Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH


BIOLOGI DAN EKOLOGI TANAH

Dosen Pembimbing :

Catur Puspawati, S.T., M. K. M.

Disusun Oleh :

Nama : Dea Syakilla Syafitri


NIM : P21335120009
Kelompok :4

Program Studi Sanitasi Lingkungan

2- DIV Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.4 No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kec. Kby. Baru, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120

2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “BIOLOGI DAN EKOLOGI
TANAH” yang merupakan salah satu tugas untuk mata kuliah Penyehatan Tanah
dan Pengelolaan Sampah A pada semester ketiga.

Kami juga berterimakasih kepada Ibu Catur Puspawati, ST., MKM. yang
telah memberikan tugas makalah ini sehingga pengetahuan penulis dalam
penulisan makalah ini semakin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi
penulis di kemudian hari.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir
kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan
saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Jakarta, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
1.1. Pengertian dan Peranan Biologi Tanah ................................................................... 1
1.2. Mikroorganisme Tanah ........................................................................................... 1
1.2.1. Pengertian Mikroorganisme dan Peranannya Dalam Tanah ........................ 4
1.2.2. Klasifikasi organism tanah ........................................................................... 6
1.2.3. Berdasarkan peranannya .............................................................................. 7
1.2.4. Pentingnya Organisme Tanah ...................................................................... 8
1.3. Fungsi/Jamur Tanah .............................................................................................. 10
1.4. Cacing Tanah ........................................................................................................ 11
1.4.1. Peranan Cacing Tanah ................................................................................ 11
1.4.2. Pengaruh Cacing Tanah terhadapa Hara Tersedia...................................... 12
1.4.3. Peranan Cacing Pada Perubahan Sifat Fisik Tanah .................................... 13
1.4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Cacing Tanah ............. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

iii
1.1. Pengertian dan Peranan Biologi Tanah
Biologi tanah adalah sebuah studi mengenai aktivitas mikroba dan fauna
beserta ekologinya di dalam tanah. Fauna tanah, biota tanah, atau edafon adalah
istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut organisme yang menghabiskan
sebagian besar siklus hidupnya di dalam tanah atau sedimen organik di atasnya.
Fauna tanah mencakup cacing tanah, nematoda, fungi, bakteri, dan berbagai
arthropoda. Dekomposisi materi organik oleh organimse memiliki pengaruh yang
besar terhadap tingkat kesuburan dan struktur tanah sehingga biologi tanah
berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah.

Sebagian besar keanekaragaman hayati yang berupa organisme mikro berada


di dalam atau dekat dengan permukaan tanah. Setidaknya dari eukaryota animalia
hingga prokaryota menghuni ekologi tanah. Hubungan antara mikroorganisme
tanah dan fungsi tanah cukup rumit dan telah menjadi subjek di berbagai aktivitas
pengamatan. Rantai makanan di dalamnya berperan penting dalam siklus nutrisi,
di mana sumber energi tidak selalu berupa material organik tetapi juga mineral
anorganik yang diawali oleh bakteri kemosintetik dan nitrogen oleh bakteri
nitrifikasi, dan berperan dalam siklus biogeokimiatanah.

1.2. Mikroorganisme Tanah

1
2

Mikroorganisme adalah kelompok organisme yang memiliki ukuran


mikroskopis atau berukuran kecil. Umumnya, jumlah mikroorganisme dalam
tanah jauh lebih banyak, jika dibandingkan dengan di udara maupun di dalam air
(Tahrin, 2010). Hal ini disebabkan karena di dalam tanah mengandung bahan
organik (Anonim, 2009). Bahan-bahan organik diperlukan mikroorganisme untuk
proses metabolisme, di dalam tanah komponen-komponen bahan organik ini
merupakan salah satu penyusun tanah selain mineral-mineral organik lainnya.
Baik secara langsung maupun tidak langsung komponen-komponen bahan organik
diperoleh dari sisa manusia dan hewan, serta jaringan tumbuhan yang dibuang
atau dikubur dalam tanah. Setelah beberapa lama, bahan-bahan tersebut akan
mengalami penguraian kemudian berubah menjadi komponen organik dan
beberapa komponen organik tanah (Irianto, 2006). Keanekaragaman
mikroorganisme tanah merupakan salah satu penentu kesuburan tanah, selain dari
sifat kimia tanah itu sendiri, mikroorganisme yang menghuni tanah dapat
dikelompokkan menjadi bakteri, aktinomycetes, jamur, alga dan protozoa (Rao,
1994).

Mikroorganisme ini secara bersama-sama membentuk kumpulan


mikroorganisme yang dapat mencapai jumlah total sampai bermilyar-milyar
organisme per gram tanah. Salah satunya bakteri yang berada di dalam tanah,
penyebaran bakteri lebih beragam dari organisme lainnya. Bakteri dapat hidup
ditempat yang sebagian organisme lainnya tidak bisa hidup. Dekomposisi bahan
organik di dalam tanah tidak terlepas dari aktivitas bakteri tanah. Bakteri
perombak merupakan kelompok terbesar yang mengkonsumsi senyawa karbon
sederhana, seperti eksudat akar dan sisa tanaman segar

Bakteri Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme dalam tanah yang


paling dominan dan mungkin meliputi separuh dari biomassa mikroba dalam
tanah. Bakteri terdapat dalam segala macam tipe tanah tetapi populasinya
menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Menurut Saraswati dkk. (2007),
bakteri adalah organisme prokariotik bersel tunggal dengan jumlah kelompok
paling banyak dan dijumpai di tiap ekosistem terestrial. Walaupun ukurannya
3

lebih kecil daripada aktinomisetes dan jamur, bakteri memiliki kemampuan


metabolik lebih beragam dan memegang peranan penting dalam pembentukan
tanah, dekomposisi bahan organik, remediasi tanahtanah tercemar, transformasi
unsur hara, berintegrasi secara mutualistik dengan tanaman dan juga sebagai
penyebab penyakit tanaman.

Untuk dapat menggolongkan bakteri tanah dapat dilakukan dengan sistem


bergey, menurut bergey ada 5 golongan, yaitu golongan Eubacteriales, golongan
Actinomycetes, golongan Chlamydobacteriales, golongan Myxobacteriales dan
golongan Spirochaetales (Sutedjo dkk., 1991). Menurut Sari (2010) berdasarkan
Perkembangan sel bakteri dibedakan menjadi bakteri eukariot (Perkembangan sel
nya sudah sempurna) dan prokariot (Perkembangan selnya belum sempurna),
kondisi beroksigen maupun tidak beroksigen.

Sedangkan berdasarkan toleransi terhadap rentang temperatur yang berbeda -


beda, maka bakteri dapat dikelompokkan menjadi mesofil (15 sampai 450C),
Psikofil (di bawah 200C), dan termofil (45 sampai 650C). Walaupun demikian
bakteri mesofil merupakan sebagian besar bakteri tanah. Selain temperatur, faktor
lain yang mempengaruhi populasi mikroorganisme dalam tanah adalah pH,
praktik pertanian, pemupukan dan pemakaian pestisida dan penambahan bahan
organik. Berdasarkan kemampuan untuk dapat mensintesis sendiri kebutuhan
makanannya, maka bakteri dapat dikelompokan menjadi bakteri autotrof (dapat
mensintesis sendiri makanannya) dan bakteri heterotrof (bergantung dari makanan
yang sudah terbentuk sebelumnya).

Buckman & Brady (1982) menyatakan bahwa organisme tanah berperan


penting dalam mempercepat penyediaan hara dan juga sebagai sumber bahan
organik tanah. Mikroorganisme tanah sangat nyata perannya dalam hal
dekomposisi bahan organik pada tanaman tingkat tinggi. Dalam proses
dekomposisi sisa tumbuhan dihancurkan atau dirombak menjadi unsur yang dapat
digunakan tanaman untuk tumbuh.
4

White (1947) mengatakan bahwa mikroorganisme akan menyerang atau


merusak tumbuhan sampai hilangnya sebagian O2 dan berkembangnya toksin
yang akan merusak kehidupan mikroorganisme. Jika proses tersebut berjalan
terus, maka akan dihasilkan gambut yang berwarna hitam. Jika proses tersebut
tidak berjalan terus maka akan dihasilkan gambut yang mempunyai struktur
seperti tumbuhan dan biasanya berwarna coklat yang mengandung sisa-sisa kayu
dan material tumbuhan lainnya.

Nitrogen (N) harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi
tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula
yang hidup bebas. Mikroba penambat N simbiotik antara lain Rhizobium sp.
Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya Azospirillum sp dan Azotobacter sp.
Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose
saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua
jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah
mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian umumnya memiliki
kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, unsur hara P ini sedikit/tidak tersedia
bagi tanaman karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan mikroba
pelarut P, mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan
menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan
P, antara lain Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp, dan Bacillus
megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga
berkemampuan tinggi dalam melarutkan K (Isroi 2008).

1.2.1. Pengertian Mikroorganisme dan Peranannya Dalam Tanah


Organisme tanah berperan penting dalam mempercepat penyediaan
hara dan juga sebagai sumber bahan organik tanah. Penambahan bahan organik
dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah
meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan
mineralisasi bahan organik. Mikroorganisme tanah sangat nyata perannya dalam
hal dekomposisi bahan organik pada tanaman tingkat tinggi. Dalam proses
5

dekomposisi sisa tumbuhan dihancurkan atau dirombak menjadi unsur yang dapat
digunakan tanaman untuk tumbuh.
Organisme perombak bahan organik atau biodekomposer dapat
diartikan sebagai organisme pengurai nitrogen dan karbon dari bahan organik
(sisa-sisa organik dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati) yaitu
bakteri, fungi, dan aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah
juga berperan dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam
protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan
dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, dan juga terhadap
pemeliharaan struktur tanah. Mikro flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi
dengan kebutuhannya akan bahan organik, karena bahan organik menyediakan
energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai sumber
energi. Dan penambahan bahan organik terdapat pengaruhnya pada pertumbuhan
tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis
yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan
vitamin. Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman,
pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas
mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat
molekul rendah, terutama bikarbonat (seperti suksinat, ciannamat, fumarat) hasil
dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat
seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positip terhadap
pertumbuhan tanaman. Ciri dan kandungan bahan organik tanah merupakan ciri
penting suatu tanah, karena bahan organik tanah mempengaruhi sifat-sifat tanah
melalui berbagai cara. Hasil perombakan bahan organik mampu mempercepat
proses pelapukan bahan-bahan mineral tanah; distribusi bahan organik di dalam
tanah berpengaruh terhadap pemilahan (differentiation) horison. Proses
perombakan bahan organik merupakan mekanisme awal yang selanjutnya
menentukan fungsi dan peran bahan organik tersebut di dalam tanah.
Mikroorganisme perombak bahan organik ini terdiri atas fungi dan
bakteri. Pada kondisi aerob, mikroorganisme perombak bahan organik terdiri atas
fungi, sedangkan pada kondisi anaerob sebagian besar perombak bahan organik
6

adalah bakteri. Fungi berperan penting dalam proses dekomposisi bahan organik
untuk semua jenis tanah. Fungi toleran pada kondisi tanah yang asam, yang
membuatnya penting pada tanah-tanah hutan masam. Sisa-sisa pohon di hutan
merupakan sumber bahan makanan yang berlimpah bagi fungi tertentu
mempunyai peran dalam perombakan lignin. Nitrogen (N) harus ditambat oleh
mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat
N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat N
simbiotik antara lain Rhizobium sp.
Perombak bahan organik terdiri atas perombak primer dan
perombak sekunder. Perombak primer adalah mesofauna perombak bahan
organik, seperti Colembolla, Acarina yang berfungsi meremah-remah bahan
organik atau serasah menjadi berukuran lebih kecil. Cacing tanah memakan sisa-
sisa remah tadi yang lalu dikeluarkan sebagai faeces setelah melalui pencernaan
dalam tubuh cacing. Perombak sekunder ialah mikroorganisme perombak bahan
organik seperti Trichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii,
Phanerochaetacrysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora,
Aspergillus niger, A.terreus, Penicillium, dan Streptomyces. Adanya aktivitas
fauna tanah, memudahkan mikroorganisme untuk memanfaatkan bahan organik,
sehingga proses mineralisasi berjalan lebih cepat dan penyediaan hara bagi
tanaman lebih baik. Menurut Eriksson et al. (1989), umumnya kelompok fungi
menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling signifikan, dapat segera menjadikan
bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik sederhana yang berfungsi
sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan melepaskan nutrien di sekitar
tanaman.

1.2.2. Klasifikasi organism tanah

Micro-organisme Microflora <5 µm Bacteria


Fungi
7

Microfauna <100 µm Protozoa


Nematodes

Macro-organisme Meso-organisms 100 µm - 2 mm Springtails


Mites

Macro-organisms 2 - 20 mm Earthworms
Millipedes
Woodlice
Snails and slugs

Tumbuhan Algae 10 µm

Roots > 10 µm

Catatan: Partikel liat lebih kecil dari 2 µm. Sumber Swift, Heal and Anderson,
1979.

1.2.3. Berdasarkan peranannya


Organisme tanah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (a)
organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
(b) organisme yang merugikan tanaman, dan (c) organisme yang tidak
menguntungkan dan tidak merugikan. Contoh organisme tanah yang
menguntungkan:

1. Organisme tanah yang dapat menyumbangkan nitrogen ke tanah dan tanaman,


yaitu: bakteri pemfiksasi nitrogen (Rhizobium, Azosphirillum, Azotobacter,
dll),
2. Organisme tanah yang dapat melarutkan fosfat, yaitu: bakteri pelarut fosfat
(Pseudomonas) dan fungi pelarut fosfat,
3. Organisme tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman,
yaitu: cacing tanah.
8

Salah satu organisme tanah yang umum dijumpai adalah cacing


tanah. Cacing tanah mempunyai arti penting bagi lahan pertanian. Lahan yang
banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur. Cacing tanah juga dapat
menigkatkan daya serap air permukaan. Secara singkat dapat dikatakan cacing
tanah berperan memperbaiki dan memper-tahankan struktur tanah agar tetap
gembur. Biota tanah lain yang umum dijumpai adalah Arthropoda. Arthropoda
merupakan fauna tanah yang macam dan jumlahnya cukup banyak, yang paling
menonjol adalah springtail dan kutu. Fauna tanah ini mempunyai kerangka luar
yang dihubungkan dengan kaki, sebagian besar mempunyai semacam sistem
peredaran darah dan jantung.

Aktivitas biota tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah.


Aktivitas biota tanah dapat diukur dengan mengukur besar respirasi di dalam
tanah. Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat
sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi
akan dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis
(anabolisme), gerak, pertumbuhan.

1.2.4. Pentingnya Organisme Tanah


Beberapa fungsi penting dari organism tanah (biota) adalah:
Fungsi-fungsi Organisme yang terlibat
Memelihara struktur Bioturbating invertebrates and plant roots;
tanah mycorrhizae and some other micro-organisms
Regulasi proses Most bioturbating invertebrates and plant roots
hidrologis
Pertukaran gas dan Mostly micro-organisms and plant roots; some C
sequestration karbon protected in large compact biogenic invertebrate
(akumulasi dalam tanah) aggregates
Detoksifikasi tanah Mostly micro-organisms
Siklus unsure hara Mostly micro-organisms and plant roots; some soil-
and litter-feeding invertebrates
Dekomposisi bahan Various saprophytic and litter-feeding invertebrates
9

organic (detritivores); fungi; bacteria; actinomycetes and other


micro-organisms
Mengendalikan Plants; mycorrhizae and other fungi; nematodes;
gangguan hama-parasit- bacteria and various other micro-organisms;
penyakit collembolan; earthworms; various predators
Sumber makanan dan Plant roots; various insects (crickets; beetle larvae;
obat-obatan ants; termites); earthworms; vertebrates; micro-
organisms and their by-products
Hubungan Symbiotic Rhizobia; mycorrhizae; actinomycetes; diazotrophic
dan asymbiotic dengan bacteria and various other rhizosphere micro-
tanaman dan akarnya organisms; ants
Mengontrol Direct effects: plant roots; rhizobia; mycorrhizae;
pertumbuhan tanaman actinomycetes; pathogens; phytoparasitic nematodes;
(positive dan negative) rhizophagous insects; plant-growth promoting
rhizosphere micro-organisms; biocontrol agents
Indirect effects: most soil biota

Mikroba tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Mereka


memperbanyak diri dan aktif membantu penyediaan unsure hara bagi tanaman
melalui proses simbiosis dengan jalan melepaskan unsur hara yang “terikat”
menjadi bentuk yang tersedia bagi akar tanaman. Mikroba tanah ini juga
mempunyai peran aktif melindungi tanaman melawan penyakit “soil-borne
diseases”.
1.3. Fungsi/Jamur Tanah

1. Jamur berperan penting dalam tanah dan nutrisi tanaman.


2. Jamur berperan penting dalam degradasi / dekomposisi selulosa, hemi
selulosa, pati,pectin, liknin dalam bahan organic yang ditambahakan ke tanah.
3. Lignin yang tahan terhadap dekomposisi oleh bakteri terutama didekomposisi
oleh jamur.
4. Jamur juga berfungsi sebagai maknan untuk bakteri.
5. Jamur tertentu milik sub divisi zygomcotina dan Deuteromycotina bersifat
predator dan menyerang protozoa dan nematode di tanah dan denan demikian
menjaga keseimbangan biologis di tanah.
6. Jamur juga berperan penting dalam agregasi tanah dan dalam pembentukan
humus

10
1.4. Cacing Tanah

Menurut Hanafiah, Kemas Ali, dkk, 2005 Cacing Tanah merupakan


makrofauna tanah yang berperan penting sebagai penyelaras dan keberlangsungan
ekosistem yang sehat, baik bagi biota tananh lainnya maupun bagi hewan dan
manusia.

Secara umum peran cacing tanah telah terbukti sebagai bioamelioran (jasad
hayati penyubur dan penyehat) tanah terutama melalui kemampuannya dalam
memperbaiki sifatsifat tanah, seperti ketersediaan hara, dekomposisi bahan
organik, pelapukan mineral, struktur, aerasi, formasi agregat drainase, dan lain-
lain sehingga mampu meningkatkan produktivitas tanah sebagaimana akan
diuraikan berikut ini.

1.4.1. Peranan Cacing Tanah

Cacing tanah dapat meningkatkan ksebuburan tanah melalui N


yang termineralisasi. N Meningkat karena meneralisasi cacaing tanah yang
telah mati ( kurang lebih 3 % dalam bentuk senyawa organik ). Tubuh cacing
tanah mengandung 72 % protein dari berat keringnya dan tubuh cacing tanah
yang mati dapat menghasilkan 10 mg mirat. Pelaupkan cacaing tanah per
hektar dapat mencapai 3,75 juta dan ini dapat menghasilkan kira-kira 217 kg
nitrat/ha. Ekskresi cacing tanah juga mengandung senyawa nitrogen.
Diperkirakan bahwa total N yang dikeluarkan cacaing tanah sebagai berikut :

11
12

 ½ dikeluarkan sebagai mukoprotein melalui sel-sela kelenjar pada


epidermis

 ½ lagi dalam bentuk amonia, urea dan allantoin dalam cairan urine yang
telah diekskresikan. Hal ini tergantung dari tingkat makanan cacing tanah.
Ini bisa mencapai 129 ppm NH4 dan NO3.

1.4.2. Pengaruh Cacing Tanah terhadapa Hara Tersedia

Tanah-tanah yang dihuni cacaing tanah emmiliki kapasitas tukar


basa lebih tinggi ( base exchnage capasity), Ca, Mg K dan P-tersedia juga lebih
tinggi dibandingkan dengan tanah-tanah tanpa dihuni cacing tanah seperti pada
Tabel 2.2 sebagai berikut : Dalam kotoran cacaing tanah unsur-unsur di atas juga
lebih tinggi dibandingkan dengan dalam tanah. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa cacaing tanah telah mampu menciptakan unsur hara lebih
tersedia bagi tanaman.

Dari berbagai hasil penelitian dilaporkan bahwa aktivitas cacing


tanah dapat berperan dalam :

 Memantapkan struktur tanah

 Meningkatkan stabilitas agregat

 Menghancurkan butir-butir tanah

 Membalikkan tanah

 Memperbaiki kondisi aerasi

Dengan demikian cacaing tanah dikatakan dapat meningkatkan


kesuburan tanah dan produktivitasnya. Pemgaruh cacing tnah terhadap struktur
tanah melalui beberapa kegiatan :
13

1. Menghancurkan bahan organik dan mencampurbaurkan fraksi-fraksi tersebut,


lalu mengeluarkan kotoran ke permukaan tanah.
2. Menggali terowongan dan mengangkut tanah bawah ( sub soil) ke permukaan.

Pemecahan partikel-prtikel tanah telah dibuktikan bahwa cacing tanah dapat


menghancurkan partikel-partikel granit dan batuan basat.

1.4.3. Peranan Cacing Pada Perubahan Sifat Fisik Tanah

Aktivitas cacing tanah yang mempengaruhi struktur tanah meliputi


:

- Pencernaan tanah, perombakan bahan organik, pengadukannya dengan tanah,


dan produksi kotorannya yang diletakkan dipermukaan atau di dalam tanah,

- Penggalian tanah dan transportasi tanah bawah ke atas atau sebaliknya,

- Selama proses (1) dan (2) juga terjadi pembentukan agregat tanah tahan air,
perbaikan status aerase tanah dan daya tahan memegang air (Hanafiah, dkk,
2007).

Cacing penghancur serasah (epigeic) merupakan kelompok cacing


yang hidup di lapisan serasah yang letaknya di atas permukaan tanah, tubuhnya
berwarna gelap, tugasnya menghancurkan seresah sehingga ukurannya menjadi
lebih kecil. Cacing penggali tanah (anecic dan endogeic) merupakan cacing jenis
penggali tanah yang hidup aktif dalam tanah, walaupun makanannya berupa bahan
organik di permukaan tanah dan ada pula dari akar-akar yang mati di dalam tanah.
Kelompok cacing ini berperanan penting dalam mencampur serasah yang ada di
atas tanah dengan tanah lapisan bawah, dan meninggalkan liang dalam tanah
Kelompok cacing ini membuang kotorannya dalam tanah, atau di atas permukaan
tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon (C) dan hara lainnya dari pada
tanah sekitarnya (Hairiah, dkk, 1986).
14

Cacing mampu menggali lubang di sekitar permukaan tanah sampai


kedalaman dua meter dan aktivitasnya meningkatkan kadar oksigen tanah sampai
30 persen, memperbesar pori-pori tanah, memudahkan pergerakan akar tanaman,
serta meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan menyimpan air. Zat-
zat organik dan fraksi liat yang dihasilkan cacing bisa memperbaiki daya ikat
antar partikel tanah sehingga menekan terjadinya proses pengikisan/erosi hingga
40 persen (Kartini, 2008).

1.4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Cacing


Tanah

Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi


cacing tanah adalah ketersediaan makanan, temperature, kelembapan, derajat
keasaman, aerasi, intensitas cahaya, kepadatan populasi, dan predator (Martin et
al., 1981).

a. Ketersediaan makanan

Pakan yang dikonsumsi oleh cacing tanah sangat berpengaruh untuk laju
reproduksi dan pertumbuhan (Catalan, 1981). Hanya sekitar 9-15% kandungan
protein yang dibutuhkan oleh cacing tanah (Sihombing, 2002). Bahan organik
yang berada di fase dekomposi sangat disukai oleh cacing tanah dibandingkan
dengan bahan yang sudah mengalami dekomposi dan atau bahan yang masih segar
(Minnich, 1977). Bahan organik yang dimaksud umumnya berasal dari
bahanbahan yang sudah mati misalnya saja hewan dan daun tumbuhan yang sudah
mongering dan pohon yang lapuk serta kotoran hewan (Gaddie dkk, 1977).
Menurut Haukka (1987), dalam waktu 24 jam cacing tanah mampu
mengkonsumsi makanan sebanyak berat bobot tubuhnnya.

b. Temperatur

Lumbricus rubellus memerlukan suhu 28 C sekitar untuk tumbuh dan


memerlukan waktu sekitar 6,5 minggu untuk menjadi dewasa. Maksimal
15

temperature yang dibutuhkan cacing tanah untuk berkembang adalah sekitar 15°C
(Anas, 1990). Catalan (1981) menyatakan bahwa reproduksi cacing tanah akan
maksimal jika suhu yang berada ditempatnya hidup berkisar antara 21 C sampai
29 C dan suhu penetasan kokon adalah 26 C sampai 29 C.

c. Kelembaban

Cacing tanah menyukai tempat yang lembab oleh karena itu kelembapan yang
cocok untuk hidup yaitu berkisar antara 60-90% (Sihombing, 2002). Media yang
lembab sangat disukai oleh cacing tanah untuk bertahan hidup sebaliknya jika
media hidupnya panas dan kering maka cacing tanah akan mati. Menurut Anas
(1990), untuk proses pernafasan cacing tanah bernafas melalui permukaan 16
kulitnya yang selalu lembab karena terjaga oleh kelenjar epidermis.

Penelitan Brata (2003) jika kelembapan media hidupnya sangat tinggi maka
akan berpengaruh dalam produksi kokonnya yang mengakibatkan penurunan
dalam jumlah hasil produksi kokon, oleh karena itu cacing membutuhkan
kelembapan yang sesuai untuk memaksimalkan hasil kokonnya. Menurut Budiarti
dan Palungkun (1992) pada kelembaban yang terlalu tinggi atau terlalu banyak
air, cacing tanah segera menghindar untuk mencari tempat yang pertukaran
udaranya baik, karena cacing tanah bernafas melalui kulitnya dan bukan
mengambil oksigen dari air.

d. Keasaman (pH)

Menurut Sihombing (2002) untuk memaksimalkan perkembangan cacing


tanah perlu mengatur pH media tersebut yaitu berkisar antara 6 – 7, karena
diangka tersebut merupakan jumlah pH yang sangat cocok untuk bakteri yang
berada didalam pencernaan cacing tanah, bila media alkali maka dapat
menghambat perkembangan bakteri yang berada dalam pencernaan cacing tanah,
sebaliknya bila media asam, maka kelenjar kapu yang terdapat dalam esofagus
tidak cukup untuk menetralisir asam yang terbentuk, hal ini akan menyebabkan
membengkaknya tembolok dan pecah.
16

e. Aerasi

Aerasi sangat penting untuk mencegah akumulasi asam dan gas dalam media,
setiap seminggua sekali media harus dibalik agar tidak padat dan menyebabkan
kesulitan bernafas dan bergerak, reproduksi cacing tanah sangat 17 dipengaruhi
oleh aerasi dari medianya, setiap membalik media juga dapat ditambahkan bahan
yang memiliki serat tinggi agar dapat meningkatkan aerasi pada media tersebut.

f. Cahaya

Cacing tanah merupakan hewan nokturnal yaitu adalah hewan yang aktif
untuk mencari makan dimalam hari. Menurut Gaddie dkk (1975) diujung depan
terdapat bayak sel yang sangat peka terhadap cahaya. Oleh karena itu, cacing
beraktifitas pada malam hari seperti mencari makan dan bereproduksi sedangkan
saat siang hari cacing akan banyak menghabiskannya dengan tidur atau istirahat.
Untuk melakukan budidaya cacing tanah memerlukan naungan dari sinar matahari
langsung agar cacing tetap aktif dalam mencari makanan (Sihombing, 2002).

g. Kepadatan Populasi

Menurut Oktovina (2000) media yang sangat baik dalam perkembangan


cacing tanah yaitu perbandinganya antara 1:20 yaitu satu bagian cacing dan 20
bagian media, padda bak media yang berukuran 60x45x20 cm (54.000 cm3) dapat
diisi dengan cacing tanah yaitu sekitar 200-400 gram (Catalan, 1981). Jika pada
media jumlah cacing tanah terlalu banyak maka akan menjadikan cacing tanah
menjadi kecil karena kekurangan makanan dan terjadinya keracunan yang
diakibatkan oleh protein (Gaddie dkk, 1975).
DAFTAR PUSTAKA

Puspawati, Catur dkk.2012. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat


(A). Jakarta : Politeknik Kesehatan Kementerian Jakarta II.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/450aa2088a4ee3f8604e6
a4016ba2966.pdf

http://eprints.umm.ac.id/51598/3/BAB%20II.pdf

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Biologi_tanah.

https://tipspetani.com/mikroorganisme-tanah-jamur-atau-fungi/

marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/EKOLOGI-TANAH.doc
www.academia.edu/6925830/MIKROORGANISME_TANAH

17

Anda mungkin juga menyukai