Pasalnya, telah berjalan empat bulan lahan sawah baru yang 90 persen
telah selesai pengerjaannya malah kembali ditumbuhi ilalang. Hal itu
terjadi karena tak adanya pasokan air untuk pengairan sawah. Kepala
Desa Padawaras Yayan Siswadi menjelaskan, lahan sawah baru tersebut
hanya tinggal dialiri air saja.
Namun hal itu tidak bisa dilakukan karena saluran irigasi untuk
mengairinya terputus dan selama empat bulan lamanya tidak diperbaiki.
Akibatnya, lahan sawah malah kembali ditumbuhi ilalang dan sebagian
besar ditanami pohon albasia.
Akibat saluran irigasi ini terputus bukan hanya lahan sawah baru yang
kemudian tidak teraliri air, tetapi juga ribuan hektare lahan sawah di Desa
Darawati, Desa Padawaras, Desa Kertasari, Desa Sindangkerta, Desa
Cikawungading, dan Desa Cipatujah, kini tidak teraliri air.
Namun bila melihat kejadiannya seperti ini jelas untuk memenuhi target
itu akan sulit. Apalagi lahan sawah yang ada malah kesulitan untuk
mendapatkan air karena terputusnya saluran irigasi. Malah Saya
bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan program ini? Kalau perlu harus
ada audit secara menyeluruh terhadap penggunaan anggarannya. Saya
mendesak agar saluran irigasinya cepat diperbaiki, tegas Yayan.
(rai)
Sumber :
http://economy.okezone.com/read/2016/06/27/320/1426113/pencetakan-
lahan-sawah-baru-220-hektare-gagal
REVIEW :
Namun sudah empat bulan 90% lahan yang telah selesai pengerjaannya
kembali ditanami oleh ilalang. Hal tersebut dikarenakan tersendatnya
aliran irigasi menuju sawah-sawah yang telah terbentuk. Putusnya aliran
irigasi yang kemudian dibiarkan saja tanpa ada perbaikan mengakibatkan
tidak adanya pasokan air bukan hanya ke sawah baru melainkan juga
sawah-sawah yang sudah terbentuk di desa sekitar Padawaras antara lain
di Desa Darawati, Desa Kertasari, Desa Sindangkerta, Desa
Cikawungading, dan Desa Cipatujah.
Melihat kondisi di atas maka program pencetakan sawah ini akan sulit
memenuhi target. Air yang menjadi syarat terpenting terbentuknya sawah
tidak dapat tercukupi jika kondisi irigasi terputus dan tidak ada
penanganan yang cepat dari pemerintah pusat. Milyaran dana yang telah
dikeluarkan untuk mencetak sawah baru akhirnya sia-sia karena menuntut
pengerjaan dari awal lagi jika ingin memenuhi target awal 220 hektare
sawah baru. Kondisi tersebut diperparah dengan lalai dan lambatnya
respon pemerintah yang notabene sebagai pembuat program.
Ada beberapa penyebab yang dapat disimpulkan dari kasus ini antara
lain :