Bioteknologi Pertanian
BIOFERTILIZER
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Bioteknologi Biofertilizer dilaksanakan di Laboratorium
Biomolekuler, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Dilaksanakan pada hari
Rabu, 30 Maret 2022, pukul 15.00 WITA- selesai. Praktikum Pembuatan Biofertilizer
dilaksanakan di Experimental Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Dilaksanakan pada hari Rabu, 13 April 2022, pukul 16.00 WITA - selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu,Laminar Air Flow Cabinet, Jarum Ose, Cawan Petri,
Bunsen, wrapping, autoclave, batang pengaduk, sendok tanduk, Erlenmeyer, aluminium
foil, ember dan tutupnya, botol aqua 1,5 liter, selang, jirgen 1 liter.
Bahan yang digunakan yaitu, Alkohol 70 %, Media murni, aquades 200 ml, NB
(Nutrient Broth) 2,6 gr, air kelapa, air cucian beras, isolat bakteri, KmnO4, biang
mikroba, urin kambing, molases, sabun colek, lakban, pisang dihaluskan, pepaya
dihaluskan, nenas dihaluskan, tauge dihaluskan, nangka dihaluskan,eceng gondok
dicacah, larutan terasi,dan air gula merah.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Perbanyakan Mikroba
3.3.1.1 perbnyakan mkroba pada media cair
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mensterilkan LAF dengan alkohol 70% dan lab mengunakan tissu
3. Menyemprot tangan dengan alkohol 70%
4. Menyalakan bunsen
5. Membuka wrappeng isolat bakteri dan media cair, kemudian di isterilkan
mengunakan sterilisasi pijar
6. Mengambil sedikit isolat bakteri dan meda cair di dekat bunsen menggunan
jarum ose ang telah di sterilkan.
7. Memindahkan isolat bakteri kemedia cair dekat bunsen lalu aduk
8. Melakukan steriliasi pijar kembali pada mulut erlenmayer (media cair),
kemudian utup menggunakan aluminium foil dan rekat menggunakan wraping.
3.3.1.2 perbanyakan mikroba pada media padat
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Mensterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70% sampai sku
3. Mensterilkan cawan perti yang berisi media muni
4. Mengambil jarum ose lalu mensterilisasi pijar
5. Membuka cawan yang berisi media
6. Mengambil titik putih yang ada pada media lalu di pidahkan ke media baru
(padat)
7. Melakukan penggoresan menggunakan jarum ose (telah di sterilkan) dengan
bentuk zig-zag
8. Menutup cawan petrti yang telah di gores kemudian dilakkan sterilisai pijar pada
mulut cawan.
9. Menutup cawan petri menggunakan aluminium foil dan rekat menggunakan
wraping.
3.3.2 Pembuatan Biofertilizer
Adapun teknik penggoresan, yaitu:
1. Mencuci atau menyemprotkan alkohol 70% pada tangan sampai lengan.
2. Mensterilisasikan cawan petri yang berisi media murni.
3. Mengambil jarum ose, lalu di sterilisasi pijar.
4. Membuka cawan yang telah terisi media.
5. Mengambil titik putih yang ada pada media satu.
6. Mengambil cawan yang satu lagi, lalu disterilkan permukaan.
7. Melakukan penggoresan dengan jarum ose, dengan bentuk zigzag.
8. Menutup cawan petri yang sudah digores.
9. Melanjutkan dengan sterilisasi permukaan.
10. Menutup cawan petri menggunakan wrapping.
3.3.3 parameter pengamatan
1. Aroma
2. Kebeadaan buih
3. pH
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan hasil fermentasi Biofertilizer yang telah dibuat,
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil pengamatan biofertilizer
Pengamatan ke- Aroma Buih pH
1 Fermentasi +
2 Fermentasi ++ 3.01
3 Fermentasi +++
5.1 Kesimpulan
Berasarkan penjelasan di atas aka dapat di simpukan bahwa pembuatan
biofertilzer dinyakan berhasil di tandai dengan terdapat buih yang berwarna putih dan
memiliki aroma fermentasi yng tidak menyengat. Keberhasilan produksi inokulan
rhizobia memerlukan adanya program pengawasan mutu yang efektif. Mutu inokulan
yang jelek umumnya tidak menghasilkan jumlah rhizobia yang cukup dari rhizobia
yang cocok untuk mendorong terjadinya nodulasi pada tanaman inang yang
bersangkutan. Oleh karena itulah perlu adanya baku mutu untuk setiap jenis inokulan
5.2 Saran
Dalam melakukan pemuatan biofertilizer sebaiknya harus mengetahui atau
mengikuti rosedur dengan baik agar dapat hasilyang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Rosmalia. 2019. Peranan Bakteri Azospirillum Sp. Dan Kaitannya Dengan
Peningkatan Produksi Hijauan Pakan. Skripsi, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor
Hanies Ambarsari , Juli Elisa Udayani , Mulyono , dan Dominikus H. Akhadi. 2015.
Pengaruh Penambahan Inokulum Azotobacter Sp. Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Sorghum Bicolor Untuk Aplikasi Fitoremediasi. Jurnal Teknologi
Lingkungan: 17 (1), hal 1-6.
Kalay, A. M., Hindersah, R., Ngabalin, I. A. & Jamlean, M., 2020. Pemanfaatan Pupuk
Hayati Dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung
Manis (Zea mays saccharata). Jurnal Ilmu Pertanian, 32(2), pp. 129-138.
Nurasiah Djaenuddin Dan Amran Muis. 2015. Karakteristik Bakteri Antagonis Bacillus
Subtilis Dan Potensinya Sebagai Agens Pengendali Hayati Penyakit Tanaman.
Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia
R. Bambang Sukmadi, Agus Supriyo , Bedah Rupaedah , Farida Rosana Mira, Yenni
Bakhtiar , Asep Ali , Mahmud Sugianto. 2016. Kajian Proses Produksi Pupuk
Hayati Bio-Srf Dan Pengujian Efektivitasnya Pada Tanaman Bawang Merah.
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia :3 (1) ISSN 2442 – 2606.
Simanungkalit, R., Husen, E. & Saraswati, R., 2022. Baku Mutu Pupuk Hayati Dan
Sistem Pengawasannya. Skripsi, Bogor, Balitanah, Litbang.
Subowo, S., Purwani, J., dan Rochayati, S. 2013. Prospek dan tantangan pengembangan
Biofertilizer untuk perbaikan kesuburan tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan,
7(1): 15-26.