1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk anorganik jika tanpa diimbangi pupuk
organik dan pupuk hayati bagi kesehatan tanah.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk anorganik jika tanpa diimbangi pupuk
organik dan pupuk hayati bagi kesehatan tanaman.
3. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk anorganik, pupuk hayati, dan pupuk organik
dalam sistem pertanian berkelanjutan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
phosphor (P), dan kalium (K) yang rendah, tetapi mengandung hara mikro yang berlimpah serta
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Anonemus, 2004.
Pupuk organik memiliki keunggulan yaitu mengandung unsur hara yang lebih lengkap
dibandingkan dengan pupuk anorganik meskipun dalam jumlah yang relatif sedikit. Secara umum
pupuk organik dapat berperan sebagai penyedia hara tanaman serta dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah (Suwahyono, 2011). Pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman karena mampu berperan dalam memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya
simpan air, meningkatkan aktivitas biologi tanah, serta sebagai sumber nutrisi tanaman lengkap.
Menurut Reijintjes, et al (1992), penggunaan input luar (pupuk dan pestisida sintetis) telah
menyebabkan terganggunya kehidupan keseimbangan tanah, meningkatkan dekomposisi bahan
organik, yang kemudian menyebabkan degradasi struktur tanah, kerentanan yang lebih tinggi
terhadap kekeringan dan keefektifan yang lebih rendah dalam menghasilkan panenan. Aplikasi yang
tidak seimbang dari pupuk mineral nitrogen yang menyebabkan bisa juga menurunkan pH tanah dan
ketersediaan fosfor bagi tanaman.
Penggunaan pupuk buatan NPK yang terus menerus juga menyebabkan penipisan unsur-unsur
mikro seperti seng, besi, tembaga, mangan, magnesium, molybdenum, boron, yang bisa
mempengaruhi tanaman, hewan, dan kesehatan manusia. Apabila unsur mikro ini tidak diganti oleh
pupuk buatan NPK, produksi lambat laun akan menurun dan serangan hama dan penyakit meningkat
(Sharma, 1985; Tandon, 1990)
Salah satu kelebihan dari pupuk organik ialah mampu menyediakan unsur hara, baik mikro
maupun makro dalam jumlah cukup sesuai kebutuhan tanah, meningkatkan jumlah dan aktivitas
4
metabolik jasad mikro di tanah serta memperbaiki penampilan tanaman. Dengan pertumbuhan
tanaman yang baik, daya tahan tanaman atas penyakit akan meningkat. Kualitas dan kuantitas hasil
produksi pun akan meningkat.
Untuk melindungi dirinya dari penyakit, tanaman membentuk suatu mekanisme pertukaran
dimana signal molekul asam salisilat (SA), asam jasmonik (JA), dan ethylene (ET) sangat berperan
dalam pembentukannya. Kemampuan tanaman untuk membentuk suatu Sistemic Acquired Resistance
(SAR) setelah infeksi primer oleh pathogen yang mengakibatkan nekrosis telah banyak diketahui dan
jalur pengiriman signalnya secara ekstensif telah dipelajari. Pada tanaman dimana pada akarnya
terdapat populasi non-patogenik fluorescent Pseudomonas sp. secara fenotipik membentuk suatu
mekanisme pertahanan yang sama seperti SAR dikenal dengan induksi resistensi sistemik oleh
rhizobakteria (ISR). Perbedaannya terletak pada pengatur signal molekulnya dimana untuk SAR sangat
ditentukan oleh SA dan untuk ISR oleh rhizobakteria ditentukan oleh JA dan ET (Pieterse, 2002)
Rhizobakteria non-patogenik dapat menginduksi resistensi sistemik (ISR) dalam tanaman yang
secara fenotipik mirip dengan resistensi sistemik yang diperoleh dari penginduksian oleh pathogen
(SAR). Rhizobakteria dilaporkan telah dapat menginduksi resistensi sistemik terhadap jamur, bakteri,
dan virus pada tanaman Arabidposis, kacang buncis, mentimun, bunga anyelir, lobak, tembakau, dan
tomat pada kondisi dimana pathogen dan rhizobakteria terletak terpisah satu dengan lainnya (Van
Loon, 1998). Selain itu, Nasaruddin (2012) mengungkapkan bahwa sebanyak 377 isolat Bacillus spp
dan 318 Pseudomonas pendar fluor yang berhasil diisolasi dari beberapa rhizosfer, 48 isolat
menghambat pathogen pustule (Xanthomonas axonopodis pv. Glycines) dan 16 isolat menghambat R.
solani secara in-vitro.
5
2.3 PENTINGNYA KOMBINASI PUPUK ANORGANIK, PUPUK
ORGANIK, DAN PUPUK HAYATI DALAM SISTEM
PERTANIAN BERKELANJUTAN
Kesuburan tanah dan kualitas tanah merupakan salah satu faktor utama dalam usaha tani atau
budidaya tanaman. Faktor kebutuhan hara dalam tanah melatarbelakangi dibutuhkannya kegiatan
pemupukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan memberikan bahan yang dimaksudkan
dapat menyediakan hara bagi tanaman. Dengan mengandalkan unsur hara yang tersedia dalam tanah
asli saja tanpa dilakukan penambahan hara, hasil usaha tani akan semakin merosot dikarenakan
ketimpangan antara pasokan hara dalam tanah dengan kebutuhan tanaman.
Berbagai jenis pupuk dapat diberikan demi menyediakan unsur hara untuk tanaman, pupuk
anorganik, pupuk organik, dan pupuk hayati. Namun, pemupukan dengan menggunakan salah satu
jenis pupuk saja akan memberikan efek atau pengaruh yang kurang baik terhadap tanaman ataupun
tanah. Penggunaan pupuk anorganik saja secara terus menerus dan dalam jangka waktu panjang
dapat berpengaruh terhadap unsur tanah sehingga mengurangi kesuburan serta produksi tanaman.
Selain itu, pengaruh yang timbul adalah terkurasnya unsur mikro dan menurunnya produktivitas
tanaman, tanah akan menjadi jenuh pupuk kimia sehingga keseimbangan ekosistem (jasad renik)
menjadi terganggu dan aktivitas mikroba dalam tanah khususnya yang dapat menyediakan unsur hara
tanah menjadi terganggu.
Pemberian pupuk organik saja tidak akan menghasilkan produksi tanaman yang optimal.
Pupuk organik memang memiliki kandungan hara yang lengkap, namun tidak ada pupuk organik yang
memiliki kandungan hara tinggi atau setara pupuk kimia/anorganik. Pemberian pupuk organik saja
membuat produktivitas tanaman tidak setinggi sistem pertanian input rendah atau LEISA (Low
External Input Sustainabel Agriculture). Sedangkan, pemberian pupuk hayati saja tidak bisa
menggantikan pupuk organik karena hanya dapat menyediakan hara sekitar 1%, kecuali jika ditambah
dengan produk tertentu seperti asam amino, enzim, vitamin, dll akan meningkatkan persentase
pengadaan unsur hara dalam tanah karena meningkatnya aktivitas mikroba dalam tanah, namun tetap
saja tidak dapat menyamai ketersediaan unsure hara oleh pupuk anorganik atau pupuk kimia.
Untuk mencapai hasil usaha tani yang maksimal, pemupukan yang perlu dilakukan adalah
pemupukan kombinasi antara pupuk organik, pupuk anorganik serta pupuk hayati dalam sistem
Integrated Plant Nutrients Management System (IPNMS) dengan pemberian pupuk secara terpadu.
Pupuk organik bukan sebagai pengganti pupuk anorganik, namun sebagai komplementer karena
keduanya memiliki keunggulan den kelemahan yang berbeda dan dapat saling menutupi sehingga
6
menghasilkan hasil usaha tani yang maksimal, meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman secara
berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan intensif menurun
produktivitasnya serta mengalamai degradasi lahan terutama rendahnya kandungan C-Organik yang
juga dikarenakan oleh penggunaan pupuk anorganik atau pupuk sintetis secara terus menerus
sehingga tanah jenuh dan berpengaruh terhadap struktur tanah. Pupuk organik dapat meningkatkan
produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan serta
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Pupuk organik juga dapat mencegah degradasi
lahan jika digunakan secara terus menerus, selain itu berperan sebagai pengikat butiran primer
menjadi butiran sekunder tanah sehingga terbentuk agregat yang mantap, selain itu juga berpengaruh
terhadap porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi dan suhu tanah karena pupuk organik
menyediakan senyawa carbon yang memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.. Pengaruh pupuk
organik tersebut, dapat melengkapi penggunaan pupuk anorganik yang penyediaan unsur hara nya
tinggi namun berpengaruh terhadap agregat tanah dan degradasi lahan. Dengan penggunaan pupuk
organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik, maka ketersediaan unsur hara dapat optimal
dan degradasi lahan atau tanah dapat diminimilisir dan dicegah demi keberlanjutan pertanian karena
keunggulan pupuk organik disbanding anorganik adalah dapat memperbaiki struktur tanah dan
aktivitas mikrobiologi tanah.
Selain itu, pengkayaan pupuk organik seperti kompos dapat dilakukan secara mikrobiologis
dengan menambahkan pupuk hayati sebagai salah satu sumber alternative penyediaan hara tanaman
yang ramah lingkungan. Kombinasi pupuk organik dengan pupuk hayati dapat meningkatkan kualitas
pupuk organik dengan meningkatkan ketersediaan hara pupuk organik, kesuburan tanah, efisiensi
pemupukan dan keberlanjutan produktivitas tanah. Pupuk organik juga memiliki senyawa organik lain
yang bermanfaat bagi tanaman seperti asma humik, asam fulvat, dan senyawa organik lain walaupun
kandungannya rendah. Kompos merupakan tempat tumbuh yang cocok bagi mikroba. Tabel hasil
penelitian dibawah ini menunjukan bahwa pemberian mikroba pada kompos dapat meningkatkan
keberagaman mikroba yang dikandungnya.
Tabel 2.3.1 populasi mikroba kompos granul (cfu g-1 bahan pembawa) setelah inokulasi pada
0 HIS.
Perlakuan Formulasi Bakteri Penambat 2 Bakteri Pelarut P Fungi Pelarut P
Azospirillum Pseudomonas sp Aspergillus niger
POG 0 2.4 x 105 0
POG + Hayati 3.1 x 102 4.0 x 104 7 x 104
7
Keterangan : Inokulan 1) bakteri penambat N hidup bebas 5.8 x 10 3, 2)konsorsia pelarut P 1 x 107
cfu/ml (g bahan pembawa)
Pemupukan dengan cara mengkombinasika pupuk organi, pupuk hayati dan pupuk anorganik
memberikan banyak keuntungan, yaitu :
- Menambah kandungan unsur hara yang tersedia dan siap diserap tanaman selama periode
tumbuh tanaman.
- Menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang sehingga persentase penyerapan
unsur hara oleh tanaman meningkat
- Mencegah kehilangan hara karena bahan organik mempunya kapastitas tukar ion yang tinggi.
- Membantu mempertahankan kandungan bahan organik tanah pada aras tertentu sehingga
berpengaruh baik terhadap fisik dan status kesuburan tanah.
- Residu bahan organik akan berpengaruh baik pada pertanaman berikutnya maupun dalam
mempertahankan produktivitas tanah.
- Lebih ekonomis karena tiap unit volume banyak yang mengandung N, fosfat dan K serta
kandungan hara tanaman yang lebih banyak
- Membantu dalam mempertahankan keseimbangan ekologi tanah sehingga kesehatan tanah
dan tanaman dapat lebih baik.
Tabel 2.3.2 Bobot gabah isi dan peningkatan hasil ganah di lahan kering masam. Negararatu, Lampung
MK 2005.
Perlakuan Bobot Gabah Isi Perningkatan
(ton/ha) Hasil (%)
200 kg Urea ha-1, 250 kg SP-36 ha-1,150 kg KCl/ha 1.73 a 100
100 kg Urea ha-1, 125 kg SP-36 ha-1, 75 kg 1.89 b 101.1
KCl/ha+Biophos+5 t/ha PO+BioReg-NPS
100 kg Urea ha-1, 125 kg SP-36 ha-1,75 kg 2.65 b 153.1
KCl/ha+Biophos+5 t/ha POplus+BioReg-NPS\
100 kg Urea ha-1, 125 kg SP-36 ha-1, 75 kg 1.82 a 104.9
KCl/ha+Biophos+2.5 t/ha PO+BioReg-NPS
100 kg Urea ha-1, 125 kg SP-36 ha-1, 75 kg 2.41 b 139.3
KCl/ha+Biophos+2.5 t/ha POplus+MTM+BioReg-
NPS
100 kg Urea ha-1, 125 kg SP-36 ha-1, 75 kg 1.93 a 111.6
8
KCl/ha+Biophos+2.5 t ha-1 seresah jagung-pupuk
kandang
(tanpa dikompos)
Penggunaan pupuk anorganik, organik, dan hayati yang dikombinasikan begitu penting dalam
pertanian berkelanjutan karena setiap jenis pupuk memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing
yang dapat saling melengkapi dan memperbaiki sehingga didapatkan hasil usaha tani yang tinggi
namun keadaan lahan dan lingkungan yang tetap terjaga kualitasnya demi keberlanjutan sistem
pertanian.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
a. Pemberian pupuk anorganik tanpa diimbangi dengan penggunaan pupuk organik dapat
menurunkan sifat fisik seperti halnya struktur tanah, kimia seperti menurunnya Kapasitas
Tukar Kation (KTK) , dan biologi tanah seperti menurunnya aktivitas mikroorganisme tanah.
b. Pemakaian pupuk kimia seperti urea dan ZA secara terus menerus membuat kondisi tanah
semakin masam. Penggunaan pupuk N-sintetik secara berlebihan juga menurunkan efisiensi
P dan K serta memberikan dampak negative seperti gangguan hama dan penyakit
a. Untuk mencapai hasil usaha tani yang maksimal, pemupukan yang perlu dilakukan
adalah pemupukan kombinasi antara pupuk organik, pupuk anorganik serta pupuk
hayati dalam sistem Integrated Plant Nutrients Management System (IPNMS) dengan
pemberian pupuk secara terpadu.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hardaningsih et al, 2008. Pemanfaatan Plant Growth-Promoting Rhizobacteria dalam Pupuk Organik
untuk Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Produksi Kedelai. Diakses melalui pada
http://www.litbang.pertanian.go.id/ks/one/75/file/pemanfaatan-plant-growth.pdf 10
Maret 2015
Hartatik, Wiwik dan Diah Setyorini. Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan
Tanah dan Kualitas Tanaman. Balai Penelitian Tanah. Bogor
(http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/52%20-%20Wiwik
%20Hartatik%20dan%20Diah%20Setyorini%20-%20Pemanfaatan%20Pupuk%20O
rganik%20untuk%20Meningkatkan%20Kesuburan%20Tanah.pdf Diunduh pada
tanggal 12-03-2015)
Kustantini, Diana. 2014. Pentingnya Penggunaan Pupuk Organik Dalam Peningkatan Produksi Benih
Kakao (Theobroma Cacao L.) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
Surabaya
(http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/Pentingnya
%20penggunaan%20pupuk%20organik%20dalam%20peningkatan%20produksi%20
benih%20kakao%20oke.pdf Diunduh pada tanggal 12-03-2015)
Nasaruddin. 2012. RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO TERHADAP INOKULASI AZOTOBACTER DAN
MIKORIZA. J. Agrivigor 11(2): 300-315. ISSN 1412-2286 300. Diakses melalui
etd.ugm.ac.id/index.php?...pdf pada 10 Maret 2015
Saraswati, Rasti. 2012. Teknologi Pupuk Hayati untuk Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem
Produksi Pertanian. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Simanungkalit, R.D.M. 2006. Prospek Pupuk Organik dan Pupuk Hayati di Indonesia. Bogor : Balai Besar
Penelitian Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sumarno. 2013. Dasar-dasar Kesuburan Tanah dan Pengelolaannya dalam marno.lecture.ub.ac.id (15
Maret 2015)
Suriadikarta, Didi dan R.D.M Simanungkalit 2006. Pendahuluan dalam Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati. Bogor : Balai Besar Penelitian Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisius.
Zulkifli dan Herman.2012. Respon Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Stut ) Terhadap Dosis Dan Jenis
Pupuk Organik . Fakultas Pertanian UIR
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=274949&val=7145&title=RESPON%
20JAGUNG%20MANIS%20%28Zea%20mays%20saccharata%20Stut%20%29%20TERH
ADAP%20DOSIS%20DAN%20JENIS%20PUPUK%20ORGANIK Diunduh pada tanggal
12-03-2015)
11