Nama : Muhajir
NPM : 21021100
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS ASAHAN
2023
DAFTAR ISI
Hal
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
Kesimpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................11
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas
segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
dengan hati yang tulus kepada seluruh teman-teman yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini semoga Tuhan senantiasa membalas dengan kebaikan
yang berlipat ganda.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritikdan saran yang bersifat
membangun dari semua saudara/saudari guna perbaikan di masa yang akan
datang. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
saudara/saudari.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kondisi tanah di Indonesia saat ini merupakan isu yang sangat kritis dan
penting untuk diperhatikan. Makin maraknya penggunaan pupuk kimia sintetis
yang semakin massif mengakibatkan dampak yang merugikan bagi lingkungan,
terutama kondisi ekologi tanah yang mengalami degradasi baik secara kimia,
fisika dan biologinya.
Menurut Anas (1989) dalam Mukrin dan Toknok (2019), bahwa jumlah
total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks
kesuburan tanah (fertility index), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah
yang subur memiliki populasi mikroorganisme yang tinggi.
melindungi akar dari mikroba patogenik, sebagai agensia hayati pengendali hama
dan penyakit tanaman serta berbagai reaksi kimia terjadi dengan bantuan mikroba.
Produk biologi aktif yang terdiri dari berbagai jenis mikroba mampu
meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan dan kesehatan tanah sehingga
sering dikenal dengan pemaanfatan agensia hayati yang mampu menjadi alternatif
dalam penyediaan hara tanaman. Pemanfaatan inokulan bakteri sebagai agensia
hayati diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan dan meningkatkan
produksi tanaman, menghemat biaya pupuk dan meningkatkan prospek
pendapatan petani. Semakin mahalnya pupuk anorganik dan pestisida, semakin
dipahaminya manfaat alternatif pemupukan yang aman dalam menjaga
keseimbangan hara dan produktivitas tanah, maka penggunaan agensia hayati
diharapkan akan lebih meningkat dalam tahun-tahun yang akan datang
(Saraswati, Ginting, dan Husen, 2008)
BAB III
TINJAUAN LITERATUR
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan
organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut
menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan Corganik
atau bahan organik daripada kadar haranya. Nilai C-organik itulah yang menjadi
pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam
ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik.
Mikroorganisme yang tersedia dalam pupuk, yang digunakan dalam bentuk
7
inokulan dapat mengandung hanya satu strain tertentu atau monostrain tetapi
dapat pula mengandung lebih dari satu strain atau multistrain. Strain-strain pada
inokulan multistrain dapat berasal dari satu kelompok inokulasi silang (cross-
inoculation) atau lebih. Pada mulanya hanya dikenal inokulan yang hanya
mengandung satu kelompok fungsional mikroorganisme (pupuk hayati tunggal),
tetapi perkembangan teknologi inokulan telah memungkinkan memproduksi
inokulan yang mengandung lebih dari satu kelompok fungsional mikroorganisme.
Inokulan-inokulan komersial saat ini mengandung lebih dari satu jenis atau lebih
dari satu kelompok fungsional mikroorganisme.
karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Mikroorganisme pelarut P
akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi
tanaman. Banyak sekali mikroorganisme yang mampu melarutkan P, antara lain:
Aspergillus sp., Penicillium sp., Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp., Bacillus
megatherium var. Phosphaticum
BAB III
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agus, C., Karyanto, O., Kita, S., Haibara, K., Toda, H., Hardiwinoto, S., Supriyo,
H., Na’iem, M., … Wijoyo, S. (2004). Sustainable site productivity and
nutrient management in a short rotation Gmelina arborea plantation in
East Kalimantan, Indonesia. New Forest J., 28, 277- 285.
Marcel, B.K.G., Andre, K.B., Theodore, D., & Seraphin K.C. (2011). Waste and
by-products of cocoa in breeding: Research synthesis. International
Journal of Agronomy and Agricultural Research, 1(1), 9-19.
Musnamar, E.I. (2007). Pupuk organik (Cair dan padat, pembuatan, aplikasi).
Jakarta: Penebar Swadaya.
Rosniawaty, S. (2005). Pengaruh kompos kulit buah kakao dan kascing terhadap
pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) kultivar Upper Amazone
Hybrid (UAH). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNPAD.
Simamora, S., & Salundik. (2006). Meningkatkan kualitas kompos. Jakarta: PT.
Agromedia.
Simanungkalit, R.D.M. (2006). Pupuk organik dan pupuk hayati (organic fertilizer
and biofertilizer). Bogor: Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian,
Balitbang Pertanian.
Sugiyanto, Baon, J.B., & Wijaya, K.A. (2008). Sifat kimia tanah dan serapan hara
tanaman kakao akibat bahan organik dan pupuk fosfat yang berbeda.
Pelita Perkebunan, 24(3), 188-204.