Anda di halaman 1dari 56

Makalah Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SOSIALISASI PENGGUNAAN MASKER DALAM PENCEGAHAN


PENYAKIT ISPA AKIBAT PAPARAN DEBU PADA KARYAWAN DI UNIT
WOODYARD
PT RAPP PANGKALAN KERINCI

Oleh:

Gilbert Samuel Padang, S.Ked


Heinz Cen Pujianto, S. Ked
Mufidah Varadifa Parinduri, S. Ked
Muhammad Aldo Pratama, S. Ked

Pembimbing:
Zahtamal, SKM, MKM
dr. Suyanto, MPH, PhD, Sp. KKLP

KEPANITERAAN KLINIK
KJF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
RIAU
PEKANBARU
2023

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah modul keselamatan dan

kesehatan kerja ini yang berjudul “Sosialisasi Penggunaan Masker dalam Pencegahan

Penyakit ISPA Akibat Paparan Debu pada Karyawan di Unit Woodyard PT RAPP

Pangkalan Kerinci”. Makalah ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai K3 secara umum yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti

Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran

Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menerima bimbingan dan masukan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter

OHS, bagian safety dan seluruh karyawan di unit Woodyard mengizinkan

diadakannya kegiatan ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing Zahtamal, SKM, MKM dan dr. Suyanto, MPH, PhD, Sp. KKLP, yang

telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 4 Oktober 2023

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.2. Tujuan Kegiatan............................................................................................4
1.3. Manfaat.........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6
2.1. Debu Partikel Kayu.......................................................................................6
2.2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)......................................................9
2.2.3. Etiologi..............................................................................................10
2.2.4. Faktor Risiko.....................................................................................10
2.2.6. Manifestasi Klinis.............................................................................17
2.2.7. Penatalaksanaan................................................................................17
2.2.8. Pencegahan........................................................................................19
2.3. Masker.........................................................................................................19
BAB III SOSIALISASI PENGGUNAAN APD DALAM PENCEGAHAN
PENYAKIT ISPA AKIBAT PAPARAN DEBU PADA KARYAWAN DI UNIT
WOODYARD PT RAPP PANGKALAN KERINCI..................................................25
3.1. Plan.............................................................................................................25
3.1.1. Identifikasi Masalah..........................................................................25
3.1.2. Penentuan Prioritas Masalah...............................................................6
3.1.3. Analisa Penyebab Masalah.................................................................8
3.1.4 Fishbone Ishikawa Analysis.................................................................1
3.1.5 Plan of Action (PoA)............................................................................1
3.1.6. Definisi Operasional...........................................................................1
Daftar Pustaka................................................................................................................3
LAMPIRAN..................................................................................................................6

iii
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Identifikasi masalah-masalah pada karyawan di Woodyard PT RAPP


Pangkalan Kerinci..........................................................................................................1
Tabel 3. 2. Skoring Masalah..........................................................................................7
Tabel 3. 3. Analisis Penyebab masalah.........................................................................9
Tabel 3. 4. Plan of Action..............................................................................................1

iv
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lokasi deposisi particulate matter11................................................................15


Gambar 2. Jenis respirator pakai ketat (kiri) dan longgar (kanan)18....................................20
Gambar 3. Pembagian jenis respirator pemurni udara18,21..................................................22
Gambar 4. Masker N95 beserta informasi spesifikasinya24................................................23
Gambar 5. Fishbone Ishikawa Analysis............................................................................1

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyumbang utama tingginya angka morbiditas dan mortalitas tentang penyakit

menular di dunia adalah disebabkan oleh penyakit ISPA. Dari 4.000.000 jiwa orang

yang meninggal dunia setiap tahunnya akibat penyakit ini yaitu infeksi saluran

pernapasan. Gejala ISPA dapat timbul pada dalam waktu beberapa jam hingga

beberapa hari, gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorokan,

flu dan sesak nafas. Penyakit ISPA disebabkan salah satunya oleh polusi udara seperti

asap dari rokok, asap akibat pembakaran rumah tangga, gas buang dari transportasi

dan industri, karhutla dan sebagainya.1

Pencemaran udara merupakan masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan

atau komponen lain ke dalam udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia sehingga

mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi

kesehatan manusia. Kehadiran bahan atau zat di udara dalam jumlah tertentu serta

berada di udara dalam waktu yang cukup lama akan mengganggu kehidupan manusia.

Kualitas udara yang buruk tersebut dapat memberikan dampak terhadap kesehatan

manusia, salah satunya adalah gangguan pada pernapasan. Gangguan pernapasan

pada manusia dapat digolongkan sebagai penyakit ISPA ringan sampai sedang

bahkan ISPA berat.1

Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA merupakan penyakit saluran

pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai

spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai

1
penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor

lingkungan dan faktor penjamu. Agent penyebab ISPA adalah virus, bakteri dan

rikestia seperti virus influenza, adenovirus, pneumococcus, debu dan sebagainya.2

Angka ISPA di dunia yang paling banyak terjadi adalah di negara berkembang

seperti India (43 juta), China (21 juta), dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh,

Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di

masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Menurut

WHO tahun 2016 mengemukakan bahwa penyebab kematian di dunia yang

diakibatkan oleh pekerjaan adalah penyakit kanker sebesar 34%, kecelakaan kerja

25%, penyakit saluran pernafasan 21%, penyakit kardiovaskuler 15%, dan 5%

disebabkan oleh faktor lain. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Kota Pekanbaru, terhitung Januari hingga akhir Februari 2019 terdapat sebanyak

1.775 warga terpapar ISPA.3

Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit gangguan

pernapasan salah satunya adalah kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan secara

fisika maupun biologis memegang peranan penting dalam penyebab terjadinya

gangguan kesehatan dimana lingkungan indoor maupun outdoor merupakan salah

satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan manusia.

Terjadinya ISPA tertentu bervariasi menurut beberapa faktor. Penyebaran dan

dampak penyakit berkaitan dengan faktor lingkungan seperti polutan udara,

kepadatan anggota keluarga, kelembaban, kebersihan. Faktor yang lain yakni faktor

penjamu seperti usia, kebiasaan merokok, status gizi, infeksi sebelumnya yang

disebabkan oleh patogen lain.2

2
PT. Riau Andalan pulp and paper memiliki beberapa divisi bagian untuk

operasional salah satu divisinya yaitu bagian woodyard. Woodyard memiliki berbagai

proses kerja yang berupa storage, pembersihan kayu serta pemotongan kayu hingga

menjadi chips. Observasi yang sudah dilakukan oleh dokter muda meliihat hazard

yang ada dilokasi woodyard bersifat fisika berupa debu hasil pembakaran kendaraan

serta debu serpihan kayu, dengan ukuran partikel udara … mikrometer. Berdasarkan

data sekunder yang didapatkan berupa record sickness divisi Woodyard PT. Riau

Andalan Pulp and Paper (RAPP) bulan Januari hingga September tahun 2023

didapatkan 3 dari 10 karyawan yang mengalami ISPA dan belum pernah

dilakukannya sosialisasi mengenai penyakit ISPA pada karyawan di unit Woodyard

PT. RAPP.3

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan sosialisasi

mengenai penggunaan APD dalam pencegahan penyakit ISPA akibat paparan pada

karyawan di unit Woodyard PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Pangkalan

Kerinci.

1.2. Tujuan Kegiatan


1.2.1. Umum

Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan sosialisasi untuk mencegah ISPA

pada karyawan di unit Woodyard PT RAPP Pangkalan Kerinci

1.2.2. Khusus

3
Tujuan khusus dari makalah ini adalah:

1. Mengidentifikasi masalah ditempat kerja pada karyawan PT RAPP Pangkalan

Kerinci di unit Woodyard.

2. Menentukan prioritas masalah ditempat kerja pada karyawan PT. RAPP

Pangkalan Kerinci di unit Woodyard.

3. Menyusun Plan of Action sosialisasi mengenai pencegahan ISPA di tempat kerja

pada karyawan PT. RAPP Pangkalan Kerinci di unit Woodyard.

4. Mengimplementasikan Plan of Action sosialisasi mengenai pencegahan ISPA di

tempat kerja pada karyawan PT. RAPP Pangkalan Kerinci di unit Woodyard.

5. Mengevaluasi kegiatan sosialisasi mengenai pencegahan ISPA di tempat kerja

pada karyawan PT. RAPP Pangkalan Kerinci di unit Woodyard.

6. Melakukan action terhadap kegiatan sosialisasi mengenai pencegahan ISPA di

tempat kerja pada karyawan PT. RAPP Pangkalan Kerinci di unit Woodyard..

1.3. Manfaat
Manfaat dari kegiatan sosialisasi pencegahan ISPA di tempat kerja pada

karyawan PT. RAPP Pangkalan Kerinci di unit Woodyard adalah:

1. Karyawan di unit Woodyard PT RAPP Pangkalan Kerinci Menambah wawasan

dan pengetahuan mengenai ISPA dan pencegahan ISPA serta dapat

mengimplementasikannya saat bekerja.

2. PT RAPP Pangkalan Kerinci membantu dalam menyampaikan informasi dan

kegiatan sosialisasi pencegahan ISPA terhadap Karyawan di unit Woodyard PT

RAPP Pangkalan Kerinci.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Debu Partikel Kayu

Debu kayu dapat dihasilkan melalui proses mekanik seperti penggergajian,

penyerutan dan penghalusan (pengamplasan). Pabrik-pabrik kayu, pabrik pembuatan

furnitur, dan industri-industri yang berhubungan dengan kayu dapat menjadi sumber

5
debu kayu. Dampak kesehatan terhadap pemaparan debu kayu dapat berdampak

negatif pada sistem pernapasan manusia, menyebabkan gangguan pernapasan seperti

reaksi inflamasi saluran pernapasan, alergi dan penyakit pernapasan obstruktif kronis

(PPOK). 3

Debu kayu di udara dapat terhirup dan mengendap dalam organ pernapasan

tergantung dari diameter dan bentuk partikel melalui mekanisme antara lain

sedimentasi, impaksi, inersial dan difusi. Nilai ambang batas menunjukkan kadar

suatu zat yang menimbulkan reaksi fisiologis manusia. Menurut WHO ukuran debu

partikel yang dapat membahayakan berkisar 0,1-5 atau 10 mikron, sedangkan

Departemen Kesehatan RI mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan

berada pada rentang 0,1-10 mikron. Berdasarkan Permenakertrans RI No.13 tahun

2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, bahwa

kadar debu maksimal di tempat kerja ialah 3 mg/m3. Menurut Surat Edaran Menteri

Tenaga Kerja Nomor SE 01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di

Udara Lingkungan Kerja untuk jenis debu kayu lunak yaitu 5 mg/m.4

Ukuran partikel PM (Particulate Matter) dari debu di pabrik kertas dapat

bervariasi tergantung pada proses produksi dan jenis kayu yang digunakan. PM

mengacu pada partikel-partikel padat atau cair di udara yang memiliki diameter

aerodinamik tertentu. Partikel PM diklasifikasikan berdasarkan ukuran mereka dalam

mikrometer (μm).5

Beberapa ukuran partikel PM yang sering diukur dalam debu kayu dan

masalah kualitas udara adalah:5

6
1. PM10: Ini adalah partikel berukuran kurang dari atau sama dengan 10

mikrometer (μm) dalam diameter. PM10 mencakup berbagai jenis partikel,

termasuk debu kasar, debu halus, dan serbuk kayu. Partikel PM10 dapat

mencakup serbuk kayu yang lebih besar.

2. PM2.5: Ini adalah partikel berukuran kurang dari atau sama dengan 2,5

mikrometer (μm) dalam diameter. PM2.5 termasuk partikel yang lebih halus,

seperti serbuk kayu yang lebih halus dan serbuk kayu yang dapat lebih mudah

terhirup dan dapat memiliki dampak kesehatan yang lebih serius.

3. PM1: Ini adalah partikel berukuran kurang dari atau sama dengan 1 mikrometer

(μm) dalam diameter. PM1 termasuk partikel yang sangat halus, dan serbuk kayu

dalam kategori ini dapat sangat berbahaya jika terhirup karena mereka dapat

mencapai paru-paru dengan lebih mudah.

Begitu masuk ke dalam saluran nafas, partikel debu kayu awalnya akan dibawa

oleh sistem transport mukosiliar hidung ke bagian posterior kemudian ke nasofaring

Kecepatan: rata-rata transport ini 5 mm/menit sehingga total waktu yang dibutuhkan

sekitar 20 menit. Partikel debu kayu yang berada di bagian anterior hidung relatif

mudah dikeluarkan dengan mekanisme bersin, usap atau tiup. Partikel yang sangat

kecil (<0.1 mikron) dan larut akan mudah diabsorpsi, dimetabolisme oleh epitel

saluran nafas atau ditranslokasi ke dalam pembuluh darah.5

Pada daerah trakeobronkial, debu kayu akan dikeluarkan oleh mekanisme

mukosilian ke arah faring lalu ditelan ke saluran cerna. Kecepatan pengeluaran ini

semakin ke distal semakin lambat. Kecepatan transport rata-rata di trakea 4.3-5.7

7
mm/menit sedangkan di brokus 0.2-1.3 mm/menit. Selanjutnya, partikel debu yang

masuk ke dalam alveoli akan difagositosis oleh makrofag baru maksimal 24 jam

setelah terdeposisi. Makrofag yang telah dipenuhi partikel debu akan bermigrasi ke

bagian distal lapisan mukus untuk dikeluarkan oleh sistem mukosiliar atau

bertranslokasi ke dalam saluran limfe dan darah untuk bersirkulasi. Bila jumlah

partikel debu kayu begitu banyak terdeposisi, maka makrofag mengalami overload,

terjadi akumulasi partikel debu kayu pada bagian interstisial dan tercetuslah proses

inflamasi.5

Pembentukan dan destruksi makrofag yang terus-menerus berperan penting

pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan

tersebut. Fibrosis terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan

ikat interstisial. Akibat fibrosis paru akan terjadi penurunan elastisitas jaringan paru

(pengerasan jaringan paru) dan menimbulkan gangguan pengembangan paru. Bila

pengerasan alveoli mencapai 10% akan terjadi penurunan elastisitas paru

menyebabkan kapasitas vital paru akan menurun dan dapat mengakibatkan

berkurangnya suplai oksigen ke dalam jaringan otak, jantung dan bagian-bagian

tubuh lainnya.5

2.2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

2.2.1 Definisi

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang menyerang

saluran pernapasan baik itu saluran pernapasan atas ataupun saluran pernapasan

8
bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari bagian lubang hidung, pita suara, laring,

sinus parasanal, sehingga telinga tengah, dan saluran pernapasan bawah terdiri dari

trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoli.6

Infeksi Saluran Pernapasan Akut sering disingkat dengan ISPA, istilah tersebut

diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan

pengertian sebagai berikut :7

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia

dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran Pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ

adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara

anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan.Bagian

bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernapasan.

Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan

(respiratory tract).

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14

hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit

yang dapat di golongkan dalam ISPA. Proses tersebut dapat berlangsung lebih

dari 14 hari.

2.2.3. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia.

Adapun bakteri yang dapat menyebabkan ISPA antara lain genus Streptokokus,

9
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordetela, dan Corinebakterium. Selain itu,

ISPA juga dapat disebabkan oleh virus, yaitu virus golongan Miksovirus,

Adenovirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain. Pada tahun 2009,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia menambahkan program P2 ISPA, yaitu

ISPA akibat polusi udara. Terjadinya pencemaran disinyalir dapat menyebabkan

timbulnya penyakit ISPA. Adapun bahan pencemar (polutan) utama yang dapat

menimbulkan masalah kesehatan masyarakat, yaitu partikulat (PM10 atau PM2,5),

karbon monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2), dan sulfur dioksida

(SO2). Pencemaran udara ini banyak disebabkan oleh aktivitas manusia (seperti

kegiatan transportasi, kegiatan industri, kegiatan rumah tangga) dan sumber alami

(meliputi gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, dan sebagainya).8

2.2.4. Faktor Risiko

Faktor risiko adalah semua variabel yang berperan dalam timbulnya suatu

penyakit. Adapun faktor risiko tersebut diantaranya, yaitu:9

1. Karakteristik Individu

a. Umur

ISPA diketahui dapat menyerang segala jenis umur. ISPA akan sangat

berisiko pada bayi berumur kurang dari 1 tahun, kemudian risiko tersebut

akan menurun pada kelompok umur 15-24 tahun. Setelah itu, risiko ISPA

akan terus meningkat ketika berumur 24 tahun. Semakin tua umur seseorang

maka risiko untuk terkena ISPA juga akan semakin meningkat. Umur

merupakan salah satu karakteristik yang mempunyai risiko tinggi terhadap

10
gangguan paru-paru terutama yang berumur 40 tahun ke atas, dimana kualitas

paru dapat memburuk dengan cepat. Faktor umur berperan penting dengan

kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Berbagai macam perubahan

biologis dapat terjadi seiring bertambahnya usia seseorang dan juga akan

berpengaruh kemampuan seseorang dalam bekerja. Umur seseorang

berhubungan dengan potensi kemungkinan untuk terpapa terhadap suatu

sumber infeksi, tingkat imunitas, dan aktivitas fisiologis berbagai jaringan

yang mempengaruhi perjalanan penyakit seseorang.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian, laki-laki lebih berisiko menderita ISPA dibandingkan

perempuan. Pada anak laki-laki dan perempuan, ketika berusia 15-24 tahun,

mereka memiliki risiko menderita ISPA tidak terlalu jauh. Hal ini

berhubungan dengan kebutuhan oksigen dimana anak laki-laki lebih

membutuhkan oksigen lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan.

Akan tetapi, risiko tersebut akan menjadi 2 kali lipat pada laki-laki setelah

berumur 25 tahun. Hal ini terkait dengan aktivitas di luar rumah, perilaku

merokok, dan nikotin.

c. Masa Kerja

Masa kerja analog dengan lamanya pekerja terpajan dengan agen pencemar.

Durasi dan frekuensi pemajanan tunggal atau multiple akan menghasilkan

efek pemajanan, baik akut maupun kronis. Hal ini berhubungan dengan

berapa lama seseorang mendapatkan pemajanan dan seberapa kerap

11
pemajanan mengenai subjek sehingga dampak yang ditimbulkan pun semakin

bervariasi.

d. Jenis Pekerjaan

Aktivitas pekerjaan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan pada

konsumsi oksigen yang mempengaruhi kecepatan aliran udara dalam system

pernapasan sehingga berpengaruh pula pada perbedaan jumlah pajanan debu

yang diterima. Kelompok pekerja dengan jenis kerja finishing (pengamplasan

dan/atau penyemprotan melamin) akan menerima pajanan lebih tinggi

dibandingkan pekerjaan operator mesin atau perakitan. Hal ini disebabkan

ukuran partikel yang dihasilkan pada proses finishing lebih kecil sehingga

risiko terkena penyakit pernapasan semakin besar.

2. Faktor Iklim

Terjadinya perubahan iklim akhir-akhir ini dapat menyebabkan

mikroorganisme, seperti bakteri dapat bermutasi dan menjadi semakin ganas

serta menyebabkan turunnya imunitas manusia. Sehingga, manusia akan mudah

terserang penyakit, seperti ISPA.

3. Faktor Perilaku

a. Kebiasaan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan

untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi seluruh tubuh dari

potensi bahaya di tempat kerja (Permenakertrans No.8 Tahun 2010 tentang

Alat Pelindung Diri). APD bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan,

tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar karena dapat mencegah penyakit

12
akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Paparan dan risiko di

tempat kerja tidak selalu dapat dihindari sehingga penggunaan APD terhadap

pekerja harus disesuaikan terhadap dimana dan jenis pekerjaannya. Akan

tetapi, kurangnya kesadaran serta sanksi yang diberlakukan membuat banyak

pekerja tidak menggunakan APD. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan

dalam penyediaan APD, yaitu:

 Enak dan nyaman dipakai

 Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak

pekerja

 Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis

bahaya/potensi bahaya

 Memenuhi syarat estetika

 Memperhatikan efek samping penggunaan APD

 Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga

terjangkau.

b. Kebiasaan Merokok

Masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok terkait dengan kandungan zat

kimia yang terdapat di dalam asap rokok. Kandungan zat kimia dalam asap

rokok ditentukan oleh beberapa faktor karakteristik rokok, yaitu jenis

tembakau, desain rokok (pemakaian filter), kertas yang digunakan, bahan-

bahan penambah serta pola menghisap rokok. Terdapat lebih dari 4000 jenis

senyawa yang terdapat dalam asap rokok, banyak diantaranya yang terbukti

13
bersifat racun, menimbulkan kanker, dan menyebabkan mutasi. Sebanyak 43

zat bersifat karsinogen, yaitu nitrosamines, benzo(a)pyrene, kadmium, nikel,

zinc, dan lain-lain. Selain itu, asap rokok diketahui mengandung zat yang

berbahaya, seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan partikulat.

2.2.5. Patogenesis

Debu kayu dalam konsentrasi rendah bila dihisap oleh manusia terus menerus

dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kelainan pada saluran napas yang

berupa restriksi, obstruksi ataupun kombinasi. Pemaparan. Debu organik pada

umumnya akan menyebabkan obstruksi pada saluran pernapasan. Pekerja yang

terpapar debu kayu secara kontiniu pada usia 15 sampai dengan 25 tahun akan terjadi

penurunan kemampuan kerja, usia 25 sampai dengan 35 tahun timbul batuk produktif

dan penurunan VEP 1, hal ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan spirometer.

Pekerja yang terpajan debu memiliki risiko untuk mengalami keluhan kesehatan dan

penyakit, baik penyakit infeksi maupun non infeksi (kanker). Saluran pernafasan dari

hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, udara yang masuk

melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu yang

kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel

debu yang halus akan terjerat dalam membran mukosa.10

Keluhan pernapasan yang terjadi dipengaruhi oleh ukuran debu. Debu yang

berukuran 5-10 mikron akan masuk ke dalam saluran napas atas, 3-5 mikron masuk

ke dalam saluran napas tengah, 1- 3 mikron dapat mencapai pembuluh di alveoli, 0,5-

1 mikron akan menempel di alveoli, dan debu yang berukuran 0,1-0,5 akan melayang

di atas alveoli. Berbagai keluhan seperti hidung tersumbat, batuk, rinitis, dan asma

14
juga dapat dialami oleh pekerja di industri kayu. Keluhan yang dialami dapat

berkembang menjadi gangguan fungsi paru bila pekerja terpajan debu dalam waktu

lama. Debu kayu yang masuk ke dalam saluran pernapasan menyebabkan timbulnya

reaksi pertahanan non spesifik dan merangsang otot polos di sekitar jalan napas.

Keadaan ini menyebabkan penyempitan saluran napas dan memicu terjadinya

penurunan fungsi paru. Hal ini dapat terjadi apabila kadar debu di lingkungan kerja

melebihi nilai ambang batas.10

Gambar 1 Lokasi deposisi particulate matter11


Gerakan silia mendorong membran mukosa ke posterior ke rongga hidung dan

ke arah superior menuju faring. Secara umum efek pencemaran udara terhadap

pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku

bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat

iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan

penyempitan saluran pernafasan dan makrofag di saluran pernafasan. Akibat dari dua

hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan

15
bakteri tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan

terjadinya infeksi saluran pernafasan.12

Penumpukan dan pergerakan debu pada saluran napas dapat menyebabkan

peradangan jalan napas. Peradangan ini dapat mengakibatkan penyumbatan jalan

napas, sehingga dapat menurunkan kapasitas paru. Dampak paparan debu yang terus

menerus dapat menurunkan faal paru berupa obstruktif. Akibat penumpukan debu

yang tinggi di paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru. Penyakit akibat

penumpukan debu pada paru disebut pneumoconiosis. Salah satu bentuk kelainan

paru yang bersifat menetap adalah berkurangnya elastisitas paru, yang ditandai

dengan penurunan pada kapasitas vital paru. Prevalensi yang tinggi kasus ini

berkorelasi dengan biaya kesehatan yang ditanggung oleh perusahaan untuk

pengobatan dan rehabilitasi penderita. Untuk mengetahui secara dini, penegakan

diagnosis kasus penurunan kapasitas paru harus dilakukan secara rutin, minimal

setahun sekali dengan melakukan pengukuran kapasitas paru.13

2.2.6. Manifestasi Klinis

Penyakit pada saluran pernafasan mempunyai gejala yang berbeda yang pada

dasarnya ditimbulkan oleh iritasi, kegagalan mucociliary transport, sekresi lendir

yang berlebihan dan penyempitan saluran pernafasan. Tidak semua penelitian dan

kegiaan program memakai gejala gangguan pernafasan, WHO menganjurkan

pengamatan terhadap gejala-gejala, kesulitan bernafas, radang tenggorokan, pilek dan

penyakit pada telinga dengan atau tanpa disertai demam. Efek pencemaran terhadap

saluran pernafasan memakai gejala-gejala penyakit pernafasan yang meliputi radang

16
tenggorokan, rinitis, bunyi mengi dan sesak nafas. Dalam hal efek debu terhadap

saluran pernafasan telah terbukti bahwa kadar debu berasosiasi dengan insidens

gejala penyakit pernafasan terutama gejala batukk. Di dalam saluran pernafasan, debu

yang mengendap menyebabkan edema mukosa dinding saluran pernafasan sehingga

terjadi penyempitan saluran.14

2.2.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan akut dibagi menjadi :9

1. Pneumonia Berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigen, dan sebagainya.

2. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak

mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kotrimoksasol

keadaan penderita tidak ada perubahan, maka dapat diberikan antibiotic

pengganti, seperti ampisilin, amoksisilin, atau penisilin prokain.

3. Bukan Pneumonia : tanpa pemberian antibiotik. Penderita dapat diberikan

perawatan di rumah. Apabila batuk, penderita dapat diberikan obat batuk

tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan,

seperti kodein, dekstrometorfan, dan antihistamin. Namun, jika demam, maka

penederita dapat diberikan obat penurun panas, yaitu parasetamol. Apabila

penderita dengan gejala batuk pilek yang pada pemeriksaan tenggorokan didapat

adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening di

leher, maka penderita dianggap sebagai radang tenggorokkan oleh kuman

Streptococcus dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.

17
Penatalaksanaan ISPA adalah sebagai berikut:

 Istirahat untuk menurunkan kebutuhan metabolik tubuh

 Hidrasi tambahan untuk membantu mengencerkan mukus yang kental sehingga

mudah dikeluarkan dari saluran napas. Hal ini perlu dilakukan karena mucus

yang terakumulasi merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan

mikroorganisme sehingga dapat terjadi infeksi bakteri sekunder.

 Dekongestan, antihistamin, dan supresan batuk dapat mengurangi beberapa

gejala yang mengganggu.

 Beberapa penelitian menyarankan zinc lozenges atau meningkatkan konsumsi

vitamin C dapat menurunkan tingkat keparahan atau kemungkinan infeksi

beberapa virus tertentu.

 Diperlukan antibiotik apabila penyebabnya adalah bakteri atau sekunder terhadap

infeksi virus

2.2.8. Pencegahan

Salah satu cara menanggulangi terjadinya gangguan saluran pernapasan atau

keracunan akibat debu hasil produksi, adalah dengan menggunakan Alat Pelindung

Diri (APD). Penggunaan APD harus memenuhi persyaratan seperti enak (nyaman)

dipakai, tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan dan memberikan perlindungan

efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi. APD untuk mencegah agar debu tidak

terhirup adalah dengan menggunakan masker, yang terdiri dari berbagai macam

bentuk seperti masker kain kasa dan respirator setengah masker. Namun sebagian

tenaga kerja merasa kurang nyaman dalam menggunakan masker.15

18
Pengunaan APD sebenarnya sudah diatur dalam Undang-undang No. 1 tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja, khususnya pasal 9, 12 dan 14, yang mengatur

penyediaan dan penggunaan APD di tempat kerja, baik bagi pengusaha maupun bagi

tenaga kerja. Perusahaan atau pelaku usaha yang menyediakan APD di tempat kerja

sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. Selain itu,

perusahaan harus mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu

mengenai kewajiban penggunaan APD serta melaksanakan manajemen APD di

tempat kerja.15

2.3. Masker

Masker merupakan suatu alat pelindung diri yang dipakai di wajah, setidaknya

meliputi hidung dan mulut. Pelindung diri ini berfungsi untuk mengurangi risiko

bahaya partikel di udara, gas dan uap. Pemakai masker haruslah memahami cara

pemakaiannya agar masker dapat berfungsi secara optimal. Setiap pemakai masker

harus menjalani pelatihan tentang bagaimana cara memakai alat tersebut. Selain itu

terdapat pula suatu upaya memastikan pemakai masker telah memakai dengan benar.

Upaya ini disebut dengan fit testing. Jenis fit testing ada dua yaitu kualitatif dan

kuantitatif. Secara singkat prosedur fit testing adalah pemakaian masker, kemudian

diberikan pajanan tertentu dan dilihat apakah ada kebocoran atau tidak. Masker dapat

dibagi berdasarkan cara pemakaian dan mekanisme kerja.16,17

1. Klasifikasi berdasarkan cara pemakaian

Pembagian jenis masker dapat diklasifikasikan berdasarkan cara pemakaian

yaitu masker pakai ketat (tight fitting) dan longgar (loose fitting). Masker pakai ketat

19
adalah masker yang cara pakainya secara ketat menutupi setengah wajah ataupun

seluruh wajah. Tepi masker berfungsi sebagai pembatas kedap dengan udara luar.

Sedangkan masker pakai longgar berupa helm atau kerudung yang menutupi seluruh

kepala.27 Gambar 1 menampilkan jenis masker pakai ketat dan longgar.18

Gambar 2. Jenis respirator pakai ketat (kiri) dan longgar (kanan)18

2. Klasifikasi berdasarkan mekanisme kerja

Berdasarkan mekanisme kerja maka masker dibagi menjadi dua yaitu masker

pemurni udara (air purifying) dan pemasok udara (air supplying). Mekanisme masker

pemurni udara bekerja dengan cara menghilangkan kontaminan dari udara, salah satu

contoh masker ini yang banyak dipakai adalah N95. Sedangkan masker pemasok

udara menyediakan sumber udara bersih dan sebagai contoh sumber udara berasal

dari tabung berisi oksigen terikat di punggung pemakai. Masing-masing kelompok

pembagian masker berdasarkan mekanisme kerja ini memiliki jenis-jenis sebagai

berikut:17,19,20

20
a. Pemurni udara

Masker pemurni udara terdiri atas powered air purifying masker (PAPR) dan

non-powered air purifying masker (non-PAPR). Jenis yang pertama disebut dengan

istilah powered karena menggunakan daya listrik berupa baterai untuk menciptakan

tekanan positif dalam masker dengan cara mengambil, menyaring dan kemudian

mengalirkan udara luar ke dalam bagian masker. Jenis non-PAPR tidak memiliki

daya listrik untuk menyaring udara dan tekanan yang ada dalam masker adalah

tekanan negatif. Jenis non-PAPR terdiri atas filtering piece, full facepiece, half mask,

quarter mask dan mouth bit. Pembagian jenis ini dapat dilihat dalam Gambar 2.18,21

Gambar 3. Pembagian jenis respirator pemurni udara18,21


Masker pemurni udara menyaring partikel dan gas/uap yang didapat akibat

pengaruh di lingkungan kerja dan akibat polusi udara. Penyaringan partikel

mengandalkan diameter pori untuk menyaring partikel-partikel yang berukuran lebih

besar. Jenis masker pemurni udara yang beredar di pasaran misalnya masker sekali

pakai N95 (filtering piece) dan masker elastomer (full facepiece, half mask, quarter

21
mask, mouth bit) yang dapat dipakai berulang dengan cara mengganti bagian

penyaringnya saja, sedangkan bagian masker yang terbuat dari bahan elastomer dapat

dicuci. Pada masker elastomer, penyaring gas/uap pemurni udara dilakukan dengan

menggunakan cartridge atau canister yang berisi bahan adsorben dan absorben

seperti karbon atau bahan spesifik lain yang dapat melindungi dari gas asam, uap

organik maupun kontaminan tertentu seperti uap merkuri.22

Terdapat beberapa parameter untuk mengetahui karakteristik suatu masker.

Karakteristik ini diinformasikan dalam bentuk kode huruf dan angka. Huruf N berarti

masker tersebut non-oil resistance atau tidak tahan terhadap uap minyak sehingga

harus dipakai di lingkungan kerja bebas minyak. KodeR artinya somewhatoil-

resistance yang tahan terhadap uap minyak hanya dalam satu giliran jadwal kerja.

Kode P yang berarti oil-proof yang dapat dipakai di area kerja berminyak dalam

jangka waktu lebih. 23

Masker N95 adalah bagian dari masker pemurni udara jenis filtering piece.

Masker jenis ini merupakan suatu produk yang dapat menyaring PM dengan ukuran

0,3 μm sebesar 95%. Dari segi harga maupun teknis pemakaian, masker N95

memiliki kelebihan dibandingkan masker pemurni udara jenis lain dalam menghadapi

polusi udara. Masker N95 berbeda dengan masker prosedur yang kemampuan

filtrasinya tidak tersertifikasi oleh NIOSH. Gambar 3 adalah masker N95 beserta

keterangan spesifikasinya.24

22
Gambar 4. Masker N95 beserta informasi spesifikasinya24

b. Pemasok udara

Berdasarkan sumbernya, masker pemasok udara dapat dibedakan atas self-

containing breathing apparatus (SCBA), airline masker dan SCBA kombinasi.

Masker jenis SCBA sumber pemasok udara berasal dari tabung berisi oksigen terikat

di punggung pemakai sehingga membuat leluasa berpindah ke mana saja.18

Masker jenis Airline masker bersumber dari suatu tabung oksigen tak

bergerak atau kompresor udara yang terhubung dengan sebuah selang, sehingga

pemakaiannya terbatas hanya di sekitar sumber udara berada tidak seperti SCBA.

Respirator jenis SCBA kombinasi, contohnya SCBA yang juga dilengkapi dengan

respirator pemurni udara.19

23
BAB III

SOSIALISASI PENGGUNAAN MASKER DALAM PENCEGAHAN


PENYAKIT ISPA AKIBAT PAPARAN DEBU PADA KARYAWAN DI UNIT
WOODYARD PT RAPP PANGKALAN KERINCI

Metode yang digunakan dalam kegiatan “Sosialisasi Penyuluhan PT RAPP

Pangkalan Kerinci” adalah Plan, Do, Check, dan Action (PDCA) cycle. PDCA cycle

didasari atas masalah yang akan dihadapi kearah penyelesaian masalah.

3.1. Plan

Kegiatan plan dimulai pada tanggal 19 September – 27 September 2023

dengan kegiatan sebagai berikut:

3.1.1. Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah diperoleh melalui:

a. Observasi di lingkungan Woodyard dan klinik pada tanggal 19 September –

27 September 2023

24
b. Wawancara dengan dokter OHS pada tanggal 19 September – 27 September

2023

c. Pengambilan data sekunder berupa sickness record pada tanggal 26

September 2023

Penentuan masalah berdasarkan survei awal dan wawancara ditampilkan pada tabel

3.1 berikut:

25
Tabel 3. 1. Identifikasi masalah-masalah pada karyawan di Woodyard PT RAPP
Pangkalan Kerinci

No Aspek yang Masalah Evidence Based


dinilai

1. Upaya promosi Belum adanya sosialisasi Wawancara dengan dokter


kesehatan pada terkait bahaya kebisingan OHS PT. RAPP (19
karyawan PT. terhadap gangguan September 2023)
RAPP pendengaran di unit ● Belum pernah dilakukan
Pangkalan Woodyard PT. RAPP kegiatan sosialisasi untuk
Kerinci Pangkalan Kerinci mengenali bahaya
kebisingan terhadap
gangguan pendengaran di
unit Woodyard PT RAPP
● Kurangnya tenaga
kesehatan yang bisa
melakukan sosialisasi
untuk mengenalkan
bahaya kebisingan
terhadap gangguan
pendengaran pada
karyawan unit Woodyard
PT RAPP
● Pekerja di unit Woodyard
PT RAPP sering terpapar
kebisingan akibat suara
mesin saat bekerja

Berdasarkan data sekunder


sickness record NIHL (19
September 2023)
● Angka kejadian NIHL
pada bulan Januari –
Agustus 2023, terdapat 0
kasus karyawan unit
Woodyard yang datang ke
klinik PT RAPP

Observasi di unit Woodyard


PT. RAPP (21 September
2023)
● Belum pernah
dilakukannya kegiatan

26
promosi kesehatan untuk
bahaya kebisingan
terhadap gangguan
pendengaran di unit
Woodyard PT RAPP
● Belum adanya media
promosi kesehatan tentang
bahaya kebisingan
terhadap gangguan
pendengaran

Belum adanya sosialisasi Wawancara dengan dokter


terkait bahaya kebisingan OHS PT. RAPP (19
terhadap penyakit vertigo di September 2023)
unit Woodyard PT. RAPP ● Belum pernah dilakukan
Pangkalan Kerinci kegiatan sosialisasi untuk
mengenali bahaya
kebisingan terhadap
penyakit vertigo di unit
Woodyard PT RAPP
● Kurangnya tenaga
kesehatan yang bisa
melakukan sosialisasi
untuk mengenalkan
bahaya kebisingan
terhadap penyakit vertigo
pada karyawan unit
Woodyard PT RAPP
● Pekerja di unit Woodyard
PT RAPP sering terpapar
kebisingan akibat suara
mesin saat bekerja

Berdasarkan data sekunder


sickness record vertigo (19
September 2023)
● Angka kejadian vertigo
pada bulan Januari –
Agustus 2023, terdapat 1
kasus karyawan unit
Woodyard yang datang ke
klinik PT RAPP

Observasi di unit Woodyard


PT. RAPP (21 September

27
2023)
● Belum pernah
dilakukannya kegiatan
promosi kesehatan untuk
bahaya kebisingan
terhadap penyakit vertigo
di unit Woodyard PT
RAPP
● Belum adanya media
promosi kesehatan tentang
bahaya kebisingan
terhadap penyakit vertigo

Belum adanya sosialisasi Wawancara dengan dokter


penggunaan APD dalam OHS PT. RAPP (19
pencegahan penyakit ISPA September 2023)
akibat paparan debu pada
karyawan di unit Woodyard ● Penyakit yang sering
PT. RAPP Pangkalan Kerinci ditemukan pada karyawan
Woodyard PT RAPP
adalah ISPA
● Pekerja di unit Woodyard
PT RAPP sering terpapar
debu saat bekerja
● Pekerja di unit Woodyard
tidak menggunakan
masker saat jam kerja
● Belum pernah
dilakukannya kegiatan
sosialisasi mengenai APD
dan bahaya terpapar debu
terhadap kejadian ISPA
● Kurangnya tenaga
kesehatan yang bisa
melakukan sosialisasi
penggunaan APD dalam
pencegahan ISPA akibat
paparan debu.

Berdasarkan data sekunder


sickness record ISPA (19
September 2023)

● Angka kejadian ISPA

28
pada bulan Januari –
Agustus 2023, terdapat 3
kasus karyawan yang
mengalami ISPA.

Observasi di unit wood yard


PT. RAPP (21 September
2023)
● Belum tersedianya media
promosi kesehatan terkait
penggunaan APD untuk
mencegah terjadinya
ISPA akibat paparan
debu.
● Belum tersedianya masker
yang dapat digunakan
oleh karyawan di unit
Woodyard PT RAPP
selama bekerja untuk
terhindar dari debu
partikel kayu .

Belum adanya sosialisasi Wawancara dengan dokter


terkait bahaya debu partikel OHS PT. RAPP (19
kayu terhadap adanya corpus September 2023)
alienum pada mata pada ● Pekerja di unit Woodyard
karyawan di unit Woodyard PT RAPP sering debu
PT. RAPP Pangkalan Kerinci partikel kayu saat bekerja
● Belum tersedianya masker
yang dapat digunakan
selama bekerja oleh
karyawan di unit
Woodyard PT RAPP
Pangkalan Kerinci
● Belum pernah
dilakukannya kegiatan
sosialisasi mengenai
bahaya partikel debu kayu
terhadap adanya korpus
alienum pada mata
● Kurangnya tenaga
kesehatan yang bisa
melakukan sosialisasi
mengenai bahaya partikel

29
debu kayu terhadap
korpus alienum

Berdasarkan data sekunder


sickness record corpus
alienum (19 September 2023)
● Angka kejadian corpus
alienum pada bulan
Januari – Agustus 2023,
terdapat 0 kasus karyawan
yang mengalami terkena
adanya korpus alienum.

Observasi di unit wood yard


PT. RAPP (21 September
2023)
● Belum pernah
dilakukannya kegiatan
promosi kesehatan
mengenai bahaya partikel
debu partikel kayu
terhadap adanya korpus
alienum pada mata
● Belum adanya media
promosi kesehatan tentang
bahaya debu partikel kayu
terhadap mata

Belum adanya sosialisasi Wawancara dengan dokter


terkait penyakit common cold OHS PT. RAPP (21
akibat cuaca pada karyawan September 2023)
di unit Woodyard PT. RAPP ● Pekerja di unit Woodyard
Pangkalan Kerinci PT RAPP bekerja di luar
ruangan dan terpapar di
cuaca
● Belum pernah
dilakukannya kegiatan
sosialisasi mengenai
pencegahan common cold
● Kurangnya kesadaran
karyawan di unit
Woodyard PT RAPP
untuk menggunakan
masker selama bekerja
● Kurangnya tenaga

30
kesehatan yang bisa
melakukan sosialisasi
mengenai pencegahan
common cold

Berdasarkan data sekunder


sickness record common cold
(21 September 2023)
● Angka kejadian common
cold pada bulan Januari –
Agustus 2023, terdapat 1
kasus karyawan yang
mengalami common cold

Observasi di unit wood yard


PT. RAPP (21 September
2023)
● Belum pernah
dilakukannya kegiatan
promosi kesehatan
mengenai pencegahan
common cold
● Belum adanya media
promosi kesehatan tentang
pencegahan common cold

3.1.2. Penentuan Prioritas Masalah

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang menggunakan

dua unsur yaitu kriteria (urgensi atau kepentingan, solusi, kemampuan anggota

mengubah dan biaya) dan skor (nilai 1, 2 dan 3) yaitu:

1. Urgensi atau kepentingan

 Nilai 1 tidak penting

 Nilai 2 penting

 Nilai 3 sangat penting

2. Solusi

31
 Nilai 1 tidak mudah

 Nilai 2 mudah

 Nilai 3 sangat mudah

3. Kemampuan mengubah

 Nilai 1 tidak mudah

 Nilai 2 mudah

 Nilai 3 sangat mudah

4. Biaya

 Nilai 1 tinggi

 Nilai 2 sedang

 Nilai 3 rendah

Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total skor dari

masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah yaitu masalah dengan

total paling tinggi sebagai peringkat pertama dan menjadi prioritas masalah untuk

dicari penyelesaian masalahnya. Penentuan prioritas masalah dibuat dalam tabel 3.2

sebagai berikut:

Tabel 3. 2. Skoring Masalah

Masalah Kriteria Masalah


Urgensi Solusi Kemampuan Biaya Total Rank
Mengubah
Belum adanya sosialisasi
terkait bahaya kebisingan
terhadap gangguan 2 2 2 1 8 II
pendengaran di unit
Woodyard PT RAPP

32
Pangkalan Kerinci
Belum adanya sosialisasi
terkait bahaya kebisingan
terhadap penyakit vertigo 2 1 1 3 6 III
di unit Woodyard PT
RAPP Pangkalan Kerinci
Belum adanya sosialisasi
penggunaan APD dalam
pencegahan penyakit
ISPA akibat paparan debu 3 2 2 1 12 I
pada karyawan di unit
word yard PT RAPP
Pangkalan Kerinci
Belum adanya sosialisasi
terkait bahaya debu
partikel kayu terhadap
adanya korpus alienum 2 1 1 1 2 V
pada mata pada karyawan
di unit Woodyard PT
RAPP Pangkalan Kerinci
Belum adanya sosialisasi
terkait penyakit common
cold akibat cuaca pada
karyawan di unit 2 2 1 1 4 IV
Woodyard PT RAPP
Pangkalan Kerinci

Berdasarkan perhitungan skor masing-masing kriteria untuk setiap masalah

didapatkan prioritas masalah yang menduduki ranking 1 adalah belum adanya

sosialisasi terkait bahaya debu partikel kayu terhadap penyakit ISPA pada karyawan

di unit word yard PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

3.1.3. Analisa Penyebab Masalah

Setelah ditetapkan prioritas masalah berdasarkan sistem seleksi diatas,

dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek yaitu, method, material dan

33
market yang diperoleh melalui hasil wawancara karyawan di unit Woodyard PT.

RAPP Pangkalan Kerinci.

Adapun analisis masalah dibuat dalam tabel 3.3 sebagai berikut

Tabel 3. 3. Analisis Penyebab masalah

Masalah Penyebab Masalah Evidence Based


Belum adanya Material: Wawancara dengan dokter
sosialisasi ● Belum tersedianya OHS PT. RAPP (19
penggunaan APD media edukasi dan September 2023)
dalam pencegahan informasi mengenai
Belum pernah dilakukan
penyakit ISPA akibat penggunaan APD
paparan debu pada dalam pencegahan sosialisasi dan belum
karyawan di unit word penyakit ISPA akibat tersedianya media informasi
yard PT RAPP paparan debu pada mengenai APD yang dapat
Pangkalan Kerinci karyawan di unit digunakan pada saat bekerja
Woodyard PT RAPP untuk mencegah terjadinya
Pangkalan Kerinci ISPA akibat paparan debu,
● Belum tersedianya serta belum tersedianya
masker yang dapat masker khusus yang dapat
digunakan selama digunakan oleh karyawan di
bekerja oleh karyawan unit Woodyard PT RAPP
di unit Woodyard PT untuk bekerja
RAPP Pangkalan
Wawancara dengan
Kerinci
karyawan di unit Woodyard
PT. RAPP (24 September
2023)
Dari beberapa orang karyawan
yang diwawancarai
mengatakan bahwa selama ini
belum pernah diadakan
sosialisasi mengenai APD
terhadap pencegahan
terjadinya ISPA dan belum
disediakannya masker yang
sesuai untuk dapat digunakan
langsung oleh para karyawan
selama bekerja

34
Market: Wawancara dengan dokter
● Kurangnya OHS PT. RAPP (19
pengetahuan dan September 2023)
kepatuhan karyawan di Karyawan di unit Woodyard
unit Woodyard PT PT RAPP belum mengetahui
RAPP mengenai APD mengenai APD untuk
untuk pencegahan mencegah ISPA dan bahaya
ISPA dan bahaya paparan debu terhadap
paparan debu terhadap kesehatan, serta kurangnya
penyakit ISPA kesadaran pekerja untuk
menggunakan APD selama
bekerja

Wawancara dengan
karyawan di unit Woodyard
PT. RAPP (24 September
2023)
Dari beberapa pekerja yang
diwawancara karyawan di unit
Wordyard PT RAPP merasa
tidak nyaman dan merasa
sesak saat menggunakan
masker di unit Woodyard PT
RAPP.

Man: Wawancara dengan dokter


● Kurangnya tenaga OHS PT. RAPP (19
kesehatan yang bisa September 2023)
melakukan sosialisasi
untuk memberikan Tenaga kesehatan yang dapat
informasi penggunaan melakukan promosi kesehatan
APD untuk mencegah hanya 1 yaitu dokter OHS
paparan debu yang
dapat menyebabkan
ISPA pada karyawan
di unit Word yard PT.
RAPP Pangkalan
Kerinci

35
3.1.4 Fishbone Ishikawa Analysis

Material
Man Belum tersedianya media edukasi dan
Kurangnya tenaga kesehatan yang informasi serta belum tersedianya masker
melakukan promosi kesehatan di yang dapat digunakan selama bekerja oleh
unit Woodyard PT RAPP karyawan di unit Woodyard PT RAPP
Pangkalan Kerinci Pangkalan Kerinci

Belum adanya
Sosialisasi penggunaan APD
dalam pencegahan penyakit
ISPA akibat paparan debu
pada karyawan di unit
Woodyard PT RAPP
Pt rapp pangkalan kerinci

Market
Kurangnya pengetahuan dan kepatuhan
karyawan di unit Woodyard PT RAPP mengenai
bahaya debu partikel kayu dan penggunaan
masker selama bekerja

36
Gambar 5. Fishbone Ishikawa Analysis

37
3.1.5 Plan of Action (PoA)

Langkah selanjutnya setelah didapatkan analisis penyebab masalah, maka disusunlah beberapa plan of action untuk
mendapatkan solusi terbaik. Berikut ini adalah tabel alternatif pemecahan masalah

Tabel 3. 4. Plan of Action

Penyebab Alternatif
No Pelaksana
Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat/waktu Kriteria Keberhasilan
Kegiatan
Masalah
1. Material  Membuat  Menjadikan Karyawan Kegiatan Dokter Jangka Pendek
 Belum poster dan e- poster, e- yang perancangan Muda
tersedianya leaflet leaflet, dan bekerja di media edukasi IKM-KK  Tersedianya media
media edukasi mengenai powerpoint unit dan informasi di FK UNRI informasi berupa
dan informasi APD yang sebagai alat Woodyard kampus FK poster, e-leaflet, dan
mengenai APD digunakan bantu dalam PT RAPP UNRI pada powerpoint
yang untuk melakukan Pangkalan tanggal 3 Oktober mengenai APD yang
digunakan mencegah sosialisasi Kerinci 2023 dan digunakan untuk
untuk ISPA akibat mengenai membagikan mencegah ISPA
mencegah paparan debu APD yang media informasi akibat paparan debu
paparan debu dan membuat digunakan dan masker di di unit Woodyard
yang materi untuk ruang pertemuan PT. RAPP
menyebabkan sosialisasi mencegah di unit Woodyard Pangkalan Kerinci
ISPA di unit berupa ISPA akibat PT RAPP  Tersedianya
Woodyard PT powerpoint di paparan debu Pangkalan sejumlah masker
RAPP unit di unit Kerinci secara yang dapat digunkan
Pangkalan Woodyard PT Woodyard PT langsung dan oleh karyawan di

37
Kerinci RAPP RAPP melalui whatsapp unit Woodyard PT
 Belum Pangkalan Pangkalan pada tanggal 6 RAPP untuk
tersedianya Kerinci Kerinci Oktober 2023 menghindari bahaya
masker yang  Membagikan  Tersedianya debu untuk
dapat masker kepada masker mencegah terjadinya
digunakan karyawan di sebagai alat ISPA
selama bekerja unit pelindung diri
oleh karyawan Woodyard PT dari bahaya Jangka Panjang
di unit RAPP partikel debu
Woodyard PT Pangkalan mengenai  Menerapkan K3
RAPP Kerinci dan untuk terkait penggunaan
Pangkalan memberikan mengurangi APD berupa masker
Kerinci informasi kejadian dan dapat
mengenai jenis ISPA pada mengingatkan
masker yang karyawan di kembali untuk
sesuai untuk unit seterusnya mengenai
digunakan Woodyard PT bahaya debu kepada
RAPP karyawan di unit
Pangkalan Woodyard PT.
Kerinci RAPP Pangkalan
Kerinci

2. Market Melakukan Meningkatkan Karyawan Ruang pertemuan Dokter Jangka Pendek:


Kurangnya sosialisasi pengetahuan yang Woodyard PT. Muda
pengetahuan dan mengenai APD karyawan bekerja di RAPP Pangkalan IKM FK  Terlaksananya
kesadaran yang digunakan tentang ISPA unit Kerinci pada UNRI sosialisasi.
karyawan di unit untuk mencegah serta upaya Woodyard tanggal 6 Oktober mengenai APD yang
Woodyard PT ISPA di unit pencegahannya PT RAPP 2023 dapat digunakan
RAPP mengenai Woodyard PT dengan APD dan Pangkalan untuk mencegah
APD yang RAPP dan menurunkan Kerinci ISPA akibat paparan

38
digunakan untuk menilai kasus ISPA pada debu
mencegah ISPA efektifitas karyawan di unit  Meningkatnya
akibat paparan sosialisasi Woodyard PT pengetahuan
debu dengan RAPP Pangkalan karyawan unit
mengadakan pre- Kerinci Woodyard PT.
test dan post-test RAPP Pangkalan
Kerinci dalam
memahami ISPA
dan penggunaan
APD sebagai upaya
pencegahan
penyakit ISPA

Jangka Panjang:

 Karyawan
mengetahui dan
mampu menerapkan
pencegahan ISPA
dengan
menggunakan APD
yang tepat

3. Man Merekomendasi Menurunkan Unit Ruang pertemuan Dokter Jangka Pendek:


Kurangnya perekrutan tenaga angka Woodyard Woodyard PT. Muda
tenaga kesehatan kesehatan untuk PT RAPP RAPP Pangkalan IKM FK  Optimalnya
yang dapat melakukan kejadian ISPA Pangkalan Kerinci pada UNRI sosialisasi tentang
melakukan promosi di unit Kerinci tanggal 6 Oktober APD yang
sosialisasi di unit kesehatan di unit Woodyard PT 2023 digunakan untuk
Woodyard PT Woodyard PT RAPP Pangkalan mencegah ISPA

39
RAPP RAPP Kerinci akibat paparan debu

Jangka Panjang:

 Menurunnya angka
kejadian ISPA pada
karyawan di unit
Woodyard PT RAPP
Pangkalan Kerinci

40
3.1.6. Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan

dalam kegiatan sosialisasi mengenai bahaya debu partikel kayu terhadap kejadian

ISPA pada karyawan di Woodyard PT. RAPP Pangkalan Kerinci:

1. Melakukan sosialisasi mengenai APD dan membagikan APD berupa masker

yang digunakan untuk mencegah ISPA akibat paparan debu kepada karyawan

yang bekerja di unit Woodyard PT RAPP Pangkalan Kerinci adalah dokter

muda IKM-KK melakukan penyampaian materi tentang ISPA dan upaya

pencegahan yang dapat dilakukan pada karyawan yang bekerja di unit

Woodyard PT RAPP Pangkalan Kerinci sehingga dapat memiliki

pengetahuan tentang ISPA dan kesadaran diri untuk menggunakan APD

selama bekerja. Serta dilakukan kegiatan berupa pemberian sejumlah masker

kepada karyawan yang hadir pada kegiatan sosialisasi. Kegiatan sosialisasi

ini dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2023.

2. Membuat materi sosialisasi melalui media powerpoint mengenai APD yang

digunakan untuk mencegah ISPA akibat paparan debu dengan mengadakan

kegiatan sosialisasi dalam rangka menyebarkan informasi mengenai

pencegahan ISPA sekaligus untuk meningkatkan pengetahuan karyawan

tentang ISPA. Kemudian akan di share melalui whatsapp oleh dokter OHS

kepada seluruh pekerja di unit Woodyard PT RAPP Pangkalan Kerinci agar

karyawan yang tidak hadir pada saat sosialisasi masih dapat membaca materi

dan memahami pencegahan ISPA melalui penggunaan APD. Kegiatan ini

41
dilakukan di ruang pertemuan unit Woodyard PT RAPP Pangkalan Kerinci

pada Jumat 6 Oktober 2023.

3. Membuat poster pencegahan ISPA dengan menggunakan APD berukuran 40

x 60 cm sebanyak 2 buah, yang akan ditempel pada area terbuka yang mudah

dilihat oleh karyawan. Kegiatan dilakukan pada Jum’at 6 Oktober 2023.

4. Membuat media edukasi berupa e-leaflet yang berisikan tentang ISPA dan

upaya pencegahannya dengan APD adalah Dokter Muda IKM-KK membuat

e-leaflet yang berisikan terkait ISPA dan upaya pencegahan dengan

menggunakan APD yang nantinya akan di share oleh dokter OHS melalui

whatsapp kepada para karyawan di unit Woodyard PT RAPP Pangkalan

Kerinci. Kegiatan dilakukan pada Jum’at 6 Oktober 2023.

42
Daftar Pustaka

1. Adesanya, O. A., & Chiao, C. (2017). Environmental risks associated with


symptoms of acute respiratory infection among preschool children in North-
Western and South-Southern Nigeria Communities. International journal of
environmental research and public health, 14(11), 1396.
2. Akinyemi, J. O., & Morakinyo, O. M. (2018). Household environment and
symptoms of childhood acute respiratory tract infections in Nigeria, 2003–2013:
a decade of progress and stagnation. BMC infectious diseases, 18(1), 1-12
3. Suma’mur PK. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Sagung
Seto: Jakarta. 2009.
4. Sihombing DT, Lubis HS, Mahyuni EL. Hubungan Kadar Debu dengan Fungsi
Paru pada Pekerja Proses Press-Packing di Usaha Penampungan Butut Kelurahan
Tanjung Mulia Hilir Medan Tahun 2013. Lingkung dan Keselam Kerja.
2014;3(1):1–10.
5. Prasetyo E. Mengkaji Debu Kayu Dan Diisocyanates Sebagai Faktor Risiko
Occupational Asthma. Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara. 2022
6. Saputri IW. Analisis Spasial Faktor Lingkungan Penyakit ISPA Pneumonia Pada
Balita Di Provinsi Banten Tahun 2011-2015. 2016.
7. Irwan; Dr. Epidemiologi Penyakit Menular. 2017.
8. Syamsi N. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Balita Tentang
Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Bontosikuyu
Kabupaten Kepulauan Selayar. J Ilm Kesehat Sandi Husada. 2018;6(1):49–57.
9. Halim F. Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (Ispa) Pada Pekerja Di Industri Mebel Dukuh Tukrejo, Desa
Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah 2012.
Skripsi. 2012;206.
10. Sherly Armiyanti M. Dampak Debu Organik Serbuk Kayu Terhadap Penyakit
ParuObstruktif Akibat Kerja. J Ilm Kesehat Sandi Husada [Internet].
2020;9(2):713–8. Available from: https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH

43
11. Faisal HD, Susanto AD. Peran Masker/Respirator dalam Pencegahan Dampak
Kesehatan Paru Akibat Polusi Udara. J Respirasi. 2019;3(1):18.
12. Pujiani TR, Siwiendrayanti A. Hubungan Penggunaan Apd Masker, Kebiasaan
Merokok Dan Volume Kertas Bekas Dengan Ispa. Unnes J Public Heal.
2017;6(3):184.
13. Yulaekah S, Adi MS, Nurjazuli. Pajanan Debu Terhirup dan Gangguan Fungsi
Paru Pada Pekerja Industri Batu Kapur ( Studi Di Desa Mrisi Kecamatan
Tanggungharjo Kabupaten Grobogan ). J Kesehat Lingkung Indones.
2017;6(1):24–32.
14. Maharthika E, Yulianto ZB. Hubungan Paparan Debu Dan Masa Kerja Dengan
Kelainan Fungsi Paru Dan Keluhan Pernapasan. J Kesehat Lingkung. 2017;1–14.
15. Muhith A, Hannan M, Mawaddah N, Aqnata CA. Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Masker dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja di PT
Bokormas Kota Mojokerto. J Ilmu Kesehat. 2018;3(1):20–33.
16. CDC. Respirator Trusted-Source Information-Section 3: Ancillary
RespiratorInformation [Online].2015.[Cited 2023 Oktober 2].Available from:
http://www.cdc.gov/niosh/npptl/topics/respirators/disp_part/respsource3basic.ht
ml#b.
17. Occupational Safety and Health Administration. Respiratory Protection.
Washington DC: U.S. Department of Labor; 2002. p. 1–3.
18. Occupational Safety and HealthAdministration. OSHA’sRespiratory Protection
Standard 29 CFR 1910 134 [Online]. 2015. [Cited 2023 Oktober 2]. Available
from: https://www.osha.gov/dte/library/respirators/presentation/.
19. Bollinger NJ, Schutz RH. Types of respirators. In: NIOSH Guide to Industrial
Respiratory Protection. Ohio: National Institute for Occupational Safey and
Health; 1987.p.3-54.
20. Occupational Safety and Health Administration. OSHA Technical Manual-
Section VIII Chapter 2: Respiratory Protection [Online]. 2015. [Cited 2023
Oktober 2]. Available from:
https://www.osha.gov/dts/osta/otm/otm_viii/otm_viii_2.html.

44
21. Kenward A, Adams-Smith D, Raja U. Wildfires and air pollution-the hidden
health hazards of climate change.NewJersey:Climatecentral; 2013. p. 11.
22. Sargent EV, Gallo F. Use of personal protective equipment for respiratory
protection. ILAR Journal. 2003; 44(1): 52–6.
23. Sbihi H. Types of masks. In: Elliott C, Rideout K, ed. Evidence Review: Using
masks to protect public health during wildfire smoke events. Vancouver:
Environmental Health Services; 2014.p. 3–4.
24. Centers for Disease Control and Prevention. NIOSH Approved Particulate
Filtering Facepiece Respirators [Online]. 2015. [Cited 2023 Oktober 2].
Available from: http://www.cdc.gov/niosh/npptl/topics/respirators/disp_part/.

45
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

IDENTITAS

a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Lama Bekerja :

A. Pengetahuan

1. Apa yang dimaksud dengan APD?

a. Alat yang berfungsi untuk melindungi baik organ maupun anggota tubuh dari

potensi bahaya saat bekerja

b. Alat yang berfungsi untuk membantu seseorang ketika bekerja

c. Alat yang dipakai untuk aksesoris dalam bekerja

2. Menurut saudara, apa manfaat penggunaan masker bagi pekerja?

a. Alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya debu

b. Alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan

c. Alat yang membuat pekerja menjadi tidak nyaman

3. Menurut saudara, gejala apakah yang terjadi bila bekerja tidak menggunakan

masker yang memiliki tingkat debu yang tinggi?

a. Sesak napas, batuk-batuk sampai gejala ISPA

b. Batuk-batuk, flu dan panas tinggi

c. Pusing kepala, demam, dan mata merah

4. Menurut saudara, Bagaimana masker yang baik?

46
a. Nyaman, aman dan dapat melindungi dari mulut pemakainya

b. Bagus, unik dan nyaman

c. Mahal, bagus dan cerah warnanya

5. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah?

a. Radang akut saluran pernafasan atas dan bawah yang disebabkan virus, jamur

dan bakteri.

b. Radang akut yang mengganggu jalan nafas.

c. Gangguan pernafasan yang disebabkan debu.

6. Berapa lama proses berlangsung terjadinya penyakit ISPA?

a. 12 hari

b. 14 hari

c. 10 hari

7. Apa saja gejala dari penyakit ISPA?

a. Demam, batuk dan sulit bernafas.

b. Demam, gatal-gatal dan muncul kemerahan.

c. Pusing, gatal-gatal dan tidak nafsu makan.

8. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kejadian ISPA adalah?

a. Menggunakan penutup hidung (masker) saat bertugas.

b. Tidak segera melakukan pengobatan saat ada tanda dan gejala ISPA.

c. Tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

9. Apa yang dimaksud dengan penutup hidung (masker) adalah?

a. Untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti Hidung dan Mulut dari resiko

bahaya seperti asap solder, bau bahan kimia, debu, Uap, Gas serta Partikel.

47
b. Alat pelindung tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu panas.

c. Untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara

terkontaminasi yang bersifat rangsangan terhadap saluran pernapasan.

10. Yang termasuk penutup hidung (masker) adalah?

a. Masker penyaring debu, Masker berhidung, Masker bertabung.

b. Masker bertabung, Masker chemical, Masker partikel.

c. Masker penyaring debu, Masker kertas, Masker partikel.

B. Sikap

1. Menurut anda, jika APD digunakan untuk melindungi pekerja dari gangguan

pernapasan

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu

2. Menurut anda, jika pemakaian masker dapat mengurang resiko terhadap bahaya

di lingkungan kerja

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu

3. Menurut anda, apabila ditempat bekerja diwajibkan menggunakan APD

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu

4. Menurut anda, apabila dilakukan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan

masker ditempat kerja

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu

5. Menurut anda, jika APD tidak dilakukan penggantian secara rutin

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu

6. Menurut anda, jarak peralatan bekerja anda dapat dengan mudah dijangkau

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu

48
7. Menurut anda, jika alat pelindung diri yang baik adalah APD yang tidak

mengganggu dan tidak mengurangi kenyamanan saat bekerja namun masih

memiliki fungsi pelindung

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu

8. Menurut saudara, jika area kerja anda dilakukan pengukuran guna mengetahui

tingkat kadar debu

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu

C. Tindakan

1. Apakah ditempat anda bekerja diwajibkan untuk menggunakan APD saat

bekerja?

a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang

2. Apakah anda selalu menggunakan APD saat bekerja?

a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang

3. Apakah anda malas untuk menggunakan masker?

a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang

4. Apakah anda selalu melakukan penggantian masker secara rutin?

a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang

5. Apakah anda selalu melakukan pengawasan terhadap terhadap pekerja secara

rutin?

a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang

6. Apakah sering terjadi kecelakaan kerja?

a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang

49
7. Apakah pekerja selalu ditekankan untuk selalu mengenakan pakaian kerja serta

Alat Pelindung Diri (APD) jika sedang bekerja?

a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang

8. Apakah pada saat bekerja anda sering mengalami kelelahan?

a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang

50

Anda mungkin juga menyukai