Anda di halaman 1dari 18

PERTANIAN ORGANIK

“BAHAN BAKU DAN PROSES DEKOMPOSISI BAHAN


ORGANIK”

Disusun Oleh :
DICKY KURNIAWAN
Nim : 200310115

Dosen Pengampu :
Dr. Hafifah, S.P. M.P

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kita
masih tetap bisa menikmati indahnya alam dan menghirup udara segar seperti
biasanya. Sholawat berangkaikan salam marilah kita hadiahkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah hingga ke zaman yang terang benerang ini.
Atas berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Pertanian organik dengan judul “Bahan Baku Dan Proses Dekomposisi
Bahan Organik” dengan baik.

Terima kasih saya ucapkan kepada Dr.Hafifah., S.P M.P, selaku dosen mata
kuliah Pertanian organik yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini.
Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin saya tidak akan menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan
baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka saya memohon maaf dan
kritik serta saran dari dosen pengajar dan semua pembaca makalah ini, hal
tersebut sangat saya harapkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Aceh Utara, 22 Oktober 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................

Bab I Pendahuluan

1.1. LatarBelakang Masalah.......................................................................


1.2. Rumusan Masalah...............................................................................
1.3. Tujuan..................................................................................................

Bab II Pembahasan

2.1. Pengertian Pupuk Organik dan Bahan Organik...................................


2.2. Bahan Baku dari Bahan Organik.........................................................
2.3. Faktor yang Memperngaruhi Bahan Organik......................................
2.4. Proses Dekomposisi Bahan Organik...................................................

Bab III Penutup

3.1. Kesimpulan..........................................................................................
3.2. Saran....................................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu

teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan.

Persoalan besar yang terjadi disebabkan karena pencemaran tanah yang menyebabkan

persediaan unsur hara dalam tanah semakin lama semakin menipis. Apalagi banyak

unsur yang hilang tidak dikembalikan lagi ke tanah. Jika hal ini berlangsung terus-

menerus maka tanah akan semakin miskin unsur hara. Kondisi ini diperburuk dengan

munculnya pertanian modern yang menerapkan sistem pertanian monokultur dan

penggunaan varietas unggul yang menyerap banyak unsur hara. Jika varietas unggul

digunakan secara terus menerus, tanah akan semakin miskin unsur hara. Kondisi ini

dapat diperbaiki dengan penambahan unsur hara secara tepat, yakni melalui

pemupukan.

Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah dengan tujuan

untuk memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan tanah baik kimia, fisik

maupun biologis. Pupuk pada umumnya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu pupuk

anorganik dan pupuk organik (kompos). Pengomposan adalah proses perombakan

(dekomposisi) bahan-bahan organik dengan memanfaatkan peran atau aktivitas

mikroorganisme. Melalui proses tersebut, bahan-bahan organik akan diubah menjadi

pupuk kompos yang kaya dengan unsur-unsur hara baik makro ataupun mikro yang

sangat diperlukan oleh tanaman (Yurmiati dan Hidayat, 2008).

Upaya pengembangan lahan marginal merupakan suatu keharusan untuk

meningkatkan produksi pertanian. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai

lahan pasir pantai yang jumlahnya sangat besar sehingga merupakan lahan marginal
yang memungkinkan untuk dikelola secara produktif (Anonim, 1996; Suryanto,

1996). Lahan pasir pantai didominasi oleh tanah pasiran yang bermasalah, yaitu

partikel tanah tidak membentuk agregat yang mantap karena sangat rendah

kandungan bahan organiknya, struktur tanah yang lepas-lepas menyebabkan tanah

tidak mampu menjaga kelembabannya, lengas cepat hilang sebagai air gravitasi

maupun menguap (Setiawan, 1996). Penambahan bahan organik diharapkan mampu

memperbaiki sifat fisik tanah, terutama meningkatkan permiabilitas dan aerasi tanah,

daya ikat air dan ketahanan terhadap erosi serta mengurangi aliran permukaan. Selain

itu, bahan organik juga memperbaiki sifat kimia tanah yaitu membantu menyediakan

unsur hara dan efisiensi pemupukan anorganik. Sedang untuk mempengaruhi sifat

biologi tanah maka bahan organik berfungsi meningkatkan aktivitas mikroorganisme

dan mempengaruhi jumlah serta jenis mikroflora (Wididana, 1995; Karama et al.,

1996).

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa itu Pupuk Organik dan Bahan Organik ?
1.2.2. Apa saja bahan baku dari bahan organik ?
1.2.3. Faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organic
1.2.4. Bagaimana proses dekomposisi dari bahan organik ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan
bahan organik.
1.3.2. Untuk mengetahui hal yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik.
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana proses dekomposisi dari bahan organik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Pupuk Organik dan Bahan Organik


2.1.1. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil akhir dan hasil antara dari perubahan
atau peruraian bagian dari sisa tanaman dan hewan. Pupuk organik berasal
dari bahan organik yang mengandung berbagai macam unsur, meskipun
ditandai dengan adanya nitrogen dalam bentuk persenyawaan organik,
sehingga mudah diserap oleh tanaman. Menurut Sumekto (2006) pupuk
organik tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam tanah dan
mempunyai kadar persenyawaan C-organik yang tinggi. Pupuk organik
kebanyakan tersedia di alam (terjadi secara alamiah), misalnya kompos,
pupuk kandang, pupuk hijau dan guano (Yuniwati,2012). Pupuk organik
lebih ditunjukkan kepada kandungan C-organik atau bahan organik dari
pada kadar haranya. Nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan
pupuk organik (Dwicaksono, 2013).

Selain menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah, pupuk
organik ini pun terbukti sangat baik dalam memperbaiki struktur tanah
pertanian. Pupuk organik tidak lain adalah bahan yang dihasilkan dari
pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Ada beberapa
kelebihan dari pupuk organik ini sehingga ia sangat disukai petani,
diantaranya ebagai berikut:

a. Memperbaiki struktur tanah. Ini dapat terjadi karena organisme


tanah saat penguraian bahan organik dalam pupuk bersifat sebagai
perekat dan dapat mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang
lebih besar.
b. Menaikkan daya serap tanah terhadap air. Bahan organik memiliki
daya serap yang besar terhadap air tanah. Itulah sebabnya pupuk
organik sering berpengaruh poitif terhadap hasil tanaman, terutama
pada musim kering.
c. Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Hal ini terutama
disebabkan oleh organisme dalam tanah yang memanfaatkan bahan
organik sebagai makanan.
d. Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pupuk organik
mengandung zat makan yang lengkap meskipun kadarnya tidak
setinggi pupuk anorganik (Lingga & Marsono, 2013).

2.1.2. Bahan Organik

Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-


fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan
aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang
berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.
Beberapa mikroorganisme yang beperan dalam dekomposisi bahan
organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Di samping
mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam dekomposi bahan
organik antara lain yang tergolong dalam protozoa, nematoda, Collembola,
dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan
mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan struktur tanah (Tian, G., Brussaard, L., Kang, B.T., Swift,
M.J., 1997). Mikro flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan
kebutuhannya akan bahan organik, kerena bahan organik menyediakan
energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai
sumber energi.

Pengaruh positif yang lain dari penambahan bahan organik adalah


pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang
mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam
tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin
(Stevenson, 1982).

Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman,


pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas
mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan
berat molekul rendah, terutama bikarbonat (seperti suksinat, ciannamat,
fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat
mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga
berpengaruh positip terhadap pertumbuhan tanaman.

2.2. Bahan Baku Dari Bahan organik


2.2.1. Sisa Tanaman

Sisa tanaman dapat digunakan sebagai sumber bahan organik.


Walaupun dalam realitas di lapangan, sisa tanaman sering digunakan
untuk berbagai tujuan. Pada pengusahaan sawah, jerami padi sering
dibiarkan di areal persawahan, tetapi tidak jarang digunakan untuk alas
ternak dan sebagai pakan ternak. Bila digunakan sebagai pakan ternak,
maka dihasilkan kotoran ternak yang seringkali digunakan sebagai pupuk
kandang yang akan diaplikasi ke dalam tanah. Penggunaan yang lain dari
sisa tanaman adalah untuk bahan bakar. Untuk tujuan ini, hanya sedikit
hara P dan K yang dikembalikan ke tanah atau tidak ada sama sekali.

Kandungan hara beberapa tanaman pertanian ternyata cukup


tinggidan bermanfaat sebagai sumber energi utama mikroorganisme di
dalam tanah. Apabila digunakan sebagai mulsa, maka ia akan mengontrol
kehilangan air melalui evaporasi dari permukaan tanah, dan pada saat yang
sama dapat mencegah erosi tanah. Hara dalam tanaman dapat
dimanfaatkan setelah tanaman mengalami dekomposisi.

2.2.2. Pupuk Hijau

Bahan organik yang digunakan sebagai sumber pupuk dapat berasal


dari bahan tanaman, yang sering disebut sebagai pupuk hijau. Biasanya
pupuk hijau yang digunakan berasal dari tanaman legum, karena
kemampuan tanaman ini untuk mengikat N2-udara dengan bantuan bakteri
penambat N, menyebabkan kadar N dalam tanaman relatif tinggi.
Akibatnya pupuk hijau dapat diberikan dekat dengan waktu penanaman
tanpa harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu.

Tujuan pemberian pupuk hijau adalah untuk meningkatkan


kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah, sehingga terjadi
perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang akhirnya berdampak
pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi.

2.2.3. Kompos

Bahan organik yang masih mentah dengan nisbah C/N tinggi, apabila
diberikan secara langsung ke dalam tanah akan berdampak negatif
terhadap ketersediaan hara tanah. Bahan organik langsung akan disantap
oleh mikrob untuk memperoleh energi. Populasi mikrob yang tinggi, akan
memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah
yang seharusnya digunakan oleh tanaman, sehingga mikrob dan tanaman
saling bersaing merebutkan hara yang ada.Akibatnya hara yang ada dalam
tanah berubah menjadi tidak tersedia karena berubah menjadi senyawa
organik mikrob. Kejadian ini disebut sebagai immobilisasi hara. Untuk
menghindari imobilisasi hara, bahan perlu dilakukan proses pengomposan
terlebih dahulu. Proses pengomposan adalah suatu proses penguraian
bahan organik dari bahan dengan nisbah C/N tinggi (mentah) menjadi
bahan yang mempunyai nisbah C/N rendah (kurang dari 15) (matang)
dengan upaya mengaktifkan kegiatan mikrob pendekomposer (bakteri,
fungi dan actinomicetes).

Kompos mempunyai kandungan hara makro (N, P, K, Ca, MG dan S)


dan hara mikro (Fe, Cu, Mn, Mo, Zn, Cl dan Br) yang sudah lengkap.
Kompos juga mengandung senyawa organik asam humat dan asam fulfat
yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan.Kandungan hara dalam
kompos menetap pada tanah, tidak larut air.Kompos bersifat netral dan
cenderung untuk menjadi basa.
2.2.4. Limbah

Limbah industri adalah bahan sisa yang dikeluarkan akibat proses


industri. Dalam industri pengolahan hasil pertanian seperti pengolahan
tebu dan kelapa sawit dihasilkan bahan berupa limbah padat atau cair.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa beberapa limbah industri hasil pertanian
dapat digunakan sebagai pupuk organik yang dapat memperbaiki
kesuburan dan produktivitas tanah.Pupuk organik sangat berguna untuk
memperbaiki sifat-sifat kimia, fisik, dan biologitanah.Pemberian pupuk
organik dapat meningkatkan Pengelolaan Bahan Organik 16 kandungan
unsur hara makro dan mikro di dalam tanah yang sangat diperlukan oleh
tanaman. Pupuk organik juga dapat memperbaiki daerah perakaran
sehingga memberikan media tumbuh yang lebih baik bagi tanaman. Selain
itu pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah
yang sangat bermanfaat dalam penyediaan hara tanaman.Pemanfaatan
limbah industri sebagai pupuk dalam budidaya pertanian selain berguna
dalam mensubsitusi kebutuhan pupuk anorganik yang semakin mahal, juga
dapat menjadikan lingkungan lebih bersih dengan mengurangi tumpukan
atau akumulasi limbah di suatu tempat.

2.2.5. Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan campuran kotoran padat, air kencing


(urine) dan sisa makanan (tanaman). Dengan demikian susunan kimianya
tergantung dari:

1) Jenis ternak
2) umur dan keadaan hewan
3) sifat dan jumlah amparan, dan
4) cara penyimpanan pupuk sebelum dipakai.
Hewan hanya menggunakan setengah dari bahan organik yang
dimakan, dan selebihnya dikeluarkan sebagai kotoran.Sebagian dari
padatan yang terdapat dalam pupuk kandang terdiri dari senyawa organik
serupa dengan bahan makanannya, antara lain selulosa, pati dan gula,
hemiselulosa dan lignin seperti yang kita jumpai dalam humus ligno-
protein.Penyusun pupuk kandang yang paling penting adalah komponen
hidup, yaitu organisme tanah, pada sapi perah seperempat hingga setengah
bagian kotoran hewan merupakan jaringan mikrob (Brady, 1990).

2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Bahan Organik


2.3.1. Kualitas Bahan Organik

Kualitas bahan organik sering dikaitkan dengan kemudahannya untuk


didekomposisi. Bahan organik yang sukar terdekomposisi digolongkan
sebagai bahan organik berkualitas rendah, sebaliknya yang mudah
terdekomposisi digolongkan sebagai bahan organik berkualitas tinggi .
Kemudahan bahan organik terdekomposisi ditentukan oleh nisbah C/N
nya. Oleh sebab itu, kualitas bahan organik ditentukan oleh nisbah C/N.
Bahan organik yang memiliki nisbah C/N tinggi disebut bahan organik
berkualitas rendah, sedangkan yang bernisbah C/N rendah disebut bahan
organik berkualitas tinggi. Bila bahan organik memiliki nisbah C/N
diantara keduanya disebut bahan organik berkualitas sedang.

Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang


relatif sukar dan yang lebih mudah didekomposisi. Bahan organik yang
sukar terdekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar
diputus atau dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di
dalamnya adalah bahan organik yang mengandung senyawa lignin,
minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-
tumbuhan.

Bahan organik yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh


senyawa orgnik sederhana yang terdiri dari senyawa organik alifatik,
termasuk di dalamnya adalah disakarida, asam amino dan protein.
Beberapa contoh bahan organik yang sukar terdekomposisi adalah jerami
jagung dan padi, sabut kelapa, tandan kosong kelapa sawit. Beberapa
contoh bahan organik yang lebih mudah didekomposisi adalah sisa
(residu) tanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah, kedelai, kacang
hijau; pupuk hijau seperti CalopogoniumSp.,CentrosemaSp., PuerariaSp.,
MucunaSp.,GlirisidiaSp., dan lain-lain.

2.3.2. Dekomposer

Proses dekomposisi melibatkan biota yang disebut pendekomposisi


atau dekomposer. Seringkali disebutkan bahwa dekomposer adalah
mikroba atau mikroorganisme. Hal itu tidak salah, walaupun sebenarnya
makro dan meso organisme juga terlibat dalam proses dekomposisi. Makro
organisme seperti makrofauna berperan dalam menghaluskan bahan
organik, dan di dalam pencernaannya terdapat mikroba yang melakukan
kegiatan dekomposisi. Beberapa contoh makro fauna yang terlibat dalam
proses dekomposisi bahan organik seperti Formicidae, Rhinothermidae,
Blattidae, Geophilidae, Carabidae, dan Salticidae (Hapsoh dan Wawan,
2017). Meso organisme seperti meso fauna berperan dalam proses
penghalusan bahan organik, dlam pencernaannya juga terdapat mikroba
yang terlibat dalam proses dekomposisi.

Beberapa contoh meso fauna yang terlibat dalam kegiatan


dekomposisi bahan organik seperti Collembola, Coleopthera, Acarina, dan
Mesostigmata (Hapsoh dan Wawan, 2017).

2.3.3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi


dekomposisi yang tidak kalah pentingnya. Beberapa faktor lingkungan
yang telah diketahui mempengaruhi dekomposisi adalah kadar air atau
kelembaban bahan, oksigen, pH, unsur hara, suhu, aksesibilitas dan kadar
liat.

2.4. Proses Dekomposisi Bahan Organik


Proses dekomposisi dapat berlangsung melalui beberapa mekanisme:

1) Bahan organik seperti serasah dedaunan bila kondisi lembab bisa


langsung diserang jamur dan mengalami dekomposisi, walaupun
hanya Sebagian.
2) Bahan organik dikonsumsi oleh makro atau meso fauna, seteah
melalui proses pencernaan keluar dalam bentuk kotoran dan bahan
organik telah terdekomposisi.
3) Bahan organik yang telah terdekomposisi sebagian (poin 1)
dikonsumsi oleh makro atau mesofauna dan mengalami proses
dekomposisi lebih lanjut, bahkan mengalami mineralisasi.
4) Bahan organik yang telah dikonsumsi oleh makro dan meso fauna
dan dikeluarkan berupa kotoran dapat diserang oleh mikroba
nuntuk didekomposisi lebih lanjut, bahkan dimineralisasi.

Penggunaan bahan organik telah terbukti banyak meningkatkan


pertumbuhan tanaman.Hasil penelitian Duong et al. (2006) yang memberikan
kompos berupa jerami pada tanaman padi sudah memberikan pengaruh setelah 30
hari diaplikasikan. Selain itu, juga ditemukan dampak positif lain seperti
meningkatkan ketersediaan makro dan mikronutrien bagi tanaman (Aguilar et al.,
1997). Bahan organik yang berasal dari sisa tanaman mengandung bermacam-
macam unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman jika telah
mengalami dekomposisi dan mineralisasi.

Sisa tanaman ini memiliki kandungan unsur hara yang berbeda kualitasnya
tergantung pada tingkat kemudahan dekomposisi serta mineralisasinya.Unsur hara
yang terkandung dalam sisa bahan tanaman baru bisa dimanfaatkan kembali oleh
tanaman apabila telah mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Menurut Brady
(1990), gula dan protein sederhana adalah bahan yang mudah terdekomposisi,
sedangkan lignin yang akan lambat terdekomposisi. Kemudahan dekomposisi
bahan organicberkaitan erat dengan nisbah kadar hara. Secara umum, makin
rendah nisbah antara kadar C dan N di dalam bahan organik, akan semakin mudah
dan cepat mengalami dekomposisi. Oleh karena itu, untuk mempercepat
dekomposisi bahan organik yang memiliki nisbah C dan N tinggi sering
ditambahkan pupuk nitrogen dan kapur untuk memperbaiki perbandingan kedua
hara tersebut serta menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik bagi
dekomposer. Selain itu, kandungan bahan juga mempengaruhi proses
pengomposan.

Selama proses dekomposisi bahan organik, terjadi immobilisasi dan


mobilisasi (mineralisasi) unsur hara. Immobilisasi adalah perubahan unsur hara
dari bentuk anorganik menjadi bentuk organik yaitu terinkorporasi dalam
biomassa organisme dekomposer, sedangkan mineralisasi terjadi sebaliknya.
Kedua kegiatan ini tergantung pada proporsi kadar hara dalam bahan organik.
Immobilisasi nitrogen secara netto terjadi bila nisbah antara C dan N bahan
organik lebih dari 30, sedangkan mineralisasi netto terjadi bila nisbahnya kurang
dari 20.Jika nisbahnya antara 20 hingga 30 maka terjadi kesetimbangan antara
mineralisasi dan immobilisasi. Immobilisasi dan mineralisasi tidak hanya terjadi
pada unsur nitrogen, tapi juga terjadi pada unsur lain. Pada saat terjadi
immobilisasi tanaman akan sulit menyerap hara karena terjadi persaingan dengan
dekomposer. Oleh karena itu, pemberian pemberian bahan organik perlu
memperhitungkan kandungan hara dalam bahan organik tersebut. Bahan organik
yang memiliki nisbah C dan N rendah, lebih cepat menyediakan hara bagi
tanaman, sedangkan bila bahan organik memiliki nisbah C dan N yang tinggi akan
mengimmobilisasi hara sehingga perlu dikomposkan terlebih dahulu.

Proses dekomposisi bahan organik dilaksanakan oleh berbagai kelompok


mikroorganisme heterotropik, seperti bakteri, fungi, aktinomisetes, dan protozoa
(Sutanto, 2002).Organisme tersebut mewakili jenis flora dan fauna tanah. Selama
proses dekomposisi berlangsung, terjadi perubahan secara kualitatif dan
kuantitatif. Pada tahap awal proses dekomposisi, akibat perubahan lingkungan
beberapa spesies flora menjadi aktif dan berkembang dalam waktu relatif singkat,
kemudian menurun untuk memberikan kesempatan pada jenis lain untuk
berkembang. Pada minggu kedua dan ketiga, kelompok yang berperan aktif dalam
proses pengomposan adalah bakteri 106-107, bakteri amonifikasi (104 ), bakteri
proteolitik (104 ), bakteri pektinolitik (103 ), dan bakteri penambat nitrogen
(103 ). Mulai hari ketujuh, kelompok mikroba meningkat jumlahnya dan setelah
hari ke-14 terjadi penurunan, kemudian meningkat kembali pada minggu
keempat. Mikroorganisme yang berperan adalah selulopatik, lignolitik, dan fungi
(Sutanto, 2002).

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 Pupuk organik merupakan hasil akhir dan hasil antara dari perubahan
atau peruraian bagian dari sisa tanaman dan hewan. Pupuk organik
berasal dari bahan organik yang mengandung berbagai macam unsur
 Sisa tanaman dapat digunakan sebagai sumber bahan organik. Walaupun
dalam realitas di lapangan, sisa tanaman sering digunakan untuk berbagai
tujuan. Kandungan hara beberapa tanaman pertanian ternyata cukup
tinggidan bermanfaat sebagai sumber energi utama mikroorganisme di
dalam tanah
 Kualitas bahan organik sering dikaitkan dengan kemudahannya untuk
didekomposisi. Bahan organik yang sukar terdekomposisi digolongkan
sebagai bahan organik berkualitas rendah, sebaliknya yang mudah
terdekomposisi digolongkan sebagai bahan organik berkualitas tinggi.
3.2. Saran

Menurut pendapat saya pupuk bahan organikyang mudah didekomposisikan


karena disusun oleh senyawa orgnik sederhana.Adapun upaya pengembangan
lahan marginal merupakan suatu keharusan untuk meningkatkan produksi
pertanian. Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap semoga bermanfaat
bagi yang membacanya, penulis sadar masih banyak terdapat kekurangan dari
makalah ini maka dari itu kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan
Daftar Pustaka

Aguilar, J., M. Gonzalez, and I. Gomez. 1997. Microwaves as an energy source for
producing magnesia-alumina spinel. Journal of the Microwave Power an
Electromagnetic Energy 32(2):74-79.

Anonim, 1993. UNDP Regional Project RAS, FAO (75) 004.

______ , 1995. Bokashi, Fermentasi Bahan Organik dengan Teknologi Effective


Microorganisms 4 (EM4). Songgolangit Persada. Jakarta. 7p.

Brady, N.C. 1990. The Nature and Properties of Soil. Mac Millan Publishing Co., New
York.

Cambardella, C. A and Elliot, E. T. (1993). Carbonand nitrogen distribution in


aggregates fromcultivated and native grassland soils. Soil Science Society of
America Journal 57: 1071 – 1076

Cresser, M., Killham, K., and Adwards, T. 1993. Soil Chemistry and Its Applications,
Cambridge Environmental Chemistry Series 5, p. 122, Cambridge University
Press, Cambridge

Fatha, A. 2007. Pemanfaatan Zeolite Untuk Menurunkan BOD Dan COD Limbah
Tahu.Skripsi Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang. (Tidak
dipublikasikan)

Hapsoh dan Wawan. 2017. Potensi Kebakaran dan Pertumbuhan Tanaman kelapa Sawit
di Lahan Gambut yang Ditumbuhi LCC Mucuna bracteata. Laporan Akhir
Penelitian Guru Besar LPPM Universitas Riau, Pekanbaru.

Karama, A.S., J.S. Adiningsih, dan D. Nursyamsi,1996. Peningkatan Produksi Tanaman


Pangan Melalui Pertanian Organik. Tasikmalaya.

Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu.
Tesis Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. (Tidak dipublikasikan)
McLaren, R. G., Cameron, K. C. Dr. 1996. Soil science : sustainable production and
environmental protection. Oxford University Press, Oxford

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan &


pengembangan. Kanisus, Yogyakarta. 219 hlm.

Wididana, G.N. & A.H. Wibisono, 1996. Pertanian Akrab Lingkungan Kyunsei dengan
Teknologi EM4 dalam Seminar Nasional Penerapan Teknologi Pertanian
Organik. Tasikmalaya. p: 1-16.

Anda mungkin juga menyukai