ACARA V
ANALISIS P TERSEDIA
DISUSUN OLEH :
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah hara yang paling banyak dilaporkan pada lahan sulfat masam adalah
ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe. Hara P
merupakan salah satu unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman. Hara ini
berfungsi untuk pertumbuhan akar, transfer energi dalam proses fotosintesis dan respirasi,
perkembangan buah dan biji, kekuatan batang dan ketahanan terhadap penyakit.
Dalam tanah fosfat yang diserap tanaman berupa ion yang keberadaannya
dipengaruhi oleh pH tanah. Pada tanah masam bentuk ion H2PO4- merupakan ion yang
larut, sedang pada tanah alkalis maka HPO42- dan PO43- akan ditemukan, semakin
rendah pH tanahnya semakin dominan ion H2PO4-.
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Fosfor merupakan salah satu nutrisi yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman. Fosfor dapat ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral tanaman dan
merupakan unsur pokok dari protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortoposfat.
Sumber fosfor alami dalam air berasal dari pelepasan mineral dan biji-bijian (Bausch,
1974). Fosfor berupa berbagai senyawa logam transisi atau atau senyawa tanah langka
seperti zink sulfida (ZnS) yang ditambahkan tembaga atau perak, dan zink silikat
(ZnSiO4) yang dicampur dengan mangan. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang
dibuthkan dalam jumlah banyak. Fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan walaupun
jumlahnya lebih kecil dari kalium dan nitrogen. Unsue ini merupakan komponen tiap sel
hidup dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan titik tumbuh tanaman. Fosfor juga
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal pertumbuhan,
mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah (Indranada, 1994).
Secara umum dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-larutan tanah merupakan
hasil keseimbangan antara suplay P dari pelapukan mineral-mineral P, pelapukan P
terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman.
Fiksasi dan pelindian P tanah-tanah tua di Indonesia umumnya berkadar alami P rendah
dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P
berkemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah, 2005).
Kekurangan unsur fosfat dalam tanah dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama,
unsur fosfat tidak terdapat dalam bahan induk tanah, dan kedua fosfat yang tersedia
ataupun yang ditambahkan untuk tanaman dengan segera diserap oleh bentuk-bentuk Al
maupun Fe yang terdapat dalam tanah. Pemupukan P secara terus-menerus dapat
mengakibatkan terjadinya akumulasi residu P yang tinggi, karena hara P mempunyai
mobilitas yang kecil dan efisiensinya hanya sekitar 20%.
Faktor yang mempengaruhi ketersediaan P dalam tanah adalah tipe liat, reaksi
tanah, waktu reaksi, temperatur, dan kandungan bahan organik dalam tanah (Winarso,
2005). Karakterisasi P yaitu, fosfor bergerak lambat dalam tanah. Pencucian buakan
masalah kecuali pada tanah berpasir. Fosfor lebih banyak dalam bentuk anorganik
dibandingkan organik. Di dalam tanah, kandungan P tinggi, tetapi hanya sedikit yang
tersedia bagi tanaman (Hanafiah,2005).
Gejala yang ditimbulkan karena kekurangan P adalah tanaman akan mempunyai
jaringan yang kecil, pertumbuhan akan terhambat, warna daun akan menjadi lebih gelap,
pada tanaman jagung warna daun akan menjadi keunguan dan kecoklatan, menghambat
pembentukan antosianin, reduksi pertumbuhan, tanaman kerdil menunda pemasakan
buah,dan biji akan mengalami kegagalan saat pembentukan (Tan, 1992).
Siklus P hanya terjadi melalui air, tanah dan sedimen. Dalam suasana siklus P
dapat ditemukan sebagai partikel debu yang sangat kecil bergerak perlahan-lahan dari
endapan di darat dan di sedimen. Daur P tersedia akibat aliran air pada batu-batuan akan
melarutkan bagian permukaan mineral termasuk P akan tersedia dan terbawa sebagai
sedimen ke permukaan dasar laut dan dikembalikan ke daratan. Siklus atau daur P diawali
dengan pembentukan fosfat anorganik oleh alam. Fosfor terdapat di alam dalam bentuk
ion fosfat (PO43-) dan banyak terdapat dalam batu-batuan.
Sumber fosfat yang ada dalam tanah sebagai mineral yaitu batu kapur fosfat, sisa-
sisa tanaman dan bahan organik lainnya. Perubahan fosfat organik menjadi fosfat
anorganik dilakukan oleh mikroorganisme. Selain itu penyerapan fosfat juga dilakukan
oleh liat dan silikat (Isnaini, 2006). Tanaman menyerap P dalam bentuk ion ortofosfat dan
ion ortofosfst sekunder. Selain itu, unsur P masih dapat diserap dalam bentuk lain yaitu
tiroposfat, dan metaposfat, bahkan ada kemungkinan unsur P diserap dalam bentuk
senyawa organik yang larut dalam air. Misalnya asam nukleat dan phitin. Kadar optimal
fosfor pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,3% dan 0,5% dari berat kering tanaman.
Di dalam tanah kandungan P total bisa tinggi tetapi hanya sedikit yang bisa tersedia bagi
tanaman (Tan, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat
5. Spektrofotometer
Bahan
1. Sampel tanah
a. A1 = Tanah
C. Pereaksi
D. Cara Kerja
8. Dibiarkan 10 menit
A. Hasil
P 1A
P = (0,091) x (0,182) x 10
P = 0,165
P 1B
P = 0, 578
P 1C
P = 0,664
Jika tanaman yang di kehendaki adalah padi ladang kebutuhn pupuk SP-36 200
Kg/Ha
Kekurangan
P2 P5 (kg/Ha) (Kg/Ha) Dosis SP-36
Sampel Tanah P2 P5 (ppm)
Ppm x 2 (Kebutuhan – P2 P5 (Kg/Ha)
Kg/Ha)
1A (Tanah) 0,165 0,33 199,67 554,63
2A (Tanah +
0,578 1,156 198,84 552,33
PKS)
3A (Tanah +
0,664 1,328 198,67 551,86
PKK)
= 100/36 x 199,67
= 554,63 kg/Ha
= 100/36 x 198,84
= 552,33 kg/Ha
= 100/36 x 198,67
= 551,86 kg/Ha
B. Pembahasan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalaah sebagai berikut:
1. P tersedia sampel tanah 1A adalah 0,165, sampel tanah 1B adalah 0,578, dan
sampel tanah 1C adalah 0,664.
2. Ketersediaan fosfor terbain adalah dalam kisaran dari 6-7, yang merupakan
bentuk dimana fosforter terjadi didalam tanah berubah menurut waktu.
3. Jika P tersedia tidak mencukupi kebutuhan bagi tumbuhan maka harus dilakukan
pemupukan P misalnya menggunakan SP-36, TSP yang berfungsi untuk
meningkatkan ketersediaan P.
B. Saran
Hutagalung, H.P, Deddi S, Riyana H. 1997. Metode Analisis Air Laut Sedimen dan
Isnaini. 2006. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jeffries dan Mills. 1996. Ilmu Tanah.
Harlow.
Tan, H.K. 1992. Dasar-dasar Kimia Tanah. Yogyakarta:UGM Press. Torus. 2012. Kimia
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifat Kimia Tanah. Yogyakarta: UGM Press.
Lampiran
(Dokumentasi)