Oleh:
Anastasya Giu
(38203124J)
Oleh :
Surakarta, … 2023
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
2.4.4. Nutrisi.................................................................................................... 21
2.4.5. Imunitas ................................................................................................. 22
2.5 Leukosit ........................................................................................................ 22
2.5.1 Definisi .................................................................................................. 22
2.5.2 Fungsi Leukosit ..................................................................................... 23
2.5.3 Jenis-Jenis Leukosit .............................................................................. 24
2.6 Virus Dengue (DEN-V)................................................................................ 30
2.7 Nyamuk Aedes aegypti (Ae aegypti) ............................................................ 32
2.7.1 Definisi Ae Aegypti ............................................................................... 32
2.7.2 Morfologi Nyamuk ............................................................................... 33
2.7.3 Siklus Hidup Nyamuk ........................................................................... 35
2.7.4 Mekanisme Infeksi ................................................................................ 36
2.8 Hubungan Jumlah Leukosit dan Limfosit Ke Derajat Keparahan DBD ...... 37
2.9 Kerangka Pikir .............................................................................................. 38
2.10 Hipotesis ....................................................................................................... 39
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 40
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 40
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 40
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................... 40
3.4 Variabel Penelitian ....................................................................................... 42
3.5 Prosedur Kerja .............................................................................................. 42
3.6 Analisis Data ................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 45
iv
DAFTAR SINGKATAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHALUAN
1.1.Latar Belakang
manifestasi klinik yang lebih berat jika dibandingkan dengan dengan Demam
Dengue (DB). DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue (DEN-V) yang
sebesar 50 juta infeksi DB per tahun di seluruh dunia. Lima ratus ribu kasus
Infeksi virus dengue sering kali ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis
73.518 kasus DBD di Indonesia sepanjang tahun 2022, jumlah kasus dengue
mencapai 131.256 kasus dimana sekitar 40% adalah anak-anak usia 0-14 tahun.
pada anak-anak usia 0-14 tahun (Kemkes, 2023). Di Kota Surakarta, angka
kematian akibat penyakit DBD menunjukkan angka lebih dari 1% dalam jangka
Infeksi virus dengue menyebabkan 100 juta kasus demam akut dan 500
1
2
kasus berat, yaitu DBD dan SSD (Sindrom Syok Dengue) dengan 22.000 kasus
kematian, yang sebagian besar kasus DBD terjadi pada anak dibawah usia 15
tahun (IDAI, 2015). Morbilitas dan motalitas anak yang terjangkit DBD
beberapa hari, bahkan dalam hitungan jam penderita dapat masuk dalam
keadaan kritis, syok dan gangguan organ telah terbukti menjadi factor utama
infeksi dengue baik secara klinis maupun laboratorium telah diberikan oleh
menjadi 3 fase yaitu fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan.
Diagnosis infeksi DBD sedini mungkin tentunya sangat penting agar dapat
lebih serius. Tetapi diagnosis penyakit DBD sulit ditentukan pada beberapa hari
awal sakit yang dikarenakan gejala awal yang muncul tidak spesifik dan sukar
2018).
sedang. Leukopenia dapat terjadi pada hari demam pertama dan ke-3 pada 50%
kasus DBD ringan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh adanya degenerasi
sel PMN yang matur dan pembentukan sel PMN muda. Pada saat demam, mulai
kembali pada 2-3 hari setelah demam turun. Dan kadar hemoglobin pada hari-
hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun, tetapi kemudian kadarnya
hematologi paling awal yang ditemukan pada kasus demam berdarah (Tuntun
& Ayunani, 2018). Menurut Ahmed et al., (2019) bahwa pada pasien infeksi
rumah sakit didapatkan bahwa pasien dengan infeksi dengue ringan jika
dibandingkan dengan pasien infeksi dengue berat (DBD derajat II atau lebih)
maka pasien dengan infeksi dengue berat memiliki jumlah leukosit yang lebih
Dengan mengetahui tanda serta gejala klinik yang telah ada kemudian
Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue (derajat I,II,III, dan IV). Perbedaan
4
kondisi ini pasien tidak mendapatkan penangan yang tepat maka akan
tekanan darah sempit atau hipotensi, serta perubahan statys mental. Sehingga
yang pasti dari hasil pemeriksaan leukosit dan limfosit, maka dari itu penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jumlah leukosit dan limfosit
dengan derajat keparahan DBD pada anak. Diharapkan petugas medis dapat
dilakukan secara cepat dan tepat dengan adanya pemeriksaan darah yang akurat
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian
1.4.Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Gejala klinis utama yang sering kali ditemukan pada DBD yakni
2.1.2 Epidimiologi
juta kasus di setiap tahun. Virus dengue (DEN-V) sejak abad ke-18
6
7
peningkatan kasus DBD di dunia. Hingga saat ini kasus tersebut tela
menjadi penyakit endemic yang sudah terjadi pada lebih dari 100 negara
dan 408 orang meninggal dunia. Hal ini membuat WHO menetapkan
2.1.3 Patofisiologis
muda dan eritopoesis pada hari ke-5 sampai ke-8. Terjadi juga
setelah berada dalam tubuh manusia dan viremia 5-7 hari. Pada periode
NS1, juga NS3 DENV sehingga berakibat lisis sel yang terinfeksi. Virus
sampai ketiga dan akan menghilang sekitar 60-90 hari. Infeksi primer
sedangkan pada infeksi sekunder IgG meningkat pada hari kedua. Maka
dari itu, diagnose dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan setelah
9
mendeteksi IgM pada hari ke-5, diagnosis dini infeksi sekunder dapat
al., 2018).
2.1.4 Etiologi
virus dengue digigit oleh nyamuk Ae aegypti, maka virus dengue akan
nyamuk maka virus itu akan berkembang biak dengan cara membela
besar virus akan berada pada kelenjar air lir nyamuk.jika nyamuk
terlebih dahulu mengeluarkan air liurnya dengan tujuan agar darah yang
diisapnya tidak membeku. Bersama dengan air liur inilah virus dengue
2.1.5 Patogenesis
(Lee, 2019). Respon imun yang terkait pada patogenesis penyakit ini
antara lain:
dapat berdiferensiasi menjadi dua sel berbeda dari sel T helper yakni
2019).
c. Monosit dan makrofag, yakni sel fagosit yang berfungsi pada proses
al., 2018).
endotel, sel stroma sumsum tulang, makrofag, dan sel hati, secara
kolektif menentukan viral load yang diukur dalam darah. Viral load
makrofag, hepatosit, dan sel endotel. Sel yang terinfeksi mati terutama
sumsum tulang dan kadar IL (6, 8, 10 dan 18) (Martina et al., 2009).
pembuluh darah. Viral load dalam darah yang tinggi dan kemungkinan
spesifik dan perlawanan DEN-V oleh respon imun seluler. Selain itu
IgM bereaksi silang dengan sel endotel, plasmin, trombosit, dan loop.
sekunder. Viral load yang tinggi menstimulasi sel T yang reaktif silang
2.1.6 Diagnosa
2-7 hari
2011).
yang berasal dari agen, host, dan lingkungan (Wahyuliati & Endarto,
a. Agen
yaitu adanya DEN-V. Virus tersebut adalah salah satu dari Genus
Masa inkubasi virus di tubuh manusia yaitu 3-7 hari. Selama tujuh
b. Host
c. Environment
musim hujan dengan kadar hujan tinggi, hal ini disebabkan nyamuk
pemberian tekanan.
warna darah.
bawah.
b) Mengalami kegelisahan.
fase awal yaitu hari ketiga dan semakin tinggi menurut progres
efusi cairan serosa melewati kapiler yang rusak, yang pada akhirnya
didasarkan pada tanda, gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium. Derajat III-
2015). Pada anak usia <15 tahun lebih sering terserang infeksi DBD dan
menjadi penyebab kematian yang begitu tinggi. Pada permulaan kondisi wabah
di sebuah negara, insiden DBD dengan proporsi terbanyak (berkisar antara 86-
95%) ditemukan pada anak berusia dibawah 15 tahun. Anak dengan status gizi
buruk dan obesitas akan lebih mudah tertular dan terinfeksi DENV daripada
anak normal. Anak memiliki resiko terinfeksi lebih tinggi hal ini behubungan
2015).
perawatan suportif adekuat dapat mengurangi risiko kematian sekitar 20%, dan
bahkan bisa turun menjadi 1%. Penyebab DBD yang cenderung tinggi pada
anak dikaitkan dengan sistem imun yang lebih rentan terhadap penyakit dan
tergolong rendah (Susmaneli, 2011; Wita, 2014). Anak-anak juga sering kali
potensial bagi transmisi penyakit DBD karena pada lokasi tersebut merupakan
habitat yang disukai oleh nyamuk vektor DBD (Wita, 2014). Kemenkes RI
(2016) juga menyatakan sebagian besar kelompok usia < 15 tahun adalah yang
paling sering terpapar DBD (43,44 %), diikuti oleh kelompok usia 15-44 tahun
sebesar 33,25 %. Usia paling rentan terpapar DBD yaitu < 15 tahun karena usia
2.4.1. Umur
2.4.3. Ras
virus dengue pada orang kulit putih dibandingkan dengan orang kulit
dibanding orang berkulit gelap, hal ini dikarenakan pada ras kulit putih
2.4.4. Nutrisi
menjadi lebih sulit di masa depan. Hal ini disebabkan karena lebih
yang membuat sulit bernapas. Pada orang yang memiliki indeks masa
tubuh tinggi, kapiler secara intrinsik lebih mungkin bocor sehingga bisa
2.4.5. Imunitas
2.5 Leukosit
2.5.1 Definisi
dalam bentuk asam amino. Konsumsi protein yang rendah berarti asam
2013).
24
kekebalan tubuh yang bekerja melawan agen penyakit. Jika kita melihat
peningkatan salah satu atau beebrapa jenis sel leukosit. Hal ini dapat
1993).
a. Kategori Leukosit
1) Granulosit
2021).
2) Agranulosit
b. Jenis Leukosit
1) Neutrofil
2) Eosinofil
merah dan jarang terdapat lebih dari tiga lobus inti. Mielosit
3) Basofil
4) Monosit
yang berbeda (misal kulit, usus, hati). Salah satu galur yang
5) Limfosit
yang mampu melawan sel kanker dan sel asing, meskipun sel-
kata lain, tidak mungkin dapat dibedakan sel T dari sel B, dari
sirkulasi ulang antara sistem limfatik dan aliran darah. Sel darah
insekta. DEN- V berada dalam genus Flavivirus yang jenisnya terdiri dari empat
serotipe. Infeksi primer oleh salah satu serotipe memberikan antibodi pada
serotipe lain, tetapi infeksi sekunder oleh serotipe lainnya tidak dapat
2019).
jangka waktu 20 tahun terakhir. Hal tersebut menjadi salah satu patogen
diperkirakan sebanyak 390 juta infeksi telah terjadi disetiap tahun yang
mayoritas nya disebabkan oleh infeksi DEN-V yang bersifat asimtomatik atau
Masa inkubasi dari proses infeksi virus tersebut ialah 3-14 hari,
sedangkan periode penyakit yang dapat disebabkan oleh DEN-V adalah 3-7
hari. Tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh virus ini diantaranya nyeri
31
retroorbital, sakit di kepala, nyeri otot, tulang, dan sendi, makulopapular atau
ekimosis, epistaksis, gusi berdarah, hematuria, serta test tourniquet positif (+)
Kingdom : Orthonavirae
Phylum : Kitrinoviricota
Class : Flasuviricetes
Order : Amarillovirales
Family : Flaviviridae
Genus : Flavivirus
Species : Dengue virus (Iman, 2021)
DEN-V yang telah matang memiliki ukuran 40-50 nm, memiliki amplop
DEN-V terdiri dari dua untranslated region (UTR) yang mempunyai ukuran 100
pb dan 450 pb. Urutan gen yang dimiliki virus yaitu 5-C-prM-E-NS1-NS2a-
3,4 ribu asam amino yang akan diproses untuk menghasilkan tiga protein
penyusun struktur virus yaitu capsid (C), premembrane (prM), dan envelope
(E) serta 7 protein nonstruktural yaitu NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a,
NS4b, dan NS5 oleh protease virus dan sel host (Murugesan & Manoharan,
2019). Protein NS2 (NS2a dan NS2b) memiliki peran pada proses poli-protein
dan menjadi kofaktor aktivitas protease viral NS3 pada sitosol. NS4 (NS4a
dan NS4b) mengkode protein NS1 untuk membantu virus membentuk ikatan
32
adalah RNA polimerase yang dikode oleh DNV (Byk & Gamarnik, 2016).
dalam proses maturasi dan penggan dan RNA virion menjadi elemen penting
meningkatkan antigen NS1 selama awal tahap klinis infeksi primer maupun
diagnosis (sensitivitas dan spesifitas) yang tinggi pada serum pasien yang telah
putih atau nyamuk harimau. Ae aegypti memiliki ciri khas yaitu tubuh
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diphtera
Sub Ordo : Nematocera
Infra Ordo : Culicomorpha
Seperfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Sub famili : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti (Iman, 2020).
a. Stadium Telur
selama 4-5 hari. Telur akan menetas 1-2 hari setelah dikeluarkan oleh
al., 2017)
b. Stadium Larva
Stadium larva atau instar terdiri dari: instar I, larva umur 1-2
hari, berukuran 1-2 mm, larva dapat dilihat seperti duri (spinae) pada
panjang 2,5-3,5 mm, umur 2-3 hari, spinae pada dada belum terlihat
jelas namun siphon mulai meng’hitam. Instar III ialah larva umur
3-4 hari dengan ukuran 4-5 mm. Spinae di dada mulai terlihat
c. Pupa Nyamuk
sebagai berikut:
35
berjumlah dua.
d. Stadium Nyamuk
sempurna dari mulai telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa dengan
lama siklus hidup selama 7-9 hari, terdiri dari 1-2 hari untuk
stadium telur, 3-4 hari stadium larva, dan dua hari stadium pupa.
disebabkan oleh adanya penekanan sumsum tulang akibat dari proses infeksi
virus yang terjadi secara langsung ataupun karena mekanisme secara tidak
tulang. Ketika demam, mulai terjadi pengurangan jumlah leukosit dan netrofil
demam turun dan normal kembali pada 2-3 hari setelah defervescence (demam
biasanya ditemukan adanya leukopenia dengan hitung jenis yang masih dalam
proses infeksi virus secara langsung ataupun karena mekanisme tidak langsung
melalui produksi sitokin proinflamasi yang menekan sumsum tulang. Pada syok
bertransformasi atipik atau disebut juga limfosit plasma biru (LPB) yang cukup
banyak dan ditemukan neutropenia absolut. Hal tersebut karena pada SSD
(derajat 3 dan 4) monosit yang terinfeksi virus lebih banyak mengakibatkan sel
Host Evirontment
Agent
Kepadatan nyamuk
Proses infeksi
Kebocoran plasma
Derajat keparahan
DBD
Gambar 1. Kerangka Pikir
39
2.10 Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
populasi, tanpa memberikan intervensi. Cross sectional karena semua data pada
penelitian ini diambil sekali waktu pada satu kurun waktu yang sama, tanpa
3.1.1 Populasi
3.1.2 Sampel
40
41
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Ekslusi
a. Jumlah leukosit
b. Jumlah limfosit
a. Ras
b. Nutrisi
c. Jenis kelamin
d. Imunitas
Besar sampel dihitung dengan rumus Slovin. Rumus ini dipilih karena
Keterangan :
N = besar populasi
dekan
dan ekslusi
d. Pengambilan data
serta kejelasan data. Data responden yang belum lengkap dcari lagi
pengkodean.
kemudian ditampilkan dalam tabel meliputi nilai tendensi sentral mean, standar
deviasi, median, minimal dan maksimal untuk data numerik, dan distribusi
Spearman.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, dkk. 2020. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Terhadap Derajat Berat Infeksi
Infeksi Virus Dengue Pada Pasien Dewasa Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar Bali. Jurnal Medika Udayana, 9 (4). 23-24
Rosdia, dkk. 2017. Hubungan Antara Hasil Pemeriksaan Leukosit, Trombosit, Dan
Hematokrit Dengan Derajat Klinik DBD Pada Pasien Anak di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Jurnal kedokteran, 19(1). 42-43
Gaziansyah MP, dkk. 2022. Hubungan Jumlah Leukosit Dan Kadar Hemoglobin
Dengan Derajat Keparahan Ifeksi Dengue Di Rumah Sakit A Dadi Tjokrodipro
Bandar Lampung. Jurnal Wawasan Kesehatan, 1 (1). 21-23
Iman NS. 2021. Hubungan Kadar Hemoglobin Dan Trombosit Dengan Derajat
Keparahan Demam Berdarah Dengue Pada Anak. [Skripsi] Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Handayani NMD, dkk. 2022. Hubungan Kadar Trombosit, Hemaktokrit, Dan
Hemoglobin Dengan Derajat Demam Bedarah Dengue Pada Pasien Anak Rawat
Inap di BRSU Tabanan. Aesculapius Medical Journal, 2 (2). 131-132
Ramadhani, T., Yuliani, V., Hadi, U. K., Soviana, S., & Irawati, Z. (2019). Tabel Hidup
Nyamuk Vektor Filariasis Limfatik Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) di
Laboratorium. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.
Sahili, A. El, & Lescar, J. (2017). Dengue Virus Non-Structural Protein 5. Viruses.
Nurdin, A., & Zakiyuddin. (2018). Studi Epidemiologi Yang Mempengaruhi Kejadian
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) Di Kecamatan Johan Pahlawan. Jurnal Aceh
Medika
Lee, C. (2019). Dengue Fever. Journal of Internal Medicine of Taiwan.
Kartikasari, dkk. 2015. Pembuatan Peta Data Prediksi Penderita Penyakit DBD di Kota
Surakarta.Jurnal Teknologi dan Informasi, 4 (1). 20
Permatasari, D. Y., Ramaningrum, G., & Novitasari, A. (2015). Hubungan Status Gizi,
Umur, Dan Jenis Kelamin Dengan Derajat Infeksi Dengue Pada Anak. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah, 2(1), 24–28.
Guzman, M. G., Gubler, D. J., Izquierdo, A., Martinez, E., & Halstead, S. B. (2016).
Dengue infection. Nature Reviews Disease Primers.
45
Halstead, S. M. (2017). Dengue and dengue hemorrhagic fever. In Handbook of
Zoonoses, Second Edition, Section B: Viral Zoonoses.
Agustin, I., Tarwotjo, U., & Rahadian, R. (2017). Perilaku Bertelur Dan Siklus Hidup
Aedes aegypti. Jurnal Biologi.
Cucunawangsih, & Lugito, N. P. H. (2017). Trends of dengue disease epidemiology.
Virology: Research and Treatment.
Patandianan, R. (2014). Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Jumlah Trombosit Pada
Pasien Demam Berdarah Dengue. Jurnal E-Biomedik, 1(2), 868–872.
Ayunani, A., & Tuntun, M. (2017). Hubungan Tingkat Keparahan Demam Berdarah
dengan Kadar Hemoglobin, Hematokrit, Dan Trombosit di Puskesmas Rawat Inap
Way Kandis Bandar Lampung. Jurnal Analis Kesehatan, 6(2), 616–24.
Girard, M. P. (2016). Arboviruses and Viral Hemorragic Fevers; Recent
Epidemiological Data and New Vaccines. Bulletin de l’Academie Nationale de
Medecine.
Khetarpal, N., & Khanna, I. (2016). Dengue Fever: Causes, Complications, and
Vaccine Strategies. Journal of Immunology Research.
Rochaeni, A., Aryati, A., Wardhani, P., & Hadi, U. (2018). ANALYSIS OF DENGUE
SPECIFIC IMMUNE RESPONSE BASED ON SEROTYPE, TYPE AND
SEVERITY OF DENGUE INFECTION (Analisis Respons
Imun Spesifik Dengue terhadap Serotipe, Jenis dan Derajat Infeksi Virus Dengue).
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL
LABORATORY
WHO. (2011). Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and
dengue haemorrhagic fever. WHO Regional Publication SEARO.
Wita, R. (2014). Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)di Kelurahan
Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur Tahun 2014. Departemen
Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok 16424, Indonesia.
Ramadhani, T., Yuliani, V., Hadi, U. K., Soviana, S., & Irawati, Z. (2019). Tabel Hidup
Nyamuk Vektor Filariasis Limfatik Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) di
Laboratorium. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA.
46