Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENYAKIT FLU BURUNG

Dosen Pembimbing :

Sri Ani, SKM., MKM.

Disusun Kelompok 12 :

Dea Syakilla Syafitri (P21335120009)


Muhammad Rafli A (P21335120024)
Rahmat Hamdhani (P21335120031)

Program Studi Sanitasi Lingkungan

2- DIV Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.4 No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kec. Kby. Baru, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120

2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “Flu Burung” yang merupakan
salah satu tugas untuk mata kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan pada semester
ketiga.

Kami juga berterimakasih kepada Ibu Sri Ani, SKM., MKM. yang telah
memberikan tugas makalah ini sehingga pengetahuan penulis dalam penulisan
makalah ini semakin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi penulis di
kemudian hari.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir
kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan
saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Jakarta, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1. Agen Penyebab................................................................................................ 3
2.2. Karakteristik .................................................................................................... 4
2.2.1. Karakteristik Flu Burung Pada Unggas ................................................ 4
2.2.2. Karakteristik Flu Burung Pada Manusia............................................... 4
2.3. Riwayat Perjalanan.......................................................................................... 4
2.3.1. Tahap Prepatogenesis ........................................................................... 4
2.3.2. Tahap Patogenesis ................................................................................ 5
2.3.3. Tahap Akhir .......................................................................................... 6
2.4. Epidemiologi ................................................................................................... 6
2.5. Peranan Lingkungan ........................................................................................ 7
2.5.2. Lingkungan Fisik .................................................................................. 8
2.5.3. Lingkungan sosial ................................................................................. 8
2.6. Tindakan Pencegahan...................................................................................... 9
2.6.1. Pencegahan primer ............................................................................... 9
2.6.2. Pencegahan sekunder.......................................................................... 10
2.6.3. Pencegahan tersier .............................................................................. 10
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit flu burung merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus influenza tipe A dan penularannya melalui unggas, berupa burung,
bebek, ayam, serta beberapa binatang lain seperti babi. Penyakit flu burung
disebabkan oleh virus Avian influenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan
telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan,
Laos, China, Indonesia dan Pakistan.

Pertama kali kasus flu burung terjadi di Indonesia yang menyerang ras terjadi
dibeberapa Kabupaten di Jawa Tengah. Pada bulan Agustus tahun 2003. Hungga
dibulan Oktober-November 2003, kasus penyakit tersebut meningkat dengan
jumlah kematian tinggi dan menyebar ke lokasi yang lain dan kemudian diketahui
sebagai flu burung. Penyakit tersebut selanjutnya menyerang peternakan
perbibitan serta perternakan ayam petelur dan ayam pendaging (boiler)

Flu burung yang awalnya merupakan penyakit hewan, kemudian menular ke


manusia (zoonosis). Ternyata pada tahun 1997 tepatnya di Hongkong, terhadi
kasus pada manusia atau terjadi penularan dari unggas ke manusia. Dengan kasus
kejadian 18 orang diduga dan 6 orang positif, meninggal dunia. Kemudian
menyerang kembali di Hongkong bulan Februari tahun 2003.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa agen penyebab dari flu burung?
2. Apa karakteristik dari penyakit flu burung?
3. Bagaimana riwayat perjalan penyakit flu burung?
4. Bagaimana epidemiologi penyakit flu burung?
5. Bagaimana peranan lingkungan terhadap penyakit flu burung?
6. Tindakan atau upaya apa yang dapat dilakukan?

1
2

1.3. Tujuan
1. Menjelaskan agen penyebab dari flu burung
2. Menjelaskan karakteristik dari penyakit flu burung
3. Menjelaskan riwayat perjalanan penyakit flu burung
4. Menjelaskan epidemiologi penyakit flu burung
5. Menjelaskan peranan lingkungan terhadap penyakit flu burung
6. Menjelaskan tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah flu
burung
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Agen Penyebab


Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini
paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik,
Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar. Beberapa virus flu burung juga
diketahui bisa menyerang mamalia, termasuk manusia.

Virus flu burung memiliki berbagai sub-tipe yang dibedakan menurut antigen
haemagglutinin dan neuraminidase (glycoproteins) yang menyelubungi
permukaan virus. Enam belas antigen haemagglutinin yang berbeda (H1-H16) dan
sembilan neuraminidase telah dikenali dan masingmasing sub-tipe virus
diidentifikasi lewat kombinasi antigen tertentu yang dimiliki (misalnya H5N1 atau
H3N2). Keseluruhan 16 antigen haemagglutin dan 9 antigen neuraminidase
tersebut telah teridentifikasi pada populasi burung liar. Secara genetik, virus flu
burung terdiri dari delapan bagian asam ribonukleat (RNA) yang berbeda.

Avian Influenza merupakan infeksi akibat virus influenza tipe A. Virus


influenza tipe A merupakan golongan orthomyxoviridae. Virus influenza terdiri
dari tiga tipe, yaitu: A, B dan C. Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan
gejala penyakit yang ringan pada manusia dan biasanya tidak fatal.

Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) .
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2,
H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat
virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus
tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22ºC dan lebih dari
30 hari pada 30ºC. Virus akan mati pada pemanasan 60ºC selama 30 menit atau
56ºC selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta
cairan yang mengandung iodin. (Aditama TY., 2004)

3
4

2.2. Karakteristik

2.2.1. Karakteristik Flu Burung Pada Unggas


 Jengger dan pial yang bengkak dan berwarna kebiruan
 Pendarahan yang rata pada kaki unggas berupa bintik-bintik merah
(ptekhi) biasa disebut dengan kaki kerokan
 Adanya cairan di mata dan hidung serta timbul gangguan
pernafasan
 Keluarnya cairan jernih hingga kental dari rongga mulut
 Timbulnya diare berlebih
 Cangkang telur lembek
 Tingkat Kematian yang tinggi mendekati 100% dalam 2 hari hingga
1 minggu

2.2.2. Karakteristik Flu Burung Pada Manusia


 Demam tinggi (lebih dari 38 derajat Celsius)
 Sakit kepala
 Batuk-pilek
 Sakit tenggorokan
 Nyeri otot
 Lemas
 Kadang diare
 Radang paru akut (pneumonia) yang diiktui gagal pernafasan dan
sering merupakan penyebab kematian

2.3. Riwayat Perjalanan

2.3.1. Tahap Prepatogenesis


Pada tahap ini agent sudah berinteraksi di luar tubuh host dan
belum masuk ke dalam tubuh host. Sudah terjadi interaksi sebagai manifestasi
(wujud) kontak langsung seseorang dengan unggas terjadi di masa aktivitas
sehari-hari. Jenis interaksi seseorang dengan unggas, kebanyakan dengan ayam
5

yang dipelihara dirumahnya serta memelihara ayam di rumah mayoritas


menggunakan kandang ternak seadanya tidak sesuai norma kesehatan (kebiasaan).

2.3.2. Tahap Patogenesis


a. Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi penyakit flu burung pada manusia menurut


referensi yang ada sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun untuk
sementara para ahli (WHO) menetapkan masa inkubasi virus influenza ini pada
manusia rata-rata adalah 3 hari (Depkes dan WHO, 2006). Rentang nilai masa
inkubasi penyakit flu burung dalam penelitian diperoleh masa inkubasi minimal 2
(dua) hari dan maksimal 20 hari.

Terjadinya masa inkubasi penyakit flu burung yang cukup


lama sampai 20 hari disebabkan daya tahan tubuh seseorang pada saat itu baik dan
kemampuan virus H5N1 tidak cukup untuk secara cepat menginfeksi manusia dan
menimbulkan penyakit. Namun setelah virus H5N1 masuk dalam tubuh secara
perlahan menjadi virulen sehingga akhirnya daya tahan tubuh tidak kuat melawan
virulensi virus H5N1 dan akhirnya menjadi sakit. Pada masa inkubasi yang
pendek yaitu hanya 2 hari dianalisis karena adanya tingkat virulensi H5N1 yang
tinggi. Menurut WHO (2006), unggas yang sakit bahkan mati akan mengeluarkan
virus dengan jumlah besar dalam kotorannya..

b. Tahap Penyakit Dini (tahap klinis)

Tahap klinis dihitung mulai dari munculnya gejala penyakit


sampai kepada seseorang memerlukan perawatan dan pengobatan secara khusus
karena ketidakmampuan tubuh melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Tahap klinis penyakit flu hampir semuanya menunjukan gejala dan tanda klinis
diantaranya: demam panas ≥ 38ºC, adanya batuk, sakit tenggorokan, pilek, dan
sesak nafas.

Menurut Soejoedono dan Handharyani (2005) orang yang


terserang flu burung menunjukan gejala seperti terkena flu biasa, hanya saja
6

karena keganasan virusnya menyebabkan flu ini juga ganas. Selanjutnya


disampaikan dalam waktu singkat, gejala-gejala tersebut dapat menjadi lebih berat
dengan terjadinya peradangan paru-paru (pneumonia). Gejala lain yang dapat
ditemukan adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi selaput mata, diare atau
gangguan saluran cerna. Bila ditemukan gejala sesak menandai terdapat kelainan
saluran nafas bawah akan ditemukan bronchitis di paru dan bila semakin berat
frekuensi pernafasan akan semakin cepat (Depkes RI, 2006).

c. Tahap Penyakit Lanjut

Gejala-gejala pada penyakit lanjut dapat menjadi lebih berat


dengan terjadinya peradangan paru-paru (pneumonia) berat yang bisa
menyebabkan gagal nafas. Hal ini terjadi karena adanya gangguan ventilasi dan
perfusi jaringan paru-paru. Selain itu juga sering terjadi syok (dapat hipovolemik,
distributif, kardiogenis ataupun obstruktif) yang pada akhirnya tubuh tidak lagi
mampu menahan keseimbangan.

2.3.3. Tahap Akhir


Tahap akhir penyakit flu burung sebagian besar berakhir dengan
meninggal, sembuh sempurna.

2.4. Epidemiologi
Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1
pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang,
Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus
diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Pada
Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus
kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan
oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen
Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)).

Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di
Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi
7

jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Kehebohan itu
bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga
meninggal.

Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga


Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam
orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun
dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah
tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta
Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan
remaja.

Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil


penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO
menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal,
seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis. Bila kita bandingkan
dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih
sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai
19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang
meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).

2.5. Peranan Lingkungan


2.5.1. Lingkungan Biologis
Faktor lingkungan biologis pada penyakit flu burung yaitu agent.
Agent merupakan sesuatu yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang
dalam hal ini adalah virus aviant influenza (H5N1).Sifat virus ini adalah mampu
menular melalui udara dan mudah bermutasi.Daerah yang diserang oleh virus ini
adalah organ pernafasan dalam, hal itulah yang membuat angka kematian akibat
penyakit ini sangat tinggi.
8

2.5.2. Lingkungan Fisik


a. Suhu
Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang
terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh
seseorang pada saat itu sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap
mudah tidaknya virus menjangkiti seseorang. Selain itu virus flu burung juga
memerlukan suhu yang optimal agar dapat bertahan hidup.
b. Musim
Faktor musim pada penyakit flu burung terjadi karena adanya
faktor kebiasaan burung untuk bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat
musim dingin. Misalkan burung-burung yang tinggal di pesisir utara Cina akan
bermigrasi ke Australia dan Asia Tenggara pada musim dingin, burung-burung
yang telah terjangkit tersebut akan berperan menularkan flu burung pada hewan
yang tinggal di daerah musim panas atau daerah tropis tempat burung tersebut
migrasi
c. Tempat tinggal
Faktor tempat tinggal pada penyakit flu burung misalnya
apakah tempat tinggal seseorang dekat dengan peternakan unggas atau tidak, di
tempat tinggalnya apakah ada orang yang sedang menderita flu burung atau tidak.

2.5.3. Lingkungan sosial


Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta
hukum yang membuat seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya
kebiasaan masyarakat Bali yang menggunakan daging mentah yang belum
dimasak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai makanan tradisional. Begitu pula
dengan orang- orang di eropa yang terbiasa mengonsumsi daging panggang yang
setengah matang atau bahkan hanya seper-empat matang. Selain itu juga pada
tradisi sabung ayam akan membuat risiko penyakit menular pada pemilik ayam
semakin besar.
9

2.6. Tindakan Pencegahan


Dalam menanggulangi flu burung ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara
lain:

2.6.1. Pencegahan primer


Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan pada orang-
orang yang berisiko terjangkit flu burung, dapat dilakukan dengan cara:

a. Melakukan promosi kesehatan (promkes) terhadap masyarakat luas, terutama


mereka yang berisiko terjangkit flu burung seperti peternak unggas.
b. Melakukan biosekuriti yaitu upaya untuk menghindari terjadinya kontak
antara hewan dengan mikroorganisme yang dalam hal ini adalah virus flu
burung, seperti dengan melakukan desinfeksi serta sterilisasi pada peralatan
ternak yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan
ternak sehingga tidak menjangkiti hewan.
c. Melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk meningkatkan
kekebalannya. Vaksinasi dilakukan dengan menggunakan HPAI
(H5H2) inaktif dan vaksin rekombinan cacar ayam atau fowlpox
dengan memasukan gen virus avian influenza H5 ke dalam virus cacar.
d. Menjauhkan kandang ternak unggas dengan tempat tinggal.
e. Menggunakan alat pelindung diri seperti masker, topi, baju lengan panjang,
celana panjang dan sepatu boot saat memasuki kawasan peternakan.
f. Memasak dengan matang daging sebelum dikonsumsi. Hal ini bertujuan untuk
membunuh virus yang terdapat dalam daging ayam, karena dari hasil
penelitian virus flu burung mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit.
g. Melakukan pemusnahan hewan secara massal pada peternakan yang positif
ditemukan virus flu burung pada ternak dalam jumlah yang banyak.
h. Melakukan karantina terhadap orang-orang yang dicurigai maupun sedang
positif terjangkit flu burung.
i. Melakukan surveilans dan monitoring yang bertujuan untuk mengumpulkan
laporan mengenai morbilitas dan mortalitas, laporan penyidikan lapangan,
10

isolasi dan identifikasi agen infeksi oleh laboratorium, efektifitas vaksinasi


dalam populasi, serta data lain yang gayut untuk kajian.

2.6.2. Pencegahan sekunder


Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan
tujuan untuk mencegah dan menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini
dan pengobatan tepat. Dengan melakukan deteksi dini maka penanggulangan
penyakit dapat diberikan lebih awal sehingga mencegah komplikasi, menghambat
perjalanannya, serta membatasi ketidakmampuan yang dapat terjadi. Pencegahan
ini dapat dilakukan pada fase presimptomatis dan fase klinis. Pada flu burung
pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan screening yaitu upaya untuk
menemukan penyakit secara aktif pada orang yang belum menunjukkan gejala
klinis. Screening terhadap flu burung misalnya dilakukan pada bandara dengan
memasang alat detektor panas tubuh sehingga orang yang dicurigai terjangkit flu
burung bias segera diobati dan dikarantina sehingga tidak menular pada orang
lain.

2.6.3. Pencegahan tersier


Pencegahan tersier adalah segala usaha yang dilakukan untuk
membatasi ketidakmampuan. Pada flu burung upaya pencegahan tersier yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengobatan intensif dan rehabilitasi.
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini
paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik,
Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar. Beberapa virus flu burung juga
diketahui bisa menyerang mamalia, termasuk manusia.

Karakteristik penyakit flu burung dapat dibedakan menjadi dua, yaitu


karakteristik flu burung pada unggas dan karakteristik flu burung pada manusia.
Terdapat tiga tahapan penyakit flu burung, yaitu tahap prepatogenesis, dimana
agent sudah berinteraksi di luar tubuh host dan belum masuk ke dalam tubuh host.
Kemudian tahap pathogenesis yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
inkubasi, penyakit dini dan penyakit lanjut. Kemudian yang terakhir adalah tahap
akhir dari suatu penyakit.

Peranan lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebaran


penyakit flu burung, yaitu biologis, fisik, dan juga sosial. Adapun pencegahan
yang dapat dilakukan, yaitu pencegahan secara primer terhadap orang yang
berisiko terkena flu burung, pencegahan sekunder dengan tujuan untuk mencegah
dan menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan pengobatan tepat.
Dan pencegahan tersier dengan melakukan pengobatan intensif dan rehabilitasi.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/307320608/130516920-Epidemiologi-Penyakit-Flu-
Burung diakses 12 September 2021 Pukul 20.20 WIB.

https://id.scribd.com/doc/187304410/Peranan-Faktor-Host-Agent-dan-
Lingkungan-Pada-Penyakit-Flu-Burung diakses 12 September 2021 Pukul
20.25 WIB.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25470/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y diakses 12 September 2021 Pukul 20.30 WIB.

https://dreamfile.wordpress.com/2012/03/09/flu-burung-gejala-cara-penularan-
pencegahan-dan-pengobatannya/ diakses 12 September 2021 Pukul 20.35
WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai