala izin-Nya sehingga
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini dikerjakan sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah biofertilisasi, berisikan tentang penjelasan bagaimana
dampak ketiadaan penggunaan pupuk hayati terhadap tanah dan tanaman dalam
pertanian berkelanjutan. Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak.Semoga Allah SWT
memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan
selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada
umumnya dan khususnya mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Dampak Penggunaan Pupuk Hayati terhadap Tanah ..7
2.2. Efek Peniadaan Pupuk Hayati Terhadap Laju Mineralisasi ...8
2.3. Efek Peniadaan Penggunaan Pupuk Hayati terhadap Proses
Pemupukan Berimbang9
2.4. Efek Pupuk Hayati Sebagai Bioprotektan ..11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.13
DAFTAR PUSTAKA.14
BAB I
PENDAHULUAN
Efisiensi pemupukan merupakan hal yang sangat penting bagi pelaku usaha
pertanian dan perkebunan mengingat tingkat kehilangan yang tinggi akibat prosesproses dalam tanah (aliran pemupukan, pencucian, evaporasi, fiksasi dan imobilisasi).
Dengan kecenderungan semakin tingginya biaya produksi pupuk Urea sebagai akibat
menipisnya ketersediaan serta meningkatknya harga bahan gas alam (bahan baku
pabrik Urea), serta meningkatnya kesadaran manusia akan isu lingkungan, maka
penggunaan pupuk sintetik secara perlahan akan diminimalkan dan ditingkatkan ke
penggunaan pupuk yang ramah lingkungan dan bersumber dari bahan baku terbaharui
(renewable resources) seperti pupuk hayati dan pupuk organik. Pengelolaan sistem
produksi pertanian secara terpadu, intensif dan berkelanjutan melalui aplikasi pupuk
hayati yang bermutu unggul dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, penghematan
biaya pupuk, tenaga kerja, pendapatan petani, produktivitas pertanian serta
kelestarian lahan pertanian.
Sejalan dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan
pelestarian lingkungan, inovasi teknologi peningkatan produktivitas tanah dan
tanaman harus ramah lingkungan agar lahan dapat digunakan secara lestari dalam
jangka panjang. Kriteria pertanian ramah lingkungan adalah: 1) terpeliharanya
keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologis biota pada permukaan dan
lapisan olah tanah, 2) terpeliharanya kualitas sumberdaya alam pertanian dari segi
fisik,hidrologis, kimiawi dan biologik mikrobial, 3) bebas cemaran residu kimia,
limbah organik dan anorganik yang berbahaya atau mengganggu proses hidup
tanaman, 4) terlestarikannya keanekaragaman genetik tanaman budidaya, 5) tidak
terjadi akumulasi senyawa beracun dan logam berat yang membahayakan melebihi
batas ambang aman, 6) terdapat keseimbangan ekologis antara hama/penyakit dengan
musuh-musuh alami, 7) produktivitas lahan stabil dan berkelanjutan, dan 8) produksi
hasil panen bermutu tinggi dan aman sebagai pangan atau pakan (Sumarno et al. 2000
dalam Saraswati, 2011).
Mikroba tanah merupakan dasar transformasi bagi berlanjutnya suatu
kehidupan, fungsinya mempengaruhi berbagai proses dalam tanah. Transformasi
beberapa pupuk kimia dalam tanah tergantung pada mikroba tanah, seperti nitrifikasi
amonia, katalisis hidrolisis pupuk P oleh enzim fosfatase. Pemberian pupuk kimia
berlebihan dapat memberikan efek negatif pada lingkungan mikroba, khususnya pada
daerah yang dekat dengan partikel pupuk, karena meningkatkan konsentrasi garam
untuk segera dioksidasi menjadi nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi.
Nitrifikasi adalah proses bertahap yaitu proses nitritasi yang dilakukan oleh bakteri
Nitrosomonas dengan menghasilkan nitrit, yang segera diikuti oleh proses oksidasi
berikutnya menjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter yang disebut
dengan nitratasi. Nitrat merupakan hasil proses mineralisasi yang banyak disukai atau
diserap oleh sebagian besar tanaman budidaya. Namun nitrat ini mudah tercuci
melalui air drainase dan menguap ke atmosfer dalam bentuk gas (pada drainase buruk
dan aerasi terbatas) (Killham, 1994 dalam Atmojo 2005).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dampak Penggunaan Pupuk Hayati terhadap Tanah
Pupuk hayati merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya
memperbaiki kesuburan tanah. Penggunaan pupuk hayati tidak akan meninggalkan
residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia. Selain itu
penggunaan pupuk hayati diharapkan dapat meningkatkan kesehatan tanah,
menumbuhkan jasad renik (mikroba), menggemburkan dan menumbuhkan hewan
6
Meyuburkan tanah
Pupuk hayati mengandung mikroorganisme yang dapat mendegradasi bahan
organik sehingga mampu menyediakan unsur hara yang dapat diserap tanaman dan
menghasilkan enzim alami dan vitamin yang bermanfaat untuk meningkatkan
kesuburan tanah.
gembur. Tanah yang gembur akan memiliki pori-pori lebih banyak guna menyalur
dan menyimpan air tanah untuk kebutuhan tanaman. Pada saat musim kemarau, tanah
mampu menyediakan air.Sementara pada musim hujan, tanah mampu menahan air
sehingga resiko erosi dan banjir dapat dikurangi.
penggunaan pupuk nitrogen dalam bentuk ammonium sulfat atau Sulfur coated urea
yang terus menerus selama 20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah sehingga
populasi cacing tanah akan turun secara drastis.
2.3. Efek Peniadaan Penggunaan Pupuk Hayati terhadap Proses Pemupukan
Berimbang
Pemupukan merupakan penyeimbang ketersediaan unsur-unsur hara di dalam
tanah sesuai yang diperlukan oleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar
dapat berproduksi dengan baik. Pemupukan dilakukan karena banyak unsur hara
didalam tanah yang telah hilang akibat:
A. Tanah mengalami pencucian akibat perkolasi terbawa aliran permukaan.
B. Unsur hara yang menguap oleh mineral-mineral liat dalam tanah.
C. Saat pemanenan banyak hara yang terangkut keluar dari tanah. (Osman,
1996).
Pemupukan dilakukan agar tingkat ketersediaan hara esensial dalam tanah
menjadi seimbang dan optimum sehingga berguna untuk :
1. Meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman.
2. Meningkatkan efisiensi pemupukan.
3. Meningkatkan kesuburan tanah.
4. Menghindari pencemaran lingkungan
( Deptan, 2007 )
Pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor yang menjadi kunci untuk
memperbaiki serta meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah
yang kesuburan tanahnya relatif rendah akibat tingkat pelapukan dan pencucian hara.
Pemupukan berimbang mencakup tiga langkah, yaitu
1. Menetapkan target hasil realistus yang ingin dicapai.
2. Menggunakan hara yang sudah tersedia secara efektif
3. Menambahkan pupuk kimia untuk mengurangi kekurangan antara kebutuhan
tanaman dan suplai hara alami.
berbagai
zat
makanan
tanaman
dalam
jumlah
dan
10
(2012)
membuktikan
bahwa
sintesis
enzim
atau
inaktivasi
enzim
untuk
mensintesis
11
pertanian
maka
dapat
meningkatkan
penggunaan
pestisida
yang
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan isi penulisan ini, maka dapat disimpulkan bahwa
dampak ketiadaan penggunaan pupuk hayati terhadap tanah dan tanaman dalam
pertanian berkelanjutan yaitu meningkatnya penggunaan pupuk anorganik, dimana
terdapat kandungan bahan kimia pada pupuk anorganik yang dapat menyebabkan
dampak negatif pada lingkungan. Hal ini pula yang mengakibatkan kesuburan tanah
12
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, Suntoro. 2005. Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan
Upaya Pengelolaannya. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Arisanti S., ND. Kuswytasari, M. Shovitri. 2012. Antimicrobial Assay of Soil Mold
Isolates from Wonorejo Surabaya.The Journal for Technology and
Science 23 (4) : 111 117
Makut MD., Owolewa OA. 2011. Antibiotic-Producing Fungi Present In The Soil
Environment Of Keffi Metropolis, Nasarawa State, Nigeria. Trakia Journal
Of Sciences 9(2): 33-39.
13
NN. 2008. Pemupukan Berimbang dengan Perangkat Uji Tanah Sawah v.01. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Dapat
diakses melalui www.pustaka-deptan.go.id pada Senin, 16 Maret 2015.
Roland J. Buresh, IRRI Filipina; Suyamto dan Sarian Abdurachman, Puslitbang
Tanaman
Pangan.
Dapat
diakses
melalui
http://203.176.181.70/bppi/lengkap/bitp07011.pdf pada Senin, 16 Maret
2015.
Saraswati, Rasti. 2011. Teknologi Pupuk Hayati untuk Efisiensi Pemukukan dan
Keberlanjutan Sistem Produksi Pertanian. Balai Penelitian Tanah Bogor
Saraswati, Rasti dan Husen, Edi. Prospek Penggunaan Pupuk Hayati Pada Sawah
Bukaan
Baru.
Balai
Penelitian
Tanah
Bogor.
(Diakses
melalui
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku
%20lahan%20sa)wah%20bukaan%20baru/08pupukhayati_rasti.pdf
Susila, Ketut Dharma dan I Made Mega. 2012. Aplikasi Pemupukan Berimbang
untuk Peningkatan Laju Tanaman Gaharu (Gyrinops verstegii) di
Kabupaten Tabanan. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar
Bali. Dapat diakses melalui http://download.portalgaruda.org
Suwandi U. 1992. Mekanisme Kerja Antibiotik. Pusat Penelitian dan Pengembangan
P.T. Kalbe Farma: Jakarta.
http://repository.ipb.ac.id diakses pada Senin, 16 Maret 2015.
http://damandiri.or.id/file/anisuryaniipbbab2.pdf diakses pada Senin, 16 Maret 2015
14
15