Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA V

ANALISIS P TERSEDIA

DISUSUN OLEH :

Ghina Nuur Afiifah (1603015023)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah hara yang paling banyak dilaporkan pada lahan sulfat masam adalah
ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe. Hara P
merupakan salah satu unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman. Hara ini
berfungsi untuk pertumbuhan akar, transfer energi dalam proses fotosintesis dan respirasi,
perkembangan buah dan biji, kekuatan batang dan ketahanan terhadap penyakit.

Dalam tanah fosfat yang diserap tanaman berupa ion yang keberadaannya
dipengaruhi oleh pH tanah. Pada tanah masam bentuk ion H2PO4- merupakan ion yang
larut, sedang pada tanah alkalis maka HPO42- dan PO43- akan ditemukan, semakin
rendah pH tanahnya semakin dominan ion H2PO4-.

Perilaku P- tanah dapat mempengaruhi status ketersediaan P dalam tanah


sehingga dapat ditentukan jumlah pupuk P yang diperlukan tanaman untuk mencapai
hasil yang optimum. Untuk menentukan konsentrasi unsur hara P dalam tanah harus
menggunakan metode analisis yang sesuai untuk tanah dan tanaman yang diusahakan.

Analisis P-tersedia dalam tanah dapat diukur dengan menggunakan berbagai


bahan pengekstrak. Ada beberapa metode pengekstrak yang sering digunakan yaitu
metode Bray I, Bray II, Truog, Olsen dan North Carolina. Namun dari beberapa hasil
penelitian dilaporkan bahwa tidak semua metode sesuai dengan semua jenis tanah,
tanaman maupun kondisi lingkungan.

B. Tujuan

1. Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan kandungan pospos


tersedia dalam tanah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Fosfor merupakan salah satu nutrisi yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman. Fosfor dapat ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral tanaman dan
merupakan unsur pokok dari protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortoposfat.
Sumber fosfor alami dalam air berasal dari pelepasan mineral dan biji-bijian (Bausch,
1974). Fosfor berupa berbagai senyawa logam transisi atau atau senyawa tanah langka
seperti zink sulfida (ZnS) yang ditambahkan tembaga atau perak, dan zink silikat
(ZnSiO4) yang dicampur dengan mangan. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang
dibuthkan dalam jumlah banyak. Fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan walaupun
jumlahnya lebih kecil dari kalium dan nitrogen. Unsue ini merupakan komponen tiap sel
hidup dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan titik tumbuh tanaman. Fosfor juga
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal pertumbuhan,
mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah (Indranada, 1994).

Secara umum dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-larutan tanah merupakan
hasil keseimbangan antara suplay P dari pelapukan mineral-mineral P, pelapukan P
terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman.
Fiksasi dan pelindian P tanah-tanah tua di Indonesia umumnya berkadar alami P rendah
dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P
berkemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah, 2005).

Kekurangan unsur fosfat dalam tanah dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama,
unsur fosfat tidak terdapat dalam bahan induk tanah, dan kedua fosfat yang tersedia
ataupun yang ditambahkan untuk tanaman dengan segera diserap oleh bentuk-bentuk Al
maupun Fe yang terdapat dalam tanah. Pemupukan P secara terus-menerus dapat
mengakibatkan terjadinya akumulasi residu P yang tinggi, karena hara P mempunyai
mobilitas yang kecil dan efisiensinya hanya sekitar 20%.

Faktor yang mempengaruhi ketersediaan P dalam tanah adalah tipe liat, reaksi
tanah, waktu reaksi, temperatur, dan kandungan bahan organik dalam tanah (Winarso,
2005). Karakterisasi P yaitu, fosfor bergerak lambat dalam tanah. Pencucian buakan
masalah kecuali pada tanah berpasir. Fosfor lebih banyak dalam bentuk anorganik
dibandingkan organik. Di dalam tanah, kandungan P tinggi, tetapi hanya sedikit yang
tersedia bagi tanaman (Hanafiah,2005).
Gejala yang ditimbulkan karena kekurangan P adalah tanaman akan mempunyai
jaringan yang kecil, pertumbuhan akan terhambat, warna daun akan menjadi lebih gelap,
pada tanaman jagung warna daun akan menjadi keunguan dan kecoklatan, menghambat
pembentukan antosianin, reduksi pertumbuhan, tanaman kerdil menunda pemasakan
buah,dan biji akan mengalami kegagalan saat pembentukan (Tan, 1992).

Siklus P hanya terjadi melalui air, tanah dan sedimen. Dalam suasana siklus P
dapat ditemukan sebagai partikel debu yang sangat kecil bergerak perlahan-lahan dari
endapan di darat dan di sedimen. Daur P tersedia akibat aliran air pada batu-batuan akan
melarutkan bagian permukaan mineral termasuk P akan tersedia dan terbawa sebagai
sedimen ke permukaan dasar laut dan dikembalikan ke daratan. Siklus atau daur P diawali
dengan pembentukan fosfat anorganik oleh alam. Fosfor terdapat di alam dalam bentuk
ion fosfat (PO43-) dan banyak terdapat dalam batu-batuan.

Sumber fosfat yang ada dalam tanah sebagai mineral yaitu batu kapur fosfat, sisa-
sisa tanaman dan bahan organik lainnya. Perubahan fosfat organik menjadi fosfat
anorganik dilakukan oleh mikroorganisme. Selain itu penyerapan fosfat juga dilakukan
oleh liat dan silikat (Isnaini, 2006). Tanaman menyerap P dalam bentuk ion ortofosfat dan
ion ortofosfst sekunder. Selain itu, unsur P masih dapat diserap dalam bentuk lain yaitu
tiroposfat, dan metaposfat, bahkan ada kemungkinan unsur P diserap dalam bentuk
senyawa organik yang larut dalam air. Misalnya asam nukleat dan phitin. Kadar optimal
fosfor pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,3% dan 0,5% dari berat kering tanaman.
Di dalam tanah kandungan P total bisa tinggi tetapi hanya sedikit yang bisa tersedia bagi
tanaman (Tan, 1992).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu & Temptat

Praktikum “Penetapan P Tersedia Metode Bray I” di laksanakan pada hari


Selasa, tanggal 31 Oktober 2019 Pukul 13.00 – 14.00 WITA. Di
Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman.

B. Alat & Bahan

 Alat

1. Neraca Analitik 6. Dispenser

2. Tabung Reaksi 7. Pipet 1mL

3. Kertas Saring 8. Corong Kaca

4. Botol Kocok 9. Mesin Pengocok

5. Spektrofotometer

 Bahan

1. Sampel tanah

a. A1 = Tanah

b. A2 = Tanah + Pupuk Kandang Sapi

c. A3 = Tanah + Pupuk Kandang Kambing

C. Pereaksi

1. Pengekstrak Bray dan Kurts I (Larutan 0.025 N HCl + NH4F 0.03 N)

2. Pengwarna I dan II (1:1)

D. Cara Kerja

1. Timbang 2 gram contoh tanah < 2mm

2. Tambah pengekstrak Bray dan Kurts sebanyak 20mL


3. Dikocok selama 5 menit

4. Saring (Proses penyaringan maksimum 5 menit)

5. Dipipet 2mL ektrak jenuh dalam tabung reaksi

6. Tambahkan pengwarna I sebanyak 2mL dan pengwarna II sebanyak 2mL

7. Kocok dengan pengocok tabung (Vortex)

8. Dibiarkan 10 menit

9. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer panjang gelombang 400nm


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Data hasil praktikum

1A = 0,134 ppm 2 : 0,119


1B = 0,495 ppm 4 : 0,219
1C = 0,562 ppm 8 : 0,337
Blank = 0,043 ppm 12 : 0,595
ppm 16 : 0,744
  ppm 20 : 1,009
Jumlah 61,98 339,636
Rata-rata 10,33 56,606

P = (hasil sampel-blank) x (rata-rata ppm: rata-rata absorban) x 10

 P 1A

P = (0,134 – 0,043) x (10,33 : 56,606) x 10

P = (0,091) x (0,182) x 10

P = 0,165

 P 1B

P = (0,495 – 0,043) x ( 10,33 : 56,606) x 10

P = (0,452) x ( 0,128) x10

P = 0, 578

 P 1C

P = (0,562 – 0,043) x (10,33 : 56,606) x 10

P = (0,519) x (0,128) x10

P = 0,664
 Jika tanaman yang di kehendaki adalah padi ladang kebutuhn pupuk SP-36 200
Kg/Ha

Tabel hasil perhitungan

Kekurangan
P2 P5 (kg/Ha) (Kg/Ha) Dosis SP-36
Sampel Tanah P2 P5 (ppm)
Ppm x 2 (Kebutuhan – P2 P5 (Kg/Ha)
Kg/Ha)
1A (Tanah) 0,165 0,33 199,67 554,63
2A (Tanah +
0,578 1,156 198,84 552,33
PKS)
3A (Tanah +
0,664 1,328 198,67 551,86
PKK)

 SP-36 % 1A = 100/36 x Kekurangan

= 100/36 x 199,67

= 554,63 kg/Ha

 SP-36 % 2A = 100/36 x kekurangan

= 100/36 x 198,84

= 552,33 kg/Ha

 SP-36 % 3A = 100/36 x kekurangan

= 100/36 x 198,67

= 551,86 kg/Ha

B. Pembahasan

Fosfor merupakan unsur hara essensial makro yang dibutuhkan


untuk pertumbuhan tanaman. tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari
tanah atau dari pemupukan serta hasil dekomposisidan mineralisasi bahan organik.
Jumlah P total dalam tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagitanaman
jumlahnya rendah hanya 0,01-0,02 mg/kg tanah (Handayanto, 1992).
Adapun fungsi dari penambahan larutan Bray pada tanah, adalah berfungsi
untuk melepaskan fosfor yang terjerap oleh koloid tanah, dan kemudian dikocok
selama 10—15 menit, untuk memisahkan padatan dan filtratnya.

Spektofotometri merupkan salah satu metode dalam kimia analisis yang


digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif
maupu kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Peralatan yng digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofometer. Fungs ialat
spektrofotometer dalam laboratorium adalah untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang. Prinsp
kerja spektrofotometer adalah bila cahaya monokromatik maupun campuran
jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuknya akan
dipantulkan,sebagian diserap dalaam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang
keluardari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki
hubungan denagan konsentrasi sampel (Miller,2000).

Berdasarkan hasil percobaan P yang tersedia pada sampel tanah1A adalah


0,165 sedangkan P yang tersedia pada smpel tanah 1B adalah 0,578 kemudian P yang
tersedia pada sampel tanah 1C adalah 0,664. Ketersediaan fosfor terbain adalah
dalam kisaran dari 6-7, yang merupakan bentuk dimana fosforter terjadi didalam
tanah berubah menurut waktu. Beberapa mineral fosfof diubah menjadi mineral
fosfor organik. Konsentrasi fosfor yang sangat rendah dalam larutan tanah pada setiap
waktu tertentu bahwa pencucian memindahkan sedikit fosfor dari tanah.
Kecenderungan ion fosfor dalam larutan tanah mengakibatkan sukar bagi tanaman
untuk memenuhi kebutuhannya akan fosfor. Cara untuk mengatasi ketersediaan P
antara lain adalah : (1) Pemupukan P, misalnya SP-36,TSP yang berfungsi untuk
meningkatkan ketersediaan P. (2) pengapuran, untuk memperbaiki pH sampai
mendekati netral.+. (3) pemberian bahan organik.. (4) Pemberian batuan fosfat (rock
fosfat) (Indranada,1994).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalaah sebagai berikut:

1. P tersedia sampel tanah 1A adalah 0,165, sampel tanah 1B adalah 0,578, dan
sampel tanah 1C adalah 0,664.

2. Ketersediaan fosfor terbain adalah dalam kisaran dari 6-7, yang merupakan
bentuk dimana fosforter terjadi didalam tanah berubah menurut waktu.

3. Jika P tersedia tidak mencukupi kebutuhan bagi tumbuhan maka harus dilakukan
pemupukan P misalnya menggunakan SP-36, TSP yang berfungsi untuk
meningkatkan ketersediaan P.

4. Kekurangann P akan mengakibatkan hambatan metabolisme tumbuhan


sedangkan kelebihan unsure P akan mengganggu penyerapan unsure hara lain
oleh tanaman.

B. Saran

Saran yanag dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya adalah dalam


melakukan praktikum haruslah bersungguh-sungguh agar dapat memahami materi
praktikum dengan baik, dan juga komunikasi dengan anggota kelompok haruslah
tetap terjaga agar mudah dalam melakukan koordinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Hardjowigeno,S.2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.

Hutagalung, H.P, Deddi S, Riyana H. 1997. Metode Analisis Air Laut Sedimen dan

Biota. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Indranada, K.H. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Isnaini. 2006. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jeffries dan Mills. 1996. Ilmu Tanah.

Jakarta: Rajawali Press.

Miller, J.2000. Statistics and Chemometris For Analitical Chemistry.Prentice Hall.

Harlow.

Tan, H.K. 1992. Dasar-dasar Kimia Tanah. Yogyakarta:UGM Press. Torus. 2012. Kimia

Tanah. Bandung: CV Buana.

Winarso. 2005. Pengertian dan Sifat Kimia Tanah. Yogyakarta: UGM Press.
Lampiran

(Dokumentasi)

Anda mungkin juga menyukai