Disusun oleh :
ALDINUGRAHA ATMADINATA
NPM 1102015015
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2017
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Peneliti
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................
i DAFTAR ISI..........................................................................................................
ii DAFTAR GAMBAR............................................................................................
iv DAFTAR TABEL
................................................................................................. v DAFTAR
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
2. Pengetahuan (Knowledge)................................................................... 10
3. Perilaku ................................................................................................ 12
i
3.5. Cara Penetapan sampel ....................................................................... 18
Daftar Pustaka..................................................................................................... 22
LAMPIRAN......................................................................................................... 26
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
1
dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun
2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus
meninggal sebanyak 871 penderita (Depkes, 2015).
Mengingat masih tingginya angka kematian akibat penyakit DBD, maka
perlu ada upaya pemberantasan yang komprehensif dari penyakit tersebut.
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang diatur dalam Kepmenkes no 581
tahun 1992 tentang pemberantasan penyakit DBD dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M Plus (menguras, menutup dan mengubur) plus
menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta kegiatan-
kegiatan lainnya yang dapat mencegah nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak.
Ini merupakan cara utama yang dianggap efektif, efisien, dan ekonomis untuk
memberantas vektor penular DBD mengingat obat dan vaksin pembunuh virus
DBD belum ditemukan. Program PSN 3M Plus perlu diimbangi dengan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang DBD. Pengetahuan masyarakat ini
diperlukan karena sebagai modal awal perubahan perilaku masyarakat.
Pengetahuan yang baik diyakini akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi
masyarakat untuk mencegah munculnya penyakit DBD di lingkungan sekitarnya
(Depkes RI, 2007).
Menurut penelitian Santosa dan Budiyanto pada tahun 2008 di kota
Palembang Provinsi Sumatera Selatan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan responden dengan perilaku responden. Penelitian
Indah, dkk di Kota Aceh pada tahun 2011 menyatakan adanya hubungan yang
signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait pencegahan
DBD. Dengan demikian, dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
responden yang berpengetahuan rendah mempunyai kemungkinan akan
berperilaku buruk dalam pencegahan DBD, sedangkan responden yang
berpengetahuan tinggi dan peduli dengan lingkungan sekitar akan berperilaku baik
dalam pencegahan DBD.
Data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Jakarta Utara menyatakan bahwa
wilayah Kecamatan Kelapa Gading merupakan salah satu daerah dengan kasus
DBD tertinggi di Jakarta Utara yaitu berjumlah 260 penderita pada tahun 2015.
2
Secara administratif, wilayah Kelapa Gading termasuk wilayah kota Jakarta
Utara, dengan jumlah penduduk 104.984 jiwa. Kecamatan Kelapa Gading terdiri
dari Kelurahan Kelapa Gading Barat dengan jumlah penduduk 26.387 jiwa,
Kelurahan Kelapa Gading Timur dengan jumlah penduduk 41.409 jiwa, dan
Kelurahan Pegangsaan Dua dengan jumlah penduduk 37.188 jiwa.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, penulis ingin meneliti
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku warga dalam pencegahan DBD di
salah satu kelurahan di Kecamatan Kelapa Gading.
3
a. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di salah satu
Kelurahan di Kecamatan Kelapa Gading.
b. Mengetahui kondisi perilaku masyarakat di salah satu Kelurahan di
Kecamatan Kelapa Gading.
c. Mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam
pencegahan DBD di salah satu Kelurahan di Kecamatan Kelapa
Gading.
c. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan
memberikan informasi kepada masyarakat tentang Demam Berdarah
Dengue sehingga masyarakat lebih berperan aktif dalam menurunkan
prevalensi penyakit ini di wilayahnya masing-masing.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Agent (virus)
5
DEN-4. Keempat serotipe virus ini menyebabkan kejadian luar biasa
dan menyebabkan penyakit menjadi berat dan fatal.
2. Host
Virus dengue menginfeksi manusia. Tubuh manusia merupakan urban
reservoir yang utama bagi virus tersebut.
3. Environment
Aedes aegepty menyukai tempat yang gelap, lembab, tempat
tersembunyi dalam rumah dan bangunan. Tempat penampungan air
seperti drum, ember dan bak air serta pembuangan sampah yang tidak
memenuhi persyaratan sanitasi menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk.
Nyamuk Aedes Aegepty aktif menggigit pada waktu pagi hari dan
sore hari. Nyamuk ini berkembang biak pada tempat tempat
penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan
tanah seperti: vas bunga, toren air, bak mandi, tempayan, ban bekas,
kaleng bekas, botol minuman bekas dll (Depkes RI, 2012).
Beberapa spesies nyamuk Aedes dapat berperan sebagai vektor
penyakit DBD. Nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus berperan
sebagai vektor terutama bagi negara Asia, Filipina, dan Jepang, sedangkan
nyamuk jenis Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris dan Aedes
pseudoscutellaris merupakan vektor di negara-negara kepulauan Pasifik
dan New Guinea. Vektor DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus (Djunaedi, 2006).
Menurut Notoatmojo (2010), faktor resiko terjadinya DBD yaitu:
1. Status imunologi seseorang
6
Virus dengue juga merupakan faktor penyebab resiko timbulnya DBD
namun tidak semua virus memiliki potensi menimbulkan wabah/KLB.
3. Usia
7
yang dapat dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosis klinis dan
laboratoris:
1. Diagnosis Klinis
a. Demam tinggi mendadak 2-7 hari (38-40 o C).
b. Manifestasi pendarahan dengan bentuk: uji torniquet
positif, petekie (bintik merah pada kulit), purpura
(pendarahan kecil di dalam kulit), ekimosis,
pendarahan konjungtiva (pendarahan pada mata),
epistaksis (pendarahan hidung), perdarahan gusi,
hematemesis (muntah darah), melena (BAB darah), dan
hematuria (adanya darah dalam urin).
c. Perdarahan pada hidung dan gusi.
d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik bintik
merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
e. Pembesaran hati (hepatomegali).
f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg
atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih
rendah.
g. Gejala kinis lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia
(hilangnya selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut,
diare, dan sakit kepala.
2. Diagnosis Laboratoris
a. Trombositopenia, pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan
penurunan trombosit hingga 100.000/mmHg.
b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematokrit sebanyak 20%
atau lebih.
(Depkes RI, 2005)
Penatalaksanaan DBD menurut WHO (2005) yaitu:
1. Observasi tanda tanda vital pasien meliputi suhu, nadi, tekanan
darah, serta adanya tanda pendarahan, hepatomegali, serta nyeri
tekan pada hati.
8
2. Pertahankan tirah baring sangat dianjurkan selama fase demam
akut.
3. Berikan kompres hangat pada kepala maupun axilla untuk
menurunkan suhu tubuh.
4. Catat intake dan output pasien, amati terhadap adanya ketidak
seimbangan cairan tubuh.
5. Kaji tanda dan gejala dehidrasi/ hipovolemik (muntah, diare,
tampak kehausan, turgor kulit buruk) dan anjurkan pasien untuk
banyak minum, untuk mencegah dehidrasi.
6. Observasi tanda dan gejala syok seperti gelisah, tangan dan
kaki terasa dingin dan terdapat sianosis sirkumoral, oliguri,
denyut cepat dan lemah atau hipotensi.
9
2. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu diperoleh dari berbagai
informasi dan berbagai sumber. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan
yang direncanakan dan tersusun secara baik misalnya melalui pelatihan
dan pendidikan formal, maupun infomasi yang tidak tersusun secara baik
misalnya membaca surat kabar, membaca majalah, pembicaraan dengan
teman atau keluarga, mendengarkan radio, melihat televise, dan
berdasarkan pengalaman diri (Mantra, 1993).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
atau individu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 1997).
Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif terdapat 6
tingkatan, yaitu:
1. Know (Tahu)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari/ rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Comprehension (Memahami)
Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Orang
tersebut paham dan dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek
yang telah dipelajari.
3. Application (Aplikasi)
1
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan,
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya.
4. Analysis (Analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau obyek kedalam komponen komponen, tetapi masih
dalam satu struktur dan masih ada kaitan satu sama lain.
5. Synthesis (sintesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan menyusun formulasi baru
dari formulasi formulasi yang ada.
6. Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melalukan penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian ini berdasarkan
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria
yang sudah ada.
1. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman
orang lain. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah.
Semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka
akan semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal
tersebut.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan
1
seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima, serta
mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
3. Media massa/ sumber informasi
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, dan lain lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
seseorang.
4. Sosial budaya
Kebudayaan beserta kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang
terhadap sesuatu
5. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
3. Perilaku
1
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Upaya atau tindakan seseorang untuk menjaga lingkungan, baik fisik
maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi derajat kesehatan individu, keluarga, maupun
masyarakat.
1
2.2. Kerangka Teori
Faktor resiko :
1.Status imunologi
seseorang
2.Strain virus/ serotipe
virus yang menginfeksi
3.Usia
Etiologi: Vektor Kejadian DBD
Flavivirus Serotype DEN-1, Aedes aegepty dan
Aedes albopticus
DEN-2, DEN-3, dan DEN-
Pencegahan DBD:
1. Program PSN 3M Plus
Perilaku Kesehatan
Pengetahuan
1
2.3. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Perilaku pencegahan
masyarakat tentang DBD
pencegahan DBD
1
2.5 Definisi Operasional
≥3=1
<3=0
1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik observasional. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku
masyarakat dalam pencegahan DBD di salah satu kelurahan di wilayah
Kecamatan Kelapa Gading. Data mengenai pengetahuan dan perilaku masyarakat
diperoleh dari observasi dan kuesioner.
3.3. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di salah satu kelurahan di
wilayah Kecamatan Kelapa Gading. Penentuan lokasi kelurahan dilakukan dengan
melihat angka kejadian DBD tertinggi di Kecamatan Kelapa Gading.
3.4. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi dan dianggap bisa mewakili
keseluruhan populasi. Penentuan sampel dilakukan secara random yaitu dipilih
satu RW di Kelurahan Kelapa Gading dan dari RW ini dipilih RT, kemudian dari
tiap-tiap RT diambil masing-masing rumah penduduk, diutamakan pada rumah
yang penduduknya pernah menderita DBD dalam 1 tahun terakhir dan rumah yang
berada dalam radius 100 meter dari rumah penderita. Setelah lokasi ditentukan,
selanjutnya akan diberikan kuesioner yang harus dijawab oleh salah satu pemilik
rumah.
Kriteria pemilihan sampel:
1. Kriteria inklusi:
1
a. Subyek bertempat tinggal di salah satu Kecamatan Kelapa
Gading.
b. Subyek bersedia menjadi responden.
c. Subyek dapat berkomunikasi dengan baik.
N
𝑛=
1 + (N x �� 2 )
Keterangan:
n = jumlah Sampel
N = jumlah Populasi
e = batas toleransi kesalahan = 0,1
104. 9 84
n = 1+(104.984 x 0,12) = 99,90 dibulatkan menjadi 100.
1
dapat menggambarkan pengetahuan dan perilaku responden dalam pencegahan
DBD.
3.9. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk memperoleh
informasi dari responden ialah menggunakan kuesioner yang telah divalidasi
sebelumnya.
1
3.11. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Kunjungan ke Dinas
Kesehatan
Kunjungan ke
Puskesmas
Kunjungan ke Kelurahan
Kunjungan ke RW
Memberikan penjelasan
kepada responden
Kunjungan ke RT
2
3.12. Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
– Maret
September
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Januari
November-
No Kegiatan
Penyusunan
1.
Proposal
Persiapan
2. Ujian
Proposal
3. Uji Proposal
Pengumpulan
4.
Data
Pengolahan
5. dan Analisis
Data
Penulisan
6.
Laporan
Revisi Hasil
7.
Laporan
Ujian Hasil
8.
Penelitian
2
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Jakarta: Ditjen PPM dan PL Depkes RI.
Depkes, RI. 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(psn dbd). Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah Dengue, Jakarta.
Badan Litbang dan Pengembangan Kesehatan.
Djunaedi, Djoni. 2006. Demam Berdarah. Malang : UMM Press.
Fathi, dkk. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Penularan
DBD
di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1. Juli, 2005
Indah, R, Nurjannah, Dahlia dan Hermawati, D. 2011. Studi Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Masyarakat Aceh Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue
(KAP study on dengue prevention in aceh. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Kebencanaan TDMRC-Unsyiah, Banda Aceh. 13 – 19 April 2011.
Indrawan. 2001. Mengenal dan Mencegah Demam Berdarah. Bandung:
Pioner Jaya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. 2010. Demam Berdarah Dengue. Buletin
Jendela Epidemiologi. 2:2.
Kemenkes RI., 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta :
Ditjen PP dan PL
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik
(Jumantik). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Machfoedz, I. 2003. Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan.
Jakarta: Fitramaya.
Mantra, I.B. 1993. Perilaku dalam Hubungannya dengan Kesehatan. Jakarta:
Depkes R.I.
Mardiana Ratna. 2010. Panduan Lengkap Kesehatan: Mengenal, Mencegah,
Dan
Mengobati Penularan Penyakit Dari Infeksi. Yogyakarta: Citra Pustaka.
2
Nototatmojo S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta. hal. 20–26.
Notoadmodjo S. 2013. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
S, Andini. 2009. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Di Paseban Barat Jakarta
Pusat Tentang DBD Dan Faktor Faktor Yang Berhubugan. FK UI
Santoso dan Budiyanto, A. 2008. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
(PSP) Masyarakat Terhadap Vektor DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatera
Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan. 7(2): 732–739.
Suyasa, I. N. G, N. A. Putra dan I. W. R. Aryanta. 2008. Hubungan Faktor
Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Vektor Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan.
Ecotrophic 3 (1) : 1 – 6.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
WHO. 2005. Situation of Dengue Haemorrahagic Fever in The South East-Asia
Region, Dengue Bulletin Volume 29.
WHO. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah
Dengue. Panduan Lengkap. Alih bahasa: Palupi Widyastuti. Editor Bahasa
Indonesia: Salmiyatun. Cetakan I. Jakarta: Buku Kedokteran EGC : 58–77.
World Health Organization, 2012, Dengue and Severe Dengue,
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/, diakses tanggal 20 Januari
2018.
2
3.13. Anggaran Penelitian
Tabel 3.2 Anggaran Penelitian
Item Biaya
Pembuatan skripsi
• Print skripsi Rp. 150.000
Pengumpulan
data Rp. 50.000
• Izin Etik Rp. 1.000.000
• Bingkisan untuk responden
Persiapan Penelitiann
• Penyusunan dan penggandaan Rp. 180.000
2
- SMA International Islamic Boarding School
( 2013 – 2015 )
- Universitas Yarsi ( 2015 – Sekarang )
2
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
JUDUL PENELITIAN : Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Warga
Pada Salah Satu Kelurahan di Kecamatan Kelapa Gading Terhadap Pencegahan
Demam Berdarah Dengue.
Persetujuan Setelah Penjelasan
(INFORMED CONSENT)
Kami, Aldi, Abiyyu, Ali, Dandi, Akbar adalah mahasiswa S1 Kedokteran
Umum FK YARSI. Kami akan melakukan penelitian yang bertema DBD
Bersama ini kami mohon kesediaan bapak atau ibu untuk bersedia mengisi daftar
pertanyaan penelitian kami sebagaimana terlampir dengan jujur dan apa adanya.
Jika responden bersedia, silahkan mengisi identitas dan menandatangani
persetujuan di lampiran 2 sebagai bukti kesukarelaan bapak atau ibu. Identitas
responden akan dirahasiakan dan penelitian ini bersifat sukarela tanpa ada
paksaan.
Kerahasiaan informasi dan identitas dijamin oleh peneliti dan hanya dipergunakan
untuk keperluan penelitian ini.
2
LAMPIRAN II
DATA RESPONDEN
Jakarta, ………………….
Responden
(…………………….)
2
LAMPIRAN III
Kuesioner pengetahuan
2
29
30
31
32
Kuesioner perilaku
33
34