Anda di halaman 1dari 64

IMPLEMENTASI EVAKUASI DAN JALUR EVAKUASI

DALAM KEADAAN BENCANA PADA


PASIEN DI RUMAH SAKIT
UNDATA PALU

PROPOSAL

AKBAR AGUNG RAMDANI


P 101 17 254

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Judul : Implementasi Evakuasi Dan Jalur Evakuasi Dalam Keadaan

Bencana Pada Pasien Di Rumah Sakit Undata Palu

Nama : Akbar Agung Ramdani

Stambuk : P 101 17 254

Proposal ini telah kami setujui untuk selanjutnya melakukan ujian proposal sebagai

salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir pada Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Palu, 25 April 2020

Mengetehui, Menyetujui,
Koordinator Program Studi Kesehatan Masyarakat Dosen Pembimbing
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako

(Rasyika Nurul Fadjriah, S.KM., M.Kes) (Lusia Salmawati, S.KM., M.Sc)


NIP. 19890716 201404 2 001 NIP. 198308292008122004
DAFTAR ISI

Table of Contents

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i


DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... v
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN ...................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 6
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 6
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 8
2.1 Bencana Alam ..................................................................................................... 8
2.2 Rumah Sakit ...................................................................................................... 14
2.3 Implementasi .................................................................................................... 15
2.4 Konsep Evakuasi .............................................................................................. 17
2.5 Jalur Evakuasi dan Petunjuk Evakuasi ............................................................. 21
2.6 Kerangka Teori ................................................................................................. 24
2.7 TABLE SINTESA ............................................................................................. 25
BAB III DEFINISI KONSEP................................................................................... 37
3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti .......................................................... 37
3.2 Pola Pikir ......................................................................................................... 38

i
3.3 Definisi Konsep ............................................................................................... 38
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 40
4.1. Jenis Penelitian ................................................................................................. 40
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 40
4.3. Informan ........................................................................................................... 40
4.3.1 Teknik Penentuan Informan ..................................................................... 40
4.3.2 Jenis Informan .......................................................................................... 41
4.4.1 Pengumpulan Data ................................................................................... 42
4.4.3 Penyajian Data ......................................................................................... 43
4.5.1 Instrumen Utama ...................................................................................... 43
4.5.2 Instrumen Pelengkap ................................................................................ 44
4.6. Keabsahan Data ................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 46
LAMPIRAN ............................................................................................................... 48

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel Sintesa Penelitian …………………………………………………….. 25

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.6 Kerangka Teori ……..…...……………………...……...…….…..24

Gambar 3.2 Pola Pikir .........................................................................................38

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Persetujuan Menjadi Informan

Lampiran 3 : Persetujuan Pengambilan Gambar Informan

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara

Lampiran 5 : Lembar Observasi

v
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan Arti Simbol/ Singkatan

% Persen

$ Dollar

m Meter

km Kilometer

BNPB Badan Nasional Penanggulangan


Bencana

BPBD Badan Penanggulangan Bencana


Daerah

BAKORNAS PB Badan Kordinasi Nasional Penanganan


Bencana

K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SOP Standar Operasional Prosedur

SNI Standar Nasional Indonesia

RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana merupakan serangkaian peristiwa yang dapat menimpa sewaktu-

waktu dan dapat merugikan manusia baik materi maupun non-materi. Fasilitas

umum maupun pribadi yang dibangun perlu memperhatikan aspek tanggap

darurat bencana, terutama pada bangunan yang bertingkat. Rumah sakit sebagai

fasilitas yang memberikan akses layanan kesehatan memiliki potensi terjadinya

bencana. Bencana di rumah sakit dapat berupa bencana alam dan non alam.

Rumah sakit harus siap dalam menghadapi bencana dengan melakukan penyiapan

sumberdaya, baik fasilitas maupun sumberdaya manusia. Rumah sakit sebagai

sarana pelayanan kesehatan rujukan, khususnya bagi kasus-kasus kegawat

daruratan, sebaiknya lebih siap dalam menghadapi dampak bencana (Adzhani,

2016).

Pada saat terjadi bencana hal yang perlu di perhatikan ialah evakuasi, jalur

evakuasi dan petunjuk evakuasi. Salah satu standar perlindungan terhadap

potensi bahaya adalah standar rencana evakuasi. Terdapat dua fase yang

menentukan dalam evakuasi gedung, yaitu fase pre-evacuation dan fase

movement. Fase pre-evacuation tahap sebelum penghuni gedung meninggalkan

ruangan, fase movement merupakan pergerakan dari penghuni gedung menuju

area aman (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

1
Evakuasi di rumah sakit berbeda dengan evakuasi pada bangunan umum

lainnya, hal ini dikarenakan sebagian besar pengunjung rumah sakit pada

dasarnya merupakan pasien yang tengah menjalani perawatan yang dalam

kondisi tidak mampu secara fisik, sehingga pada saat terjadi keadaan darurat

maka memerlukan bantuan dalam evakuasi (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Setiap rumah sakit harus memiliki pedoman serta langkah antisipasi saat

terjadi bencana. Berdasarkan regulasi SOP, rumah sakit mutlak memerlukan

kegiatan atau proses dalam mengevakuasi pasien. Regulasi SOP dirumah sakit

tersebut ialah sistem evakuasi dan jalur evakuasi (Octa, 2015).

Sistem evakuasi adalah langkah pemindahan atau upaya pengungsian

yang dilakukan, karena terdapat beberapa penyebab yang memaksa suatu

individu atau kelompok untuk melakukan pengungsian ke tempat yang aman.

Sistem evakuasi diperlukan untuk dapat menekan risiko dan konsekuensi bahaya

yang ada meskipun kejadian bencana yang ada belum pasti mengenai wilayah

tersebut. Proses evakuasi adalah proses yang sangat membutuhkan ketepatan

dalam pengalokasian waktu, terutama dalam penanganan kejadian bencana yang

bersifat kompleks, evakuasi bertujuan untuk menyelamatkan orang-orang dari

tempat yang berbahaya ke tempat yang lebih aman. Dengan adanya evakuasi

dapat mengurangi atau meminimalisir jumlah korban jiwa, perihal yang paling

erat hubungannya dengan evakuasi adalah waktu, semakin lama proses evakuasi

maka akan semakin banyak jiwa yang terancam (Zuillekom, 2006)

2
Jalur evakuasi dan petunjuk evakuasi merupakan arah yang ditempuh

untuk melakukan upaya pemindahan dari wilayah yang terkena bencana ke

wilayah yang lebih aman dan dapat menampung orang-orang yang terdampak

bencana. Penyedian jalur evakuasi merupakan sebuah langkah pengendalian

bahaya terhadap suatu bencana agar tidak menimbulkan kecelakaan ataupun

korban jiwa. Jalur evakuasi tersebut harus terintegrasi dengan baik untuk setiap

bangunan bertingkat atau yang memiliki jumlah populasi orang-orang yang

banyak. Dalam kegawatdaruratan bencana, proses evakuasi pasien perlu adanya

jalur evakuasi dan petunjuk evakuasi yang memadai karena dapat membantu

proses berlangsunya evakuasi pasien dirumah sakit (Abraham, 2014).

Setiap tahunnya di dunia terjadi lebih dari satu juta kejadian bencana

dengan berbagai variasi keparahan. Selain menyebabkan kematian, korban yang

menderita luka parah juga tidak bisa langsung mendapat perawatan karena

becana umumnya merusak infrastruktur. Banyak kota‐kota besar di dunia yang

disebutkan berada pada daerah yang rawan bencana, seperti Los Angeles, Tokyo,

New York, Delhi, dan Shanghai, sehingga jutaan orang beresiko tinggi menjadi

korban. Dalam satu dekade terakhir bencana telah menyebabkan 780.000

kematian, atau sekitar 60% dari kematian akibat bencana alam (Beach, 2010).

Data bencana dari BAKORNAS PB menyebutkan kejadian bencana di

Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, antara tahun 2003-2015 telah

terjadi 1.429 kejadian bencana, di mana bencana hidrometeorologi merupakan

bencana yang paling sering terjadi yaitu 53,3% dari total kejadian bencana di

3
Indonesia. Dari total bencana hidrometeorologi, yang paling sering terjadi adalah

banjir (34,1% dari total kejadian bencana di Indonesia), diikuti oleh tanah

longsor (16%). Meskipun frekuensi kejadian bencana geologi (gempa bumi,

tsunami dan letusan gunung berapi) hanya 6,4%, namun bencana ini

menimbulkan kerusakan dan korban jiwa yang lebih besar, terutama akibat

gempa bumi yang diikuti tsunami di Provinsi NAD dan Sumut tanggal 26

Desember 2004 dan gempa bumi besar yang melanda Pulau Nias pada tanggal

28 Maret 2005. Berdasarkan atlas peta risiko bencana Aceh 2011, menunjukkan

bahwa kejadian gempa dan tsunami di Aceh mengakibatkan 126.915 jiwa

meninggal, 37.063 jiwa hilang, sekitar 100.000 jiwa menderita luka berat dan

luka ringan disertai 517.000 unit rumah hilang, serangkaian peristiwa ini telah

mengingatkan kita bahwa gempa dan tsunami bisa terjadi kapan saja (Badan

Nasional Penanggulangan Bencana, 2013).

Berdasarkan perhitungan BNPB di tanggal 26 Oktober 2018, Provinsi

Sulawesi Tengah mengalami kerusakan dan kerugian mencapai Rp 18,48 Triliun,

khususnya di 4 kabupaten/kota terdampak yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala,

Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong. Kerugian dan kerusakan

terbesar berasal dari permukiman yang diikuti oleh sektor ekonomi. Pada saat

terjadi bencana tersebut, pasien yang berada di fasilitas layanan kesehatan, dalam

hal ini rumah sakit, mengalami luka-luka tambahan akibat evakuasi dan jalur

evakuasi tanggap darurat bencana yang tidak terealisasi dengan baik di rumah

sakit (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2019).

4
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di

RSUD Undata Palu bahwa evakuasi dan jalur evakuasi dalam kejadian bencana

pada pasien pada tiap gedung belum terealisasikan dengan baik yang di mana

evakuasi dan jalur evakuasi di RSUD Undata Palu masi menggunakan evakuasi

mandiri. Adapun standar operasional prosedur (SOP) evakuasi dan jalur evakuasi

di RSUD Undata Palu berdasarkan surat keputusan direktur RSUD Undata Palu

Nomor 188.04/II.04/Undata tentang penetapan jalur evakuasi pasien bila terjadi

bencana di lingkungan rumah sakit yaitu; untuk tetap tenang, jangan panik,

jangan berlari, ikuti petunjuk arah evakuasi dari petugas evakuasi. Jangan

mencoba untuk mengambil barang yang tertinggal. Melepaskan sepatu hak

tinggi. Gunakan tangga darurat terdekat untuk menuju jalur evakuasi. Jangan

menggunakan lift, karena lift tidak bekerja sewaktu alarm berbunyi. Jalan

merangkap menuju tangga darurat bila lorong dipenuhi oleh asap, menutup

hidung dan mulut dengan sapu tangan atau tisu yang dibasahi air guna

menghindari dari kemungkinan menghirup zat-zat beracun. Keluar menuju

tempat berkumpul dihalaman rumah sakit atau tempat yang bebas dari bencana

yang telah terpasang tanda titik kumpul.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai implementasi sistem evakuasi pasien dalam tanggap darurat

bencana gempa bumi pada gedung bertingkat di Rumah Sakit Umum Daerah

Undata Palu.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Implementasi evakuasi dan jalur evakuasi dalam kejadian bencana pada

pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu”?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui

implementasi evakuasi dan jalur evakuasi dalam keadaan bencana pada

pasien di Rumah Sakit Undata Palu.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Sistem Evakuasi di RSUD Undata Palu

b. Untuk mengetahui informasi Jalur Evakuasi dan Petunjuk Evakuasi di

RSUD Undata Palu.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan dua manfaat, yaitu :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

konsep atau teori yang menyokong perkembagan ilmu pengetahuan

Kesehatan Masyarakat Khususnya di bidang Kesehatan dan Keselamatan

Kerja.

6
1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memberikan sumbangan berupa informasi bagi rumah sakit undata

Palu dalam rangka meningkatkan implementasi evakuasi dan jalur

evakuasi dalam keadaan bencana pada pasien di rumah sakit undata

palu.

b. Dapat dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana Alam

2.1.1 Pengertian Bencana

Bencana diartikan sebagai peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non-alam maupun faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis

(Adiyoso, 2018).

Asian Disaster reduction Center (2003), mendefinisikan bahwa

bencana adalah gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan

kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai

material, dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan

melebihi kemampuan manusia guna mengatasi dengan sumber daya yang

ada. Lebih lanjut, menurut Perker (1992), bencana adalah sebuah kejadian

yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusi,

termasuk pula didalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang

memicu respons dari masyarakat, komunitas, individu, maupun lingkungan

untuk memberikan antusiasme yang bersifat luas (Asian Disaster Reduction

Center, 2003).

8
Bencana dalam terminologi bahasa inggris disebut dengan disaster,

berasal dari kata Latin yaitu dis dan astro/aster. Dis berarti buruk atau

terasa tidak nyaman, dan aster berarti bintang. Dengan demikian secara

harfiah disaster berarti menjauh dari lintasan bintang atau dapat diartikan

“kejadian yang disebabkan oleh konfigurasi astrologi (perbintangan) yang

tidak diinginkan” (Shofia, 2018).

2.1.2 Macam-Macam Bencana

Berdasarkan penyebabnya bencana dapat dikategorikan menjadi tiga

yaitu bencana yang disebabkan oleh alam atau natural disaster, bencana

akibat teknologi atau technological-caused disaster dan bencana akibat

manusia atau human-caused disaster (Adiyoso, 2018).

Menurut Etkin, 2016 bencana alam diklasifikasikan dalam tiga bentuk

bencana yaitu :

1) Bencana alam (natural disaster)

Dalam penelitian (Etkin, 2016), bencana alam (natural disasters)

dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

a. Bencana akibat kejadian biologis (biological disaster). Bencana

ini disebabkan oleh patogen bakteri atau virus yang dapat

berbentuk pandemi, wabah, atau epidemi penyakit menular.

Dalam Dictionary of Disaster Medicine and Humanitarian Relief

disebutkan bahwa bencana biologis adalah bencana yang

9
diakibatkan oleh paparan/pajanan biomassa atau organisme hidup

dalam jumlah besar terhadap zat-zat beracun, bakteri atau radiasi.

b. Bencana akibat kejadian hidro-meteorologi (hydro-

meteorological disaster). Bencana ini dapat disebabkan oleh

curah hujan yang tinggi atau rendah. Yang sering terjadi adalah

bencana akibat curah hujan tinggi yaitu banjur dan badai.

Bencana badai meliputi badai siklon tropis, tornado, badai angin,

dan badai salju. Sedangkan bencana akibat curah hujan rendah

antara lain: kekeringan (kadang bersamaan dengan badai debu),

kebakaran yang tidak terkendali seperti di hutan, dan gelombang

panas.

c. Bencana akibat kejadian geofisika (geo-physical disaster).

Bencana ini disebabkan oleh energi yang dihasilkan dari berbagai

kejadian geofisika. Bencana ini terbagi menjadi tiga yaitu (1)

bencana karena energi seismic seperti gempa bumi dan tsunami;

(2) bencana karena energi vulkanik seperti erupsi gunung berapi

dan aliran larva gunung; dan (3) bencana karena energi gravitasi

seperti longsor (longsoran puing, longsor lumpur, longsoran lahar

vulkanik, dan longsoran salju.

2) Bencana akibat industry

Bencana akibat industri atau industrial-induced disaster merupakan

bencana yang terjadi karena proses atau kegiatan industri termasuk

10
dalam penciptaan, uji coba, penerapan, atau kegagalan dalam

penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan

teknologi menghasilkan hazard (bahaya) industri seperti limbah

dan radiasi industri serta bencana kimia. Berton-ton material

berbahaya dibawa ke pemukiman padat setiap hari, dimana setiap

ton material memiliki potensi bahaya yang mematikan (Hogan &

Burstein, 2007).

3) Bencana akibat manusia

Bencana akibat manusia disebut juga human-made disaster atau

natural-induced disaster. Bencana ini merupakan hasil dari

kesalahan yang dibuat manusia atau niat jahat dan kejadian apapun

yang ketika itu terjadi ditinggalkan oleh pelakunya dengan

anggapan bahwa ketika bencana terjadi lagi masyarakat dapat

mencegahnya. Bencana akibat manusia yaitu serangan teroris,

kecelakaan akibat industri, konflik sosial, dan human error (Beach,

2010).

2.1.3 Dampak Akibat Bencana

Dampak dari bencana dapat berupa kerusakan, kematian, kerugian,

dan gangguan psikologi. Korban bencana selalu menghadapi kondisi yang

kompleks, baik secara fisik, psikis, maupun sosial, serta masalah terbesar

yang meraka hadapi adalah adanya gangguan pemenuhan kebutuhan,

11
makan, minum, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan (Adiyoso,

2018).

2.1.4 Penanggulangan Bencana

Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat komprehensif

dan multidimensi. Menyikapi kebencanaan yang frekuensinya terus

meningkat setiap tahun, pemikiran terhadap penanggulangan bencana harus

dipahami dan di implementasikan oleh semua pihak. Bencana adalah

urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem

nasional penanggulangan bencana. (Nugroho, 2010). Sistem nasional ini

mencakup beberapa aspek antara lain:

a. Legislasi

Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

Produk hukum di bawahnya antara lain Peraturan Pemerintah, Peraturan

Presiden, Peraturan Kepala Kepala Badan, serta peraturan daerah

(Undang-undang No 24, 2007).

b. Kelembagaan

Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara

formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana merupakan focal

point lembaga pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, focal point

penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah

Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Dari sisi non formal, forum-

12
forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk memperkuat

penyelenggaran penanggulangan bencana di Indonesia. Di tingkat

nasional, terbentuk plat form nasional yang terdiri unsur masyarakat

sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga internasional

(Undang-undang No 24, 2007).

c. Pendanaan

Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi

melibatkan internasional. Komunitas internasional mendukung

Pemerintah Indonesia dalam membangun manajemen penanggulangan

bencana menjadi lebih baik (Undang-undang No 24, 2007).

Berikut beberapa pendanaan yang terkait dengan penanggulangan

bencana di Indonesia:

a) Dana DIPA (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah)

b) Dana Kontijensi

c) Dana Bantuan Sosial

d) Dana yang bersumber dari masyarakat

e) Dana dukungan komunitas internasional

13
2.2 Rumah Sakit

2.2.1 Pengertian Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 2010 dan sekarang

peraturanya sudah diperbaharui menjadi Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit. Rumah sakit merupakan institusi layanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

peripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat

gawat darurat (Debora, 2017).

2.2.2 Risiko Gedung Bertingkat Rumah Sakit

Gedung bertingkat dibagi menjadi dua jenis, bangunan bertingkat

tinggi dan bangunan bertingkat rendah. Pembagian ini dibedakan

berdasarkan persyaratan teknis struktur bangunan. Bangunan yang

digolongkan ke dalam bangunan tinggi yaitu dengan ketinggian di atas 40

meter tinggi karena perhitungan strukturnya lebih kompleks. Berdasarkan

jumlah lantai, bangunan bertingkat digolongkan menjadi bangunan

berlantai tinggi (5 – 10 lantai) dan bangunan pencakar langit dan bangunan

bertingkat rendah (2 – 4 lantai). Semakin tinggi suatu bangunan, semakin

tinggi juga potensi resiko bahaya. Semakin tinggi suatu bangunan, ayunan

lateral bangunan menjadi demikian besar, sehingga pertimbangan kekakuan

struktur sangat menentukan rancangan suatu bangunan. Dalam

14
mengantisipasi kemungkinan terjadinya keruntuhan yang bersamaan antar

bangunan tinggi yang saling berdekatan, maka perlu diberikan dilatasi

(Ervianto, 2004).

Semakin tinggi suatu bangunan, semakin tinggi juga potensi risiko

bahaya. Semakin tinggi suatu bangunan, ayunan lateral bangunan menjadi

demikian besar, sehingga pertimbangan kekakuan struktur sangat

menentukan rancangan suatu bangunan sehingga menimbulkan kerusakan

pada bangunan dan bisa menyebabkan terjadinya korban jiwa pada

kerusakan bangunan betingkat. Kondisi tersebut menyebabkan bangunan

gedung biasanya memiliki jumlah penghuni yang tidak sedikit, sehingga

bangunan hunian harus memiliki sistem tanggap darurat yang baik dan

menjamin keselamatan seluruh pengguna (Ervianto, 2004).

Keadaan darurat yang menimpa suatu bangunan gedung adalah

suatu keadaan yang tidak lazim terjadi, cenderung dapat mencelakakan

penghuninya. Keadan ini dapat diakibatkan oleh alam (misalnya gempa

bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir bandang), atau oleh masalah

teknis dan ulah manusia (kebakaran, runtuhnya gedung akibat

kegagalan/kesalahan konstruksi) (Pangkey, 2012).

2.3 Implementasi

2.3.1. Pengertian Implementasi

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan oleh pelaksana

kebijakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan

15
kebijakan. Definisi ini menyiratkan adanya upaya mentransformasikan

keputusan dalam kegiatan operasional, serta mencapai perubahan seperti

yang dirumuskan oleh keputusan kebijakan. Kebijakan pemerintah

selalu mengandung setidaknya tiga komponen dasar, yaitu tujuan yang

luas, sasaran yang spesifik dan cara mencapai sasaran tersebut. Di dalam

“cara” terkandung beberapa komponen kebijakan yang lain, yakni siapa

implementatornya, jumlah dan sumber dana, siapa kelompok

sasarannya, bagaimana program dan sistem manajemen dilaksanakan,

serta kinerja kebijakan diukur (Ilyas, 2017).

Proses Implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan

sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah

siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran. Implementasi adalah

memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program

dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian (Ilyas,

2017).

2.3.2. Implementasi Program

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi

tercapainya kegiatan implementasi. Unsur kedua yang harus di penuhi

dalam proses implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat

yang menjadi sasaran program, sehingga masyarakat dilibatkan dan

membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya perubahan

dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat

16
kepada masyarakat maka dikatakan program tersebut telah gagal

dilaksnakan. Berhasil atau tidaknya suatu program di implementasikan

tergantung dari unsur pelaksanaannya (eksekutif). Unsur pelaksanaan ini

merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan penting, artinya pelaksanaan baik

itu organisasi maupun perorangan bertanggunujawab dalam pengelolaan

maupun pengawasan dalam proses implementasi (Riggs, 2005).

Implementasi program adalah tindakan-tindakan yang

dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap suatu

objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interpretasi dan

penerapan (Riggs, 2005).

2.4 Konsep Evakuasi

2.4.1. Pengertian Evakuasi

Evakuasi adalah pemindahan orang atau penghuni dari satu

tempat yang berbahaya ke tempat yang lebih aman. Salah satu standar

perlindungan terhadap potensi bahaya adalah standar rencana evakuasi.

Sistem evakuasi yang di buat agar orang bisa selamat melalui sarana

penyelamatan diri meliputi jalan keluar, pintu , tangga darurat dan

assembly point merupakan satu kesatuan agar proses penyelamatan

berjalan dengan cepat dan lancar (Octa, 2015).

17
Menurut Purbo, (2002), keadaan darurat (emergency) yang

menimpa suatu bangunan gedung adalah suatu keadaan yang tidak

lazim terjadi, cenderung dapat mencelakakan penghuninya. Keadan ini

dapat diakibatkan oleh alam (misalnya gempa bumi, tanah longsor,

gunung meletus, banjir bandang), atau oleh masalah teknis dan ulah

manusia (kebakaran, runtuhnya gedung akibat kegagalan/kesalahan

konstruksi) (Purbo, 2002).

Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2005, Pasal 59, setiap gedung harus menyediakan sarana

evakuasi yang meliputi:

a) Sistem peringatan bahaya bagi pengguna, dapat berupa sistem alarm

kebakaran dan/atau sistem peringatan menggunakan audio/tata

suara.

b) Pintu keluar darurat.

c) Jalur evakuasi.

d) Penyediaan tangga darurat/kebakaran .

Sarana tersebut harus dapat menjamin kemudahan pengguna

gedung untuk melakukan evakuasi dari dalam gedung secara aman

apabila terjadi bencana atau keadaan darurat. Penyediaan sarana

evakuasi harus disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi gedung,

jumlah dan kondisi pengguna gedung, serta jarak pencapaian ke tempat

18
yang aman. Sarana pintu keluar darurat dan jalur evakuasi juga harus

dilengkapi dengan tanda arah yang mudah dibaca dan jelas

(Sumardjito, 2011).

Dengan adanya sistem evakuasi yang baik, diharapkan mampu

mengurangi angka korban jiwa yang berjatuhan ketika terjadi bencana.

Mekanisme evakuasi yang dilakukan adalah ketika terjadi bencana

maka peringatan akan berbunyi dan para korban akan di arahkan untuk

berkumpul ke tempat aman (titik kumpul). Pada saat evakuasi juga

harus diperhitungkan jumlah korban yang dimobilisasi, kapasitas orang

yang bisa dibawa, serta rute yang dipilih menuju tempat aman. Dengan

waktu yang sempit faktor-faktor tersebut harus diperhitungkan demi

keselamatan semua korban bencana (Reimon, 2016).

Bagian yang cukup penting dalam evakuasi yaitu dengan

memilih menuju tempat aman, korban yang dimobilisasi harus di antar

ke tempat yang aman melalui rute terpendek. Evakuasi harus dilakukan

sebaik mungkin, karena waktu yang digunakan untuk memindahkan

korban juga harus seminimal mungkin, hambatan dalam rute harus

dihindari. Pemilihan rute dalam evakuasi harus mempertimbangkan

jalan-jalan serta bahaya-bahaya yang ada disekitar serta berdasarkan

data geografis dari daerah rawan bencana itu sendiri, apabila pemilihan

rute evakuasi yang salah bisa menyebabkan korban jiwa berjatuhan

karena waktu evakuasi yang lama sehingga memungkinkan aksi saling

19
dorong, bertabrakan dan mungkin juga mereka bisa jatuh lalu terinjak-

injak (Reimon, 2016).

2.4.2. Prosedur Evakuasi

Prosedur evakuasi yaitu kegiatan atau langkah-langkah dalam

menghadapi bencana. Dimana masing-masing pengawas harus

bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban semua orang dalam

evakuasi pada bagian atau daerah yang menjadi tanggung jawabnya

Prosedur evakuasi rumah sakit merupakan bagian yang sangat penting

dari kegiatan kesiapan rumah sakit dalam menghadapi bencana.

Perencanaan evakuasi termasuk perencanaan untuk mengatasi bencana

dari dalam rumah sakit itu sendiri (Pusponegoro, 2015).

Menurut Pusponegoro (2015), langkah-langkah dalam

melakukan evakuasi, yaitu :

1. Pengawas harus mengarahkan evakuasi melalui rute yang aman.

2. Memeriksa semua orang telah meninggalkan ruangan dan tempat

tugas semula.

3. Membawa ke tempat berkumpul yang telah ditentukan dan aman.

4. Memeriksa jumlah pasien dan personel.

5. Menjaga agar semua petunjuk dari ketua komando evakuasi dan

protap dilaksanakan .

6. Pengawas harus menjamin bahwa tidak ada orang yang kembali ke

gedung sampai diperintahkan oleh komando evakuasi

20
2.5 Jalur Evakuasi dan Petunjuk Evakuasi

Jalur evakuasi adalah jalur yang ditujukan untuk membuat orang agar

dapat menyikapi saat terjadi bencana dan tidak berhamburan saat terjadi

bencana, panik saat terjadi bencana melainkan dapat memposisikan apa yang

akan mereka lakukan dengan melihat arah panah maupun tanda lain demi

menekan jumlah korban yang disebabkan oleh kepanikan saat terjadi bencana.

seperti gunung meletus, banjir maupun gempa bumi (Suma’mur, 2009).

Jalur keluar evakuasi secara ideal, semua bangunan harus memiliki

sekurang-kurangnya dua jalan penyelematan diri dari dua arah yang

bertentangan terhadap setiap bencana yang terjadi pada sembarang tempat

dalam bangunan tersebut, sehingga tidak ada seseorang yang terpaksa

bergerak kearah api untuk menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelematan

demikian harus dipelihara bersih, tidak terhalang oleh barang-barang, mudah

terlihat dan diberi tanda-tanda yang jelas seperti tulisan “Emergency Exit”.

Bangunan-bangunan bertingkat banyak memerlukan jalan-jalan, ruang-ruang

dan tanga-tangga penyelamat yang terlindung oleh kontruksi-kontruksi

dengan ketahanan 30 menit terhadap api kebakaran dan diperlengkapi dengan

pintu-pintu penghalang asap serta penerangan darurat (Suma’mur, 2009).

Menurut Rahadian (2016), syarat-syarat jalur evakuasi sesuai dengan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu :

21
1. Rute evakuasi harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu

kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.

2. Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman sementara

dari bahaya api, asap dan gas.

3. Dalam penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian rupa

sehingga di mana saja penghuni dapat, menjangkau pintu keluar (exit).

4. Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan, dan

mempunyai lebar untuk koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan keluar 2

m.

5. Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung

dari sumber utama. Arah menuju pintu keluar (exit) harus dipasang

petunjuk yang jelas.

6. Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.

Petunjuk evakuasi adalah rambu-rambu atau simbol yang mempunyai

makna dan digunakan dalam sarana penyelamatan jiwa bila terjadi suatu

bencana atau hal yang tidak diinginkan. Simbol grafis digunakan untuk

menunjukan arah jalan keluar/jalur evakuasi dan titik kumpul darurat

(assembly point) (Rahadian 2016).

Menurut Rahadian (2016), pemasangan safety sign/rambu-rambu atau

petunjuk evakuasi harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :

a. Posisikan petunjuk evakuasi di lokasi pemasangan yang mudah dilihat

dengan jelas.

22
b. Posisikan petunjuk evakuasi dalam jarak pandang yang tepat sehingga

informasinya terbaca jelas.

c. Pastikan petunjuk evakuasi tidak tertutup atau tersembunyi.

d. Posisikan petunjuk evakuasi di area yang terdapat penerangan yang

memadai agar pesan terlihat jelas.

e. Posisikan petunjuk evakuasi secara berurutan sehingga rute keluar menuju

titik kumpul menjadi jelas.

f. Untuk penempatan safety sign level tertinggi (seperti rambu lokasi

penyimpanan peralatan keselamatan, peralatan pemadam kebakaran, EXIT

sign) dipasang setidaknya 198 cm dari dasar lantai.

g. Untuk penempatan safety sign dengan level ketinggian medium, biasanya

dipasang di tengah-tengah antara 114-168 cm dari dasar lantai.

h. Untuk penempatan safety sign dengan ketinggian rendah (seperti rambu

petunjuk evakuasi/jalan keluar) ditempatkan tidak lebih dari 46 cm dari

dasar lantai sehingga tanda dapat terlihat dengan jelas.

Sesuai SNI 03-1746- 2000 dan Peraturan menteri Pekerjaan Umum

Nomor 26 Tahun 2008, sarana jalan keluar pada sebuah bangunan gedung

harus diberi tanda. Tanda eksit, selain dari pintu eksit utama di bagian luar

bangunan gedung, harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang

mudah terlihat dari setiap arah akses eksit. Penandaan eksit harus memenuhi

kriteria; Tanda eksit harus di tempatkan pada setiap pintu eksit yang

23
disyaratkan untuk tanda tersebut. Tanda eksit yang bisa diraba harus terbaca

dan tanda eksit harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Akses ke eksit juga

harus diberi tanda dengan tanda yang disetujui, mudah terlihat di semua

keadaan di mana eksit atau jalan untuk mencapainya tidak terlihat oleh

pengguna dan pengunjung bangunan gedung. Tanda harus ditempatkan

sedemikian rupa sehingga tidak ada titik di dalam akses eksit koridor yang

ditempatkan lebih dari 30 m dari tanda terdekat (Suma’mur, 2009).

2.6 Kerangka Teori

Sistem Evakuasi

Implementasi Evakuasi dan


Jalur Evakuasi Dalam
Kejadian Bencana Pada
Pasien di Rumah Sakit
Undata Palu Pasien
Jalur Evakuasi dan
Petunjuk Evakuasi

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

Sumber : Regulasi SPO Evakuasi dan Jalur Evakuasi RSUD Undata Palu 2019

24
2.7 TABLE SINTESA
No Nama peneliti Judul Tujuan Karakteristik Hasil
(tahun) penelitian Subjek Instrumen Metode
1 Adzhani, F. R., Analisis Untuk Informan Pengumpulan Penelitian Hasil penelitian
Widjasena, B., & implementasi membahas lebih utama data penelitian kualitatif menunjukkan pada
Kurniawan, B manajemen lanjut mengenai dalam dilakukan yang bersifat pelatihan manajemen
(2016) pelatihan manajemen penelitian dengan cara deskriptif perencanaan
kesiapan pelatihan ini observasi, g memiliki kebijakan dan
Petugas tanggap terhadap adalah wawancara komitmen dalam bentuk
darurat dalam kesiapan petugas kepala mendalam operasi standar proseur
menghadapi tanggap darurat ruang di (indept es (SOP).
bencana dalam menghadapi gedung interview), struktur organisasi dalam
Gempa bumi bencana gempa IRNA dan pelaksanaan
pada gedung bumi pada gedung I berjumlah dokumentasi pelatihan simulasi adalah
instalasi rawat instalasi rawat 4 orang dan dibentuk oleh kepala
inap i (irna inap I (IRNA I) di kepala instalasi. Pada
I) Di rsup dr. RSUP Dr. Sardjito ruang ICCU pelaksanaan
Sardjito Yogyakarta berjumlah1 penjadwalan, rencana
yogyakarta orang. pelatihan telah dilakukan
Sedangkan oleh K3. Sebelum
informan mendaftar
triangulasi simulasi adalah langkah
berjumlah 1 pertama yang bertujuan
orang yaitu untuk
kepala mempromosikan skenario
bagian K3 dan
peran masing-masing.
Mempromosikan prosedur

25
adalah
sehingga diberikan kepada
pasien dan
keluarga pasien. Selama
promosi
menerima,
mendokumentasikan
dengan mengambil
gambar juga diadakan.
Evaluasi simulasi
dalam bentuk
waktu respons dan video.
Para petugas yang
mengikuti pelatihan
dalam ICCU ditemukan
cukup aktif. Departemen
pelatihan memiliki
anggaran khusus
pendidikan dan pelatihan.
Namun, IRNA I dan
gedung ICCU tidak
memiliki pemantauan
pelatihan dan
Simulasi untuk tanggap
darurat terhadap gempa.
rumah sakit harus
melakukan monitoring
untuk meningkatkan
kualitas rumah sakit.

26
2. Saladdin Wirawan Strategi Mengembangkan Key Melakukan Penelitian 1. Peningkatan
Effendy (2013) pengembangan strategi sistem informan wawancara yang pengetahuan dan
sistem manajemen dalam dan observasi digunakan pemahaman K3 terhadap
manajemen k3 kesehatan dan penelitian adalah personil yang ada meliputi :
pada rumah sakit keselamatan kerja ini adalah penelitian pelatihan terhadap personil,
umum daerah (K3) Kepala kualitatif pemantaua terhadap
kayuagung Bidang kegiatan personil dan
kabupaten ogan Pelayanan sosialisasi 2.
komering ilir Medis, Pengembangan sistem
Kepala administrasi meliputi :
Bidang Membuat dan menyetujui
Sarana dan komitmen K3 bagi seluruh
Prasarana, personi, Perbaikan dan
Staf medis pengembangan serta
dan non pemantauan terhadap
medis serta pelaksanaan prosedur-
masyarakat prosedur K3,
Melaksanakan semua
prosedur kesehatan dan
keselamatan kerja,
Melakukan analisis
terhadap bahaya dan resiko
dan Melakukan audit
terhadap sistem manajamen
K3
3. Zaki Muthahhari Analisis untuk mengetahui wawancara Melakukan Penelitian PT X memiliki 4 area kerja
Lubis, Juli Penerapan kesesuaian sistem kepada wawancara yang yang berpotensi besar
Soemirat, Didin Sistem Tanggap yang dibuat atas pihak dengan dilakukan terjadi kebakaran
Agustian Permadi Darurat dasar standar yang perusahaan. observasi merupakan berdasarkan kegiatan

27
(2019) Kebakaran Di berlaku dan setiap Identifikasi penelitian operasionalnya, yaitu area
PT X elemen perusahaan bahaya kualitatif office, produksi elektronik,
harus tanggap kebakaran mekanik, dan modul surya.
dalam menghadapi di Hasil akhir evaluasi sistem
keadaan darurat lingkungan tanggap darurat kebakaran
kebakaran. kerja PT X di lingkungan kerja PT X
dilakukan menunjukkan tingkat
dengan kesesuaian terhadap standar
meninjau yang berlaku sebesar 57,75
kegiatan %. Angka tersebut
operasional menunjukkan tingkat
yang keandalan dengan nilai
berpotensi Kurang (K).
menimbulka
n bahaya
kebakaran
4. Hodiri Adi Putra Studi Kualitatif untuk dilakukan Responden wawancara Jenis Hasil penelitian didapatkan
(2018) Kesiapsiagaan penelitian tentang dalam mendalam penelitian ini bahwa Tim komite
Tim Komite Kesiapsiagaan Tim penelitian (indepth menggunaka penanggulangan bencana
Bencana Rumah Komite Bencana ini interview) n penelitian rumah sakit secara resmi
Sakit PKU Rumah Sakit PKU berjumlah 8 observasi dan kualitatif telah dibentuk oleh Rumah
Muhammadiyah Muhammadiyah orang dokumentasi dengan Sakit PKU Muhammadiyah
Bantul dalam Bantul dalam diantaranya rancangan Bantul untuk menanggapi
Menghadapi Mengahadapi adalah penelitian keadaan bencana.Sebagai
Bencana Bencana. direktur yang rumah sakit siaga bencana
Rumah digunakan tercermin dari Struktur
Sakit, 2 adalah Bagan Sistem Komando
orang Tim pendekatan Penanggulangan Bencana
DMC studi kasus yang telah disepakati

28
(Disaster (Case Study) bersama.Tim kebencanaan
Medical rumah sakit sudah
Comite), melaksanakan pelatihan
dan 2 orang kebencanaan untuk
kepala meningkatkan pengetahuan
perawat dan skill, Pusat Operasi
IGD dan Darurat (POD) rumah sakit
manajer berada di area yang aman
keperawata dan mudah dijangkau serta
n, 1 orang terlindungi, dilengkapi
kepala dengan peta jalur evakuasi,
farmasi, 1 Direktori pemangku
orang kepentingan eksternal dan
kepala kontak lainnya tersedia up
kamar to date dan dipegang oleh
oprasi dan 1 staf penanganan tanggap
orang darurat utama, Kartu aksi
kepala untuk semua personil masih
sarana dan dalam proses, menunggu
prasarana SK turun masih dalam
Rumah pengajuan ke direktur.
Sakit.
5. A.M. Azhar Implementasi Untuk mengetahui Key Melakukan Metode Hasil penelitian
Aljurida, kebijakan Implementasi informan observasi dan penelitian menujukkan bahwa
Muhammad brigade siaga kebijakan brigade dalam wawancara yang implementasi kebijakan
Zulkifli (2019) bencana dalam siaga bencana penelitian digunakan dari pendekatan
tanggap darurat dalam tanggap ini adalah dalam kajian teori implementasi van
di kabupaten darurat di kabupaten Kepala ini adalah Meter dan van Horn
bantaeng bantaeng Bidang metode menunjukkann bahwa

29
Pelayanan deskriptif Brigade
Medis, kualitatif Siaga Bencana bertujuan
Kepala untuk mendekatkan dan
Bidang mempercepat penanganan
Sarana dan kesehatan kepada
Prasarana, masyarakat yang
Staf medis dilaksanakan oleh satgas
dan non khusus dan
medis serta terampil yang siaga selama
masyarakat 24 jam penuh. Faktor
kondisi alam yang ada di
Kabupaten Bantaeng
terutama dari aspek
geografi dan topografi,
terkadang
menjadi penyebab
keterlambatan penangan
kesehatan bagi masyarakat,
Brigade Siaga Bencana
Kabupaten Bantaeng
mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian
tugas Dinas Kesehatan dan
rumah sakit dalam rangka
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang
bersifat darurat atau
penangan kesehatan pra
rumah sakit.

30
6. Nur Annilawati, Analisis Sistem Untuk mengetahui Informan Wawancara Penelitian Hasil penelitian ini
Azizah Musliha Tanggap Darurat Sistem Tanggap utama pada dan observasi kualitatif menunjukan bahwa Rumah
Fitri (2019) Bencana Rumah Darurat Bencana penelitian Sakit X memiliki sistem
Sakit X di Rumah Sakit X di ini adalah tanggap darurat bencana,
Jakarta Jakarta perawat dan namun
Selatan Tahun Selatan Tahun 2018 security. masih terdapat kekurangan
2018 Sedangkan terutama dalam hal
informan pelatihan dan simulasi, tim
kunci pada tanggap darurat serta sarana
penelitian penyelamatan jiwa.
ini adalah
wakil ketua
tim K3
Rumah
Sakit X
7. Rachel M. Adams, Community Untuk inisiatif Menggunak Pengambilan Jenis Hasil menunjukkan
David P. Eisenman Advantage and kesiapsiagaan an data data penelitian menemukan bahwa peserta
(2019) Individual Self- bencana semakin survei menggunakan yang dengan kesehatan yang
Efficacy terfokus pada komunitas web, dan digunakan buruk dan yang memiliki
Promote pembangunan Kabupaten wawancara dalam keterbatasan aktivitas
Disaster ketahanan Los penelitian ini terlibat dalam perilaku
Preparedness: A masyarakat. Angeles adalah kesiapsiagaan yang lebih
Multilevel dari Survei penelitian sedikit. Kemanjuran diri
Model among Kesehatan yang bersifat secara signifikan
Persons with Masyarakat deskriptif- memediasi hubungan antara
Disabilities untuk kuantitatif kesehatan yang dinilai
Survei sendiri dan kesiapan
Ancaman bencana.Tinggal di sebuah
Darurat dan komunitas dengan

31
Indeks keuntungan yang lebih
Tempat besar, terutama dengan
Sehat. atribut sosial dan
perumahan yang lebih
diuntungkan, mengurangi
hubungan negatif antara
kesehatan dan
kesiapsiagaan yang dinilai
sendiri dengan buruk.Studi
ini menyoroti pentingnya
faktor individu dan
komunitas dalam
mempengaruhi persiapan
penyandang
disabilitas.Oleh karena itu,
kebijakan dan
pemrograman harus dua
kali lipat, yang
menargetkan efikasi diri
sebagai pengaruh proksimal
pada perilaku kesiapsiagaan
dan juga mengatasi faktor-
faktor hulu terkait dengan
keuntungan masyarakat
yang dapat menciptakan
peluang untuk mendukung
perubahan perilaku
sekaligus memperkuat
ketahanan masyarakat

32
secara keseluruhan.

Nur Haryani Sistem bertujuan untuk pelaksanaan Pengambilan Jenis Hasil penelitian
8. (2018). Manajemen mendeskripsikan SMK3 di data dilakukan penelitian menunjukkan bahwa
Keselamatan SMK3 di Pertamina Pertamina melalui tiga yang Pertamina TBBM Jambi
Dan Kesehatan TBBM Jambi. TBBM cara, yaitu dilakukan dapat dikategorikan baik
Kerja (Smk3) Di Jambi observasi, adalah dalam pelaksanaan
Pt. Pertamina dokumentasi kualitatif SMK3.Hal tersebut dapat
(Persero) Unit dan deskriptif diketahui dari hasil SMK3
Pemasaran Ii wawancara. menggunakan teori sistem
Terminal Bahan David Easton yang
Bakar Minyak menunjukan bahwa
(Tbbm) Jambi keseluruh indikator yang
ada berjalan cukup baik.
Input yang ada berupa
sarana prasarana yang ada
sangat mendukung
terlaksananya SMK3,
dilakukan pelatihan-
pelatihan SMK3 kepada
karyawan untuk
meningkatkan nilai SDM
yang ada. Proses yang

33
didukung oleh komunikasi
yang digunakan Pertamina
yaitu, melalui internal
email, rapat rutin dan
melalui media sosial
berupa blackberry
massenger group. Output
yang berupa hasil yang
dapat dilihat dari angka
kecelakaan yang zero
accident dan pencapaian
Pertamina TBBM Jambi
dalam penilaian PROPER
serta POSE yang baik,
sehingga evaluasi yang
dilakukan hanya untuk
meningkatkan pencapaian
yang sudah ada. Feedback
merupakan proses akhir
yaitu penyampaian
informasi dari hasil yang
ada.

34
Waheeb Nasr A Study of untuk menilai semua Survei Jenis Kesiapsiagaan keseluruhan
9. Naser, MD, Hospital kesiapan rumah fasilitas dilakukan penelitian rumah sakit Kota Aden
EMDM. Pier Luigi Disaster sakit Aden Capital, Aden City dengan yang terhadap bencana turun
Ingrassia, MD, Preparedness in Yaman Selatan dengan menggunakan digunakan pada tingkat kesiapan yang
Phd. Salem South Yemen terhadap bencana jumlah total daftar standar adalah cross- tidak dapat diterima,
Aladhrae, MD, 10 rumah Organisasi sectional dengan rata-rata 46,6 (SD =
JBEM, Arbem. sakit: lima Kesehatan 38,31) ; kisaran 24-82).
Wegdan Ali rumah sakit Dunia Dari 10 rumah sakit, dua
Abdulraheem umum dan rumah sakit yang
(2017). lima rumah dilengkapi dengan fasilitas
sakit yang tidak memadai tidak
swasta. memiliki tingkat kesiapan
yang tinggi.
Nicola ́s C. Natural disaster penelitian ini adalah Survei Penelitian ini Penelitian Hasilpenelitian :bahwa
10. Bronfman, Pamela preparedness in untuk melaporkan dilakukan menggunakan kuantitatif peserta secara signifikan
C. Cisternas, Paula a multi- hazard tingkat pada 476 web, dan lebih siap untuk
B. Repetto, Javiera environment: kesiapsiagaan peserta dari wawancara menghadapi gempa bumi
V. Castañeda, Characterizing komunitas yang dua daerah daripada banjir, yang
(2019). the terpapar pada dua di Wilayah mengirimkan peringatan
sociodemographi bahaya alam dan Atacama di serius kepada pemerintah
c profile of those mengidentifikasi utara Chili daerah, mengingat bahwa
better (worse) karakteristik selama banjir telah menyebabkan
prepared sosiodemografi musim kerugian manusia dan
primer kelompok- semi. material terbesar dalam
kelompok dengan sejarah bencana alam baru-
tingkat baru ini di kawasan itu.
kesiapsiagaan yang Laki-laki mengaku lebih
berbeda. siap daripada perempuan
untuk menghadapi banjir,

35
sesuatu yang oleh penulis
dikaitkan dengan
karakteristik khusus dari
sektor pekerjaan utama
bagi laki-laki dan
perempuan di wilayah
tersebut. Profil
sosiodemografi individu
dengan tingkat
kesiapsiagaan tertinggi
dalam lingkungan dengan
berbagai bahaya alam
adalah orang berusia antara
30 dan 59 tahun, tinggal
bersama pasangan dan
anak-anak usia sekolah
mereka. Implikasi dari hasil
yang berkaitan dengan
lembaga yang bertanggung
jawab untuk
mengembangkan rencana,
kebijakan dan program
pengurangan risiko
bencana di lingkungan
multi-bahaya.

36
BAB III
DEFINISI KONSEP
3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Implementasi evakuasi dan jalur evakuasi dalam keadaan bencana di

rumah sakit adalah bagian dari manajemen rumah sakit secara keseluruhan

dalam pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktifitas proses kerja di rumah

sakit untuk terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman

bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pengunjung. Implementasi

evakuasi dan jalur evakuasi rumah sakit yang buruk akan berdampak pada

keselamatan pasien serta seluruh pengunjung maupun perawat yang ada di

rumah sakit. Implementasi evakuasi dan jalur evakuasi rumah yang buruk bisa

menimbulkan banyaknya korban jiwa pada saat terjadi bencana karena di rumah

sakit banyak terdapat orang sakit dan rentan ketika terjadi bencana alam.

Pada saat terjadi bencana sistem manajemen keselamatan dirumah sakit

harus diperhatikan mulai dari sistem evakuasi, jalur evakuasi dan petunjuk

evakuasi yang dipergunakan oleh rumah sakit sudah sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan. Implementasi evakuasi dan jalur evakuasi yang sesuai standar

berfungsi untuk mengurangi terjadinya korban jiwa saat bencana alam. Sistem

evakuasi, jalur evakuasi dan petunjuk evakuasi yang benar dan sesuai dengan

standar adalah upaya yang tepat dilakukan untuk mengurangi terjadinya

kecelakaan, kematian dan segala bentuk kerugian fisik maupun material pada

pasien, pengunjung dan perawat, maupun yang berhubungan dengan

37
peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara

langsung dan tidak langsung.

Kota Palu termasuk dalam zona rawan bencana alam dimana dilalui oleh

beberapa sesar aktif salah satunya yaitu sesar Palu Koro yang dimana

membutuhkan pengendalian khusus bencana alam, terlebih lagi pada rumah

sakit yang harus memiliki implementasi evakuasi dan jalur evakuasi yang baik

karena untuk meminimalisir terjadinya korban jiwa, pada rumah sakit tidak

hanya terdapat orang yang sehat melainkan terdapat orang sakit yang beresiko

tinggi jika terjadi bencana.

3.2 Pola Pikir

Sistem Evakuasi

Implementasi
Evakuasi dan Jalur
Evakuasi

Jalur Evakuasi dan Petunjuk


Evakuasi

Gambar 3. 1 Bagan Pola Pikir Peneliti

3.3 Definisi Konsep

3.3.1 Sistem Evakuasi

Sistem evakuasi merupakan suatu tindakan atau upaya untuk

memindahkan seseorang dari suatu tempat berbahaya menuju ketempat

yang lebih aman. Banyak kejadian berbahaya yang berpotensi mengancam

38
keselamatan manusia sehingga harus dilakukan evakuasi. Yang dimana

sistem evakuasi juga berfungsi untuk meminimalisir terjadinya korban jiwa

pada saat terjadi bencana. Sistem evakuasi yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah kebijakan evakuasi, prosedur evakuasi dan unit yang terkait

dalam evakuasi.

3.3.2 Jalur Evakuasi dan Petunjuk Evakuasi

Jalur evakuasi dan petunjuk evakuasi adalah jalur khusus yang

menghubungkan semua area ke area yang aman. Dalam sebuah bangunan,

jalur evakuasi dan petunjuk evakuasi sangatlah penting untuk

mengevakuasi orang-orang ke tempat aman apabila dalam sebuah

bangunan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan adanya jalur dan

petunjuk evakuasi yang memperlihatkan arah untuk keluar gedung atau

arah menuju tempat berlindung yang aman (assembly point), dapat

membantu penghuni gedung untuk menyelamatkan diri. Jalur evakuasi dan

petunjuk evakuasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk jalur

evakuasi dan penempatan petunjuk evakuasi.

39
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

rancangan studi kasus. Penelitian ini dilakukan pada kondisi objek yang

alamiah. Pada penelitian kualitatif peneliti berperan sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif, informan yang digunakan adalah informan yang pernah

mengalami substansi yang akan diteliti dengan melalui wawancara mendalam

(indepth interview) dan berhenti ketika tidak ada informasi baru lagi (Sugiyono,

2016).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Undata Palu jalan Trans Sulawesi

Tondo pada bulan Agustus 2020 sampai selesai. Waktu penelitian digunakan

untuk penelusuran data sekunder, pengambilan data primer, pengolahan dan

analisa data, serta penyusunan hasil penelitian.

4.3. Informan

4.3.1 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sumber data dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang

40
sesuai dengan tujuan penelitian, yang sesuai dengan pertimbangan dan

tujuan tertentu, sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan

penelitian. Kriteria yang digunakan dalam penentuan informan adalah

tim tanggap darurat RSUD Undata Palu.

4.3.2 Jenis Informan

1. Informan Kunci

Informan kunci adalah seseorang mengetahui dan memiliki

informasi pokok yang diperlukan dalam suatu penelitian. Adapun

informan kunci dari penelitian ini yaitu penanggung jawab program

tanggap darurat di RSUD Undata Palu.

2. Informan Biasa

Informan biasa adalah mereka yang terlibat langsung dalam

suatu interaksi sosial yang akan diteliti. Informan biasa dalam

penelitian tersebut tim tanggap darurat RSUD Undata Palu.

3. Informan Tambahan

Informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan

informasi tambahan yang dapat menunjang hasil penelitian. Informan

tambahan dalam penelitian tersebut adalah perawat dan pasien RSUD

Undata Palu.

41
4.4. Pengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data

4.4.1. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

cara wawancara mendalam (indepth interview) kepada seluruh informan.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garisgaris besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Waktu wawancara yang dilakukan

terhadap informan ditentukan sampai dengan terkumpulnya informasi

yang diinginkan peneliti.

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth

interview) dengan menggunakan pedoman wawancara yang memuat

pokok-pokok yang akan ditanyakan untuk memperoleh keterangan

secara lisan dari informan.

2. Data Sekunder

Diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Data yang diperoleh adalah

data yang terkait dengan kejadian bencana alam dan data jumlah kasus

korban jiwa pada saat bencana.

4.4.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan mereduksi data dengan cara

membuat rangkuman, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

42
pada hal-hal yang penting, untuk pencarian tema dan pola data (inti

dan proses pertanyaan-pertanyaan informasi), dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan analisis isi (content analysis) dengan teknik matriks

dimana informasi diolah dalam tabel antara lain: nomor, kode

informan, emik, etik dan kesimpulan.

4.4.3. Penyajian Data

Interpretasi data hasil reduksi dengan menyajikan data dalam

bentuk teks yang bersifat naratif/cerita dan terakhir adalah penarikan

kesimpulan.

4.5. Instrumen Penelitian

4.5.1. Instrumen Utama

Penelitian kualitatif, penulis sebagai human instrument yang

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data, menilai kualitas data, analisis data menafsirkan data dan

membuat kesimpulan. Pada penelitian ini penulis sendirilah yang akan

menjadi instrumen utama.

43
4.5.2. Instrumen Pelengkap

Instrumen pelengkap pada penelitian ini antara lain:

1. Pedoman wawancara.

2. Alat tulis menulis.

3. Perekam suara.

4. Kamera.

4.6. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility

data, uji transferability, uji dependbility, dan uji confirmability. Pada penelitian

ini digunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data yang dilakukan

dengan triangulasi. Triangulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Pada penelitian ini

triangulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber.

2. Triangulasi teknik adalah menguji kredibilitas data dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yang telah

diperoleh melalui wawancara mendalam dan dokumentasi. Wawancara

mendalam dilakukan pada semua informan baik itu informan kunci, informan

biasa dan informan tambahan. Dokumentasi dilakukan untuk mendukung

kegiatan penelitian yang dilakukan.

44
3. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa rumusan informasi

(thesis statement). Informasi tersebut selanjutnya akan dibandingkan dengan

perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas

temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Triangulasi teori dapat

meningkatkan pemahaman jika peneliti dapat menggali pengetahuan teoretik

secara mendalam mengenai hasil analisis yang telah diperoleh.

45
DAFTAR PUSTAKA

Adzhani, Widjasena. 2016. ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN


PELATIHAN KESIAPAN PETUGAS TANGGAP DARURAT DALAM
MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI PADA GEDUNG INSTALASI
RAWAT INAP I (IRNA I) DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(4), 659–666

Asian Disaster Reduction Center. 2003. Pencegahan dan Manajemen Bencana.


Jakarta
Abraham, Adam. 2014. Penentuan Jalur Evakuasi dan Titik Kumpul Partisipatif
Dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana Gunung Merapi
Adiyoso, Wignoyo. 2018. Manajemen Bencana :Pengantar dan Isu-isu Strategis.
Jakarta. Bumi Aksara
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2013). Penanggulangan Bencana alam.
Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/237954-none-
220db61b.pdf
Beach, M. (2010). Disaster Preparedness and Management. Philadelphia: F. A. Davis
Company
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2019. Bencana Kesehatan Indonesia.
Laporan kegiatan bimbingan teknis Hospital Disaster Plan RSUD Tora Belo
Kabupaten Sigi.
Debora, Tamboto Christie. 2017. Analisis Penerapan Standar Pelayanan Kesehatan
Kerja Di Rumah Sakit GMIM Kalooran Amurang Kab. Minahasa Selatan. E
Journal Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi
Ervianto, Wulfram I. 2005. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi
Revisi). Penerbit ANDI, Yogyakarta
Etkin, D. (2016). Disaster Theory: An Interdisciplinary Approach to Concepts and
Causes. Oxford: Elsevier Ltd
Hogan, D. E., & Burstein, J. L. (2007). Basic Perspectives on Disaster. In Disaster
Medicine (pp. 1–11). Philadelphia: Lippincot William & Wilkins
Purbo, Hartono. 2002. Utilitas Bangunan Jembatan. Jakarta
Pusponegoro, Aryono. 2015. Kegawatdaruratan dan Bencana. Solusi dan Petunjuk
Teknis Penanggulangan Medik & Kesehatan. Jakarta Timur. PT. Rayyana
Komunikasindo
Pangkey, Grace. 2012. PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI
INDONESIA. Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 2, ISSN 2087-
9334 (100-113) 100
Ilyas, M. 2017. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. JURNAL PEMERINTAHAN
DAN POLITIK VOLUME 2 No.1. Palembang

46
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
Mujiharto, 2011. Pedoman Tehnis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana. Edisi Revisi. Jakarta
Nugroho, Sutopo Purwo. 2010. Karakteristik Bencana Gagal Teknologi di Indonesia.
Jurnal dialog penanggulangan bencana vol.1 no.1 http://www.bnbp.go.id/.pdf
Octa, Harmanto. 2015. Implementasi Sistem Evakuasi Pasien Dalam Tanggap
Darurat Bencana Pada Gedung Bertingkat Rumah Sakit X Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3(3), 555–562
Riggs, Fred. 2005. Administrasi Negara-negara Berkembang Teori Masyarakat
Prismatis. Rajawali. Jakarta
Reimon, Johan. 2016. Algoritma Colony Optimization (ACO) untuk Pemilihan Jalur
Tercepat Evakuasi Bencana Gunung Lokon Sulawesi Utara. Jurnal Teknologi
Informasi. Vol 14. No.1
Rahadian, Erwin. 2016. EVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA
BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN
APARTEMEN X. Jurnal Reka Karsa Institut Teknologi Nasional
Shofia, Nur’aini. 2018. BENCANA DAN MITIGASI DALAM CERITA PENDEK
SIBER INDONESIA. Universitas Brawijaya. Malang
Sumardjito. 2011. Kajian Terhadap Kelayakan Sarana Emergency Exit Pada
Bangunan Pusat Perbelanjaan Di Yogyakarta. Jour nal Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan, Vol. 20, No. 1
Suma'mur P, K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Gunung Agung.
Jakarta
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
UU No. 24 Tahun 2007. Tentang Penanggulangan Bencana.
Zuilekom, Maarseveen. 2006. A Decision Support System for Preventive Evacuation
of People, A Decision Support System for Preventive Evacuation of People.
Netherland

47
LAMPIRAN

48
Jadwal penelitian

Judul : Implementasi sistem evakuasi pasien dalam tanggap darurat bencana gempa bumi pada gedung bertingkat di
Rumah Sakit Undata Palu
Nama : Akbar Agung Ramdani
Nim : P10117254
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. penyusunan
proposal
2. Penyusunan
instrument
3. Ujian proposal
4. Perbaikan
proposal
5. Pelasanaan
penelitian
6. Pengumpulan
data
7. Pengolahan data
8. Ujian hasil
penelitian
9. Perbaikan
10 Ujian skripsi
11 Perbaikan dan
penyerahan
skripsi

49
Lampiran 2

PERSETUJUAN PENGAMBILAN GAMBAR INFORMAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan ini saya bersedia foto/gambar saya dipublikasikan untuk

kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan Skripsi bagi peneliti dan tidak akan

merugikan saya.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya serta penuh kesadaran

tanpa paksaan dari pihak manapun.

Palu, …............................2020

Yang Menyatakan

50
PEDOMAN WAWANCARA

I. INFORMAN BIASA

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

A. Evakuasi

1. Bagaimana Kebijakan evakuasi dalam ke adaan bencana di RSUD Undata Palu?

Probing:

a. Kebijakan seperti apa yang di lakukan pada evakuasi pasien?

b. Apakah kebijakan tersebut di sebarluaskan ke seluruh pegawai, tamu,

pengunjung serta pasien di RSUD Undata Palu?

2. Bagaimana prosedur yang di gunakan dalam evakuasi pasien di RSUD Undata

Palu?

3. Dalam evakuasi pasien di RSUD Undata Palu unit apa saja yang dibentuk?

Probing:

b. Berapa jumlah anggota dalam unit evakuasi pasien?

c. Apakah setiap unit di berikan pelatihan dalam mengevakuasi pasien?

B. Jalur Evakuasi dan petunjuk evakuasi

1. Seperti apa jalur evakuasi yang ada di RSUD Undata Palu?

Probing:

a. Berapa jumlah jalur evakuasi yang ada di RSUD Undata Palu?

51
b. Berapa lebar untuk setiap jalur evakuasi?

c. Apakah tersedia jalur landai pada RSUD Undata Palu?

d. Apakah tersedia penerangan yang cukup di setiap rute jalur evakuasi?

e. Apakah penempatan pintu keluar darurat dapat dijangkau oleh seluruh

penghuni di rumah sakit undata palu?

f. Apakah ada/tidak hambatan di setiap jalur evakuasi?

2. Apakah dirumah sakit undata palu sudah memiliki petunjuk evakuasi?

Probing:

a. Petunjuk evakuasi apa saja yang ada di RSUD Undata Palu?

b. Berapakah jumlah petunjuk evakuasi pada masing-masing gedung di RSUD

Undata Palu?

c. Bagaimana penempatan petunjuk evakuasi di RSUD Undata Palu?

d. Apakah di setiap bangungan sudah terdapat petunjuk evakuasi?

e. Dalam satu bangunan berapa jumlah petunjuk evakuasi?

f. Berapa jumlah titik kumpul dan seperti apa penempatannya?

3. Apakah ada pengecekan jalur evakuasi dan petunjuk evakuasi yang ada di

RSUD Undata Palu?

Probing :

a. Jika ada, Setiap jangka waktu berapa lama dilakukan pengecekan jalur

evakuasi dan petunjuk evakuasi?

b. Bagaimana upaya yang dilakukan jika terdapat jalur evakuasi dan petunjuk

evakuasi mengalami kerusakan?

52
II. INFORMAN KUNCI

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

A. Sistem Evakuasi

1. Apakah terdapat kebijakan tentang evakuasi pasien yang diberlakukan di RSUD

Undata Palu?

Probing:

a. Apakah isi kebijakan tersebut disebarluaskan kepada seluruh pegawai, tamu,

pengunjung serta pasien di RSUD Undata palu?

b. Upaya seperti apa yang dilakukan untuk mensosialisasikan kebijakan

tersebut?

2. Apakah kebijakan yang diberikan pada saat proses evakuasi pasien mengalami

kendala?

Probing:

a. Bagaimana kendala yang dihadapi terkait penerapa kebijakan evakuasi di

RSUD Undata Palu?

3. Bagaimana prosedur saat evakuasi pasien yang baik sesuai anjuran dalam k3?

4. Dalam evakuasi pasien unit apa saja yang tergabung dalam proses evakuasi di

RSUD Undata Palu?

53
Probing:

c. Adakah pelatihan yang diberikan dalam mengevakuasi pasien?

B. Jalur evakuasi dan petunjuk evakuasi

1. Seperti apa jalur evakuasi yang ada di RSUD Undata Palu?

2. Apakah tersedia petunjuk evakuasi di RSUD Undata Palu?

Probing

a. seperti apa penempatan petunjuk evakuasi yang baik dan benar?

3. Apakah ada pengecekan jalur evakuasi dan petunjuk evakuasi yang ada di

RSUD Undata Palu?

Probing :

a. Jika ada, Setiap jangka waktu berapa lama dilakukan pengecekan jalur

evakuasi dan petunjuk evakuasi?

b. Bagaimana upaya yang dilakukan jika terdapat jalur evakuasi dan petunjuk

evakuasi mengalami kerusakan?

54
III. INFORMAN TAMBAHAN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

A. Sistem evakuasi

1. Adakah informasi yang diberikan terkait kebijakan evakuasi pasien di RSUD

Undata Palu?

Probing:

a. Bagaimana proses evakuasi pada saat terjadi bencana di RSUD Undata Palu?

b. Apakah seluruh penghuni rumah sakit, baik perawat maupun pasien atau

pengunjung terlibat dalam proses evakuasi?

B. Jalur evakuasi dan petunjuk evakuasi

1. Seperti apa jalur evakuasi yang ada di RSUD Undata Palu?

Probing

a. Apakah tersedia jalur landai di setiap gedung RSUD Undata Palu?

b. Apakah tersedia titik kumpul pada RSUD Undata Palu?

2. Apakah di RSUD Undata Palu terdapat petunjuk evakuasi?

Probing:

a. Apa saja petunjuk evakuasi yang ada di RSUD Undata Palu?

b. Apakah penempatannya dapat terlihat oleh seluruh penghuni rumah sakit?

55
LEMBAR OBSERVASI

Kesesuaian
No. Aspek yang Dinilai
Ya Tidak

1. Tersedianya kebijakan/pedoman evakuasi

2. Tersedianya jalur evakuasi landai

3. Tersedianya tangga darurat


4. Tersedianya petunjuk evakuasi

5. Petunjuk evakuasi yang mudah


dibaca/dilihat
6. Tersedianya pintu darurat

7. Tersedianya titik kumpul (assembly


point) di setiap gedung

56

Anda mungkin juga menyukai