Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN KARATERISTIK TRAUMA ABDOMEN

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

TAHUN 2011-2014

Oleh:
ABIGAIL ANN MAATHAI
120 100 522

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
i

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan Judul:

Gambaran Karateristik Trauma Abdomen di Rumah Sakit Umum Pusat Haji


Adam Malik Tahun 2011-2014

Yang dipersiapkan oleh:

Abigail Ann Maathai

120 100 522

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan dipersetujui untuk dilanjutkakn ke


Seminar Proposal

Medan, 10 Juni 2015

Dipersetujui,

Dosen Pembimbing

(
)
ii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
2.1 Anatomi Abdomen........................................................................ 4
2.2 Trauma Abdomen.......................................................................... 6
2.2.1. Definisi............................................................................... 6
2.2.2. Klasifikasi dan Etiologi...................................................... 6
2.3. Trauma Tumpul............................................................................ 7
2.3.1. Etiologi............................................................................... 7
2.3.2. Mekanisme......................................................................... 7
2.3.3. Gejala Klinis....................................................................... 10
2.3.4. Diagnosa............................................................................. 10
2.3.5. Penatalaksanaan.................................................................. 12
2.4. Trauma Tajam............................................................................... 12
2.4.1. Definisi............................................................................... 12
2.4.2. Mekanisme......................................................................... 13
2.4.3. Gejala Klinis....................................................................... 13
2.4.4. Diagnosa............................................................................. 13
2.4.5. Penatalaksanaan.................................................................. 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL......... 16


3.1 Kerangka Konsep Penelitian......................................................... 16
3.2 Definisi Operasional...................................................................... 16
3.2.1. Trauma Abdomen............................................................... 16
3.2.2. Pasien Trauma Abdomen................................................... 16
3.2.3. Data Klinis.......................................................................... 16
iii

BAB 4 METODE PENELITIAN................................................................. 19


4.1. Rancangan Penelitian................................................................... 19
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 19
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 19
4.4. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 20
4.5. Pengolahan dan Analisis Data...................................................... 20
4.6. Rencana Penelitian....................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 21
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1. Kuadran empat bagian abdomen........................................... 4


Gambar 2.2. Bagian-bagian abdomen........................................................ 5
Gambar 2.3. Algoritme diagnose trauma tumpul abdomen....................... 11
Gambar 2.4. Algoritme tatalaksana trauma tajam abdomen...................... 15
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Trauma merupakan penyebab kematian paling sering dalam empat dekade


kehidupan, dan itu menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di setiap
Negara (Gad, et al, 2012). Menurut Journal of Emergencies, Trauma and Shock ,
profil statistic secara global mengestimasikan 5,1 juta kematian pada tahun 2000
yang disebabkan oleh cedera yang menyumbang 10% dari kematian akibat semua
penyebab. Dari jumlah itu, seperempat dari kematian cedera terjadi di Wilayah
Asia Tenggara (Paden M, et al, 2002). Kecelakaan lalu lintas (RTA) adalah salah
satu diantara lima penyebab mobiditi dan mortalitas di negara- Negara Asia
Tenggara(WHO, 2012). RTA menyebabkan trauma mekanis, morbiditas,
kecacatan, dan bahkan kematian. Tingkat kematian kecelakaan lalu lintas jalan di
India adalah salah satu yang tertinggi di dunia dan dilaporkan 20 kali lebih banyak
daripada yang dilaporkan di Negara- Negara maju. Abdomen adalah bagian tubuh
yang ketiga paling sering terkena di masyarakat (Park K, 2011).

Berdasarkan Data kepolisian RI menunjukkan, terdapat rata-rata 29 orang


meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan di jalan raya sedangkan kecelakaan
itu sendiri, pertahunnya rata- rata mencapai 14, 604 kejadian dan yang mengalami
cedera abdomen sebanyak 52,6 % dengan jumlah korban meninggal dunia adalah
10,696 jiwa (Kevin, et al, 2010).

Menurut klasifikasi trauma, terdiri kepada dua iaitu trauma tumpul dan
trauma tajam. Pada trauma tumpul, limfa dan hati adalah organ yang paling sering
tercedera (van der Vlies, et al 2011). Hampir tiga perempat daripada kasus trauma
tumpul melibatkan kemalangan jalan raya dan hampir dua pertiga yang terlibat
adalah terjadi pada laki- laki dengan puncak insidensi pada pasien antara usia 14
dan 30. Selain itu, trauma tumpul abdominal lebih banyak di perdesaan daripada
trauma tajam atau tembus yang sering berlaku di wilayah perkotaan (Hemmila,
2008).
2

Berdasarkan uraian di atas, penelitian tertarik untuk mengambil judul


“Gambaran Karakteristik Trauma Abdomen di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik dari tahun 2011-2014.”

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran karakteristik trauma abdomen di Rumah Sakit Umum Pusat


Haji Adam Malik pada tahun 2011 hingga 2014?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran karakteristik trauma abdomen di Rumah Sakit


Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2011 hingga 2014?

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran karakteristik trauma abdomen saat masuk RSUP. Haji


Adam Malik.

2. Mengetahui jenis kelamin pasien yang mengalami trauma abdomen pada


pasien di RSUP Haji Adam Malik.

3. Mengetahui usia pasien yang menderita trauma abdomen di RSUP Haji Adam
Malik.

4. Mengetahui jenis trauma abdomen yang dialami oleh pasien di RSUP. Haji
Adam Malik.

5. Mengetahui jenis organ yang mengalami trauma abdomen di RSUP. Haji Adam
Malik.
3

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan


bahan masukan mengenai kateristik trauma abdominal di RSUP Haji
Adam Malik.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian
lain yang ingin mengembangkan ilmu yang berkenaan.
4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Abdomen

Dinding abdomen terdiri daripada kulit, fascia superfiscialis, lemak, otot-


otot, fascia transversalis dan parietal peritoneum (Shaikh, 2014). Selain itu, posisi
abdomen ada diantara toraks dan pelvis (Moore, 2014)

Pada abdomen, terdapat empat kuadran yang dibahagi dari bagian midline
dan bagian transumbilical (Pansky, 2013)

Gambar 2.1 Kuadran empat bagian abdomen (Netter, 2014)

1) Bagian kanan atas: Hepar dan kantong empedu

2) Bagian kiri atas: Gastric dan limfa

3) Bagian kanan bawah: Cecum, ascending colon dan usus kecil

4) Bagian kiri bawah: Descending colon, sigmoid colon, dan usus kecil
5

Menurut Singh (2014), bagian-bagian abdomen terbahagi kepada :

Gambar 2.2 Bagian-bagian abdomen (Pansky, 2013)

1) hypocondriaca dextra
2) epigastrica
3) hypocondriaca sinistra
4) lateralis dextra
5) umbilicalis
6) lateralis sinistra
7) inguinalis dextra
8) pubica
9) inguinalis sinistra

Menurut Singh (2014),tempat organ abdomen adalah pada:

1) Hypocondriaca dextra meliputi organ: lobus kanan hepar, kantung


empedu, sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan
dan kelenjar suprarenal kanan.
2) epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan
sebagian hepar.
6

3) hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, lien, bagian kaudal


pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar
suprarenal kiri.
4) lateralis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
5) Umbilicalis meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah
duodenum, jejenum dan ileum.
6) Lateralis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri,
sebagian jejenum dan ileum.
7) Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan
ureter kanan.
8) Pubica meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada kehamilan).
9) Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium
kiri.

2.2. Trauma Abdomen

2.2.1. Definisi

Kata trauma ini berasal dari kata Yunani untuk luka sehingga definisi
sederhana adalah bahwa trauma adalah cedera yang dihasilkan dari kekuatan fisik
eksternal (Hamilton, 2013). Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang
melibatkan daerah antara diaphragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).

2.2.2. Klasifikasi dan Etiologi

Menurut Smith et. al (2011) trauma abdomen diklasifikasikan menjadi dua


menjadi trauma tumpul dan trauma tajam.
7

2.3. Trauma tumpul

2.3.1. Etiologi

Trauma tumpul paling banyak disebabkan oleh kecelakaan ataupun motor


vehicle collisions(MCVs). Daripada itu, kecelakaan antara kenderaan dengan
kenderaan dan kenderaan dengan pejalan kaki telah menyebabkan 50-70 %
daripada trauma ini. Penyebab trauma tumpul yang lain adalah kecelakaan di
tempat industri ataupun kecelakaan rekreasi. Antara penyebab trauma tumpul
yang jarang berlaku adalah iatrogenic trauma apabila melakukan cardiopulmonary
resusitasi dan melakukan Heimlich maneuver (Legome, 2014).

2.3.2. Mekanisme

Terdapat empat mekanisme untuk trauma tumpul :

1) Tenaga kompresi (hantaman)


Kompresi external dari arah lateral atau antero-posterior akan menggangu
organ yang terfiksasi pada bagian rongga perut. Organ- organ yang berada
pada peritoneal seperti hepar, limpa dan duodenojejunal (DJ) flexure
rentan terhadap trauma seperti ini karena ia berada pada bagian visera
retroperitoneal. Ruptur langsung juga bisa terjadi jika berlaku pendarahan.
2) Shearing
Pasokan pada abdomen dengan tenaga deselerasi dan akselerasi akan
menyebabkan organ bergerak dan dirobek dan ini akan menyebabkan
pendarahan yang signifikan banyak.
3) Bursting
Kompresi external ke rongga perut akan menghasilkan peningkatan pada
tekanan intra abdominal dan pada lumen organ yang berongga dan akan
menyebabkan efek bursting. Bagian yang paling rentan kepada bursting
adalah pada bagian oesophagogastric pada kasus ruptur diaphragma.
8

4) Penetrasi
Cedera tumpul ke tulang panggul, tulang belakang lumbosakral, atau
tulang rusuk dapat menghasilkan spikula tulang yang menembus kedua
organ berongga dan padat. (Smith, et al., 2010).

Cedera khusus

A. Diafragma

Cedera ataupun robekan pada diafragma terjadi pada bagian-bagian


tertentu ataupun pada kedua-dua diafragma. Bagian yang paling sering
cedera adalah pada bagian kiri dan juga sering disebabkan oleh bursting.
Biasanya pada luka tusuk, bagian diafragma mempunyai potensi untuk
cedera. Cedera pada bagian ini disebabkan oleh trauma tumpul ataupun
trauma tembus. Selain itu, cedera diafragma dapat terjadi dalam arah yang
berlawanan dengan tempat terjadi tembusan dari bagian thorax kepada
bagian abdomen. Lebih dari setengah dari kasus trauma pada bagian
diafragma akan berkaitan dengan cedera pada hepar dan
haemopneumothoraks.

B. Hati

Walaupun dilindungi oleh iga kanan, hati merupakan organ yang paling
sering mengalami kecederaan dalam kasus trauma abdomen. Pada kasus
trauma tumpul, kompresi dan shearing merupakan faktor paling dominan
dalam mekanisme kecelakaan. Hati diselaputi oleh kapsul fibrosa dan
diikat pada dinding abdomen oleh ligamentum falciform. Apabila
mengalami tekanan ataupun kompresi, paling sering di iga bawah, hati
tidak dapat dilindungi sehingga menyebabkan terjadinya laserasi pada
parenkim.

C. Limfa
9

Kebanyakan kecederaan pada limfa sama seperti kecederaan di hati.


Walaupun berada pada posisi yang dilindungi oleh iga, limfa sering
mengalami kecederaan disebabkan oleh trauma tumpul. Kecederaan pada
limfa paling sering disebabkan oleh motor vehicle crashes(MVCs), dan
kecelakaan olahraga dan ruptur secara langsung juga menjadi penyebab.

D. Ginjal

Ginjal selalunya dilindungi di bagian retroperitoneum dan hanya terjadi


kecederaan jika mengalami trauma yang berat (cedera pada bagian ginjal
hanya berlaku sebanyak kira-kira 10% dari kasus trauma abdomen).
Cedera daripada kompresi haruslah dengan kekuatan yang tinggi karena
perlindungan yang terdapat pada bagian tersebut adalah dari dinding
abdomen yang posterior tetapi rentan kepada cedera deselerasi. Kasus
yang menyebabkan kecederaan pada ureter atas juga jarang terjadi (Nerli
dan Patil dan Devaraju dan Hiremath, 2015).

E. Pankreas

Kebanyakan cedera pada pancreas umumnya disebabkan oleh trauma


tumpul, dan mekanismenya adalah melalui kompresi. Trauma ini
disebabkan oleh kompresi apabila pemandu kenderaan mengalami
hentaman pada bagian torso pada kemudi mobil, dan menghancurkan
pancreas (Smith et,al,2011)

F. Perut

Cedera pada bagian ini umumnya sering terjadi karena trauma tembus
daripada trauma tajam. Pada kasus trauma tumpul, kenaikan tekanan intra
abdominal akan menyebabkan bursting dan pada gastro-esophageal
junction terjadi shearing (Smith et at, 2011). Gastric rupture juga terjadi
tetapi jarang (Hermosa Jl, 2008).
10

2.3.3. Gejala Klinis

Gejala klinis untuk trauma tumpul adalah nyeri abdomen, iritasi peritoneal,
dan sehingga terjadi shock hipovolemik (Schaider, 2012). Selain itu, bisa
kelihatan Cullen’s sign, dan Grey Turner’s sign pada abdomen dan pada bahu
terdapat Kehr’s sign (Queensland Ambulance Service, 2015).

2.3.4. Diagnosa

A. Anamnesis
Mekanisme cedera harus dieksplorasi seperti posis jatuh, asal ketinggian,
jenis alat yang melukai, kecepatan dan sebagainya.

B. Pemereriksaan Fisis:
1. Kadang-kadang dijumpai jejas di dinding abdomen
2. Tanda rangsangan peritoneum: nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, dan
defans muscular.
3. Darah atau cairan yang cukup banyak dapat dikenali dengan shifting
dullness sedangkan udara bebasdapat deketahui dengan beranjaknya pekak
hati
4. Bising usus dapat melemah atau menghilang
5. Adanya lap-belt sign (kontusio dinding perut) dengan curiga trauma usus.

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah perifer lengkap: tanda infeksi dan pendarahan
2. Urinalisis dapat dilakukan untuk menunjang kemungkinan diagnosis
cedera saluran kemih
3. Roentfen abdomen 3 posisi digunakan untuk mengetahui adanya udara
bebas
4. Sistogram dan IVP apabila dicurigau trauma saluran kemih
11

5. Roentgen toraks: pneumoperitonium, isi abdomen(ruptur hemidiafragma)


atau fraktur iga bawah yang menandakan kemungkinan cedera limpa dan
hepar.
6. USG: melihat adanya cairan intraperitoenal bebas seperti pada region
spesifik kantong Morison, kuadran kiri atas dan pelvis.
7. CT scan digunakan untuk melihat cedera pada organ seperti ginjal, derajat
cedera hati dan limpa terutama pada pasien yang memiliki hemodinamik
stabil
8. Bilasan rongga perut(peritoneal lavage) diagnostic dapat dilakukan apabila
tidak terdapat indikasi laparotomi yang jelas, kondisi pasien hipotensi atau
syok. Bilasan dilakukan dengan memasukan cairan garam fisiologis
hingga 1000mL melalui kanul setelah sebelumnnya pada pengisipan tidak
ditemukan cairan. Kriteria standar hasil positif pada trauma tumpul adalah
aspirasi minimal 10 mL darah, cairan kemerahan, ditemukan eritrosit
>100.000/mm3, leukosit >500/mm3, amylase >175 IU/dL atau terdapat
bakteri, cairan empedu, serat makanan.
9. Ultrasound FAST akan memberikan cara yang cepat, noninvasive, akurat
dan murah untuk mendeteksi hemoperitoneum. Ini juga dapat dilakukan
sebagai bedside diagnostic di kamar resusitasi. Sesudah scan pertama
dilakukan, scan kedua dilakukan lagi idealnya atau scan control 30 menit
berikut. Scan kontrol ditujukan untuk melihat pertambahan
hemoperitoneum pada pasien dengan pendarahan yang berangsur-
angsur( Eastern Association for the Surgery of trauma, 2001)
Berikut adalah algoritme untuk mendiagnostik trauma tumpul abdomen:
12

Gambar 2.3. Algoritme diagnosa trauma tumpul abdomen (Butt, Zacharias dan
Velmahos, 2009)

2.3.5. Penatalaksanaan

Menurut Adams, et al. (2005), pasien tidak stabil yang hipotensif atau
takikardi, haruslah memasang jalur infus intravena dan pasien juga harus
mendapat resusitasi cairan iaitu cristaloid. Nasogastric tube (NGT) atau orogastric
tube (OGT) juga haruslah dipasang pada pasien kasus ini. Selepas memastikan
tidak ada trauma pada ureter, Foley catheter haruslah dipasangkan. Jika resusitasi
cristaloid tidak dapat memperbaikan keadaan haemodinamik, pemberian darah
haruslah dilakukan secepat mungkin. Pasien dengan hemodinamiknya tidak stabil,
seperti trauma pada dinding usus dan eccymosis pada dinding abdomen, operasi
harus dilakukan secepat mungkin. Untuk pasien yang tidak stabil terutama pada
pasien trauma multisistem, DPL ataupun pemeriksaan FAST harus dilakukan.

Untuk pasien stabil dengan trauma tumpul, terdapat beberapa faktor untuk
menangani kasus tersebut. Pasien dengan trauma abdomen yang tumpul dan sadar
dapat dilakukan beberapa pemeriksaan pada departmen emergensi atau di
hospital. Pasien dengan trauma tumpul abdomen dan positif terjumpa trauma yang
lain atau cedera pada bagian retroperitoneal haruslah dilakukan CT abdomen.
Pasien juga haruslah diikuti dengan USG, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
hematokrit. Ct dapat menentukan jika terdapat cedera yang harus ditataksana
13

secara nonoperatif . CT pada pasien dengan tes negatif pada FAST dapat
mengidentifikasi luka pada bagian lain seperti trauma usus. Selain itu, CT dapat
mengidentifikasi cedera pada bagian retroperitoneum, pelvis, vertebra dan bagian
bawah dada.

2.4. Trauma tajam

2.4.1. Definisi

Menurut Offner (2014), trauma tembus disebabkan oleh proyektil


kecepatan tinggi (64%), diikuti dengan luka tusuk (31%) dan luka tembak (5%).
Selain itu, luka tembus juga disebabkan oleh kekerasan di rumah tangga dan dari
perspektif global, kecelakaan daripada peperangan.

2.4.2. Mekanisme

Trauma tajam abdomen adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka
pada permukaan tubuh dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang
disebabkan oleh tusukan benda tajam (Yucel et al, 2014). Luka tusuk maupun
luka tembak akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun
terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer
energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya efek
tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang
mengakibatkan kerusakan lainnya. Kerusakan dapat berupa perdarahan bila
mengenai pembuluh darah atau organ yang padat. Bila mengenai organ yang
berongga, isinya akan keluar ke dalam rongga perut dan menimbulkan iritasi pada
peritoneum (Sjamsuhidajat, 2010).

2.4.3. Gejala Klinis

Trauma tajam akan menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi


organ, respon stres simpatis, pendarahan, dan nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas
dan kekakuan (rigidity) dinding perut (Smith, et al, 2010).
14

2.4.4. Diagnosa

A. Anamnesis
Mekanisme trauma tembus perlu ditanyakan dengan keterangan selengkap
mungkin seperti senjata yang melukai, arah tusukan atau bagaimana terjadinya
kecelakaan (Wibisono dan Jeo, 2014 ). Juga ditanyakan untuk mengetahui organ
intra abdominal yang berpotensi mengalami trauma (Smith, et al, 2010).

B. Pemeriksaan Fisis:
1. Inspeksi abdomen: jejas di dinding perut
2. Tanda-tanda peritonitis, sepsis, syok, dan penurunan kesadaran.
- Perforasi di daerah atas(misalnya lambung): perangsangan segera
terjadi dan timbul peritonitis hebat
- Perforasi organ pencernaan yang lebih distal; perangsangan
peritoneum memerlukan waktu karena mikroorganisme butuh
waktu untuk berkembang biak.
3. Colok dubur apabila dicuragai cedera anorektal;
4. Adanya eviserasi pada usus omentum.

C. Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah perifer lengkap: tanda anemia dan infeksi (leukositosis);
2. Ultrasonografi untuk menemukan adanya cedera organ cairan
intraperitoneal dan pendarahan.
3. CT-scan pada kasus yang lebih stabil untuk menunjang tata laksana
berikutnya (Wibisono, et al, 20).
4. Untuk pasien unstable, USG harus dilakukan secepat mungkin sebagain
primary survey(circulation). FAST yang positif menunjukkan bahwa
terdapat pendarahan intraabdominal dan ini menyebabkan hipotensi.
5. Untuk pasien stable, terdapat tiga cara untuk mendiagnosa:
- US: Screening awal boleh dilakukan untuk pasien hemodinamik
stabil.
15

- Diagnostik peritoneal lavage (Schaider, et al, 2012).

2.4.5. Penatalaksanaan

Pasien trauma abdomen tajam yang harus dilakukan tatalaksana secara non
operatif haruslah berdasarkan dua faktor iaitu stabil secara haemodinamik dan
negatif peritonitis. Semua bagian yang cedera haruslah dieksplorasi terlebih
dahulu dan jika ia menembus peritoneum, tindakan lapratomi haruslah dilakukan
(Butt, et al, 2009). Menurut Gonzalez (2001), apabila ada prolaps visera,
peritonitis, syok, terdapat darah dalam lambung, lavase peritoneal yang positif
merupakan indikasi untuk melakukan laparotomi.

Gambar 2.4. Algoritme tatalaksana trauma tajam abdomen (Adam, et al 2010)


16

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Data klinis:

- Umur
- Jenis kelamin Trauma Abdomen

- Penyebab trauma
- Organ yang
mengalami trauma

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional


3.2.1. Trauma abdomen
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).

3.2.2. Pasien Trauma Abdomen


Pasien yang mengalami trauma abdomen adalah pasien yang datang
mendapat rawatan dari Departemen Bedah Digestif serta rekam medis Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dan didiagnosa dengan trauma abdomen.

3.2.3. Data Klinis


Data klinis adalah catatan rekam medis yang berupa: umur, jenis kelamin,
penyebab trauma dan organ yang mengalami trauma.
17

- Umur pasien adalah terbagi menjadi anak-anak, remaja, dewasa, lansia dan
manula menurut departemen kesehatan Indonesia tahun 2009. Hal tersebut
didapatkan dengan data rekam medis.
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi data di rekam medis
Hasil Ukur : Umur pasien dalam penelitian dikategorikan menjadi:
1. Anak-anak : 0-11 tahun
1. Remaja : 12-25 tahun
2. Dewasa : 26-45 tahun
3. Lansia : 46-65 tahun
4. Manula : > 65 tahun
Skala Pengukuran : Interval
- Jenis kelamin pasien adalah terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Hal
tersebut didapatkan dengan data rekam medis
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi data di rekam medis
Hasil Ukur : Jenis kelamin pasien dalam penelitian dikategorikan
menjadi:
1. Laki-laki
2. Perempuan
Skala Pengukuran : Nominal
- Etiologi trauma dibahagi kepada dua yaitu trauma tajam dan trauma tumpul
(Offer, 2013). Hal tersebut didapatkan dengan data rekam medis.
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi di rekam medis
Hasil Ukur : Klasifikasi trauma dalam penelitian dikategorikan
menjadi:
1. Trauma tajam
2. Trauma tumpul
Skala Pengukuran : Nominal
18

- Terdapat organ-organ yang mengalami trauma pada bagian abdomen.


Hal tersebut didapatkan dengan data rekam medis.
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi di rekam medis
Hasil Ukur : 1.Hati
2.Kantung Empedu
3. Perut
4. Pankreas
5. Duodenum
6. Limfa
7. Appendix
8. Usus besar
9. Usus kecil
10. Ginjal
11. Kantung kemih
12. Uterus
Skala Pengukuran : Nominal
19

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-
sectional untuk melihat penderita trauma abdomen untuk beberapa tahun yaitu
dari tahun 2011 hingga 2014.. Sampel penelitian ini adalah semua pasien yang
menderita trauma abdomen di departemen Bedah Digestif Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik (total sampling).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan data rekam medis yang
didapatkan dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Kota Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan berawal dari persiapan proposal, penelitian
proposal, pengambilan data, pengelohan data dan penelitian hasil dengan
mengambil waktu dari Maret 2015 hingga November 2015.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.2 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis mengalami trauma
abdomen di departemen Digestif Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik pada 1 Januari 2011 hingga 31 Desember 2014.
4.3.2. Sampel Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan mengumpulkan data pasien yang
mengalami trauma abdomen yang dapat untuk mendapat perawatan di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
20

Kriteria inklusi adalah semua pasien yang didiagnosis mengalami trauma


abdomen di departemen Bedah Digestif Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik
Kriteria eksklusi adalah rekam medis yang tidak lengkap.

4.4. Teknik Pengumpulan Data


Data pada penelitian ini diperoleh dari rekam medis pasien yang dirawat di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Data pada penelitian ini adalah data
sekunder yang berasal dari rekam medis yang dikumpulkan oleh peneliti. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data


Data yang diperlukan dikumpul setelah melihat rekam medis pasien yang
didiagnosis mendeita tonsilitis lalu dikelompokkan berdasarkan umur, jenis
kelamin, ukuran tonsil dan indikasi tonsilektomi. Data kemudian dimaksukkan ke
dalam program SPSS (Statistical Package for the Social Science) dan ditampilkan
dalam bentuk distributive.

4.6 Rencana Penelitian


Tabel 4.1. Rencana Penelitian
N Bulan / Mrt Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov
o Rancangan
1. Persiapan X X X
Proposal
2. Penelitian X
Proposal
3. Pengambila X X
n Data
4. Pengelohan X X
Data
5. Penelitian X
Hasil
21

DAFTAR PUSAKA

Adams, et al, 2010. Chapter 43 Abdominal Trauma .Rosen’s Emergency Medicine


Concepts And Clinical Practice.Published by Elsevier Inc.

Ben Pansky, Thomas R. Gest 2013. Illustrated Anatomy Thorax Abdomen.


Lippincott’s Concise Illustrated Anatomy:Thorax, Abdomen& Pelvis.
Published by Published by Lippincott Williams, a Wolter Kluwer business

Clinical Practice Guildelines: Trauma/Abdominal Trauma 2015. Published by


Queensland Government. Availablle at https://ambulance
.qld.gov.au/docs/clinical/cpg/CPG_Abdominal%20trauna.pdf

Frank H.Netter, MD 2014.Anatomy Abdomen. Atlas of Human


Anatomy.Published Saunders,an imprint of Elsevier Inc,5.

Gonzalez RP, Turk b, Falimirski ME, Holevar Mr.Abdominal Stab Wounds:


Diagnostic Peritoneal Lavage Criteria For Emergency Room Discharge.J
trauma 2001 Nov:51(5):939-43.

Guilon, F., 2011. Epidemiology of Abdominal Trauma. In :CT of The Acute


Abdomen.London: Springer; 15-26.

Hemilla MR, Wahl WL. Management of the Injured Patient. In: Doherty GM,
editor. Current Surgical Diagnosis and Treatment. McGraw Hill Medical;
2008. pp 227

Hermosa Jl. R, et al 2008. Gastric Perforation from abdominal trauma. Dig Surg.
2008;25(2):109-16.

Jason Smith, Ian Greaves, Keith M. Porter 2011. Abdominal Trauma.Oxford Desk
Reference Major Trauma. Published by Oxford University Press, 210.

Keith L. Moore, Arthur F.Dalley, Anne M.R 2014. Anatomy of Abdomen.


Agur.Moore Clinically Oriented Anatomy. Published by Lippincott
Williams, a Wolter Kluwer business, 19.

Legome, Eric . (2014). Blunt Abdominal Trauma Treatment & Management.


Available online at: http://emedicine.medscape.com/article/1980980-
treatment [diakses 21 MEI 2015]
22

Mohammad A Gad, Aly Saber, Goda M Ellaban. Incidence, Patterns, and Factors
Predicting Mortality of Abdominal Injuries in Trauma Patients. N Am J
Med Sci.2012 Mar;4(3):129-134

Muhammad U Butt, Nikolaos Zacharias, and George C Velmahos.Penetrating


abdominal Injuries: Management controversies.Scandinavian Journal of
Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine 2009,17:19.

Rajendra B. Nerli, Amey Patil, Shishir Devaraju, Murigendra B. Hiremath 2015.


Renal Pelvis Injury in Case of Blunt Trauma Abdomen. Available online
at : http://ac.els-cdn.com/S2214442015000418/1-s2.0-
S2214442015000418-main.pdf?_tid=ec9c5ccc-1132-11e5-bb88-
00000aacb35e&acdnat=1434134792_7eec3499b514fa96523c0336364607
8d [diakses 30 MEI 2015]

Offner, P . (2014). Penetrating Abdominal Trauma Treatment & Management.


Available online at: http://emedicine.medscape.com/article/2036859-
overview#aw2aab6b2b4aa [diakses 29 MEI 2015]

Paden M, McGee K, Krung E. Geneva, Switzerland: World Health Organization


2000; 2002. Injury: A leading cause of the global burden of disease.

Shaikh S.T. The Surgical Anatomy Of Anterior Abdominal Wall. Int j clin surg
adv 2014;2(4):97-106

Sjamsuhidajat, de jong. Buku ajar ilmu bedah.ed.3.Jakarta. EGC; 2010.

Vishram Singh 2014. Surface Anatomy of The Abdominal Wall. Textbook of


Anatomy: Abdomen And Lower Limb.Published by Elsevier India Private
Limited,75.

William et al, 2002. Blunt Abdominal Trauma, Evaluation of. J Trauma


53(3):602-615.

Wibisono, E dan Jeo, W. S., 2014 Trauma Abdomen dalam Tanto, C, Liwang, F,
Hanifati, S, Pradipta, EA, editor, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4.
Jakarta: Media Aesculapius

World Health Organization. Regional Office for South-East Asia, New Dehli.
Strategic plan for injury prevention and control in South-East Asia. New
Dehli 2002. Available online at: www.searo.who.int/Link
Files/whd04_Documents_Accident-8.pdf
23

Yucel et al, 2014. The management of Penetrating Abdominal Stab Wound with
Organ or Omentum Evisceration : The Result of Clinical Trial. Ulus
Cerrahi Derg. 2014; 30(40):207-210

Anda mungkin juga menyukai