Oleh:
Pembimbing:
Zahtamal, SKM, MKM
dr. Suyanto, MPH, PhD, Sp. KKLP
KEPANITERAAN KLINIK
KJF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
RIAU
PEKANBARU
2023
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya
kesehatan kerja ini yang berjudul “Sosialisasi Penggunaan Masker dalam Pencegahan
Penyakit ISPA Akibat Paparan Debu pada Karyawan di Unit Woodyard PT RAPP
Pangkalan Kerinci”. Makalah ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai K3 secara umum yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing Zahtamal, SKM, MKM dan dr. Suyanto, MPH, PhD, Sp. KKLP, yang
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.2. Tujuan Kegiatan............................................................................................4
1.3. Manfaat.........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6
2.1. Debu Partikel Kayu.......................................................................................6
2.2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)......................................................9
2.2.3. Etiologi..............................................................................................10
2.2.4. Faktor Risiko.....................................................................................10
2.2.6. Manifestasi Klinis.............................................................................17
2.2.7. Penatalaksanaan................................................................................17
2.2.8. Pencegahan........................................................................................19
2.3. Masker.........................................................................................................19
BAB III SOSIALISASI PENGGUNAAN APD DALAM PENCEGAHAN
PENYAKIT ISPA AKIBAT PAPARAN DEBU PADA KARYAWAN DI UNIT
WOODYARD PT RAPP PANGKALAN KERINCI..................................................25
3.1. Plan.............................................................................................................25
3.1.1. Identifikasi Masalah..........................................................................25
3.1.2. Penentuan Prioritas Masalah...............................................................6
3.1.3. Analisa Penyebab Masalah.................................................................8
3.1.4 Fishbone Ishikawa Analysis.................................................................1
3.1.5 Plan of Action (PoA)............................................................................1
3.1.6. Definisi Operasional...........................................................................1
Daftar Pustaka................................................................................................................3
LAMPIRAN..................................................................................................................6
iii
iv
DAFTAR TABEL
iv
v
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
menular di dunia adalah disebabkan oleh penyakit ISPA. Dari 4.000.000 jiwa orang
yang meninggal dunia setiap tahunnya akibat penyakit ini yaitu infeksi saluran
pernapasan. Gejala ISPA dapat timbul pada dalam waktu beberapa jam hingga
beberapa hari, gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorokan,
flu dan sesak nafas. Penyakit ISPA disebabkan salah satunya oleh polusi udara seperti
asap dari rokok, asap akibat pembakaran rumah tangga, gas buang dari transportasi
atau komponen lain ke dalam udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia sehingga
mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi
kesehatan manusia. Kehadiran bahan atau zat di udara dalam jumlah tertentu serta
berada di udara dalam waktu yang cukup lama akan mengganggu kehidupan manusia.
Kualitas udara yang buruk tersebut dapat memberikan dampak terhadap kesehatan
pada manusia dapat digolongkan sebagai penyakit ISPA ringan sampai sedang
pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
1
penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor
lingkungan dan faktor penjamu. Agent penyebab ISPA adalah virus, bakteri dan
Angka ISPA di dunia yang paling banyak terjadi adalah di negara berkembang
seperti India (43 juta), China (21 juta), dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh,
Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di
masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Menurut
diakibatkan oleh pekerjaan adalah penyakit kanker sebesar 34%, kecelakaan kerja
disebabkan oleh faktor lain. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru, terhitung Januari hingga akhir Februari 2019 terdapat sebanyak
pernapasan salah satunya adalah kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan secara
satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan manusia.
kepadatan anggota keluarga, kelembaban, kebersihan. Faktor yang lain yakni faktor
penjamu seperti usia, kebiasaan merokok, status gizi, infeksi sebelumnya yang
2
PT. Riau Andalan pulp and paper memiliki beberapa divisi bagian untuk
operasional salah satu divisinya yaitu bagian woodyard. Woodyard memiliki berbagai
proses kerja yang berupa storage, pembersihan kayu serta pemotongan kayu hingga
menjadi chips. Observasi yang sudah dilakukan oleh dokter muda meliihat hazard
yang ada dilokasi woodyard bersifat fisika berupa debu hasil pembakaran kendaraan
serta debu serpihan kayu, dengan ukuran partikel udara … mikrometer. Berdasarkan
data sekunder yang didapatkan berupa record sickness divisi Woodyard PT. Riau
Andalan Pulp and Paper (RAPP) bulan Januari hingga September tahun 2023
PT. RAPP.3
mengenai penggunaan APD dalam pencegahan penyakit ISPA akibat paparan pada
karyawan di unit Woodyard PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Pangkalan
Kerinci.
Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan sosialisasi untuk mencegah ISPA
1.2.2. Khusus
3
Tujuan khusus dari makalah ini adalah:
tempat kerja pada karyawan PT. RAPP Pangkalan Kerinci di unit Woodyard.
tempat kerja pada karyawan PT. RAPP Pangkalan Kerinci di unit Woodyard..
1.3. Manfaat
Manfaat dari kegiatan sosialisasi pencegahan ISPA di tempat kerja pada
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
furnitur, dan industri-industri yang berhubungan dengan kayu dapat menjadi sumber
5
debu kayu. Dampak kesehatan terhadap pemaparan debu kayu dapat berdampak
reaksi inflamasi saluran pernapasan, alergi dan penyakit pernapasan obstruktif kronis
(PPOK). 3
Debu kayu di udara dapat terhirup dan mengendap dalam organ pernapasan
tergantung dari diameter dan bentuk partikel melalui mekanisme antara lain
sedimentasi, impaksi, inersial dan difusi. Nilai ambang batas menunjukkan kadar
suatu zat yang menimbulkan reaksi fisiologis manusia. Menurut WHO ukuran debu
2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, bahwa
kadar debu maksimal di tempat kerja ialah 3 mg/m3. Menurut Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja Nomor SE 01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di
Udara Lingkungan Kerja untuk jenis debu kayu lunak yaitu 5 mg/m.4
bervariasi tergantung pada proses produksi dan jenis kayu yang digunakan. PM
mengacu pada partikel-partikel padat atau cair di udara yang memiliki diameter
mikrometer (μm).5
Beberapa ukuran partikel PM yang sering diukur dalam debu kayu dan
6
1. PM10: Ini adalah partikel berukuran kurang dari atau sama dengan 10
termasuk debu kasar, debu halus, dan serbuk kayu. Partikel PM10 dapat
2. PM2.5: Ini adalah partikel berukuran kurang dari atau sama dengan 2,5
mikrometer (μm) dalam diameter. PM2.5 termasuk partikel yang lebih halus,
seperti serbuk kayu yang lebih halus dan serbuk kayu yang dapat lebih mudah
3. PM1: Ini adalah partikel berukuran kurang dari atau sama dengan 1 mikrometer
(μm) dalam diameter. PM1 termasuk partikel yang sangat halus, dan serbuk kayu
dalam kategori ini dapat sangat berbahaya jika terhirup karena mereka dapat
Begitu masuk ke dalam saluran nafas, partikel debu kayu awalnya akan dibawa
Kecepatan: rata-rata transport ini 5 mm/menit sehingga total waktu yang dibutuhkan
sekitar 20 menit. Partikel debu kayu yang berada di bagian anterior hidung relatif
mudah dikeluarkan dengan mekanisme bersin, usap atau tiup. Partikel yang sangat
kecil (<0.1 mikron) dan larut akan mudah diabsorpsi, dimetabolisme oleh epitel
mukosilian ke arah faring lalu ditelan ke saluran cerna. Kecepatan pengeluaran ini
7
mm/menit sedangkan di brokus 0.2-1.3 mm/menit. Selanjutnya, partikel debu yang
masuk ke dalam alveoli akan difagositosis oleh makrofag baru maksimal 24 jam
setelah terdeposisi. Makrofag yang telah dipenuhi partikel debu akan bermigrasi ke
bagian distal lapisan mukus untuk dikeluarkan oleh sistem mukosiliar atau
bertranslokasi ke dalam saluran limfe dan darah untuk bersirkulasi. Bila jumlah
partikel debu kayu begitu banyak terdeposisi, maka makrofag mengalami overload,
terjadi akumulasi partikel debu kayu pada bagian interstisial dan tercetuslah proses
inflamasi.5
pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan
tersebut. Fibrosis terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan
ikat interstisial. Akibat fibrosis paru akan terjadi penurunan elastisitas jaringan paru
tubuh lainnya.5
2.2.1 Definisi
saluran pernapasan baik itu saluran pernapasan atas ataupun saluran pernapasan
8
bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari bagian lubang hidung, pita suara, laring,
sinus parasanal, sehingga telinga tengah, dan saluran pernapasan bawah terdiri dari
Infeksi Saluran Pernapasan Akut sering disingkat dengan ISPA, istilah tersebut
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan
b. Saluran Pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara
(respiratory tract).
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang dapat di golongkan dalam ISPA. Proses tersebut dapat berlangsung lebih
dari 14 hari.
2.2.3. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia.
Adapun bakteri yang dapat menyebabkan ISPA antara lain genus Streptokokus,
9
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordetela, dan Corinebakterium. Selain itu,
ISPA juga dapat disebabkan oleh virus, yaitu virus golongan Miksovirus,
timbulnya penyakit ISPA. Adapun bahan pencemar (polutan) utama yang dapat
karbon monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2), dan sulfur dioksida
(SO2). Pencemaran udara ini banyak disebabkan oleh aktivitas manusia (seperti
kegiatan transportasi, kegiatan industri, kegiatan rumah tangga) dan sumber alami
Faktor risiko adalah semua variabel yang berperan dalam timbulnya suatu
1. Karakteristik Individu
a. Umur
ISPA diketahui dapat menyerang segala jenis umur. ISPA akan sangat
berisiko pada bayi berumur kurang dari 1 tahun, kemudian risiko tersebut
akan menurun pada kelompok umur 15-24 tahun. Setelah itu, risiko ISPA
akan terus meningkat ketika berumur 24 tahun. Semakin tua umur seseorang
maka risiko untuk terkena ISPA juga akan semakin meningkat. Umur
10
gangguan paru-paru terutama yang berumur 40 tahun ke atas, dimana kualitas
paru dapat memburuk dengan cepat. Faktor umur berperan penting dengan
biologis dapat terjadi seiring bertambahnya usia seseorang dan juga akan
b. Jenis Kelamin
perempuan. Pada anak laki-laki dan perempuan, ketika berusia 15-24 tahun,
mereka memiliki risiko menderita ISPA tidak terlalu jauh. Hal ini
Akan tetapi, risiko tersebut akan menjadi 2 kali lipat pada laki-laki setelah
berumur 25 tahun. Hal ini terkait dengan aktivitas di luar rumah, perilaku
c. Masa Kerja
Masa kerja analog dengan lamanya pekerja terpajan dengan agen pencemar.
efek pemajanan, baik akut maupun kronis. Hal ini berhubungan dengan
11
pemajanan mengenai subjek sehingga dampak yang ditimbulkan pun semakin
bervariasi.
d. Jenis Pekerjaan
ukuran partikel yang dihasilkan pada proses finishing lebih kecil sehingga
2. Faktor Iklim
3. Faktor Perilaku
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
Alat Pelindung Diri). APD bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan,
tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar karena dapat mencegah penyakit
12
akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Paparan dan risiko di
tempat kerja tidak selalu dapat dihindari sehingga penggunaan APD terhadap
pekerja
bahaya/potensi bahaya
terjangkau.
b. Kebiasaan Merokok
Masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok terkait dengan kandungan zat
kimia yang terdapat di dalam asap rokok. Kandungan zat kimia dalam asap
bahan penambah serta pola menghisap rokok. Terdapat lebih dari 4000 jenis
senyawa yang terdapat dalam asap rokok, banyak diantaranya yang terbukti
13
bersifat racun, menimbulkan kanker, dan menyebabkan mutasi. Sebanyak 43
zinc, dan lain-lain. Selain itu, asap rokok diketahui mengandung zat yang
2.2.5. Patogenesis
Debu kayu dalam konsentrasi rendah bila dihisap oleh manusia terus menerus
dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kelainan pada saluran napas yang
terpapar debu kayu secara kontiniu pada usia 15 sampai dengan 25 tahun akan terjadi
penurunan kemampuan kerja, usia 25 sampai dengan 35 tahun timbul batuk produktif
dan penurunan VEP 1, hal ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan spirometer.
Pekerja yang terpajan debu memiliki risiko untuk mengalami keluhan kesehatan dan
penyakit, baik penyakit infeksi maupun non infeksi (kanker). Saluran pernafasan dari
hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, udara yang masuk
melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu yang
kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel
Keluhan pernapasan yang terjadi dipengaruhi oleh ukuran debu. Debu yang
berukuran 5-10 mikron akan masuk ke dalam saluran napas atas, 3-5 mikron masuk
ke dalam saluran napas tengah, 1- 3 mikron dapat mencapai pembuluh di alveoli, 0,5-
1 mikron akan menempel di alveoli, dan debu yang berukuran 0,1-0,5 akan melayang
di atas alveoli. Berbagai keluhan seperti hidung tersumbat, batuk, rinitis, dan asma
14
juga dapat dialami oleh pekerja di industri kayu. Keluhan yang dialami dapat
berkembang menjadi gangguan fungsi paru bila pekerja terpajan debu dalam waktu
lama. Debu kayu yang masuk ke dalam saluran pernapasan menyebabkan timbulnya
reaksi pertahanan non spesifik dan merangsang otot polos di sekitar jalan napas.
penurunan fungsi paru. Hal ini dapat terjadi apabila kadar debu di lingkungan kerja
ke arah superior menuju faring. Secara umum efek pencemaran udara terhadap
pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku
bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat
iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan
penyempitan saluran pernafasan dan makrofag di saluran pernafasan. Akibat dari dua
hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan
15
bakteri tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan
napas, sehingga dapat menurunkan kapasitas paru. Dampak paparan debu yang terus
menerus dapat menurunkan faal paru berupa obstruktif. Akibat penumpukan debu
yang tinggi di paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru. Penyakit akibat
penumpukan debu pada paru disebut pneumoconiosis. Salah satu bentuk kelainan
paru yang bersifat menetap adalah berkurangnya elastisitas paru, yang ditandai
dengan penurunan pada kapasitas vital paru. Prevalensi yang tinggi kasus ini
diagnosis kasus penurunan kapasitas paru harus dilakukan secara rutin, minimal
Penyakit pada saluran pernafasan mempunyai gejala yang berbeda yang pada
yang berlebihan dan penyempitan saluran pernafasan. Tidak semua penelitian dan
penyakit pada telinga dengan atau tanpa disertai demam. Efek pencemaran terhadap
16
tenggorokan, rinitis, bunyi mengi dan sesak nafas. Dalam hal efek debu terhadap
saluran pernafasan telah terbukti bahwa kadar debu berasosiasi dengan insidens
gejala penyakit pernafasan terutama gejala batukk. Di dalam saluran pernafasan, debu
2.2.7. Penatalaksanaan
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan,
penderita dengan gejala batuk pilek yang pada pemeriksaan tenggorokan didapat
17
Penatalaksanaan ISPA adalah sebagai berikut:
mudah dikeluarkan dari saluran napas. Hal ini perlu dilakukan karena mucus
infeksi virus
2.2.8. Pencegahan
keracunan akibat debu hasil produksi, adalah dengan menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD). Penggunaan APD harus memenuhi persyaratan seperti enak (nyaman)
efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi. APD untuk mencegah agar debu tidak
terhirup adalah dengan menggunakan masker, yang terdiri dari berbagai macam
bentuk seperti masker kain kasa dan respirator setengah masker. Namun sebagian
18
Pengunaan APD sebenarnya sudah diatur dalam Undang-undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, khususnya pasal 9, 12 dan 14, yang mengatur
penyediaan dan penggunaan APD di tempat kerja, baik bagi pengusaha maupun bagi
tenaga kerja. Perusahaan atau pelaku usaha yang menyediakan APD di tempat kerja
sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. Selain itu,
tempat kerja.15
2.3. Masker
Masker merupakan suatu alat pelindung diri yang dipakai di wajah, setidaknya
meliputi hidung dan mulut. Pelindung diri ini berfungsi untuk mengurangi risiko
bahaya partikel di udara, gas dan uap. Pemakai masker haruslah memahami cara
pemakaiannya agar masker dapat berfungsi secara optimal. Setiap pemakai masker
harus menjalani pelatihan tentang bagaimana cara memakai alat tersebut. Selain itu
terdapat pula suatu upaya memastikan pemakai masker telah memakai dengan benar.
Upaya ini disebut dengan fit testing. Jenis fit testing ada dua yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Secara singkat prosedur fit testing adalah pemakaian masker, kemudian
diberikan pajanan tertentu dan dilihat apakah ada kebocoran atau tidak. Masker dapat
yaitu masker pakai ketat (tight fitting) dan longgar (loose fitting). Masker pakai ketat
19
adalah masker yang cara pakainya secara ketat menutupi setengah wajah ataupun
seluruh wajah. Tepi masker berfungsi sebagai pembatas kedap dengan udara luar.
Sedangkan masker pakai longgar berupa helm atau kerudung yang menutupi seluruh
Berdasarkan mekanisme kerja maka masker dibagi menjadi dua yaitu masker
pemurni udara (air purifying) dan pemasok udara (air supplying). Mekanisme masker
pemurni udara bekerja dengan cara menghilangkan kontaminan dari udara, salah satu
contoh masker ini yang banyak dipakai adalah N95. Sedangkan masker pemasok
udara menyediakan sumber udara bersih dan sebagai contoh sumber udara berasal
berikut:17,19,20
20
a. Pemurni udara
Masker pemurni udara terdiri atas powered air purifying masker (PAPR) dan
non-powered air purifying masker (non-PAPR). Jenis yang pertama disebut dengan
istilah powered karena menggunakan daya listrik berupa baterai untuk menciptakan
tekanan positif dalam masker dengan cara mengambil, menyaring dan kemudian
mengalirkan udara luar ke dalam bagian masker. Jenis non-PAPR tidak memiliki
daya listrik untuk menyaring udara dan tekanan yang ada dalam masker adalah
tekanan negatif. Jenis non-PAPR terdiri atas filtering piece, full facepiece, half mask,
quarter mask dan mouth bit. Pembagian jenis ini dapat dilihat dalam Gambar 2.18,21
besar. Jenis masker pemurni udara yang beredar di pasaran misalnya masker sekali
pakai N95 (filtering piece) dan masker elastomer (full facepiece, half mask, quarter
21
mask, mouth bit) yang dapat dipakai berulang dengan cara mengganti bagian
penyaringnya saja, sedangkan bagian masker yang terbuat dari bahan elastomer dapat
dicuci. Pada masker elastomer, penyaring gas/uap pemurni udara dilakukan dengan
menggunakan cartridge atau canister yang berisi bahan adsorben dan absorben
seperti karbon atau bahan spesifik lain yang dapat melindungi dari gas asam, uap
Karakteristik ini diinformasikan dalam bentuk kode huruf dan angka. Huruf N berarti
masker tersebut non-oil resistance atau tidak tahan terhadap uap minyak sehingga
resistance yang tahan terhadap uap minyak hanya dalam satu giliran jadwal kerja.
Kode P yang berarti oil-proof yang dapat dipakai di area kerja berminyak dalam
Masker N95 adalah bagian dari masker pemurni udara jenis filtering piece.
Masker jenis ini merupakan suatu produk yang dapat menyaring PM dengan ukuran
0,3 μm sebesar 95%. Dari segi harga maupun teknis pemakaian, masker N95
memiliki kelebihan dibandingkan masker pemurni udara jenis lain dalam menghadapi
polusi udara. Masker N95 berbeda dengan masker prosedur yang kemampuan
filtrasinya tidak tersertifikasi oleh NIOSH. Gambar 3 adalah masker N95 beserta
keterangan spesifikasinya.24
22
Gambar 4. Masker N95 beserta informasi spesifikasinya24
b. Pemasok udara
Masker jenis SCBA sumber pemasok udara berasal dari tabung berisi oksigen terikat
Masker jenis Airline masker bersumber dari suatu tabung oksigen tak
bergerak atau kompresor udara yang terhubung dengan sebuah selang, sehingga
pemakaiannya terbatas hanya di sekitar sumber udara berada tidak seperti SCBA.
Respirator jenis SCBA kombinasi, contohnya SCBA yang juga dilengkapi dengan
23
BAB III
Pangkalan Kerinci” adalah Plan, Do, Check, dan Action (PDCA) cycle. PDCA cycle
3.1. Plan
27 September 2023
24
b. Wawancara dengan dokter OHS pada tanggal 19 September – 27 September
2023
September 2023
Penentuan masalah berdasarkan survei awal dan wawancara ditampilkan pada tabel
3.1 berikut:
25
Tabel 3. 1. Identifikasi masalah-masalah pada karyawan di Woodyard PT RAPP
Pangkalan Kerinci
26
promosi kesehatan untuk
bahaya kebisingan
terhadap gangguan
pendengaran di unit
Woodyard PT RAPP
● Belum adanya media
promosi kesehatan tentang
bahaya kebisingan
terhadap gangguan
pendengaran
27
2023)
● Belum pernah
dilakukannya kegiatan
promosi kesehatan untuk
bahaya kebisingan
terhadap penyakit vertigo
di unit Woodyard PT
RAPP
● Belum adanya media
promosi kesehatan tentang
bahaya kebisingan
terhadap penyakit vertigo
28
pada bulan Januari –
Agustus 2023, terdapat 3
kasus karyawan yang
mengalami ISPA.
29
debu kayu terhadap
korpus alienum
30
kesehatan yang bisa
melakukan sosialisasi
mengenai pencegahan
common cold
dua unsur yaitu kriteria (urgensi atau kepentingan, solusi, kemampuan anggota
Nilai 2 penting
2. Solusi
31
Nilai 1 tidak mudah
Nilai 2 mudah
3. Kemampuan mengubah
Nilai 2 mudah
4. Biaya
Nilai 1 tinggi
Nilai 2 sedang
Nilai 3 rendah
Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total skor dari
total paling tinggi sebagai peringkat pertama dan menjadi prioritas masalah untuk
dicari penyelesaian masalahnya. Penentuan prioritas masalah dibuat dalam tabel 3.2
sebagai berikut:
32
Pangkalan Kerinci
Belum adanya sosialisasi
terkait bahaya kebisingan
terhadap penyakit vertigo 2 1 1 3 6 III
di unit Woodyard PT
RAPP Pangkalan Kerinci
Belum adanya sosialisasi
penggunaan APD dalam
pencegahan penyakit
ISPA akibat paparan debu 3 2 2 1 12 I
pada karyawan di unit
word yard PT RAPP
Pangkalan Kerinci
Belum adanya sosialisasi
terkait bahaya debu
partikel kayu terhadap
adanya korpus alienum 2 1 1 1 2 V
pada mata pada karyawan
di unit Woodyard PT
RAPP Pangkalan Kerinci
Belum adanya sosialisasi
terkait penyakit common
cold akibat cuaca pada
karyawan di unit 2 2 1 1 4 IV
Woodyard PT RAPP
Pangkalan Kerinci
sosialisasi terkait bahaya debu partikel kayu terhadap penyakit ISPA pada karyawan
dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek yaitu, method, material dan
33
market yang diperoleh melalui hasil wawancara karyawan di unit Woodyard PT.
34
Market: Wawancara dengan dokter
● Kurangnya OHS PT. RAPP (19
pengetahuan dan September 2023)
kepatuhan karyawan di Karyawan di unit Woodyard
unit Woodyard PT PT RAPP belum mengetahui
RAPP mengenai APD mengenai APD untuk
untuk pencegahan mencegah ISPA dan bahaya
ISPA dan bahaya paparan debu terhadap
paparan debu terhadap kesehatan, serta kurangnya
penyakit ISPA kesadaran pekerja untuk
menggunakan APD selama
bekerja
Wawancara dengan
karyawan di unit Woodyard
PT. RAPP (24 September
2023)
Dari beberapa pekerja yang
diwawancara karyawan di unit
Wordyard PT RAPP merasa
tidak nyaman dan merasa
sesak saat menggunakan
masker di unit Woodyard PT
RAPP.
35
3.1.4 Fishbone Ishikawa Analysis
Material
Man Belum tersedianya media edukasi dan
Kurangnya tenaga kesehatan yang informasi serta belum tersedianya masker
melakukan promosi kesehatan di yang dapat digunakan selama bekerja oleh
unit Woodyard PT RAPP karyawan di unit Woodyard PT RAPP
Pangkalan Kerinci Pangkalan Kerinci
Belum adanya
Sosialisasi penggunaan APD
dalam pencegahan penyakit
ISPA akibat paparan debu
pada karyawan di unit
Woodyard PT RAPP
Pt rapp pangkalan kerinci
Market
Kurangnya pengetahuan dan kepatuhan
karyawan di unit Woodyard PT RAPP mengenai
bahaya debu partikel kayu dan penggunaan
masker selama bekerja
36
Gambar 5. Fishbone Ishikawa Analysis
37
3.1.5 Plan of Action (PoA)
Langkah selanjutnya setelah didapatkan analisis penyebab masalah, maka disusunlah beberapa plan of action untuk
mendapatkan solusi terbaik. Berikut ini adalah tabel alternatif pemecahan masalah
Penyebab Alternatif
No Pelaksana
Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat/waktu Kriteria Keberhasilan
Kegiatan
Masalah
1. Material Membuat Menjadikan Karyawan Kegiatan Dokter Jangka Pendek
Belum poster dan e- poster, e- yang perancangan Muda
tersedianya leaflet leaflet, dan bekerja di media edukasi IKM-KK Tersedianya media
media edukasi mengenai powerpoint unit dan informasi di FK UNRI informasi berupa
dan informasi APD yang sebagai alat Woodyard kampus FK poster, e-leaflet, dan
mengenai APD digunakan bantu dalam PT RAPP UNRI pada powerpoint
yang untuk melakukan Pangkalan tanggal 3 Oktober mengenai APD yang
digunakan mencegah sosialisasi Kerinci 2023 dan digunakan untuk
untuk ISPA akibat mengenai membagikan mencegah ISPA
mencegah paparan debu APD yang media informasi akibat paparan debu
paparan debu dan membuat digunakan dan masker di di unit Woodyard
yang materi untuk ruang pertemuan PT. RAPP
menyebabkan sosialisasi mencegah di unit Woodyard Pangkalan Kerinci
ISPA di unit berupa ISPA akibat PT RAPP Tersedianya
Woodyard PT powerpoint di paparan debu Pangkalan sejumlah masker
RAPP unit di unit Kerinci secara yang dapat digunkan
Pangkalan Woodyard PT Woodyard PT langsung dan oleh karyawan di
37
Kerinci RAPP RAPP melalui whatsapp unit Woodyard PT
Belum Pangkalan Pangkalan pada tanggal 6 RAPP untuk
tersedianya Kerinci Kerinci Oktober 2023 menghindari bahaya
masker yang Membagikan Tersedianya debu untuk
dapat masker kepada masker mencegah terjadinya
digunakan karyawan di sebagai alat ISPA
selama bekerja unit pelindung diri
oleh karyawan Woodyard PT dari bahaya Jangka Panjang
di unit RAPP partikel debu
Woodyard PT Pangkalan mengenai Menerapkan K3
RAPP Kerinci dan untuk terkait penggunaan
Pangkalan memberikan mengurangi APD berupa masker
Kerinci informasi kejadian dan dapat
mengenai jenis ISPA pada mengingatkan
masker yang karyawan di kembali untuk
sesuai untuk unit seterusnya mengenai
digunakan Woodyard PT bahaya debu kepada
RAPP karyawan di unit
Pangkalan Woodyard PT.
Kerinci RAPP Pangkalan
Kerinci
38
digunakan untuk menilai kasus ISPA pada debu
mencegah ISPA efektifitas karyawan di unit Meningkatnya
akibat paparan sosialisasi Woodyard PT pengetahuan
debu dengan RAPP Pangkalan karyawan unit
mengadakan pre- Kerinci Woodyard PT.
test dan post-test RAPP Pangkalan
Kerinci dalam
memahami ISPA
dan penggunaan
APD sebagai upaya
pencegahan
penyakit ISPA
Jangka Panjang:
Karyawan
mengetahui dan
mampu menerapkan
pencegahan ISPA
dengan
menggunakan APD
yang tepat
39
RAPP RAPP Kerinci akibat paparan debu
Jangka Panjang:
Menurunnya angka
kejadian ISPA pada
karyawan di unit
Woodyard PT RAPP
Pangkalan Kerinci
40
3.1.6. Definisi Operasional
Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan
dalam kegiatan sosialisasi mengenai bahaya debu partikel kayu terhadap kejadian
yang digunakan untuk mencegah ISPA akibat paparan debu kepada karyawan
tentang ISPA. Kemudian akan di share melalui whatsapp oleh dokter OHS
karyawan yang tidak hadir pada saat sosialisasi masih dapat membaca materi
41
dilakukan di ruang pertemuan unit Woodyard PT RAPP Pangkalan Kerinci
x 60 cm sebanyak 2 buah, yang akan ditempel pada area terbuka yang mudah
4. Membuat media edukasi berupa e-leaflet yang berisikan tentang ISPA dan
menggunakan APD yang nantinya akan di share oleh dokter OHS melalui
42
Daftar Pustaka
43
11. Faisal HD, Susanto AD. Peran Masker/Respirator dalam Pencegahan Dampak
Kesehatan Paru Akibat Polusi Udara. J Respirasi. 2019;3(1):18.
12. Pujiani TR, Siwiendrayanti A. Hubungan Penggunaan Apd Masker, Kebiasaan
Merokok Dan Volume Kertas Bekas Dengan Ispa. Unnes J Public Heal.
2017;6(3):184.
13. Yulaekah S, Adi MS, Nurjazuli. Pajanan Debu Terhirup dan Gangguan Fungsi
Paru Pada Pekerja Industri Batu Kapur ( Studi Di Desa Mrisi Kecamatan
Tanggungharjo Kabupaten Grobogan ). J Kesehat Lingkung Indones.
2017;6(1):24–32.
14. Maharthika E, Yulianto ZB. Hubungan Paparan Debu Dan Masa Kerja Dengan
Kelainan Fungsi Paru Dan Keluhan Pernapasan. J Kesehat Lingkung. 2017;1–14.
15. Muhith A, Hannan M, Mawaddah N, Aqnata CA. Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Masker dengan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja di PT
Bokormas Kota Mojokerto. J Ilmu Kesehat. 2018;3(1):20–33.
16. CDC. Respirator Trusted-Source Information-Section 3: Ancillary
RespiratorInformation [Online].2015.[Cited 2023 Oktober 2].Available from:
http://www.cdc.gov/niosh/npptl/topics/respirators/disp_part/respsource3basic.ht
ml#b.
17. Occupational Safety and Health Administration. Respiratory Protection.
Washington DC: U.S. Department of Labor; 2002. p. 1–3.
18. Occupational Safety and HealthAdministration. OSHA’sRespiratory Protection
Standard 29 CFR 1910 134 [Online]. 2015. [Cited 2023 Oktober 2]. Available
from: https://www.osha.gov/dte/library/respirators/presentation/.
19. Bollinger NJ, Schutz RH. Types of respirators. In: NIOSH Guide to Industrial
Respiratory Protection. Ohio: National Institute for Occupational Safey and
Health; 1987.p.3-54.
20. Occupational Safety and Health Administration. OSHA Technical Manual-
Section VIII Chapter 2: Respiratory Protection [Online]. 2015. [Cited 2023
Oktober 2]. Available from:
https://www.osha.gov/dts/osta/otm/otm_viii/otm_viii_2.html.
44
21. Kenward A, Adams-Smith D, Raja U. Wildfires and air pollution-the hidden
health hazards of climate change.NewJersey:Climatecentral; 2013. p. 11.
22. Sargent EV, Gallo F. Use of personal protective equipment for respiratory
protection. ILAR Journal. 2003; 44(1): 52–6.
23. Sbihi H. Types of masks. In: Elliott C, Rideout K, ed. Evidence Review: Using
masks to protect public health during wildfire smoke events. Vancouver:
Environmental Health Services; 2014.p. 3–4.
24. Centers for Disease Control and Prevention. NIOSH Approved Particulate
Filtering Facepiece Respirators [Online]. 2015. [Cited 2023 Oktober 2].
Available from: http://www.cdc.gov/niosh/npptl/topics/respirators/disp_part/.
45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
IDENTITAS
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Lama Bekerja :
A. Pengetahuan
a. Alat yang berfungsi untuk melindungi baik organ maupun anggota tubuh dari
3. Menurut saudara, gejala apakah yang terjadi bila bekerja tidak menggunakan
46
a. Nyaman, aman dan dapat melindungi dari mulut pemakainya
a. Radang akut saluran pernafasan atas dan bawah yang disebabkan virus, jamur
dan bakteri.
a. 12 hari
b. 14 hari
c. 10 hari
b. Tidak segera melakukan pengobatan saat ada tanda dan gejala ISPA.
a. Untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti Hidung dan Mulut dari resiko
bahaya seperti asap solder, bau bahan kimia, debu, Uap, Gas serta Partikel.
47
b. Alat pelindung tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu panas.
c. Untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara
B. Sikap
1. Menurut anda, jika APD digunakan untuk melindungi pekerja dari gangguan
pernapasan
2. Menurut anda, jika pemakaian masker dapat mengurang resiko terhadap bahaya
di lingkungan kerja
6. Menurut anda, jarak peralatan bekerja anda dapat dengan mudah dijangkau
48
7. Menurut anda, jika alat pelindung diri yang baik adalah APD yang tidak
8. Menurut saudara, jika area kerja anda dilakukan pengukuran guna mengetahui
C. Tindakan
bekerja?
a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang
a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang
a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang
a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang
rutin?
a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang
a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang
49
7. Apakah pekerja selalu ditekankan untuk selalu mengenakan pakaian kerja serta
a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang
a. Ya b. Tidak c. kadang-kadang
50