BUKU AJAR
DISUSUN OLEH :
(TEAM PENGAJAR)
2
DAFTAR ISI :
Hal:
Diskripsi
Mata kuliah Ilmu Pemuliaan Tanaman merupakan mata kuliah lanjutan mata
kuliah ilmu genetika tumbuhan. Pada mata kuliah ini akan dibahas tentang segala
sesuatu yang terkait dengan ilmu dan teknik yang terkait dengan perakitan varietas
unggul baru. Pembahasan pada mata kuliah ini meliputi kontrak kuliah,
BAB. I
PENDAHULUAN
pengatur tumbuh; Memiliki sifat agronomik dan hortikulturik yang disenangi oleh
kualitas hasil baik serta kepastian hasil dan lain-lain. Apabilia varietas/jenis
tersebut memiliki sifat-sifat tersebut diatas maka dapat dikatakan sebagai suatu
tanaman yang dapat memberi hasil maksimal per satuan luas dengan mutu yang
baik serta memiliki sifat agronomis dan hortikulturik yang dikehendakai manusia.
(SCIENCE) dalam memperbaiki pola genetik dan populasi tanaman. Seni dalam
para pemulia memiliki ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, mereka bergantung
5
statistik dan lain-lainnya ia lebih bersifat sebagai ilmu pengetahuan dari pada
seni. Pada saat sekarang hanya dengan ketrampilan saja tidaklah cukup. Pemulia
Kalau pemuliaan tanaman sebagai seni sudah berumur sama tuanya dengan
peradaban manusia, maka pemuliaan tanaman sebagai ilmu dapat dikatakan masih
1. Sampai tahun 1800. Sampai tahun 1800 hanya sedikit sekali para peneliti yang
tanaman, akan tetapi beberapa penelitian botani saat ini merupakan langkah
sebagai organ jantan dan Grew fungsi bakal biji dan tepung sari. Demonstrasi
mengenai sek pada tanaman pertama kali ditunjukkan oleh Camerarius, dalam
tahun 2694.
2. 1800 - 1850. Dalam awal masa ini landasan untuk plot tehnik yang maju dan
perbaikan tanaman. Inti ditemukan oleh Brown dalam tahun 1831, dan teori
sel dikembangkan oleh Schleiden dalam tahun 1837 dan Schwann dalam
tahun 1838.
3. 1851 - 1900. Selama periode 1851 - 1900, terdapat perkembangan yang pesat.
mengenai inti yang lengkap dalam tahun 1875, istilah gamete dan
dalam evolusi pada tahun 1894 dan tahun 1898 memperkenalkan pengertian
4. 1901 - 1920. Dengan adanya hukum Mendel, dua dekade ini dicirikan dengan
Adanya kaitan pada “pea hiasan” diceritakan oleh Ratesson dan Punnett dalam
tahun 1916, dalam tahun yang sama Shull mengusulkan istilah heterosis untuk
5. 1921 - 1940. Dalam masa ini terlihat perkembangan ilmu pemuliaan tanaman
yang cepat dan usul-usul prosedur pemuliaan yang baru serta sintetisnya
Mishiyama dalam tahun 1929 membuat publikasi dari hasil penelitian yang
6. 1941 - sekarang. Selama periode ini banyak sekali peneliti yang menemukan
membicarakan cytohgi dan genetik dari wheat serta hubungannya dan tahun
Nagao tahun 1954 dan Morinaga 1956, tehnikal buletin yang pertama dari
1964).
Selain itu pada periode ini terdapat sejumlah simposium dan konferensi
Breeding di Raleigh, N.C. (YAS-NRC 982, 1963). Selain itu juga terdapat
polycross pertama kali diceritakan secara lengkap oleh Frandsen dan Frandsen
(1948). Seleksi garnet untuk pemuliaan jagung disulkan Stadler (1944) dan
tanaman dan mendorong untuk maju dan berusaha secara lebih terarah dan
pemuliaan tanaman.
Jenis hasil tanaman tertentu yang diusahakan pada suatu wilayah dapat
yang ada, dari introduksi varietas varietas baru, atau dari perbaikan
budidaya yang berlaku khusus bagi suatu varietas tanaman tertentu yang
efisien.
Dengan uraian di atas tidaklah berarti bahwa cara-cara tersebut satu sama
lain berdiri secara terpisah. Penemuan varietas unggul baru yang diperoleh pada
memberikan peluang bahwa sifatnya dapat diperbaiki lagi dengan pilihan teknik
tanaman.
yang lebih baik (1ebih unggul) dalam hal sifat-sifat tertentu. Pemulia tanaman
adalah pemakai pengetahuan dan teknik dari berhagai bidang ilmu dasar.
ilmiah yang diberikannya, akan tetapi juga dari bahan-bahan yang dihasilkannya
pemakai terhadap hasil karya pemulia tanaman menjadi lebih beragam namun
tanaman praktis yang mengkhususkan diri pada sesuatu aspek saja atau
pemecahan masalah digarap oleh suatu team pemulia tanaman dari berbagai
baru melalui liku-liku kegiatan yang panjang dan prosesnya memakan waktu yang
cukup lama sehingga keuntungan yang akan diperoleh dengan cara pemuliaan
tidak dapat dinilai dalam waktu beberapa tahun saja. Hal ini berarti bahwa seorang
beberapa tahun yang akan datang. Jika ia salah dalam pendugaannya, maka
kesalahan ini baru ditemukannya pada beberapa tahun kemudian. Banyak pemulia
ini wajar karena hama dapat menimbulkan kerugian yang besar. Pemulia yang
berhasil di bidang ini tidaklah berhenti untuk merasa puas jika misalnya ia telah
menemukan varietas baru yang resisten terhadap hama tertentu. Segera nanti
masalah baru muncul menantangnya. Varietas baru itu mungkin sekarang menjadi
peka terhadap hama lain yang tadinya bukan merupakan hama penting, atau
muncul ras-ras baru dari hama lama yang dapat menyerang varietas baru tersebut.
Terlihat bahwa terdapat suatu pergulatan yang tidak berkesudahan antara pemulia
Menimbulkan keragaman
genetik
Isolasi
Membuat perkawinan –
Pengujian dan pinilaian perkawinan
Memperbanyak
Menyebarluaskan
12
varietas (hibrida, klon, dan sebagainya) baru dengan sifat-sifat keturunan yang
lebih baik daripada apa yang kini sudah diusahakan. Varietas baru ini dipilih dan
dikembangkan dari hasil seleksi terhadap suatu populasi tertentu. Agar seleksi
dapat memberikan hasil seperti diharapkan maka untuk populasi darimana seleksi
c. Mutasi buatan
d. Poliploidi
perbendaharaan sumber gen - jadi fuatu kompleks "germ plasm" yang jelas
Sehubungan dengan hal ini maka koleksi tanaman liar sebagai salah satu sumber
gen tertentu dengan mana gen tersebut diharapkan dapat dihantarkan menjadi
keragaman keturunan.
Isolasi
dipergunakan sebagai bahan untuk hibridisasi, yakni tergantung dari pola cara
jitu dalam proses seleksi, maka suatu program dapat berhasil atau gagal.
Seleksi merupakan pekerjaan yang pelik dan sangat menentukan hasil suatu
karena dikendalikan oleh banyak gen. Sifat tersebut merupakan sifat kwantitatif
pewarisan sifat tertentu diperlukan pula dalam rangka pemilihan cara seleksi yang
dilakukan di lapang. Untuk ini dibutuhkan tanah yang luas - jadi juga tenaga
buruh yang lebih banyak. Sedangkan idealnya adalah bahwa pengujian di bawah
keadaan lingkungan yang dapat diatur. Inilah masalahnya, pemulia tanaman dalam
aspek lainya. Suatu ketika teknik pembiakan sel-tunggal pada media buatan (kita
harapkan dari fisiologi dan biokimia) mungkin akan menjadi kenyataan sehari-
hari dalam praktek pemuliaan tanaman. Jika demikian halnya, maka pengujian
lapang tetapi cukup di laboratorium. Seleksi dapat dilakukan terhadap sel-sel yang
terbaik, dan dengan perlakuan yang sesuai ditumbuhkan menjadi tanaman normal.
Membuat perkawinan-perkawinan
dapat dipadukan ciri-ciri sifat keturunan yang baik: sebagian berasal dari garis
keturunan pihak tetua betina dan sebagian lagi berasal dari pihak tetua jantan. Jadi
temurun dalam populasi baru. Isolasi dan selksi terhadap populasi keturunan hasil
bersiklus.
Jika hibridisasi menjadi bagian dari suatu program pemuliaan tanaman maka
Jika penilaian terhadap varietas baru dianggap telah mantap dan diputuskan
sekali dalam bidang ini. Ini merupakan tugas dari badan sertifikasi benih serta
badan-badan produsen benih, untuk melipat gandakan benih baru yang dihasilkan
hasil.
ini adalah ditemukannya varietas gandum Red Fife yang berumur genjah
prairi di Kanada dan Utara Great Plains, Amerika Serikat. Varietas ini
untuk pertama kali pada tahun 1932. Dan kini kira-kira 59% dari areal
17
hibrida.
"sereh" setelah pada tahun 1928 ditemukan varietas P.O.J. 2878 yang
lainnya.
dengan bentuk cebol dan cebol ganda, dan ideal untuk pemanenan
pada sistem irigasi, pemberian pupuk dengan dosis yang tinggi, umur
Latihan Soal
tanaman
pertanian
Daftar Pustaka
Allard, R.W., 1960. Priciple of Plant Breeding. John Wiley, New York
BAB II.
PERKEMBANGBIAKAN TANAMAN
Tujuan : Mahasiswa memahami prosedurerkembangbiakan secara
generatif danperkembangbiakan secara vegetatif
Ringkasan
Isi :
▪ Kelopak bunga
▪ Mahkota bunga
22
Spora memiliki inti sel yang berubah fungdi menjadi alat perkembangbiakan.
Spora berbentuk seperti biji yang sangat kecil sehingga sulit terlihat oleh mata
telanjang. Spora hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat yaitu mikroskop.
Contoh tumbuhan spora adalah Lumut dan tumbuhan paku.
25
Umbi lapis. Umbi lapis memiliki struktur berlapis-lapis dan tunas dibagian
tengahnya. contohnya adalah bawang-bawangan dan bunga tulip.
26
Akar tinggal atau Rhizoma. Rhizoma adalah batang yang tumbuh dan
menjalar didalam tanah serta bentuknya bercabang-cabang. Contohnya
adlah Kunyit, jahe, Bangle, lengkuas dan tebuh.
27
Adalah batang yang tumbuh di dalam tanah. Contohnya : Kencur, Jahe, Lengkuas,
dan Kunyit.
Geragih atau stolon. Geragih adalah batang beruas-ruas yang tumbuh menjalar di
atas permukaan tanah, dan dari ruas-ruas tersebut bisa menumbuhkan tunas baru
sebagai individu baru. Contohnya adalah tanaman pegagan, strawberry, semanggi
dan lain-lain
Tunas. Tunas berasal dari tumbuhan induk dan dan dapat tumbuh menjadi
tumbuhan baru dengan cepat. Contohnya pisang, tebuh, pohon pinang dan
bambu.
Tunas Aventif. Tunas aventif adalah tunas yang tumbuh dari ujung-ujung
daun contohnya cocor bebek.
29
Spora
Batang bawah adalah tanaman yang berfungsi sebagai batang bagian bawah yang
memiliki siistem perakaran yang baik
3. Sistem perakaran baik dan dalam serta tahan pd kondisi tanah yang kering
4. Tidak mengurangi kualitas dan kuantitas tanaman yang disambungkan
Batang atas
Batang atas (entres) adalah calon bagian atas yg kemudian hari sebagai calon
tanaman yang unggul.
Pohon induk adalah bagian pangkal muda dan sangat vegetatif tapi bagian atas
dewasa dan siap memasuki fase reproduktif.
a. penampilan fenotip,
ke atas/vertikal.
2. Melakukan Pencangkokan,
– Penyiapan media cangkok terdiri atas campuran antara top soil dan
kompos.
– Sebelum digunakan media disiram dengan air sampai cukup
kelembabannya, serta ditaburi nsektisida secukupnya
5. Penanaman hasil cangkok, apabila tunas dan daun baru dari bibit yang
dicangkok mulai tumbuh dan kelihatan perakaran sudah tumbuh dan
kompak, maka bibit siap di tanam dilapangan.Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada kegiatan pencangkokan antara lain
Okulasi adalah proses menempelkan tunas dari suatu tanaman ke tanaman lain.
Contohnya adalah okulasi pada tanaman durian dan jeruk.
Langkahnya:
1. Perlakuan pendahuluan
kemudian dimiringkan
Mata entris yang baik adalah: sudah mekar, entris besar dan sudah
menonjol, dan jk mata tunas kecil lama pertumbuhannya
6. Cara mengikat.
1.Entris yang baik bukan dr cbng yg terlalu tua atau terlalu muda
1.Entris yang baik bukan dr cbng yg terlalu tua atau terlalu muda
Menyetek adalah proses menanam sebagian potongan atau bagian tubuh dari
tanaman tersebut baik berupa cabang ataupun batang. Bagian tanaman yang
distek harus memiliki ruas atau mata tunas sehingga dapat tumbuh tanaman
baru. Contohnya adalah tebu, singkong dan bunga mawar.
36
LATIHAN
2. Dalam proses pembentukan gamet betina ternyata hanya satu inti generatif
yang dapat membentuk keturunan. Jelaskan mengapa demikian.
5. Jelaskan syarat batang tas dan batang bawah saat melakukan okulasi
37
Daftar Pustaka
Baydowi, 2015.http://baydowi08.blogspot.co.id/2015/05/bay-dowi-blog1.html
Poespodarsono S., 1988. Ilmu Pemuliaa Tanaman. PAU Hayati IPB, Bogor.
BAB III
Keturunan
(HASIL TINGGI, RASA ENAK)
Persilangan
2. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi dan koleksi plasma nutfah dimaksudkan untuk mencari
dan mengumpulkan bahan-bahan tanaman dari berbagai tempat, baik di dalam
maupun di luar negeri, guna dijadikan sebagai sumber daya genetik dari
berbagai karakter penting yang diperlukan dalam melaksanakan program
pemuliaan tanaman. Selanjutnya tanaman-tanaman hasil eksplorasi tersebut
perlu dikoleksi dan dilestarikan secara baik sebagai perbendaharaan sumber
gen (Bank Gen) yang sangat penting artinya untuk perbaikan sifat tanaman
melalui program hibridisasi.
3. Introduksi
Introduksi adalah proses mendatangkan suatu kultivar tanaman ke suatu
wilayah baru. Introduksi diutamakan untuk tanaman yang mempunyai nilai
ekonomis penting.
Gambar. Canola, tanaman sub
tropis penghasil minyak
sayur,
bahan baku pakan ternak, dan
biodiesel. Pertama kali
dibudidayakan dii Kanada
42
Gambar. Singawalang,
tanaman obat untuk penyakit
TBC, diintroduksi melalui
India.Sumber
:http://www.indomedia.com.
4. Mutasi Induksi
Mutasi adalah perubahan genetik baik gen tunggal atau sejumlah gen atau
susunan kromosom. Perubahan genetik tersebut menimbulkan keragaman
genetik, sehingga dapat digunakan sebagai bahan populasi seleksi.
6. Hibridisasi Somatik
Hibridisasi somatik dengan teknik fusi protoplas dilakukan pada tanaman-
tanaman yang memiliki barier seksual, misalnya tanaman yang mempunyai
hubungan kekerabatan jauh (spesies liar) dan tanaman steril atau tanaman
yang hanya dapat diperbanyak secara vegetatif. Teknik fusi protoplas yang
digunakan dilakukan berdasarkan prinsip terjadinya pembuahan, yaitu dengan
menyatukan gamet jantan (sub protoplasma) dengan gamet betina
(protoplasma).
Keuntungan hibridisasi somatik, selain dapat mentransfer gen-gen yang belum
teridentifikasi, juga dapat memodifikasi atau memperbaiki sifat-sifat yang
diturunkan secara monogenik dan poligenik antar galur atau spesies.
Keuntungan fusi protoplas yang lain adalah diperoleh kombinasi sifat baru
yang merupakan kombinasi sitoplasma, karena sitoplasma pada perkawinan
seksual hanya berasal dari tetua betina saja.
7. Transfer Gen
Transformasi gen adalah proses dimana DNA asing dimasukkan ke dalam sel
tanaman. Memasukkan informasi genetik “asing” ke dalam sel tanaman
dimaksudkan untuk membantu menghilangkan hambatan yang terjadi pada
proses reproduksi melalui perkawinan.
44
Ringkasan
Pertanyaan
1. Adanya keanekaragaman tingkat gen dapat anda amati pada gambar berikut:
45
A B C D
berikut ini:
A. Dari gambar di atas variasi yang tampak adalah variasi warna dan variasi
bentukmahkota bunganya. Pada gambar A tampak mahkota bunganya lebih
besarberwarna oranye dan pada gambar B, mahkota bunganya berwarna
merah dan putihpada helaian mahkotanya, sedangkan pada gambar C,
lembaran mahkota bunganyabertumpuk lebih banyak dan berwarna putih,
sedangkan pada gambar D,mahkotanya bertumpuk lebih banyak dan berwarna
ungu.
B. Fenotif individu pada satu spesies yang hidup pada tempat yang berbeda
akanmempunya fenotif yang berbeda pula karena dipengaruhi oleh gen dan
lingkungan.
UJI KOMPETENSI
46
Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap paling tepat dengan memberi tanda
silang(X) pada huruf di depan jawaban tersebut.
4. Dua makhluk hidup menempati daerah yang sama dapat disebut spesies
apabila …….
A. habitat dan warna rambutnya sama
B. warna dan bentuk rambutnya sama
C. jenis makanan dan cara makannya sama
D. cara reproduksi dan jumlah anaknya sama
E. dalam perkawinan menghasilkan turunan fertil
47
5. Padi tipe Indica dapat disilangkan dengan Japonica. Generasi pertama (F1)
tanaman tersebut fertile, karenapadi-padi tersebut ……
A. satu genus
B. satu familia
C. satu species
D. satu ordo
E. satu kingdom
10. Variasi gen dalam tingkat jenis dapat menyebabkan terbentuknya ………
A. individu
B. varietas
C. species
D. populasi
E. ekosistem
Daftar Pustaka
BAB IV.
HIBRIDISASI
Pendahuluan
Hibridisasi merupakan teknik menggabungkan atau mengkombinasikan
beberapa karakter melalui persilangan dua tetua atau lebih yang memiliki karakter
berbeda untuk menghasilkan hibrida. Perubahan karakter pada hibrida diakibatkan
oleh adanya tranfer gen dari tetua jantan kepada tetua betina. Pada tanaman
menyerbuk sendiri seperti tanaman, hibridisasi dikatakan berhasil jika pada
hibrida terdapat perbedaan karakter dengan tetua betinanya. Apabila karakter
hibrida sama dengan tetua betina dikatakan tidak berhasil karena kemungkinan
telah terjadi persilangan sendiri (selfing). Tujuan utama hibridisasi pada tanaman
atau tanaman menyerbuk sendiri lainnya adalah untuk memindahkan gen-gen
yang mengendalikan karakter-karakter unggul pada tetua jantan pada keturunan
hasil hibridisasi (Rawal, 1975).
Hibridisasi telah lama digunakan oleh Pemuulia tanaman dengan sangat
intensif untuk mendapatkan tipe yang lebih baik atau tipe baru melalui
persilangan antara varietas atau spesies yang berbeda. Keturunan hibridisasi yang
terencana antara tetua terpilih merupakan metode yang dominan dalam program
50
Pemilihan Tetua
51
Pelaksanaan Hibridisasi
Kegiatan hibridisasi pada tanaman terdiri atas dua tahap yaitu emaskulasi
dan polinasi. Setiap varietas ditanam dalam waktu yang tidak bersamaan agar
didapatkan periode pembungaan yang sama, varietas yang waktu berbunganya
panjang ditanam lebih awal dari yang berbunganya lebih pendek. Penanaman juga
dilakukan secara periodik, disamping untuk sinkronisasi pembungaan juga agar
proses hibridisasi dapat berlangsung lama untuk menghasilkan hibrida yang
banyak (Ujianto, dkk, 2007).
1. Mengumpulkan kepala sari (anthera) yang telah masak dari tetua jantan
pada cawan /petridis dan pecahkan dengan pinset hingga diperoleh tepung
sari.
2. Melakukan persarian dengan kuas kecil dengan cara mencelupkan kuas
pada cawan, kemudian mengoleskan pada kepala putik bunga yang telah
dikastrasi.
3. Mengisolasi atau menutup bunga yang telah diserbuki dengan kantung
kertas minyak atau kantung plastik.
4. Memberi label pada bunga yang telah mengalami persarian. Label
terutama mengenai tanggal persarian dan asal tertua jantan dan betina.
Sistem persarian atau persilangan yang digunakan adalah Metode Dialel
dari Griffing yaitu saling menyilangkan tetua yang digunakan sehingga diperoleh
keturunan pertama (F1) dan resiproknya atau menggunakan rancangan
persilangan North Carolina dari Comstock dan Robinson. Metode ini digunakan
untuk menggabungkan perbedaan sifat dari tetuanya, menguji daya gabung
umum, daya gabung khusus, menentukan ada tidaknya pengaruh tetua betina
(maternal effects), dan menentukan ada tidaknya heterosis (vigor hibrid). Kegiatan
persarian dilakukan pada pagi hari. Benih yang diperoleh dari hibridisasi ini
disebut benih F1.
Untuk keperluan analisis genetik ataupun untuk perbaikan sifat yang
dikendalikan oleh gen sederhana, persilangan sering dilanjutkan dengan
melakukan silang balik (backcross). Silang balik umumnya dilakukan persilangan
antara keturunan hasil persilangan (F1) dengan tetua betinanya. Untuk keperluan
analisis genetik juga sering dilakukan silang balik antara F1 dengan tetua
jantannya..
waktu dari pembentukan bunga sampai antesis untuk sorgum dan kedelai dapat
ditunda dengan panjang hari yang lama.
Waktu dari pembuahan bunga sampai pemasakan biji disebut fase
pemasakan. Ini dapat dibagi menjadi 3 periode, sesuai rata-rata akumulasi berat
kering dalam biji yaitu periode lambat, periode linier, dan periode ketika rata-rata
level off sebelum masak. Periode lambat dapat 1 minggu pada gandum atau 20
hari pada kedelai. Lamanya juga dipengaruhi oleh panjang hari dan temperatur.
Hari pendek dan temperatur hangat memperpendek periode lambat pada kedelai,
spesies hari pendek.
Pengisian biji yang cepat terjadi selama periode linier, rata-rata dan
lamanya dipengaruhi oleh panjang hari dan temperatur. Temperatur yang tinggi
memperpendek lama pengisian biji dan meningkatkan rata-rata pengisian biji pada
sorgum, padi, dan gandum. Pada tanaman hari pendek, pengaruh penundaan
temperatur dingin pada musim gugur mungkin mengganti kerugian dengan
memperpendek panjang hari (Lopez and Runkle, 2005).
c). Panjang hari
Setelah tanaman melengkapi fase vegetatif dasar (BVP), pembentukan
bunga seringkali tergantung pada panjang hari. Fotoperiod kritis didefinisikan
sebagai panjang hari maksimum yang mana tanaman hari pendek akan berbunga
dan panjang hari minimum yang mana tanaman hari panjang akan berbunga.
Fotoperiode optimum adalah panjang hari yang mana tanaman akan berbunga
dalam waktu paling pendek setelah BVP dilengkapi.
Pengetahuan fotoperiode kritis adalah hal yang penting ketika panjang
hari digunakan untuk menunda pembungaan kultivar. Fotoperiode kritis kedelai
Biloxi, tanaman hari pendek, adalah 13,5 jam. Pemulia dapat menggunakan 14
jam untuk mencegah pembungaan dari kultivar ini sampai tetua yang lain tersedia
untuk hibridisasi.
Periode kritis dapat berbeda antar kultivar suatu spesies dan seringkali
dihubungkan dengan keleluasaan (garis lintang) adaptasi. Kultivar dari garis
lintang rendah mempunyai periode kritis yang lebih pendek dari pada garis lintang
tinggi. Kultivar kedelai yang beradaptasi ke Amarika bagian selatan mempunyai
periode kritis 13,5 jam; yang beradaptasi di Minnesota bagian utara dan kanada
58
bagian selatan tidak mempunyai periode kritis. Periode kritis sorgum yang
diadaptasikan ke Amerika adalah lebih lama dari pada di tropis.
Pengetahuan fotoperiode optimum untuk spesies adalah berguna untuk
memperoleh pembungaan dan perkembangan biji dalam waktu terpendek.
Fotoperiode optimum tidak diketahui untuk sebagian besar spesies tanaman;
bagaimanapun juga; pemulia umumnya menggunakan sekitar 12 jam sehari untuk
memperoleh pembungaan yang cepat dari spesies hari pendek dan 20 – 24 jam
untuk tipe hari panjang. Pengurangan dalam jumlah hari untuk pembungaan
kemungkinan linier untuk tiap jam perubahan dalam panjang hari dari periode
kritis ke optimum. Kurve respon panjang hari adalah berguna dalam menduga
kapan pembentukan bunga akan terjadi pada berbagai panjang hari.
Fotoperiode optimum untuk pembungaan cepat mungkin tidak optimal
mungkin tidak optimal untuk mendapatkan bunga-bunga yang diharapkan untuk
hibridisasi karena pada fotoperiode optimum terdapat bunga-bunga yang lebih
sedikit, yang mempunyai polen lebih sedikit, dan yang mungkin lebih kleistogam
dari pada panjang hari lebih dekat ke fotoperiode kritis. Penyinaran buatan dapat
digunakan untuk memperpanjang panjang hari tanaman hari pendek untuk
mendapatkan bunga yang cocok untuk hibridisasi terutama yang waktu
pembungaannya berbeda. Faktor yang perlu diperhatikan dalam mengkreasi
panjang hari buatan dengan penyinaran adalah waktunya, lamanya, tingkatnya,
dan kualitasnya.
Mendung mempengaruhi tingkat penyinaran dan temperatur, pengaruh yang
mempertinggi hibridisasi dari beberapa spesies dan menghambat hibridisasi untuk
spesies yang lain. Bunga ketela rambat tetap terbuka lebih lama pada saat
mendung dari pada saat panas, dan hibridisasi kacang pea lebih berhasil ketika
harinya adalah dingin dan terang dari pada ketika panas, kering dan berangin.
Tetapi pada kacang lebui kondisi mendung, cuaca lembab dapat menyebabkan
keguguran bunga dan polong. Efisiensi penyinaran buatan dapat diasosiasikan
dengan kualitas sinar. Sebagai contoh, sinar merah adalah paling sedikit 30 kali
lebih efisien untuk mengontrol pembungaan kedelai dari pada sinar biru (Lopez,
et al., 2003; Iannucci, 2008l; Sønsteby and Heide. 2012; Lopez and Runkle,
2005).
59
d). Temperatur
Temperatur berpengaruh besar pada perkembangan semua spesies, tetapi
pengaruh langsungnya pada pembentukan dan perkembangan bunga adalah sangat
beragam antar dan dalam spesies. Ketika setiap respon tanaman secara simultan
terhadap temperatur dan fotoperiode, tingkat respon pada setiap stimulus adalah
juga beragam.
Keperluan vernalisasi untuk pembungaan tanaman musiman atau tahunan
secara langsung berhubungan dengan temperatur. Temperatur juga merupakan
faktor utama yang menentukan pembentukan bunga pada spesies dengan respon
panjang hari yang terbatas. Jagung, sebagai contoh, mempunyai respon terhadap
panjang hari untuk hanya 15 sampai 25 hari setelah berkecambah (emergence)
pada daerah sedang (temperate), sehingga pengaruh temperatur lebih penting
dibandingkan panjang hari. Pembungaan dan pemasakan jagung dapat dapat
diprediksi dengan akumulasi catatan temperatur antara 10 – 300C selama musim
pertumbuhan.
Terdapat temperatur kritis minimum dan maksimum untuk pembentukan
dan perkembangan bunga pada sebagian besar tanaman.Temperatur kritis
minimum untuk deferensiasi penikel (malai) padi adalah 15 – 180C, temperatur di
bawah 210C atau di atas 320C akan menunda pembentukan bunga dan mengurangi
biji kedelai dan temperatur kritis minimum dan maksimum untuk pembentukan
dan perkembangan bunga kacang tanah adalah 21 dan 330C.
Temperatur kritis untuk hibridisasi adalah lebih terbatas dari pada untuk
pembentukan dan perkembangan bunga. Temperatur dingin meningkatkan
kecenderungan untuk berbunga pada tanaman menyerbuk sendiri sebelum mereka
cukup besar untuk manipulasi, dan kedinginan mengurangi jumlah tepung sari.
Pada sisi lain, temperatur tinggi memperpendek lama reseptif putik, lama dan
viability polen. Temperatur 330C menghasilkan viability yang rendah pada polen
kacang tanah. Temperatur tanah dalam daerah podding merupakan temperatur
kritis untuk perkembangan kacang tanah; temperatur minimum adalah 15-170C
dan maksimum 37-390C dan optimum 31-330C (Shin, et al, 2001; Lopez and
Runkle, 2005).
60
e). Kelembaban
Kelembaban tanah yang cukup adalah sangat penting untuk mendapatkan
tanaman yang vigor yang akan mempunyai jumlah minimum keguguran bunga
dan biji. Sebagian besar spesies dan kultivar tumbuh baik pada tanah yang
drainasenya baik dan kapasitas yang baik untuk menjaga air.
Spesies dan kultivar berbeda dalam kemampuan untuk menjaga kelebihan
dan kekurangan kelembaban. Persentase yang tinggi keguguran bunga pada
tembakau pada cekaman kekeringan, dan tanaman dapat dirusak atau dimatikan
dalam 24 – 48 jam ketika temperatur tinggi dan tanah tergenang. Sebagian besar
spesies mengurangi produksi biji ketika stres kelembaban terjadi selama
pembungaan dan pengisian biji awal. Hal yang sangat penting adalah pemberian
air selama periode kritis untuk hibridisasi. Jika irigasi tidak tersedia, stres
kelembaban dapat dikurangi dengan pengadaan area lahan yang lebih per tanaman
dan mengurangi bunga yang berlebih dari tanaman. Temperatur tanah dapat
mempengaruhi set biji spesies yang buahnya berkembang di bawah tanah.
Kandungan kelembaban tanah optimum dalam daerah polong kacang tanah kira-
kira 40 % dari total volume tanah di lahan. 80 – 85 % kapasitas tanah merupakan
kondisi terbaik penanaman kacang tanah di rumah kaca. Pemasakan dapat
dihambat dengan mengurangi ketersediaan air pada akhir musim pertumbuhan.
Jika suplai air dikurangi, pemeliharaan harus dilaksanakan dengan baik untuk
61
menjamin bahwa biji diperoleh adalah cukup besar untuk mendapatkan viabilitas
yang cukup (Laary et al., 2012l Crowder dan Craigmiles, 1960).
Kelembaban relatif merupakan hal penting pada waktu hibridisasi tanaman
menyerbuk sendiri. Terdapat batas atas kelembaban relatif untuk semua tanaman
karena perlahan-lahan tepung sari akan layu dan sulit ditangani atau infestasi
penyakit terjadi. Ketika kelembaban relatif terlalu tinggi, bunga beberapa spesies
dapat dikumpulkan dan dikeringkan. Kelembaban relatif yang terlalu rendah dapat
mengakibatkan kegagalan tepung sari untuk berkecambah pada putik. Penutupan
putik pada bagian bunga atau menutupi bunga dengan kantung mungkin
meningkatkan kelembahan relatif dan memperbaiki persentase pembentukan
biji(Crowder dan Craigmiles, 1960).
.
f). Kesuburan Tanah
Hibridisasi dan pembentukan biji yang berhasil terjadi jika dijaga agar
tanaman tetap sehat dan hijau. Uji tanah berguna untuk menentukan jumlah unsur
yang akan ditambahkan. Pemupukan N yang tinggi diharapkan pada beberapa
spesies dan kultivar tetapi tidak untuk yang lain. Ketela rambat dan kacang
tunggak akan menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang berlebih jika kandungan
N tanah tinggi. Pertumbuhan vegetatif yang berlebih dapat menyebabkan
kerebahan, keguguran bunga, dan penundaan pemasakan. Sebaliknya pemupukan
N dua kali normal meningkatkan produksi biji tembakau. Beberapa spesies
mempunyai persyaratan tertentu untuk per-kembangan biji. Kacang tanah
memerlukan jumlah Ca yang tinggi untuk menghindari banyaknya polong yang
kosong atau mengandung biji yang layu. Pembatasan pada pemupukan dan
perkembangan menguntung-kan untuk pembungaan beberapa spesies tanaman.
Pembatasan pertumbuhan akar ketela rambat dengan menanam di pot dapat
meningkatkan pembungaan (Lau et al, 1995; .
tabung polen tidak dapat melewati style secara sempurna atau gamet jantan tidak
dapat bergabung dengan telur walaupun tabung polen mencapai ovary.
Kegagalan ekspresi untuk terjadi fertilisasi atau pembuahan ini adalah serupa
dengan yang ditemukan dalam spesies inkompatibel sendiri. Satu hipotesis untuk
menerangkan inkompatibilitas silang antar spesies mengasumsikan bahwa gen-
gen pada lokus S mempunyai dua fungsi yaitu mencegah fertilisasi sendiri dalam
suatu spesies dan mencegah fertilisasi silang antara dua spesies. Ketika satu
spesies adalah inkompatibel sendiri dan yang lain juga inkompatibel sendiri,
hibridisasi kedua spesies ini sering menghasilkan fertilisasi, namun persilangan
resiproknya tidak. Fenomena ini dikenal sebagai inkompatibilitas unilateral
(Hadley dan Openshaw 1980). Bukti lain menunjukkan bahwa inkompatibilitas
unilateral juga terjadi pada beberapa hibridisasi dimana kedua tetua adalah
spesies inkompatibel sendiri atau keduanya adalah kompatibel sendiri(Belanger et
al., 2003).
Beberapa spesies dapat disilangkan untuk menghasilkan zigot hibrida,
tetapi F1-nya adalah tidak viabel atau terlalu lemah untuk digunakan oleh pemulia
tanaman. Penyebab lemahnya atau tidak viabelnya hibrida ini dapat dikelompokan
dalam tiga kategori: 1) ketidak harmonisan antara genom dari spesies tetua, 2)
ketidak harmonisan antara genom dari satu spesies dan sitoplasma dari spesies
yang lain, dan 3) ketidak harmonisan antara genotip zigot F1 dan genotip
endosperm atau jaringan tetua betina yang mana pengembangan embrio F1
diasosiasikan. Interaksi antara genom tetua mungkin mempunyai dasar poligenik
dan sulit dianalisa (Tyagi dan Singh, 1998).
Menurut Rawal (1975) usaha-usaha untuk menyilangkan dua spesies
mungkin berhasil dalam menghasilkan F1 yang vigor dan viabel, tetapi tidak
harmonis antara genom-genom tetua atau antara genom dari satu tetua dan
sitoplasma dari tetua yang lain mungkin menyebabkan F1 menjadi steril. Ekspresi
seperti ini disebut mandul kromosom jika disebabkan oleh perbedaan struktural
antara kromosom-kromosom tetua yang bercampur dengan pasangannya dan tidak
menyimpang pada meiosis. Jika sterilitas disebabkan oleh gen-gen khusus yang
komplek dikenal sebagai sterilitas genik (sterilitas hibrid genik). Sterilitas genik
biasanya adalah karena genotip dari organisme seperti diekspresikan dalam fase
64
sebelum fertilisasi antara lain: pemilihan tetua dan pengambilan sampel yang
tepat, manipulasi dan modifikasi tanaman-tanaman tetua, melakukan persilangan
antara, dan pemilihan prosedur kastrasi dan polinasi yang sesuai. Hambatan
hibridisasi lebih sering terjadi setelah fertilisasi. Oleh karena itu upaya untuk
mengatasi hambatan setelah fertilisasi terus mendapat perhatian antara lain
melalui kultur in vitro terutama untuk penyelamatan embrio, penggandaan
kromosom buatan dengan pemberian senyawa kimia seperti kolkisin atau GA3,
penggunaan zat pengatur tumbuh, atau mengadakan polinasi campuran.
Persilangan antara kacang hijau (Vigna radiata) dengan kacang hitam
(Vigna mungo) telah dilakukan di India dan Amerika untuk memperbaiki sifat
ketahanan terhadap penyakit. Hasil persilangan menunjukkan keguguran embrio
yang cukup tinggi dan kegagalan perkecambahan. Untuk menyelamatkan embrio
dan meningkatkan daya kecambah biji F1 dilakukan dengan kultur in vitro.
Tanaman F1 yang fertil dapat diperoleh bila terbentuk amphidiploid atau
allotetraploid dengan jalan menggandakan genom tanaman F1 dan genom tetua
yang akan disilangkan serta melakukan hibridisasi somatik atau fusi protoplas dari
kedua tetua. Penggandaan kromosom buatan dapat dilakukan dengan penambahan
senyawa kolkisin (Barathi, et al. 2006). Hasil penelitian Kosmiatin dan Mariska
(2005) menunjukkan bahwa penggandaan kromosom amphidiploid diperoleh
dengan mengkulturkan embrio pada media dengan penambahan kolkisin 0,15 %
dan inkubasi 2 hari.
Beberapa pemulia telah berhasil dalam mempertahankan bunga dan buah
dengan mengaplikasikan zat pengatur tumbuh segera setelah polinasi. Dalam
beberapa kasus, walaupun buah diperoleh dengan aplikasi ini, embrio gagal untuk
berkembang. Dalam kasus lain, buah dipertahankan cukup lama bagi embrio
untuk tumbuh cukup besar untuk dikulturkan. Al-Yasiri dan Coyne (1964) mampu
mempertahankan persentase yang tinggi dari perkembangan polong selama 30
hari dari hibridisasi pada Phaseolus dibandingkan dengan kontrol yang gugur
pada hari ke-15 setelah polinasi. Tiga puluh hari adalah cukup lama bagi embrio
untuk menjadi besar untuk budidaya. Payan dan Martin (1975) menguji
gibberellic acid, alphanaphthalene acetamide, dan indole butyric acid untuk
keefektifan dalam mencegah absisi bunga dan buah pada Passiflora. Setiap zat
66
BAB V.
TEKNIK KHUSUS DALAM PEMULIAAN TANAMAN
Pemuliaan Mutasi
Kebutuhan benih dan bibit unggul berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap
cekaman biotik maupun abiotik semakin meningkat, sehingga kegiatan pemuliaan
tanaman untuk pembentukan varietas baru harus dilakukan. Pemuliaan adalah
ilmu dan seni untuk memperoleh atau mengembangkan suatu tanaman sehingga
menjadi lebih baik dan menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Ruang lingkup pemuliaan meliputi: pembentukan keragaman genetik (sebagai
populasi dasar/bahan dasar proses pemuliaan tanaman sebagai materi untuk
seleksi dan bahan persilangan), dan seleksi dengan melakukan pengujian-
pengujian individu-individu yang kualitasnya unggul sebelum varietas baru
dilepas. Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan melalui introduksi,
hibridisasi, seleksi, bioteknologi dan mutasi. Mutasi merupakan salah satu teknik
yang telah dikembangkan secara luas sebagai upaya untuk meningkatkan
keragaman genetik tanaman untuk mendapatkan sifat baru sebagai sarana untuk
perbaikan genetic tanaman, terutama pada tanaman yang selalu diperbanyak
secara vegetative sehingga keragaman genetiknya rendah atau untuk mendapatkan
karakter baru dimana sifat tersebut tidak dijumpai pada gene pool yang ada.
Mutasi merupakan perubahan materi genetik pada makluk hidup yang terjadi
secara tiba-tiba dan secara acak serta diwariskan. Mutasi yang terjadi dapat
diwariskan dan dapat kembali normal (epigenetik). Mutasi dapat terjadi secara
alami maupun sengaja di induksi untuk tujuan tertentu untuk perbaikan genetik
tanaman. Mutasi alami dapat terjadi disebabkan adanya sinar surya, maupun
energi listrik seperti petir. Mutasi buatan untuk tujuan pemuliaan tanaman dapat
dilakukan dengan memberikan mutagen. Mutagen yang dapat digunakan untuk
mendapatkan mutan ada dua golongan yaitu mutagen fisik dan mutagen kimia.
Yang termasuk dalam mutagen fisik antara lain sinar x, sinar gamma dan sinar
ultra violet. Yang termasuk dalam mutagen kimia antara lain Ethyl Methan
Sulfonat, Diethyl sulfat, Ethyl Amin dan kolkisin.
68
Perakitan varietas baru melalui mutasi telah berkembang luas. Negara paling
banyak menghasilkan varietas baru adalah Asia, Amerika, Eropa, diikuti Rusia,
Belanda dan Jepang. Adapun tanaman pangan paling banyak dikembangkan
adalah pada padi. Pada tanaman hortikultura seperti tanaman hias pengembangan
varietas baru hasil mutasi menduduki jumlah terbanyak. Karakter baru yang
diperoleh antara lain mutu hasil, rasa, warna dan ukuran serta toleransi terhadap
cekaman biotik maupun abiotik..
Induksi mutasi menggunakan iradiasi menghasilkan mutan paling banyak
(sekitar 75%) bila dibandingkan menggunakan perlakuan lainnya seperti mutagen
kimia. Keuntungan menggunaan sinar gamma adalah dosis yang digunakan lebih
akurat dan penetrasi penyinaran ke dalam sel bersifat homogen. Sedangkan
keuntungan menggunakan mutagen kimia adalah laju mutasinya tinggi, dan
didominasi mutasi titik. Perubahan yang ditimbulkan karena pemberian mutagen
baik fisik maupun kimia dapat terjadi pada tingkat genom, kromosom, dan DNA.
Mutasi dibedakan menjadi mutasi kecil (mutasi gen) dan mutasi besar (mutasi
kromosom). Mutasi kecil adalah perubahan yang terjadi pada susunan molekul
gen (DNA), sedangkan lokus gennya tetap. Mutasi jenis ini menimbulkan alela.
Sedangkan mutasi besar adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan susunan
kromosom. Mutasi gen disebut juga mutasi titik. Mutasi ini terjadi karena
perubahan urutan basa pada DNA atau dapat dikatakan sebagai perubahan
nukleotida pada DNA. Mutasi Kromosom, kromosom merupakan struktur
didalam sel berupa deret panjang molekul yang terdiri dari satu molekul DNA
yang menghubungkan gen sebagai kelompok satu rangkaian. Kromosom memiliki
dua lengan, yang panjangnya kadangkala sama dan kadangkala tidak sama,
lengan-lengan itu bergabung pada sentromer (lokasi menempelnya benang spindel
selama pembelahan mitosis dan meiosis. Pengaruh bahan mutagen, khususnya
radiasi, yang paling banyak terjadi pada kromosom tanaman adalah pecahnya
benang kromosom (Chromosome breakage atau chromosome aberration). Mutasi
kromosom meliputi perubahan jumlah kromosom dan perubahan struktur
kromosom mutasi pada tingkat kromosom disebut aberasi.
Teknik mutasi dikombinasikan dengan kultur in vitro telah dikembangkan
dan telah menghasilkan berbagai varietas unggul untuk ketahanan terhadap
69
cekaman biotic maupun abiotik. Keragaman yang dihasilkan pada sel somatik
disebut dengan keragaman somaklonal. Ada beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan variasi somaklonal yaitu: 1. Menumbuhkan kalus
atau suspensi sel pada beberapa siklus. 2. Meregenerasikan tanaman dalam jumlah
besar dari kultur yang telah mengalami siklus yang lama. 3. Skrening/seleksi
untuk sifat tertentu pada tanaman hasil regenerasi atau turunannya, melalui seleksi
in vitro menggunakan cekaman seperti cekaman biotik atau abiotik, herbisida,
garam dll. 4. Pengujian dan seleksi varian sampai generasi lanjut pada sifat yang
diinginkan. 5. Perbanyaan pada mutan yang sudah stabil untuk mendapatkan
genotipe baru.
Beberapa tanaman hasil mutasi kombinasi yang telah dilepas antara lain pada
mawar Rosmarum,Yulikara dan Rosanda oleh Balithi dan pada tanaman nilam
dengan nama Patchouly 1 dan 2 oleh Balitro. Galur mutan hasil keragaman
somaklonal pada tanaman nilam, pisang, kedelai, gandum dan padi untuk
tollransi terhadap kekeringan, ketahanan terhadap fusarium, dan umur genjah
sedang dalam taraf pengujian di BB Biogen.
Contoh beberapa sifat baru yang diperoleh dari keragaman somaklonal dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Berbagai perubahan sifat akibat variasi somaklonal
Jenis tanaman Sifat baru yang dihasilkan
Tebu Resisten terhadap Fiji dan Downy mildew Eyespot
Kentang Resisten terhadap Fusarium oxysporum dan Phytophtora
infestans
Jagung Resisten terhadap Helmintosporium maydis
Gandum Resisten terhadap Helmintosporium, Toleran
panas/kekeringan
Padi Tahan penyakit Blas, Menjadi lebih pendek, resisten
terhadap genangan, produksi lebih tinggi dan toleran
garam tinggi
Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi
secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisma hidup
70
yang bersifat terwariskan (heritable). Mutasi dapat terjadi secara sepontan di alam
(spontaneous mutation) dan dapat juga terjadi melalui induksi (induced mutation).
Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi secara alami
dan mutasi hasil induksi. Keduanya dapat menimbulkan variasi genetik untuk
dijadikan dasar seleksi tanaman, baik seleksi secara alami (evolusi) maupun
seleksi secara buatan (pemuliaan).
Dalam bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan
keragaman genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi
genotipe tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi
induksi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu
terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar
rhizome, kultur jaringan dan sebagainya. Apabila proses mutasi alami terjadi
secara sangat lambat maka percepatan, frekuensi dan spektrum mutasi tanaman
dapat diinduksi dengan perlakuan bahan mutagen tertentu. Pada umumnya bahan
mutagen bersifat radioaktif dan memiliki energi tinggi yang berasal dari hasil
reaksi nuklir.
Bahan mutagen yang sering digunakan dalam penelitian pemuliaan
tanaman digolongkan menjadi dua kelompok yaitu mutagen kimia (chemical
mutagen) dan mutagen fisika (physical mutagen). Mutagen kimia pada umumnya
berasal dari senyawa alkyl (alkylating agents) misalnya seperti ethyl methane
sulphonate (EMS), diethyl sulphate (dES), methyl methane sulphonate (MMS),
hydroxylamine, nitrous acids, acridines dan sebagainya (IAEA, 1977). Mutagen
fisika bersifat sebagai radiasi pengion (ionizing radiation) dan termasuk
diantaranya adalah sinar-X, radiasi Gamma, radiasi beta, neutrons, dan partikel
dari aselerators.
Baik mutagen kimia maupun mutagen fisika memiliki energi nuklir yang
dapat merubah struktur materi genetik tanaman. Perubahan yang terjadi pada
materi genetik dikenal dengan istilah mutasi (mutation). Secara relatif, proses
mutasi dapat menimbulkan perubahan pada sifat-sifat genetis tanaman baik ke
arah positif maupun negatif, dan kemungkinan mutasi yang terjadi dapat juga
kembali normal (recovery). Mutasi yang terjadi ke arah “sifat positif” dan
terwariskan (heritable) ke generasi-generasi berikutnya merupakan mutasi yang
71
dikehendaki oleh pemulia tanaman pada umumnya. Sifat positif yang dimaksud
adalah relatif tergantung pada tujuan pemuliaan tanaman.
Mutagen kimia dapat menimbulkan mutasi melalui beberapa cara.
Gugusan alkyl aktif dari bahan mutagen kimia dapat ditransfer ke molekul lain
pada posisi dimana kepadatan elektron cukup tinggi seperti phosphate groups dan
juga molekul purine dan pyrimidine yang merupakan penyusun struktur
dioxiribonucleic acid (DNA). Seperti diketahui umum, DNA merupakan struktur
kimia yang membawa gen. Basa-basa yang menyusun struktur DNA terdiri dari
adenine, guanine, thyimine, dan cytosine. Adenine dan guanine merupakan basa
bercincin ganda (double-ring bases) disebut purines, sedangkan thymine dan
cytosine bercincin tunggal (single-ring bases) disebut pyrimidines. Struktur
molekul DNA berbentuk pilitan ganda (double helix) dan tersusun atas pasangan
spesifik Adenine-Thymine dan Guanine-Cytosine. Contoh mutasi yang paling
sering ditimbulkan oleh mutagen kimia adalah perubahan basa pada struktur DNA
yang mengarah pada pembentukan 7-alkyl guanine.
Seperti disebut di atas mutagen fisika bersifat sebagai radiasi pengion
(ionizing radiation) yang dapat melepas energi (ionisasi), begitu melewati atau
menembus materi. Mutagen fisika termasuk diantaranya sinar-X, radiasi Gamma,
radiasi beta, neutrons, dan partikel dari aselerators sudah umum digunakan dalam
pemuliaan tanaman. Karakteristik untuk masing-masing jenis radiasi disajikan
dalam Tabel di bawah ini. Begitu materi reproduksi tanaman diradiasi, proses
ionisasi akan terjadi dalam jaringan dan dapat menyebabkan perubahan pada
jaringan itu sendiri, sel, genom, kromosom, dan DNA atau gen. Perubahan yang
ditimbulkan pada tingkat genom, kromosom, dan DNA atau gen dikenal dengan
istilah mutasi (mutation).
72
kimia, seperti colchicine atau nitrous oxide dapat merubah tingkat ploidi pada
genom tanaman, misalnya A-->AA, AA-->AAAA dan seterusnya.
Sebagai contoh mutasi genom, beberapa mutan tanaman sorghum yang
diinduksi dengan colchicine telah dilaporkan sebagai hasil mutasi genom dengan
pengurangan jumlah kromosom (haploidi) yang kemudian diikuti dengan
diploidisasi. Sedangkan pengaruh mutagen fisika (radiasi sinar Gamma) pada
mutasi genom telah dilaporkan pada mutan tanaman barley, dimana terjadi
perubahan genom tanaman menjadi aneuploidi.
Pelargonium dan Mirabilis jalapa (bunga pukul empat). Warna belang pada daun
sering memiliki nilai seni dan nilai ekonomis tersendiri bagi pemulia tanaman.
Oleh karena itu, mutasi tipe ini sering sangat bermanfaat dalam pemuliaan
tanaman hias (ornamental crops).
Seperti telah dilaporkan (Van Harten, 1998), mutasi di luar inti sel sering pula
menimbulkan gejala pertumbuhan kerdil (dwarf growth), berubahan morfologi
bunga dan penyimpangan morfologi lainnya, dan ketahanan terhadap herbisida,
yang biasanya disandikan oleh gen mitokondria. Dalam beberapa studi, mutasi
pada mitokondria gen telah menghasilkan tanaman jagung yang tahan penyakit
bercak daun (Drechslera maydis) dan tanaman gandum yang tahan penyakit karat
(Puccinia striiformis). Sementara itu, perhatian yang lebih besar telah diberikan
untuk mutasi gen pada sitoplasma yang terkait dengan cytoplasmic male sterility
(CMS) seperti pada tanaman jagung. Teknik CMS sangat bermanfaat dalam
pemuliaan tanaman khususnya dalam produksi benih tanaman hibrida. Secara
umum telah diketahui bahwa CMS adalah sifat yang disandikan oleh gen
mitokondria (Lonsdale, 1987). Mutasi dan rekombinasi DNA mitokondria
merupakan dasar kejadian CMS alami.
Panoramic Batch Irradiator yang ada di BATAN memiliki sumber sinar Gamma
dari Cobalt-60 dengan aktivitas awal sebesar 75.000 Curies.
Setelah perlakuan radiasi dengan sinar Gamma, materi reproduktif
tanaman kemudian ditumbuhkembangkan di ruang tumbuh, rumah kaca, atau
langsung di kebun percobaan. Analisa mutan tanaman dilakukan di laboratorium,
biasanya dengan membandingkan sifat-sifat genetik, biologi dan agronominya
terhadap tanaman kontrol. Analisa mutan dapat juga dilakukan baik secara visual
fenotipa maupun secara biologi molekuler seperti dengan teknik RAPD atau
bioteknologi lainnya. Secara ringkas prosedur kerja pemuliaan tanaman dengan
teknik mutasi khusus untuk tanaman serealia berserbuk sendiri (termasuk
gandum) disajikan dalam gambar di bawah ini.
BATAN sebetulnya telah dimulai sejak tahun 1970, yaitu dengan program
perbaikan varietas tanaman padi. Sampai kini BATAN telah menhasilkan
beberapa mutan tanaman pangan yang dilepas sebagai varietas unggul oleh
Departemen Pertanian seperti tersaji dalam Tabel berikut.
Varietas mutan tanaman pangan hasil riset PATIR-BATAN yang telah dilepas
sebagai varietas unggul oleh Menteri Pertanian.
Padi
Kedelai
Kacang hijau
Pemuliaan Poliploidi
Negara-negara berkembang diperhadapkan dengan masalah pertambahan
penduduk, dan diperkirakan lebih dari 900 juta dari 5.8 miliar penduduk dunia
mengalami kelaparan. Pada tahun 2025 penduduk dunia diperkirakan 8 miliar
dengan sebagian kelahiran baru terjadi di negara-negara berkembang. Asia akan
menjadi tempat tinggal kira-kira 4 miliar orang dan tiap orang memerlukan
cukup pangan, sedangkan produksi belum dapat mengatasi kebutuhan manusia.
Hal ini diperparah dengan berkurangnya lahan pertanian karena kebutuhan
manusia akan tempat tinggal dan perkembangan pembangunan.
Ekstensifikasi bukan langkah bijak untuk meningkatkan produksi
tanaman karena diperhadapkan dengan keterbatasan lahan. Pemuliaan tanaman
menawarkan alternatif perbaikan genetik tanaman sesuai sifat-sifat yang
diharapkan dalam upaya peningkatan hasil panen. Saat ini tersedia berbagai
metode perbaikan sifat tanaman mulai dari konvensional sampai molekuler
dengan didukung komputerisasi. Namun tiap metode memiliki kelemahan atau
keterbatasan sehingga pada akhirnya diperlukan pengetahuan dan pertimbangan
pemulia untuk menentukan metode yang sesuai serta tujuan yang ingin dicapai.
Keragaman merupakan hal penting dalam pemuliaan karena dapat
ditemukan berbagai sumber gen untuk perbaikan suatu sifat tanaman. Gen-gen
tersebut dapat ditransfer ke tanaman dengan cara konvensional maupun rekayasa
genetik. Salah satu teknik pemuliaan untuk perbaikan sifat adalah perakitan
poliploidi. Poliploidi adalah keadaan sel dengan penambahan satu atau lebih
genom dari genom normal 2n=2x.
Fenomena poliploidi di alam dapat dibagi atas : (1) autopoliploid
(penambahan genom dimana pasangan kromosomnya homolog), dan (2)
allopoliploid (penambahan genom dimana kromosomnya tidak homolog).
Secara umum autopoliploid sama dengan diploid, perbedaannya hanya
tergantung pada genotip asal, serta terjadi peningkatan ukuran sel merismatik
dan sel penjaga (Sparrow, 1979 ; Poehlman dan Sleper, 1995). Sedangkan
tanaman allopoliploid dihasilkan menurut Sparrow (1979) adalah untuk
mengkombinasi karakter-karakter yang diinginkan dari dua tetua diploid ke
dalam satu tanaman.
81
suatu tanaman melalui perubahan jumlah genom dan kontribusi gen-gen alelik
pada karakter tertentu.
Autopoliploid
Autopoliploid adalah sel yang mempunyai lebih dari dua genom dimana
genomnya identik atau mempunyai kromosom homolog karena pada umumnya
berasal dari satu spesies. Autopoliploid muncul dari penggandaan kromosom
yang komplemen secara langsung. Autopoliploid dapat diinduksi artifisial
melalui perlakuan kolsisin dan dapat terjadi secara spontan, tetapi yang terakhir
ini jarang ditemukan. Menurut Vandepoele et al, (2003) autopoliploid dapat
berasal dari persilangan intraspesies diikuti dengan penggandaan kromosom
dimana gamet tidak mengalami reduksi dan kromosomnya membentuk
multivalent pada saat miosis, dengan pewarisan yang multisomik Beberapa
tanaman yang termasuk autopoliploid alami adalah kentang, ubi jalar, kacang
tanah, alfalfa dan “orchardgrass”.
Beberapa sifat autopoliploid yang berbeda dengan diploid adalah : 1)
volume sel dan nukleus lebih besar, 2) bertambah ukuran daun dan bunga serta
batang lebih tebal, 3) terjadi perubahan komposisi kimia meliputi peningkatan
dan perubahan karbohidrat, protein, vitamin dan alkaloid, 4) kecepatan
pertumbuhan lebih lambat dibanding diploid, menyebabkan pembungaannya
juga terlambat, 5) miosis sering tidak teratur dengan terbentuknya multivalen
sebagai penyebab sterilitas, 6) poliploidi tidak seimbang terutama pada triploid
dan pentaploid (Sparrow, 1979). Dikatakan juga oleh Poehlman dan Sleper
(1995) bahwa autopoliploid berperan meningkatkan ukuran sel merismatik tetapi
jumlah total sel tidak bertambah. Menurut Sareen et al. (1992) tanaman
autotetraploid mempunyai bagian vegetatif lebih besar, menyebabkan mereka
lebih jagur dibanding diploidnya. Tetapi efek ini tidak universal karena ada
beberapa autotetraploid yang mirip atau lebih lemah dibandingkan tetua diploid.
Menurut Poehlman dan Sleper (1995) tiga hal dasar sebagai petunjuk
untuk memproduksi dan memanfaatkan autoploidi dalam program pemuliaan
tanaman yaitu : (1) autoploidi cenderung mempunyai pertumbuhan vegetatif
lebih besar sedangkan biji yang dihasilkan sedikit, sehingga lebih bermanfaat
83
untuk pemuliaan tanaman yang bagian vegetatifnya dipanen, (2) lebih berhasil
untuk mendapatkan autoploidi yang jagur dan fertil melalui penggandaan
diploid yang jumlah kromosom sedikit, (3) autoploidi yang berasal dari spesies
menyerbuk silang lebih baik dari pada autoploidi dari spesies menyerbuk sendiri,
sebab penyerbukan silang membantu secara luas rekombinasi gen dan
kesempatan untuk memperoleh keseimbangan genotip pada poliploidi.
Allopoliploid
Allopoliploid adalah keadaan sel yang mempunyai satu atau lebih
genom dari genom normal 2n =2x, dimana pasangan kromosomnya tidak
homolog. Allopoliploid terbentuk dari hibridisasi antara spesies atau genus yang
berlainan genom (hibridisasi interspesies). Tanaman F1-nya akan steril karena
tidak ada atau hanya beberapa kromosom homolog. Bila terjadi penggandaan
kromosom spontan atau diinduksi maka tanaman menjadi fertil. Beberapa
tanaman yang termasuk alloploidi alami adalah gandum, terigu, kapas,
tembakau, tebu dan beberapa spesies kubis.
Allopoliploid ditemukan ada yang allopoliplod segmental (sebagian
kromosom homolog) menyebabkan steril sebagian, dan allopolyploid (semua
kromosom tidak homolog) menyebabkan steril penuh. Allopoliploid segmental
memiliki segmen kromosom homologous dan homoeologus (homolog parsial)
yang selama miosis dapat terjadi bivalen dan multivalen sehingga pewarisannya
campuran disomik-polisomik (Vandepoele et al. 2003). Dikatakan juga bahwa
prototipe poliploidi dari rumput-rumputan seperti gandum adalah allopolyploid,
jagung adalah alloploidi segmental dan padi adalah paleopoliploid.
Tujuan induksi allopoliploid adalah mengkombinasi sifat-sifat yang
diinginkan dari dua tetua diploid ke dalam satu tanaman (Sparrow, 1979).
Menurut Poehlman dan Sleper (1995) beberapa manfaat alloploidi untuk para
pemulia adalah : (1) dapat mengidentifikasi asal genetik spesies tanaman
poliploidi, (2) menghasilkan genotip tanaman baru, (3) dapat memudahkan
transfer gen antar spesies dan (4) memudahkan transfer atau subtitusi kromosom
secara individual atau pasangan kromosom.
84
meningkat sampai suhu - 4oC. Sebaliknya genotip diploid FFHH dan FfHh
resistensi frost hanya pada suhu 0oC, demikian juga pada genotip autotetraploid.
Tetapi jika melalui rekombinasi dan seleksi khusus untuk genotip FFffHHhh
dapat diperoleh generasi bergenotip FFFFhhhh yang resistensi pada suhu - 4oC
(Kuckuck et al., 1991).
Poliploidi yang memiliki dua atau lebih genom berbeda disebut
allopoliploid dengan konstitusi genom seperti AABB atau A1A1A2A2.
Karakteristik struktur gen dari spesies allopoliploid yaitu ada satu genom tetua
dan satu atau dua genom dari tetua lain yang berasal dari hibridisasi. Adanya
genotip berbeda yang berasal dari genom berbeda menyebabkan terjadi
pertukaran material genetik dan membentuk genom campuran.
Allopoliploid menunjukkan heterosis parmanen yang diakibatkan dari
interaksi gen loci tertentu dalam genom berbeda (Feldman dan Sears, 1981).
Menurut Brewbaker (1981) kejaguran hibrida (heterosis) lebih nyata pada
persilangan antara tanaman yang jauh hubungan kerabatnya dibanding antara
tanaman berkerabat dekat.
Hasil penelitian awal pemuliaan tanaman menunjukkan bahwa diantara
taraf ploidi yang berbeda, didapatkan bahwa tiap spesies mempunyai taraf ploidi
optimum tertentu. Contoh pada bit gula dimana jumlah ploidi optimumnya
adalah tetraploid. Penelitian Hetharie (2000) menunjukkan bahwa taraf ploidi
optimum pada hibrida somatik kentang dari tetua S. tuberosum adalah 4x
(Gambar 1). Penambahan jumlah kromosom yang melebihi jumlah optimum
tersebut akan menyebabkan gangguan fisiologi ke arah negatif (Karmana, 1989).
2001). Oleh karena itu keturunan apomiktik membawa konstitusi genetik tetua
betina secara penuh dan membentuk klon yang stabil, sesuatu yang bernilai tinggi
baik pada produksi biji maupun pemuliaan tanaman.
Apomiksis akan membatu pemulia tanaman untuk mempercepat dalam
pengembangan varietas unggul baru terutama untuk penentuan adaptasi varietas
pada kondisi lingkungan tertentu. Menurut Bashaw (1980), apomiksis akan
memungkinkan membuat preservasi dan proliferasi dari semua varietas termasuk
varietas hibrida. Teknik apomiksis akan sangat membantu petani di negara yang
sedang berkembang apabila dapat tersedia benih dengan harga yang murah. Lebih
jauh Hanna dan Bashaw (1987) menjelaskan bahwa dengan teknik apomiksis,
setiap galur hibrida dapat ditanam dan digunakan lagi tanpa mengalami penurunan
hasil. Oleh karena itu para ahli atau peneliti bekerja pada teknik apomiksis ini
pada tanaman-tanaman pangan utama seperti gandum, padi dan jagung dengan
transfer gen. Industri dan lembaga penelitian tertarik untuk mengembangkan
teknologi baru agar gen-gen pengendali apomiksis dapat ditransfer ke tanaman
yang perkembangbiakannya secara seksual, sehingga akan mempercepat program
pemuliaan untuk merakit varietas unggul baru atau untuk memudahkan kegiatan-
kegiatan pemuliaan yang lainnya.
Dalam artikel ini akan dipaparkan beberapa hal tentang apomiksis yang
terkait dengan program pemuliaan tanaman yaitu pengendali genetik apomiksis,
transfer apomiksis ke tanaman seksual, metode pemuliaan apomiksis, keuntungan
apomiksis dalam pemuliaan tanaman, produksi benih apomiksis, dan beberapa
aspek penting apomiksis dalam pemuliaan tanaman.
Penentuan mode
reproduksi
Karakterisasi sifat
morfologi
Evaluasi
adaptabilitasnya
F1
Seksual Apomiktik
1. Menggunakan tanaman terpilih
1. Memilih fenotip terbaik
dalam dalam persilangan dgn
apomiktik yang lain
2. Menghilangkan tanaman yg 2. Menanam dalam
petak pengujian
tidak terpilih
dengan beberapa
ulangan
Pengujian
94
potensi untuk menjadi suatu kultivar. Kombinasi gen dan vigor tidak hilang
karena dalam setiap generasi segregasi F1 menghasilkan hibrida.
Mempertahankan genotipe unggul adalah mudah dan efisien serta tidak diperlukan
isolasi untuk menghasilkan biji yang berkualitas tinggi.
Penanaman benih pemulia dari reproduksi
apomiktik akan mempunyai banyak keuntungan melebihi perbanyakan tanaman
lewat umbi seperti kentang. Benih akan mengurangi penyebaran dan perbanyakan
penyakit dan virus, yang telah siap ditularkan melalui umbi (Tas dan Van Dijk,
1999). Disamping itu, perkembang biakan dengan benih apomiksis akan sangat
mengurangi penyimpanan, pengiriman, biaya dan volume penanaman
dibandingkan dengan perkembang biakan dengan umbi .
Dalam program hibridisasi dimana mandul jantan
digunakan, apomiksis tidak memerlukan untuk mengembangkan dan
mempertahankan A-lines (mandul jantan), B-lines (male fertile maintainer) dan R-
lines (restorer lines). Galur-galur A, B, dan R memerlukan waktu dan pengujian
untuk perkembangannya dan membutuhkan tempat isolasi untuk
mempertahankannya. Pengembangan mandul jantan (A-line) secara cepat
mempersempit baik gene pool sitoplasma dan inti sel yang dapat digunakan untuk
mengembangkan sistem sterilitas jantan yang stabil. Apomiksis juga
memungkinkan bagi pemulia untuk merakit tanaman secara tepat untuk
mengembangkan genotip dengan karakteristik seperti kualitas, genjah, renponsif
dan stabil antar lokasi maupun antar musim. Pada waktu yang sama, sejumlah
genotip apomiktik dapat dicampur bersama-sama dalam berbagai kombinasi untuk
membentuk keragaman genetik untuk tujuan tertentu seperti mengurangi serangan
hama dan penyakit (Hanna dan Bashaw, 1987; San dan Dumanoglu, 2006).
dan keperluan untuk isolasi tidak diperlukan lagi. Perhatian utama dalam produksi
benih adalah menjaga agar tidak terjadi percampuran dengan kultivar lain.
Produksi benih komersial dari apomiktik obligat adalah sederhana dan meliputi
prinsip-prinsip umum yang sama dengan kultivar yang direproduksi secara
vegetatif (Bashaw, 1980). Tidak ada bahaya dari silang luar pada spesies
apomiksis dan isolasi hanya diperlukan untuk menjaga percampuran secara
mekanik selama panen. .; Menurut Spillance, et al.(2001), semua kelas benih
secara genetik adalah sama karena pada apomiktik obligat tidak ada generasi yang
berkembang biak secara seksual. Benih tanaman tahunan dapat dipertahankan
secara tak terbatas jika dijaga bebas dari kontaminasi spesies lain atau strain lain
dari spesies yang sama. Penggunaan mandul jantan untuk memfasilitasi hibridisasi
dari tanaman yang berkembang biak secara seksual dengan tanaman apomiktik
memerlukan tanaman yang fertil karena fertilisasi diperlukan untuk
perkembangan biji.
Produksi benih tanaman apomiktik fakultatif
memerlukan pertimbangan khusus, terutama berhubungan dengan standar yang
sudah ada. Pertama, pemulia harus menentukan tingkat keragaman yang dapat
diterima untuk tanaman tertentu. Pemulia kemudia menentukan keragaman sifat-
sifat khusus dari setiap galur alami atau bukan. Informasi ini dapat ditentukan
dengan menanam galur-galur untuk mendapatkan sejarah keragamannya, karena
lingkungan mungkin mempengaruhi mode reproduksinya, semua strain dievaluasi
keragamannya di daerah-daerah dimana benih akan diproduksi. Isolasi untuk
menjaga silang luar apomiktik fakultatif adalah hanya jika spesiesnya berkembang
biak secara seksual. Hal yang perlu dilakukan yaitu mengikutkan benih standar
untuk produksi benih secara komersial dari setiap galur yang dipertimbangkan
untuk dilepas sebagai kultivar komersial (Vielle-Calzada,et al., 1996; Bashaw,
1980).
Daftar Pustaka
Bashaw, E.C. 1980. Apomixis and its application in crop improvement. In. W.R.
Fehr and H.H. Hadley (Eds.) Hybridization of crop plants. p. 45-64.
Bashaw, E.C. dan C.R. Funk. 1987. Apomixis grasses. In. W.R. Fehr (Ed.)
Principles of cultivar development. Volume 2: 40-82
Brewbaker, J. L. 1983. Genetika Pertanian. Terjemahan Santoso, I. Seri
Lembaga Genetika Modern.
Camilo, L.Q., G.A. Norrmann, F. Espinoza. 1998. Evidence for autoploidy in
apomictic Paspalum rufum. Heriditas 129: 119-124
99
Feldman, M., Sears, E.R. 1981. The wild gene resources of wheat. Sci.Am.,
244:102-112.
Grossniklaus, U., A. Koltunow, and M. van Lookeren Campagne. 1998. A bright
future for apomixis. Trends Plant Sci. 3, 415–416.
Grossniklaus, U., G.A. Nogler and P.J. van Dijk. 2001. How to avoid sex: the
genetic control of gametophytic apomixis. The Plant Cell, 13: 1491-1498.
Hanna, W.W. 1999. Use of apomixis in cultivar development. Advances in
Agronomy. Volume 54: 333-350
Hanna, W.W. dan E.C. Bashaw. 1987. Apomixis: its identification and use in
plant breeding. Crop Sci. 27: 1136-1139
Hetharie, H. 2000. Keragaan Fenotipik Beberapa Klon Hibrida Somatik
Tanaman Kentang pada Taraf dan Sumber Ploidi Berbeda. Program
Pascasarjana IPB. Skripsi.
Huang, S., Sirikhachornkit, A., Su X., Faris, J., Gill, B., Haselkorn, R., Gornicki,
P., (2002) Genes encoding plastid acetyl-CoA carboxylase and 3-
phosphoglycerate kinase of the Triticum/Aegilops complex and the
evolutionary history of polypoid wheat. Proc Natl Acad Sci USA 99: 8133-
8138.
Karmana, M.H. 1989. Mutasi, Poliploidi dan Kultur jaringan, p. 247-291. In
Kumpulan Materi Perkuliahan Latihan Teknik Pemuliaan Tanaman
Hibrida. Makalah dalam Pelatihan Teknik Pemuliaan Tanaman dan
Hibrida di Fakultas Pertanian. UNPAD. Jatinangor, Bandung.
Kellogg , E.A. 2001. Evolutionary history of the grasses. Plant Physiol 125:
198-1205[Free Full Text]
Koltunow, A.M. 1993. Apomixis: Embryo sacs and embryos formed without
meiosis or fertilization in ovules. Plant Cell 5, 1425–1437.
Koltunow, A.M., R.A.Bicknell, and A.M. Chaudhury. 1995. Apomixis:
Molecular strategies for the generation of genetically identical seeds
without fertilization. Plant Physiol. 108, 1345–1352.
Kuckuck, H., G. Kobabe, G. Wenzel. 1991. Fundamental of Plant Breeding.
Springer-verlag. Berlin.
100
Millam, S., L.A. Payne and G.R. Mackay. 1995. The Integration of protoplast
fusion-derived material into a potato breeding programme-areview of
progress and problems. Euphityca., 85:451-455.
Nassar, N.M.A. 2001. The nature of apomixis in cassava (Manihot esculentum,
Crantz). Heriditas 134: 185-187.
Noyes, R.D., and L.H. Rieseberg. 2000. Two independent loci control
agamospermy (apomixis) in the triploid flowering plant Erigeron annuus.
Genetics 155, 379–390.
Ozias-Akins, P., D. Roche, and W.W.Hanna. 1998. Tight clustering and
hemizygosity of apomixis-linked molecular markers in Pennisetum
squamulatum implies genetic control of apospory by a divergent locus that
may have no allelic form in sexual genotypes. Proc. Natl. Acad. Sci. USA
95, 5127–5132.
Petrov, D.F., N.I. Belousova, and E.S.Fokina. 1979. Inheritance of apomixis and
its elements in corn-Tripsacum hybrids. Genetika 15, 1827–1836.
Poehlman, J.M. and D.A. Slepper. 1995. Breeding Field Crops. Fourth Edition.
Iowa State Uni.Press/Ames.
Richard, H., Ozminkowski, Jr. and P. Jourdan. 1994b. Comparing the
resynthesis of Brassica napus L. by interspesific somatic and sexual
hybridization. II.hybrid morphology and identifying organelle genomes.
J.Amer.Soc.Hort.Sci., 199 (4):808-815.
San, B. and H. Dumanoglu. 2006. Determination of the apomictic fruit set ratio in
some Turkish Walnut (Juglans regia L.) genotypes. Turk J Agric For 30:
189-193
Sareen, P. K., J. B. Chowdhury and V. K. Chowdhury. 1992.
Amphidiploids/synthetic crop species, p. 62-67. In Kaloo, G., and J.B.
Chowdhury (Eds.). Distant Hybridization of Crop Plants. Springer-verlag.
Berlin.
Savidan, Y. 2000. Apomixis: Genetics and Breeding. Plant Breeding Reviews,
Volume 18: 13-85
101
BAB. V
TUJUAN :
RINGKASAN
untuk memperbaiki sifat varietas unggul yang ada dengan melengkapi sifat yang
dianggap kurang melalui hibridisasi. Seleksi populasi alami pada tanaman
menyerbuk sendiri ada dua macam yaitu seleksi galur murni dan seleksi massa.
Pada seleksi galur murni pemilihan dan penanaman kembali tanaman terpilih
memperhatikan asal usulnya sedangkan pada seleksi massa tidak memperhatikan
asal usulnya. Sehingga pada seleksi galur murni dihasilkan populasi homozigot
dan segam tetapi pada seleksi massa populasi homozigot tetapi tidak seragam
(campuran beberapa galur murni). Seleksi massa positif artinya memilih
sejumlah tanaman yang baik sedangkan seleksi massa negative membuang
tanaman yang tidak dikehendaki. Pada pemuliaan hibridisasi, dimana tujuan
dilaksankan hibridisasi adalah untuk menggabungkan sifat sifat baik tetua yang
disilangkan. Hibridisasi dapatdilakukan dengan cara dialel, persilang tunggal,
persilangan ganda maupun persilangan majemuk/campuran. Pada persilangan
hibridisasi mencakup kegiatan : pemilihan ketua, melakukan persilangan,
kemudian dilakukan seleksi pada populasi bersegregasi baik melalu metode
seleksi silsilah/pedigree, metode seleksi bulk/curah, seleksi keturunan benih
tungal, seleksi silang balik. Kemudian dilanjutkan dengan uji daya hasil
pendahuluan, uji daya hasil lanjutan, uji multi lokasi dan terakhir pelepasan
varietas. Seleksi silsilah/pedigree merupakan seleksi pada populasi bersegregasi.
Pencatatan setiap anggota populasi bersegregasi hasil persilangan merupakan ciri
dari seleksi ini. Pencatan berguna untuk mengetahui silsilah atau hubungan tetua
dengan turunannya. Metode seleksi bulk merupakan metode untuk membentuk
galur-galur homozogot dari populasi bersegregasi melalui selfing selama
beberapa generasi tanpa seleksi. Seleksi akan dilakukan pada saat tercapai tingkat
homozigot tinggi. Metode seleksi turunan biji tunggal diawali dengan melakukan
persilangan, turunan hasil persilangan tidak dilakukan seleksi, tapi diambil satu
biji secara acak dari setiap tanaman. Penaman dihentikan setelah dihasilkan galur
homozigot. Metode seleksi silang balik digunakan untuk memperbaiki varietas
yang sudah mempunyai karakter agronomi dan adaptasi yang baik, tetapi kurang
baik pada satu atau beberapa karakter saja. Metode silang balik adalah
menyilangkan kembali turunannya dengan salah satu tetuanya selama beberapa
generasi untuk memindahkan gen dari tetua donor ke tetua penerima.
ISI
Latar Belakang
Contoh. Pada tanaman tomat dengan 1 pasang gen heterozigot pada F1, berapa
persentase homozigotnya pada F7 ?
105
1.
S0 : Aa
S1 : 25 % AA , 50 % Aa; 25 % aa
Metode pemuliaan
1. Introduksi
2. Seleksi Pada populasi Alami
3. Hibridisasi yang dilanjutkan dengan seleksi
1. Introduksi
Sebagai mana diketahui bahwa tanaman budidaya yang ada saat ini tidak lain
adalah hasil seleksi, baik secara alami maupun buatan baik yang berasal dari satu
individu maupun kelompok populasi campuran. Efektifitas seleksi sangat
tergantung dari tingkat keragaman genetic dari populasi yang bersangkutan.
Sumber keragaman ini dapat berasal dari jenis lokal, koleksi maupun populasi
bersegregasi serta hasil persilangan.
Tahapan seleksi galur murni pada dasarnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
107
TAHUN 1
1.Tanam pop. Camp. dlm plot dgn JT Populasi campuran (var. introduksi,
Normal
local, hasil segregasi,var dll)
2. Pilih 200-1000 tan dan panen bijinya
secara individu tan.
TAHUN II Buang
3.Tan keturunan setiap tan. Dlm 1 baris keturunan
atau plot kecil inferior
4.Panen keturunan unggul dan campur
bijinya dr semua tan dlm setiap baris Libatkan plot
control dari
TAHUN III varietas local
5.Tan. Hasil seleksi pd plot penerimaan .
dpt ditan. Sebagai UDHP bila bijinya
cukup
6.Panen hanya hasil seleksi unggul
2. Seleksi Massa.
TAHUN 1
1.Tanam dlm plot dgn JT Populasi campuran atau kultivar
komersial tidak murni
Tetua A xB C x D
F1 AB x CD
ABCD
Metode seleksi
dengan tujuan pemuliaan. Beberapa metode seleksi yang sering digunakan pada
tanaman menyerbuk sendiri adalah :
Seleksi silsilah dapat diterapkan bila sifat yang diseleksi memiliki nilai
heritabilitas tinggi. Sifat yang memenuhi kreteria tersebut adalah umur tanaman,
ketahanan hama, penyakit dan cekaman lainnya, tipe batang yang tegak dan kuat ,
tinggi tanaman, panjang malai, biji yang tidak rontok, serta beberapa aspek
kualitas dapat dikerjakan dengan efektif. ( Soetarso, 1991; Nasir, 2001).
Seleksi dilakukan pada generasi F2. Dalam generasi F3 dan F4, banyak
lokus akan menjadi homozigot dan ciri-ciri famili mulai tampil. Walaupun
demikian, keheterozigotan masih kuat pada generasi ini sehingga dalam famili-
famili antara tanaman yang satu dengan yang lainnya mungkin cecara genetik
berbeda. Pada generasi F5 atau F6 kebanyakan famili dapat diharapkan menjadi
homozigot pada banyak lokus, sehingga seleksi antar famili dapat dilakukan (Bari
dkk, 1976). Kelemahan dari seleksi silsilah ini adalah : pemeliharaan dan
perawat galur memerlukan biaya, tenaga dan waktu banyak. Galur yang
dihasilkan banyak , galur ini harus tetap dipertahankan agar agar keragaman
gentik tidak hilang
Th(2): F1 VVVVVV
masing-2 galur
v v v v v v v Brs. Famili
F4-F5 v v v v v v v
dipanen bulk sbg
galur murni, siap Th(7-8): v v v v v v
Uji Daya
v v v v v v
diuji daya hasil v v v v v v Hasil
Pelepasan Varietas
DIAGRAM PEDIGRI
PT-MENYERBUK SENDIRI 31
Metode seleksi yang lazim digunakan pada pemuliaan padi adalah seleksi
bulk (Curah) dan pedigree (silsilah). Metode seleksi Bulk lebih mudah
dilaksanakan dan tidak membutuhkan banyak tenaga terlatih. Penggunaan metode
ini dilakukan bila nilai heritabilitas suatu sifat yang diamati rendah sampai
sedang. Pada metode ini tidak dilakukan pemisahan atau seleksi pada generasi
awal. Tanaman segregasi dibiarkan tumbuh bercampur dalam populasi. Pada
metode ini dibutuhkan banyak tanaman pada setiap generasi. Panenan
dikumpulkan dan dijadikan satu, dan bijinya digunakan sebagai bahan tanaman
musim tanam berikutnya. Seleksi dilakukan pada generasi lanjut setelah tanaman
banyak homozigot. Selama tumbuh bercampur seleksi alam, sehingga tanaman
yang tidak tahan menghadapi cekaman akan tertinggal pertumbuhan atau mati.
Proses demikian diulangi sebanyak yang diinginkan pemulia. Metode ini cocok
untuk tanaman yang berbiji kecil seperti padi-padian (Poespodarsono, 1988;
Nasrullah, 1994).
Th(7-8):
v v v
v
v
v
v v
v
v v v
Uji Daya
v v v v v v Hasil
Pelepasan Varietas
PT-MENYERBUK SENDIRI 33
Gambar. Prosedur
seleksi bulk
Syarat keberhasilan dari program pemuliaan Back Cross adalah adanya tetua
berulang yang memuaskan, dimungkinkan mempertahankan sifat-sifat yang
menjadi minat selama proses pemindahan sifat tersebut. Jumlah Back Cross yang
dilakukan harus memadai, serta genotipe tetua berulang harus diperoleh kembali
dalam beberapa silang balik dengan populasi kecil dalam bentuk tambahan gen-
gen sifat yang diinginkan dari tetua donor (Crowder, 1981; Nasrullah, 1994).
117
Pada metode Back Cross, besar kecilnya heritabilitas, kecuali sifat yang
akan dipindahkan, tidak menjadi persoalan. Untuk sifat yang dipindahkan,
heritabilitasnya harus tinggi. Dengan demikian metode silang balik (Back Cross)
paling mudah dilaksanakan untuk sifat yang nampak oleh mata, atau mudah
dideteksi secara sederhana, seperti sifat-sifat yang dikendalikan oleh gen tunggal.
Namun tidak berarti bahwa metode Back Cross hanya dapat dipakai untuk sifat-
sifat yang dikendalikan oleh gen tunggal dan tidak dapat digunakan untuk sifat-
sifat yang dikendalikan oleh banyak gen, yang paling penting adalah
heritabilitasnya. Jadi, meskipun suatu sifat dikendalikan oleh banyak gen, asal
menunjukkan heritabilitas yang tinggi akan lebih mudah dipindahkan dari pada
sifat yang dikendalikan oleh gen tunggal tetapi heretabilitasnya rendah.
Empat kali Back Cross ditambah dengan pemilihan yang ketat pada generasi
awal biasanya sudah mencukupi. Setelah Back Cross yang ketiga, hasil yang
diperoleh biasanya telah serupa benar dengan tetua berulang sehingga pemilihan
berdasarkan penampakan tiap tanaman tidak lagi efektif kecuali untuk sifat yang
dipindahkan (Anarwi, 1992; Nasrullah, 1994).
Prosedur kerja metode Back Cross tergantung pada tindak gen yang
digunakan untuk memasukan sifat ketahanan, maka populasi hasil persilangan
tetua donor dengan tetua berulang, maupun populasi hasil Back Cross haruslah
diserbuki sendiri (selfing) dahulu dan baru terhadap tanaman dipilih dari
penyerbukan sendiri inilah yang dilakukan Back Cross kembali ke tetua berulang
(Nasrullah, 1994).
118
F1BC4 III/ 2
Selfing
Seleksi Pendahuluan
UDH P IV/1
U DHL IV/2
Gambar . Prosedur Seleksi Silang Balik dengan dengan sifat gen pengendali dominan
Metode turunan biji tunggal (single seed descent) banyak digunakan pada
tanaman berpolong seperti kedele. Metode ini dimulai dengan persilangan dua
tetua berbeda. Pada keturunan hasil persilangannya tidak dilakukan seleksi, tetapi
diambil satu biji secara acak dari setiap tanaman. Karena tidak dilakukan seleksi
maka tidak terjadi perubahan frekwensi gen tetapi dengan melakukan
penyerbukan sendiri hanya terjadi perubahan frekwensi genotipe. Frekwensi
genotipe homozigot meningkat, sedangkan frekwensi genotipe hetrozigot akan
berkurang. Pengambilan benih dihentikan apabila sudah banyak dihasilkan galur
homozigot biasanya pada F5 dan F6. Masing-masing galur kemudian
diperbanyak sehingga dapat ditumbuhkan secara jarak komersial pada beberapa
lokasi pada musim berbeda, dengan tidak dilakukan seleksi pada selfing maka
tanaman dapat tumbuh pada segala lingkungan, tanpa harus pada kondisi
lingkungan target. Kegiatan ini dapat dilakukan di rumah kaca dengan maksud
dapat dikendalikan lingkungan sehingga tiap tahun dihasilkan beberapa generasi.
a. Keperluan lahan lebih sempit karena benih ditanam satu biji dari tiap
tanaman populasi akan tetap dari generasi ke generasi sampai F5 dan
F6, waktu dan tenaga lebih sedikit.
b. Pencatatan dan pengamatan jauh lebih sederhana dibandingkan dengan
cara pedigree
c. Dimungkinan untuk dilakukan penanaman sejumlah generasi tiap
tahun melalui pengendalian lingkungan (rumah kaca)
d. Seleksi dengan karakter heritabiltas tinggi lebih efektif dilaksanakan
pada masing-masing individu tanaman.
Kelemahan dari metode ini adalah :
a. Bila seleksi dilakukan pada awal generasi tidak tajam dalam
pengamatan, dapat mengakibatkan hilangnya beberapa individu
tanaman superior karena tidak ikut terpilih
b. Seleksi dengan nilai heritabilas rendah kurang effektif
c. Identitas tanaman unggul dari generasi F2 tidak diketahui.
LATIHAN
1. Coba saudara jelaskan aspek genetic tanaman menyerbuk sendiri
2. Coba saudara jelaskan sasaran utama dari pemuliaan tanaman
menyerbuk sendiri
120
Daftar pustaka
BAB VI.
(ALLOGAM)
A. Landasan Genetik
Pada dasarnya tanaman berserbuk silang adalah heterosigot dan heterogenus. Satu
individu dan individu lainnya genetis berbeda. Dengan demikian maka dalam
menentukan kriteria seleksi, sebaliknya ditunjukkan terhadap sifat ekonomis
terpenting dahulu, tanpa dicampur aduk dengan sifat-sifat lainnya yang kurang
urgensinya. Sebagai contoh dapat diberikan misalnya seleksi terhadap hasil
hendaknya jangan terpengaruhi oleh keragaman sifat-sifat lain, katakan tinggi
tanaman, kegenjahan dan sebagainya. Ini disebabkan karena keragaman genetis
yang umumnya cukup besar dibanding dengan tanaman berserbuk sendiri atas
sifat-sifat tersebut.
Keadaan ini memungkinkan terkicuhnya perhatian pemulia tanaman yakni
menginginkan perbaikan sekian banyak sifat-sifat secara serempak, jelas hal ini
akan menimbulkan turunnya respon seleksi bagi sifat utama yang kita inginkan
perbaikannya.
Secara garis besarnya maka pengertian yang bertalian dengan keseimbangan
Hardy-Weinberg serta faktor-faktor yang mengganggu keseimbangan tersebut,
pengertian mengenai silang dalam (F), jumlah efektif populasi, macam-macam
perangen, seleksi memihak heterosigot, dan sebagainya akan sangat membantu
dalam hal memahami persifatan dari pada tanaman berserbuk silang dan metoda-
metoda seleksinya. Hal-hal tersebut sudah cukup terperinci diajukan dalam
Genetika Populasi.
hipotesa demikian ini kelihatannya dapat diterima dengan baik, namun ada dua
keberatan utama, yakni :
Pertama, kalau hipotesa dominan dari ketegapan hibrida murni dengan
semua atau sebagian besar dari losai homosigous dominan. Tidak adanya galur
murni demikian, seperti dirifer dari tidak adanya galur murni dengan hasil yang
tinggi sekali, memberatkan hepotesa dominan ini. Di lain pihak, bilamana kita
perhatikan bahwa untuk pertumbuhan tentunya dikontrol oleh sangat banyak gen.
Hampir tiap khromosom diharapkan membawa beberapa dari gen-gen tersebut. Di
dalam keadaan demikian, maka satu grup perkaitan antara alil berkenan/dominan
dengan alil tak berkenan/resesif tidak dapat dielakan. Ini berarti bahwa untuk
menemukan galur murni-galur murni dengan semua alil berkenan sangat kecil
sekali peluangnya.
Kedua, dari segi penyebaran sesuatu sifat (katakan hasil) yang kita amati
pada generasi segregasi pada F2. kalau teori dominan benar, maka sebaran yang
miring beraturan yang harus kita amati. Kenyataan umum adalah bahwa sebaran
hasil yang kita amati di F2 mendekati simetris atau normal, bukan suatu distribusi
binomial (3/4 A + 1/4 A)n. . Keberatan kedua inipun dapat ditolerir dengan
kemungkinan adanya grup perkaitan antara alil berkenan dan alil tak berkenan
tadi. Timbul apa yang disebut teori dominan dari perkaitan gen sebagai revisi atas
teori dominan semata-mata. Sebenarnya tanpa adanya perkaitan pun kita bisa
menolak kreterium sebaran tidak simetri sebagai keberatan terhadap teori dominan
ini, yakni dari segi peluang memperoleh semua atau sebagian besar alil
homosigous dominan yang tentunya sangat kecil sekali apabila jumlah gen yang
mempengaruhi hasil sendiri sangat besar jumlahnya.
Ketiga. Teori lain mengenai heterosis ini adalah teori lewat dominan.
Hipotesa ini bertitik tolak dari stimulus fisiologis dalam hubungannya dengan
perkembangan. Perkembangan menjadi lebih baik dengan makin bercoraknya
gamit-gamit yang terpadu. Dengan keadaan ini maka heterosigous dari alil (a1 a2)
pada satu lokus akan lebih unggul dari pada kombinasi homosigous yang
manapun (a1 a1 atau a2 a2). Implikasinya adalah bahwa a1 dan a2 mempunyai
fungsi yang berbeda untuk satu tujuan atau arah yang sama. Jadi, perjumlahan dari
kedua besaran fungsi a1 dan fungsi a2 memberikan jumlah yang jauh lebih besar
dari pada kalau disintesis oleh a2 saja ( a2 a2) ataupun a1 saja (a1 a1). Makin
berbeda fungsi satu alil dari yang lainnya maka makin diharapkan peningkatan
efisiensi dari individu-individu yang membawa sebagian besar heterosigousnya.
Jadi a1 a5 > a1a4 > …………….. > a1a1
Sedangkan indek dari alil a menunjukkan derajat diversitas fungsi dari alil
; yakni a1 lebih mendekati a2 dalam fungsinya dari pada dengan a5. Satu keberatan
terhadap teori ini adalah bahwa belum ditemukannya heterosigot yang nyata
mempunyai hasil yang jauh diluar jangkauan homosigotnya. Juga kenyataan
bahwa pada persilangan antara dua grup tanaman yang kelainan serta kemerosotan
dari hasilnya.
Di dalam praktek, di bawah keadaan alami, sebenarnya dapat kita
harapkan bahwa kedua hipotesa tersebut berjalan bersama-sama. Jadi satu dan
lainnya tidak saling meniadakan. Malahan, keadaan yang lebih rumit dari setiap
hipotesa berdiri sendiri dapat diharapkan umum terjadi di alam.
124
Bukan suatu hal yang mustahil bahwa beberapa losai mungkin bereaksi
sebagai keliwat dominan atau lokus atau beberapa losai lain dalam populasi yang
sama bersifat dominan saja.
Suatu hal perlu diperhatikan dalam hal mengemukakan heterosis. Nilai
heterosis dari sesuatu hibrida sebaiknya dinyatakan secara tegas titik
pengukurannnya. Apakah nilai h % diukur dari tetua-tengah atau dari salah satu
tetua. Pengujian nilai heterosis tanpa menyebutkan hal tersebut akan sedikit sekali
nilai kegunaannya bagi pemulia tanaman.
hanya 4 tanaman tertinggi hasilnya diantara 40 tanaman dalam unit yang sama. Di
sini nampak dengan jelas bahwa heritabilitas dari pada individu-individu tanaman
makin meningkat apabila kenyataannya menunjukkan bahwa variasi lingkungan
antara unit-unit tersebut semakin besar. Dengan perkataan lain, dengan membagi
kedalam unit-unit tersebut maka pengaruh lingkungan mikro terhadap hasil tiap
individu-tanaman dalam satu unit menjadi lebih dikurangi. Kelebihan lainnya
adalah dalam hal ketelitiannya menentukan hasil, di samping tujuan seleksi yang
tunggal ; hanya hasil sebagai kretirum seleksi. Sebagian akan kita pelajari nanti,
bisa diketahui bahwa pemecahan kre-teria seleksi akan menentukan intensitas
seleksi, Ini mengakibatkan rendahnya perbaikan terhadap hasil.
v. Membikin perkawinan acak untuk satu generasi, agar rekombinasi dapat lebih
baik diantara genotipa-genotipa jitu terpilih.
Selesai urutan nomor 5 ini maka bisa diterusan kesiklus ke 2 dan
seterusnya sehingga kita merasa puas dengan perbaikan yang kita inginkan dari
populasi yang kita seleksi tersebut. Keuntungan dari metode ini adalah
kemungkinan dicapainya perbaikan atas sifat dengan nilai heritabilitas rendah
maupun besar. Kerugiannya adalah terutama dari lambat atau jumlah generasi
yang banyak yakni 5 generasi untuk setiap siklus dari seleksi.
Satu siklus komplit dari suatu program seleksi berulang untuk daya gabung
umum dapat dibedakan dalam 5 urutan.
MOLL et. al telah menemukan perbaikan hasil rata-rata ……% persiklus dari
seleksi berulang timbal-balik, pada jagung varietas Jarvis dan Indian Chief.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding, John Wiley and Sons, Inc. New
York, London, Sidney, 485 p.
Copeland, L.O. 1976. Principles od Seed Science and Technology. Burgess Pub.
Co. Minneapolis, Minnesota. 369 p.
Darjanto dan Siti Satifah. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan . PT. Gramedia, Jakarta, 468 p.
Hallaner, A.R. and J.B. Miranda, F.O. 1982. Quantitative Generatics in Maize
Breeding. Jowa State University press/Ames. 468 p.
Jain, J.P., 1982. Statistical Techniques in Quantitative Genetics. Tata Mc. Graw-
Hill pub. Co, Ltd., New Delhi. 328 p.
BAB VII.
Ringkasan
Pendahuluan
Penggunaan varietas yang memiliki sifat-sifat unggul secara luas yang digunakan
tentu tidak berdiri sendiri karena faktor-faktor lain juga turut mendukung antara
lain kondisi alam yang menguntungkan, ketersediaan pupuk dan pestisida yang
untuk segala macam kondisi dalam jumlah yang cukup, tepat tempat, dengan
harga terjangkau masih jauh dari harapan. Upaya yang dapat dilakukan antara lain
waktu. Upaya yang harus terus dilakukan adalah mempercepat penemuan varietas
unggul baru yang bermutu tinggi untuk berbagai komoditas yang memiliki daya
saing tinggi.
murah untuk diadopsi oleh petani. Tersedianya beragam varietas unggul akan
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi petani untuk memilih varietas
132
yang disenangi. Untuk menjamin bahwa suatu varietas baru merupakan hasil
syarat yang telah ditetapkan maka varietas tersebut akan dilepas oleh pemerintah
tentang perbenihan maka SK Mentan tersebut dicabut dan diganti dengan Kepmen
Kepmen No 737/Kpts/TP.240/9/98.
1. Keharusan bagi suatu varietas hasil pemuliaan, introduksi atau plasma nutfah
untuk diuji adaptasi dan lulus penilaian sebelum dinyatakan sebagai varietas
unggul
6. Penarikan kembali varietas yang sudah dilepas tetapi sudah tidak layak edar
Dasar Hukum
unggul hasil pemuliaan, introduksi, ekplorasi plasma nutfah perlu dilepas oleh
tahun 1992 dan PP No. 44 tahun 1995 yang menyangkut pelepasan varietas,
hasil pemuliaan dan atau introduksi yang dinyatakan dalam keputusan menteri
pertanian bahwa varietas tersebut merupakan suatu varietas unggul yang dapat
disebarluaskan
b. suatu varietas baru hasil pemuliaan dan atau introduksi dinyatakan sebagai
suatu varietas unggul, setelah melalui uji adaptasi bagi tanaman semusim atau
uji observasi bagi tanaman tahunan, serta lulus penilaian para ahli
134
c. perlakuan uji adaptasi dan uji observasi terdiri atas varietas yang diuji dan
varietas pembanding
d. uji adaptasi dan uji observasi dilakukan dibeberapa musim dan lokasi serta
e. ketentuan mengenai musim, lokasi dan jumlah unit pengujian diatur lebih
Uji adaptasi dan observasi dilakukan pada beberapa musim dan lokasi
dengan jumlah unit pengujian sesuai jenis tanamannya. Untuk tanaman semusim,
dilakukan pada daerah sentra produksi pada beberapa agroekologi yang berbeda
dengan unit pengujian dan musim tanam yang telah disesuikan dengan jenis
135
tanaman serta harus memiliki kaidah statistik. Berdasarkan atas kaidah statistik,
telah disepakati bahwa jumlah perlakuan dan ulangan yang digunakan dalam
(n – 1)(r – 1) ≥ 15
n = jumlah perlakuan
r = jumlah ulangan
dalam 3 ulangan, maka akan diperoleh derajat bebas galat sebanyak 28, dimana
derajat bebas ini telah melebihi derajat bebas yang dipersyaratkan ( minimal 15).
2. Ketentuan lokasi
dan terjamin serta bukan daerah cekaman biotik dan abiotik (kecuali jika
tujuan lain)
d) Petak percobaan tidak terlindungi dan ternaungi dengan luas lahan yang
komoditas
dengan daya adaptasi luas, jumlah unit pengujiannya harus banyak (daerah
tinggi, sedang dan rendah) sehingga hasil yang diperoleh dapat mewakili
tanam atau 3 unit per musim tanam dan dilakukan minimal 2 kali
maka uji adaptasi dilakukan selama 2 kali. Bagi tanaman yang ditanam
MK.
lokasi pertama
Ketentuan mengenai musim, lokasi unit pengujian (table 1) serta tata cara
pelaksanaan pengujian diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal komoditas yang
bersangkutan. Untuk tanaman transgenic yang telah diajukan ke Tim Penilai dan
Jumlah Koefisaien
Musim tanam Jumlah unit
Jenis tanaman lokasi Keragaman
minimal *) minimal **)
minimal ***)
Padi sawah 2MT 10 20 <15
Padi hibrida 2MT 8 16 <15
Padi gogo 2MT 6 12 <20
Padi pasang surut 2MT 6 12 <20
Jagung komposit 2MT 8 16 <20
Jagung hibrida 2MT 8 16 <20
Gandum 2MT 5 10 <20
Sorgum dan serealia 2MT 5 10 <20
Kedelai 2MT 8 16 <20
Kacang tanah 2MT 8 16 <20
Kacang hijau 2MT 8 16 <20
Ubi jalar 2MT 8 10 <20
Ubi kayu 2MT 8 10 <20
Keterangan :
Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau rancangan lain seperti Strip Plot atau
unggul nasional atau varietas unggul lokal. Akurasi data dapat diketahui melalui
faktor koefisien keragaman (KK), bila terlalu tinggi menunjukkan bahwa data
yang diperoleh dalam satu lokasi sangat beragam sehingga sebaran data tidak lagi
gagal.
Tata cara pengamatan dan parameter pengamatan untuk setiap jenis tanaman
dan lain-lain.
ketahanan terhadap hama dan penyakit (terutama hama dan penyakit utama) bagi
calon varietas yang diusulkan untuk dilepas (table 2). Uji ini dapat dilakukan oleh
Adapun uji mutu hasil adalah untuk mengetahui komponen mutu hasil yang
dikandung dalam biji/umbi calon varietas yang diusulkan untuk dilepas (Tabel 3).
yang khusus diberlakukan bagi varietas unggul lokal. Varietas unggui lokal tidak
perlu diuji adaptasi melainkan cukup hanya dengan uji observasi dengan
lokal yang lain. Parameter yang diamati sama dengan uji observasi. Uji ini
139
dengan komoditasnya.
- Kadar serta %
- Kadar protein %
- Kadar gula total %
- Kadar pati %
- Kadar vitamin C Mg/100 gram
- Kadar beta karoten Mg/100 gram
Gandum - Kadar protein %
- Kadar maltosa %
- Kadar gluten %
- Kadar abu %
Sorgum - Kadar protein %
- Kadar lemak %
- Kadar karbohidrat %
Usulan Pelepasan Varietas
c. Varietas unggul lokal hasil observasi harus dilengkapi asal usulnya, tahun
awal dan luas perkembangannya, daera asal dan pemilik dan atau penemu.
sebagainya.
141
lokasi dan memenuhi kaidah statistik dengan jumlah lokasi pengujian yang
telah ditentukan
dilengkapi foto amat membantu dalam pemurnian dan sertifikasi pada masa
Jagung :
a. Komposit 50 kg
b. Hibrida 25 kg (masing-masing tetua)
Sorgum 25 kg
Gandum 50 kg
Kedelai 100 kg
Kacang Tanah 100 kg polong
Kacang hijau 100 kg
Ubi jalar 5.000 setek
Ubi kayu 5.000 setek
142
dilengkapi
Latihan Soal
unggul
3) Siapa yang melepas suatu varietas unggul baru untuk dapat disebarluaskan
4) Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi agar suatu varietas dapat dilepas
Daftar Pustaka