Disusun Oleh :
DICKY KURNIAWAN
Nim : 200310115
Dosen Pengampu :
Dr. Hafifah, S.P. M.P
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021
KATA PENGANTAR
Terima kasih saya ucapkan kepada Dr.Hafifah., S.P M.P, selaku dosen mata
kuliah Pertanian organik yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini.
Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin saya tidak akan menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan
baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka saya memohon maaf dan
kritik serta saran dari dosen pengajar dan semua pembaca makalah ini, hal
tersebut sangat saya harapkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Kata Pengantar...........................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
3.1. Kesimpulan..........................................................................................
3.2. Saran....................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Persoalan besar yang terjadi disebabkan karena pencemaran tanah yang menyebabkan
persediaan unsur hara dalam tanah semakin lama semakin menipis. Apalagi banyak
unsur yang hilang tidak dikembalikan lagi ke tanah. Jika hal ini berlangsung terus-
menerus maka tanah akan semakin miskin unsur hara. Kondisi ini diperburuk dengan
penggunaan varietas unggul yang menyerap banyak unsur hara. Jika varietas unggul
digunakan secara terus menerus, tanah akan semakin miskin unsur hara. Kondisi ini
dapat diperbaiki dengan penambahan unsur hara secara tepat, yakni melalui
pemupukan.
untuk memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan tanah baik kimia, fisik
maupun biologis. Pupuk pada umumnya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu pupuk
pupuk kompos yang kaya dengan unsur-unsur hara baik makro ataupun mikro yang
lahan pasir pantai yang jumlahnya sangat besar sehingga merupakan lahan marginal
yang memungkinkan untuk dikelola secara produktif (Anonim, 1996; Suryanto,
1996). Lahan pasir pantai didominasi oleh tanah pasiran yang bermasalah, yaitu
partikel tanah tidak membentuk agregat yang mantap karena sangat rendah
tidak mampu menjaga kelembabannya, lengas cepat hilang sebagai air gravitasi
memperbaiki sifat fisik tanah, terutama meningkatkan permiabilitas dan aerasi tanah,
daya ikat air dan ketahanan terhadap erosi serta mengurangi aliran permukaan. Selain
itu, bahan organik juga memperbaiki sifat kimia tanah yaitu membantu menyediakan
unsur hara dan efisiensi pemupukan anorganik. Sedang untuk mempengaruhi sifat
dan mempengaruhi jumlah serta jenis mikroflora (Wididana, 1995; Karama et al.,
1996).
PEMBAHASAN
Pupuk organik merupakan hasil akhir dan hasil antara dari perubahan
atau peruraian bagian dari sisa tanaman dan hewan. Pupuk organik berasal
dari bahan organik yang mengandung berbagai macam unsur, meskipun
ditandai dengan adanya nitrogen dalam bentuk persenyawaan organik,
sehingga mudah diserap oleh tanaman. Menurut Sumekto (2006) pupuk
organik tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam tanah dan
mempunyai kadar persenyawaan C-organik yang tinggi. Pupuk organik
kebanyakan tersedia di alam (terjadi secara alamiah), misalnya kompos,
pupuk kandang, pupuk hijau dan guano (Yuniwati,2012). Pupuk organik
lebih ditunjukkan kepada kandungan C-organik atau bahan organik dari
pada kadar haranya. Nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan
pupuk organik (Dwicaksono, 2013).
Selain menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah, pupuk
organik ini pun terbukti sangat baik dalam memperbaiki struktur tanah
pertanian. Pupuk organik tidak lain adalah bahan yang dihasilkan dari
pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Ada beberapa
kelebihan dari pupuk organik ini sehingga ia sangat disukai petani,
diantaranya ebagai berikut:
2.2.3. Kompos
Bahan organik yang masih mentah dengan nisbah C/N tinggi, apabila
diberikan secara langsung ke dalam tanah akan berdampak negatif
terhadap ketersediaan hara tanah. Bahan organik langsung akan disantap
oleh mikrob untuk memperoleh energi. Populasi mikrob yang tinggi, akan
memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah
yang seharusnya digunakan oleh tanaman, sehingga mikrob dan tanaman
saling bersaing merebutkan hara yang ada.Akibatnya hara yang ada dalam
tanah berubah menjadi tidak tersedia karena berubah menjadi senyawa
organik mikrob. Kejadian ini disebut sebagai immobilisasi hara. Untuk
menghindari imobilisasi hara, bahan perlu dilakukan proses pengomposan
terlebih dahulu. Proses pengomposan adalah suatu proses penguraian
bahan organik dari bahan dengan nisbah C/N tinggi (mentah) menjadi
bahan yang mempunyai nisbah C/N rendah (kurang dari 15) (matang)
dengan upaya mengaktifkan kegiatan mikrob pendekomposer (bakteri,
fungi dan actinomicetes).
1) Jenis ternak
2) umur dan keadaan hewan
3) sifat dan jumlah amparan, dan
4) cara penyimpanan pupuk sebelum dipakai.
Hewan hanya menggunakan setengah dari bahan organik yang
dimakan, dan selebihnya dikeluarkan sebagai kotoran.Sebagian dari
padatan yang terdapat dalam pupuk kandang terdiri dari senyawa organik
serupa dengan bahan makanannya, antara lain selulosa, pati dan gula,
hemiselulosa dan lignin seperti yang kita jumpai dalam humus ligno-
protein.Penyusun pupuk kandang yang paling penting adalah komponen
hidup, yaitu organisme tanah, pada sapi perah seperempat hingga setengah
bagian kotoran hewan merupakan jaringan mikrob (Brady, 1990).
2.3.2. Dekomposer
Sisa tanaman ini memiliki kandungan unsur hara yang berbeda kualitasnya
tergantung pada tingkat kemudahan dekomposisi serta mineralisasinya.Unsur hara
yang terkandung dalam sisa bahan tanaman baru bisa dimanfaatkan kembali oleh
tanaman apabila telah mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Menurut Brady
(1990), gula dan protein sederhana adalah bahan yang mudah terdekomposisi,
sedangkan lignin yang akan lambat terdekomposisi. Kemudahan dekomposisi
bahan organicberkaitan erat dengan nisbah kadar hara. Secara umum, makin
rendah nisbah antara kadar C dan N di dalam bahan organik, akan semakin mudah
dan cepat mengalami dekomposisi. Oleh karena itu, untuk mempercepat
dekomposisi bahan organik yang memiliki nisbah C dan N tinggi sering
ditambahkan pupuk nitrogen dan kapur untuk memperbaiki perbandingan kedua
hara tersebut serta menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik bagi
dekomposer. Selain itu, kandungan bahan juga mempengaruhi proses
pengomposan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pupuk organik merupakan hasil akhir dan hasil antara dari perubahan
atau peruraian bagian dari sisa tanaman dan hewan. Pupuk organik
berasal dari bahan organik yang mengandung berbagai macam unsur
Sisa tanaman dapat digunakan sebagai sumber bahan organik. Walaupun
dalam realitas di lapangan, sisa tanaman sering digunakan untuk berbagai
tujuan. Kandungan hara beberapa tanaman pertanian ternyata cukup
tinggidan bermanfaat sebagai sumber energi utama mikroorganisme di
dalam tanah
Kualitas bahan organik sering dikaitkan dengan kemudahannya untuk
didekomposisi. Bahan organik yang sukar terdekomposisi digolongkan
sebagai bahan organik berkualitas rendah, sebaliknya yang mudah
terdekomposisi digolongkan sebagai bahan organik berkualitas tinggi.
3.2. Saran
Aguilar, J., M. Gonzalez, and I. Gomez. 1997. Microwaves as an energy source for
producing magnesia-alumina spinel. Journal of the Microwave Power an
Electromagnetic Energy 32(2):74-79.
Brady, N.C. 1990. The Nature and Properties of Soil. Mac Millan Publishing Co., New
York.
Cresser, M., Killham, K., and Adwards, T. 1993. Soil Chemistry and Its Applications,
Cambridge Environmental Chemistry Series 5, p. 122, Cambridge University
Press, Cambridge
Fatha, A. 2007. Pemanfaatan Zeolite Untuk Menurunkan BOD Dan COD Limbah
Tahu.Skripsi Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang. (Tidak
dipublikasikan)
Hapsoh dan Wawan. 2017. Potensi Kebakaran dan Pertumbuhan Tanaman kelapa Sawit
di Lahan Gambut yang Ditumbuhi LCC Mucuna bracteata. Laporan Akhir
Penelitian Guru Besar LPPM Universitas Riau, Pekanbaru.
Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu.
Tesis Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. (Tidak dipublikasikan)
McLaren, R. G., Cameron, K. C. Dr. 1996. Soil science : sustainable production and
environmental protection. Oxford University Press, Oxford
Wididana, G.N. & A.H. Wibisono, 1996. Pertanian Akrab Lingkungan Kyunsei dengan
Teknologi EM4 dalam Seminar Nasional Penerapan Teknologi Pertanian
Organik. Tasikmalaya. p: 1-16.