Anda di halaman 1dari 3

Pencetakan Lahan Sawah Baru 220 Hektare Gagal

TASIKMALAYA - Proses pencetakan 220 hektare sawah baru di Kampung


Cikatulampa, Desa Padawaras, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten
Tasikmalaya, dipastikan bakal gagal.

Pasalnya, telah berjalan empat bulan lahan sawah baru yang 90 persen
telah selesai pengerjaannya malah kembali ditumbuhi ilalang. Hal itu
terjadi karena tak adanya pasokan air untuk pengairan sawah. Kepala
Desa Padawaras Yayan Siswadi menjelaskan, lahan sawah baru tersebut
hanya tinggal dialiri air saja.

Namun hal itu tidak bisa dilakukan karena saluran irigasi untuk
mengairinya terputus dan selama empat bulan lamanya tidak diperbaiki.
Akibatnya, lahan sawah malah kembali ditumbuhi ilalang dan sebagian
besar ditanami pohon albasia.

Perbaikan irigasi itu tidak akan menghabiskan dana miliaran seperti


upaya pencetakan lahan sawah baru, paling hanya beberapa puluh juta
saja.

Akibat saluran irigasi ini terputus bukan hanya lahan sawah baru yang
kemudian tidak teraliri air, tetapi juga ribuan hektare lahan sawah di Desa
Darawati, Desa Padawaras, Desa Kertasari, Desa Sindangkerta, Desa
Cikawungading, dan Desa Cipatujah, kini tidak teraliri air.

Saya sangat menyesalkan sikap pemerintah yang lamban dalam


penanganannya, ungkap Yayan.

Seperti diketahui, pencetakan lahan sawah baru tersebut merupakan


program pemerintah pusat yang dilaksanakan Kodam III Siliwangi, dengan
target mencetak 6.000 hektare lahan sawah baru di Jawa Barat.

Bahkan, Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Hadi Prasojo meresmikan


pencetakan 220 hektare lahan sawah baru di Desa Padawaras beberapa
waktu silam, dengan harapan pada 2017 mendatang program ketahanan
pangan Indonesia bisa terwujud.

Namun bila melihat kejadiannya seperti ini jelas untuk memenuhi target
itu akan sulit. Apalagi lahan sawah yang ada malah kesulitan untuk
mendapatkan air karena terputusnya saluran irigasi. Malah Saya
bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan program ini? Kalau perlu harus
ada audit secara menyeluruh terhadap penggunaan anggarannya. Saya
mendesak agar saluran irigasinya cepat diperbaiki, tegas Yayan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya Mohamad


Zen menyebutkan, baru mengetahui adanya persoalan tersebut dan akan
segera berkoordinasi untuk melakukan penanganan.

Namun pencetakan lahan sawah baru itu memang kewenangannya ada


di pemerintah pusat, tetapi untuk saluran irigasinya kami juga
bertanggung jawab karena berdampak pada lahan sawah yang sudah ada.
Nanti kami akan berkoordinasi untuk menyelesaikan persoalan ini, ujar
Zen.

(rai)

Sumber :
http://economy.okezone.com/read/2016/06/27/320/1426113/pencetakan-
lahan-sawah-baru-220-hektare-gagal

REVIEW :

Perencanaan dan pengembangan wilyah pertanian merupakan usaha-


usaha untuk merubah atau memperbaiki kondisi pertanian yang ada.
Perencanaan menjadi sesuatu yang penting dalam pengembangan
wilayah guna tercapainya suatu tujuan melalui peramalan, prediksi,
assesing, dan analisis mengenai dampak di masa depan.

Sampai saat ini masalah yang dihadapi sektor pertanian di Indonesia


adalah mengenai berkurangnya lahan produktif pertanian, sementara
jumlah penduduk dan kebutuhan akan pangan kian meningkat. Hal
tersebut menuntut pemerintah melakukan usaha melaui program-program
pembangunan, salah satunya adalah pencetakan lahan sawah baru.

Proses pencetakan 220 hektare sawah baru di Kampung Cikatulampa,


Desa Padawaras, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya adalah
salah satu program pemerintah pusat yang dilaksanakan Kodam III
Siliwangi, dengan target mencetak 6.000 hektare lahan sawah baru di
Jawa Barat. Melalui program tersebut harapannya pada 2017 mendatang
program ketahanan pangan Indonesia bisa terwujud.

Namun sudah empat bulan 90% lahan yang telah selesai pengerjaannya
kembali ditanami oleh ilalang. Hal tersebut dikarenakan tersendatnya
aliran irigasi menuju sawah-sawah yang telah terbentuk. Putusnya aliran
irigasi yang kemudian dibiarkan saja tanpa ada perbaikan mengakibatkan
tidak adanya pasokan air bukan hanya ke sawah baru melainkan juga
sawah-sawah yang sudah terbentuk di desa sekitar Padawaras antara lain
di Desa Darawati, Desa Kertasari, Desa Sindangkerta, Desa
Cikawungading, dan Desa Cipatujah.

Melihat kondisi di atas maka program pencetakan sawah ini akan sulit
memenuhi target. Air yang menjadi syarat terpenting terbentuknya sawah
tidak dapat tercukupi jika kondisi irigasi terputus dan tidak ada
penanganan yang cepat dari pemerintah pusat. Milyaran dana yang telah
dikeluarkan untuk mencetak sawah baru akhirnya sia-sia karena menuntut
pengerjaan dari awal lagi jika ingin memenuhi target awal 220 hektare
sawah baru. Kondisi tersebut diperparah dengan lalai dan lambatnya
respon pemerintah yang notabene sebagai pembuat program.

Ada beberapa penyebab yang dapat disimpulkan dari kasus ini antara
lain :

- Ketersediaan aksesibilitas/infrastruktur yang kurang dilakukan


pengontrolan, dalam hal ini adalah saluran irigasi yang memasok air
sawah baru.
- Koordinasi yang buruk antara pembuat program, pelaksana
program, dan masyarakat setempat yang mengakibatkan tidak
adanya komunikasi yang baik untuk menyampaikan perkembangan
dan permasalahan yang terjadi pada program pencetakan sawah.
- Pemerintah yang cenderung abai dan lambat dalam melakukan
pengawasan dan penanganan.

Faktor penyebab di atas harusnya daat diantisipasi dengan


perencanaan yang lebih matang dan pengelolaan yang juga lebih
serius. Sangat disayangkan sekali ketika pelaksanaan program telah
mencapai 90% harus terhenti. Angaran dan yang telah dikucurkan
pada akhirnya sia-sia dan justru menuntut anggaran lebih untuk
perbaikan. Tujuan awal untuk mewujudkan ketahanan pangan pun
akhirnya harus terhenti sebelum sawah memberikan hasil.

Anda mungkin juga menyukai