Oleh :
William 2102612094
Pembimbing :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmatnya maka laporan responsi kasus dengan topik “DENGUE
HEMORRHAGIC FEVER” ini dapat selesai pada waktunya. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian responsi ini. Responsi kasus ini disusun sebagai salah satu
syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan,
sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan untuk kesempurnaan laporan responsi kasus ini. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.2.8 Riwayat Nutrisi ............................................................................... 25
3.2.9 Riwayat Tumbuh Kembang ............................................................ 25
3.2.10 Riwayat Alergi ................................................................................ 26
3.2.11 Riwayat Operasi .............................................................................. 26
3.3 Pemeriksaan Fisik................................................................................... 26
3.3.1 Status Present (22 Desember 2022) ................................................ 26
3.3.2 Status Generalis (22 Desember 2022) ............................................. 26
3.3.3 Pemeriksaan Khusus (22 Desember 2022) ..................................... 27
3.4 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 27
3.5 Diagnosis ................................................................................................ 31
3.6 Tatalaksana ............................................................................................. 31
3.7 KIE ......................................................................................................... 32
BAB IV ................................................................................................................. 34
PEMBAHASAN ................................................................................................... 34
BAB V................................................................................................................... 35
SIMPULAN .......................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gejala Tidak Spesifik pada Pasien DBD menurut WHO 2011 ............ 12
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
menyebabkan kematian pada hampir seluruh pasien DBD. Oleh karena itu,
penanganan yang tepat dan sedini mungkin terhadap pasien presyok dan syok
merupakan faktor penting yang menentukan hasil pengobatan.4
Karena belum tersebar luasnya vaksin untuk DBD maka cara
pencegahannya yaitu dengan mengendalikan vektor nyamuk penyebab dengue
seperti mengendalikan lingkungan yang bertujuan untuk membatasi ruang nyamuk
untuk berkembang biak sehingga diharapkan nyamuk penyebab dengue bisa
musnah, dimana salah satu programnya adalah 3M (menguras, menutup, dan
mengubur) serta membatasi pajanan terhadap gigitan nyamuk dengan
menggunakan lotion anti nyamuk.3
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa dengue merupakan
salah satu kasus yang menyebabkan kejadian morbiditas dan mortalitas yang cukup
tinggi di Indonesia terutama di Bali, dimana manifestasi klinisnya bisa sangat berat
dan mengancam nyawa. Untuk itu diperlukannya telaah lebih lanjut mengenai
penyakit dengue ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dengue merupakan penyakit infeksi yang ditularkan oleh vektor nyamuk.
Vektor nyamuk seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi virus
dengue (DENV) bisa menularkan DENV melalui air liur nyamuk ketika menggigit
manusia. DENV dapat mengakibatkan infeksi yang bersifat simptomatik maupun
asimptomatik. Mayoritas kasus dengue menghasilkan manifestasi klinis yang
asimptomatik ketika mengalami infeksi pertama kali, namun ketika sudah
merupakan infeksi kedua kali biasanya klinis bisa lebih berat dari sebelumnya.
Infeksi dengue akut/demam dengue dapat ditandai dengan munculnya manifestasi
klinis seperti demam, nyeri kepala, nyeri otot dan/atau sendi yang disertai
leukopenia, ruam pada kulit, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis
hemoragik. Sedangkan DSS merupakan infeksi dengue yang disertai dengan
adanya renjatan/syok.5,6
2.2 Epidemiologi
Secara internasional, Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merupakan
penyakit dengan vektor penyebar nyamuk, merupakan penyakit yang signifikan di
dunia diikuti dengan penyakit malaria.7,8 Di lebih dari 100 negara, DBD
merupakan penyakit endemik, khususnya di daerah tropikal dan subtropikal. Dalam
50 tahun terakhir, insidens dari penyakit ini sudah naik 30 kali lipat. Menurut World
Health Organization (WHO), diperkirakan setiap tahunnya terjadi infeksi demam
dengue sebanyak 50 sampai 100 juta kasus. Dari angka tersebut, 500,000 kasus
merupakan DBD serta dengue shock syndrome (DSS) dan 22,000 kasus
menyebabkan kematian.7 Periode transmisi demam dengue sendiri termasuk
bervariasi sesuai daerahnya. Sebagai contoh, di daerah Asia Tenggara, angka
meningkat setiap tiga sampai lima tahun, di negara Brasil angka meningkat setiap
empat sampai lima tahun, dan di daerah China periode angka transmisi meningkat
setiap tiga dan lima tahun. Transmisi dari demam dengue sangat berhubungan
dengan suhu lingkungan, musim hujan, dan fluktuasi vektor. Dikarenakan hal
tersebut, puncak epidemi dari demam dengue bervariasi. Di Thailand dan
3
4
Myanmar, bulan dengan angka puncak tertinggi adalah Mei sampai Oktober dan di
Malaysia dan Vietnam adalah Juni sampai Desember.8 Epidemi dengue merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia, Myanmar,
Srilangka, Thailand, dan Timor-Leste. Hal ini dikarenakan adanya tropical
monsoon dan negara- negara tersebut terletak di zona ekuatorial dimana nyamuk
vektor tersebar banyak di daerah urban dan pedesaan.9 Menurut penelitian, populasi
yang dapat terinfeksi virus dengue adalah semua populasi dengan 30-60% nya akan
menunjukan gejala klinis. Ditemukan bahwa populasi demografi infeksi dengue
berbeda antara daerah endemik dan non-endemik. Tingkat infeksi lebih tinggi pada
dewasa muda di daerah non-endemik, sedangkan pada daerah endemik tingkat
infeksi tertinggi, dengan angka 85% dari total kasus, adalah anak-anak, khususnya
usia 8 – 9 tahun.8
Menurut penelitian yang membahas data-data tahun 1968 sampai 2017 dari
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Indonesia, ditemukan bahwa dalam kurun
periode 50 tahun, ditemukan adanya kenaikan tajam tingkat insidens DBD di
Indonesia. Angkanya bervariasi dari 0.05 kasus per 100,000 orang – tahun di 1968
sampai 77.96 kasus per 100,000 orang – tahun di 2016. Seperti halnya di negara
lain, di Indonesia juga memiliki puncak tertinggi tingkat insidens, yakni setiap 6
sampai 8 tahun di tahun 1973, 1988, 1998, 2009, dan 2016. Di tahun 2017,
ditemukan 59,047 kasus DBD dan 444 kasus DBD dengan kematian dengan tingkat
insidens 22.55 per 100,000 orang – tahun. Walaupun tingkat insidens, secara
signifikan, naik dalam lima decade, case fatality rate (CFR) setiap tahunnya
menurun. Case fatality rate di tahun 1960 diperkirakan lebih dari 20% dari angka
kasus terinfeksi, namun setiap dekadenya angka tersebut menurun setengahnya. Per
tahun 2016, CFR dari DBD adalah 0.79%. Penurunan angka CFR disebabkan
karena bertambah baiknya protokol manajemen penyakit di Puskesmas atau di
rumah sakit, meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat serta tenaga
kesehatan, dan peningkatan dalam diagnosis didukung sensitivitas spesifitas tes
diagnosis yang lebih baik.10
Angka tingkat insidens di Bali merupakan angka tertinggi se Indonesia sejak
2011, dari 65.90 per 100,000 populasi di tahun 2012 sampai 484.02 per 100,000
populasi di tahun 2016. Menariknya, walaupun Bali memiliki angka insidens
5
tertinggi setiap tahunnya, CFR di Bali, secara konsisten, di bawah 1% dari yang
terinfeksi. Bali menduduki tingkat insidens tertinggi DBD bersama Kalimantan,
sedangkan Papua Barat memiliki tingkat insidens terendah di Indonesia.10
Belum ada penelitian menjabarkan angka epidemiologi DBD secara spesifik.
Menurut beberapa literatur membahas tentang faktor risiko demografis DBD,
kejadian syok paling sering ditemukan pada pasien dengue anak di usia 6-10 tahun
dibandingkan kelompok usia lebih muda atau lebih tua. Proporsi kejadian terbanyak
ditemukan pada anak perempuan ketimbang laki-laki pada kejadian DSS serta
memiliki angka mortalitas lebih tinggi. Walaupun anak usia di atas 5 tahun
memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami DSS, anak berusia lebih muda
memiliki hasil akhiran yang lebih buruk. Risiko kematian lebih tinggi pada anak
usia 1-5 tahun dengan angka 4 kali lebih besar ketimbang pada anak usia 11-15
tahun.8 Keadaan dengue yang buruk ini dapat juga terjadi pada pasien yang
memiliki penyakit kronik seperti diabetes mellitus atau asma. Pada satu sisi,
walaupun malnutrisi merupakan predisposisi banyak penyakit infeksi lainnya,
ternyata hal tersebut tidak mendukung kenaikan kemungkinan DSS. Ada beberapa
bukti bahwa kerentanan genetik, seperti variasi etnis dan tipe HLA, mungkin
berperan dalam pengembangan DSS, tetapi hal ini belum dipelajari secara
menyeluruh.11
2.3 Etiologi
Transmisi dari virus dengue tergantung dengan faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik yang dimaksud adalah virus, vektor, dan host. Sedangkan faktor
abiotik merupakan suhu, kelembaban, dan hujan. Etiologi dari penyebabnya DBD
adalah virus dengue yang merupakan genus Flavivirus dan famili Flaviviridae.
Virus dengan ukuran kecil ini memiliki RNA sebagai genome dan memiliki kapsid
polihedral disertai lipoprotein envelope. Virus dengue memiliki 4 serotipe virus
yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Infeksi dengan salah satu
serotipe memberikan imunitas seumur hidup terhadap serotipe tersebut. Walaupun
keempat serotipe, secara antigen, serupa, keempatnya cukup berbeda dan hanya
dapat memberikan cross-protection dalam beberapa bulan setelah infeksi pertama.
Infeksi sekunder dengan serotipe yang lain dapat menyebabkan dengue yang lebih
buruk, yakni DHF atau DSS.3
6
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi virus dengue dari WHO pada tahun 2009 klasifikasi
infeksi dengue terbagi menjadi dua kelompok menurut derajat penyakit, yaitu
dengue dan Severe dengue. Dengue secara garis besar dibagi menjadi dengue
dengan atau tanpa warning signs (dengue ± warning signs).13
b. Severe dengue
Infeksi dengue diklasifikasikan sebagai severe dengue apabila terdapat
severe plasma leakage (perembesan plasma hebat), severe bleeding
(perdarahan hebat), atau severe organ impairment (keterlibatan organ yang
berat). Severe plasma leakage akan menyebabkan syok hipovolemik dengan
atau tanpa perdarahan dan atau penimbunan cairan disertai distres respirasi.
Severe bleeding didefinisikan bila terjadi perdarahan disertai kondisi
hemodinamik yang tidak stabil sehingga memerlukan pemberian cairan
pengganti dan atau transfusi darah. Yang dimaksud dengan perdarahan adalah
semua jenis perdarahan, seperti hematemesis, melena, atau perdarahan lain
yang dapat mengancam kehidupan. Severe organ involvement, termasuk gagal
hati, inflamasi otot jantung (miokarditis), keterlibatan neurologi (ensefalitis),
dan lain sebagainya. Pengelompokan severe dengue sangat diperlukan untuk
kepentingan praktis terutama dalam menentukan pasien mana yang
memerlukan pemantauan ketat dan mendapat pengobatan segera.9
2.5 Patofisiologi
DBD dapat terjadi pada pasien yang baru pertama kali mengalami infeksi
virus dengue, namun sebagian besar kasus DBD terjadi pada pasien dengan infeksi
sekunder. Tanda khas DBD adalah terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular
yang mengakibatkan kebocoran plasma, volume intravaskular yang berkontraksi,
dan syok pada kasus yang parah. Kebocoran ini unik karena terdapat kebocoran
selektif plasma di rongga pleura dan peritoneum dan periode kebocorannya pendek
(24-48 jam). Pemulihan syok yang cepat tanpa sequelae dan tidak adanya
peradangan pada pleura dan peritoneum menunjukkan perubahan fungsional pada
integritas vaskuler daripada kerusakan struktural pada endotel sebagai mekanisme
yang mendasari. Berbagai sitokin dengan efek peningkatan permeabilitas telah
terlibat dalam patogenesis DBD.3
Proses terjadinya manifestasi berat dari infeksi Dengue Virus (DENV)
masih belum sepenuhnya dipahami tetapi bersifat multifaktorial (Gambar 2.1).
Faktor genetik dari host mempengaruhi respon imun terhadap infeksi DENV.
Inokulasi DENV ke dalam dermis, sel Langerhans dan keratinosit yang
menyebabkan sel-sel akan terinfeksi. Virus kemudian menyebar melalui darah
(viremia primer) dan menginfeksi jaringan makrofag di beberapa organ, terutama
makrofag di limpa. Efisiensi replikasi DENV di Dendritic Cells (DC), monosit, dan
makrofag dan efisiensi replikasi dalam Endothelial Cells (EC), sel stroma bone
marrow (medulla spinalis), dan sel hepar, secara kolektif menentukan viral load
yang diukur dalam darah. Viral load merupakan faktor risiko yang penting dalam
berkembangnya penyakit yang berat. Pada dasarnya, infeksi makrofag, hepatosit,
dan EC mempengaruhi respon hemostasis dan imun terhadap DENV. Sel yang
terinfeksi akan mati terutama melalui proses apoptosis dan pada tingkat yang lebih
rendah melalui nekrosis. Nekrosis menghasilkan pelepasan produk toxic, yang
mengaktifkan sistem koagulasi dan fibrinolitik. Luasnya infeksi sel stroma di bone
marrow (medulla spinalis), dan kadar IL-6, IL-8, IL-10, dan IL-18, hemopoesis
yang ditekan, mengakibatkan penurunan trombogenesis darah. Trombosit
berinteraksi erat dengan EC, dan sejumlah trombosit yang berfungsi normal
berfungsi untuk menjaga stabilitas vaskular. Viral load yang tinggi dalam darah dan
kemungkinan virus untuk replikasi di EC, trombositopenia berat, dan disfungsi
9
a. Fase Demam
Pada fase demam, pasien akan mengalami demam dengan suhu yang
tinggi secara mendadak. Fase demam akan berlangsung selama 2 hingga 7
hari, dengan gejala berupa facial flushing, kemerahan pada kulit, nyeri pada
badan, nyeri otot, nyeri sendi, serta nyeri kepala. Beberapa diantaranya
memiliki gejala berupa nyeri tenggorokan, injected pharynx, dan
conjunctival injection. Gejala yang umum ditimbulkan berupa penurunan
nafsu makan, mual dan muntah. Tes torniquet yang positif akan menguatkan
kemungkinan diagnosis penyakit dengue dari penyakit non dengue.
Monitoring daripada warning signs yang ada serta parameter klinis
sangatlah penting untuk melihat progresi menuju fase kritis.
Adapun gejala ringan hemoragik yang ditimbulkan seperti petekie
dan perdarahan membran mukosa. Perdarahan masif vagina serta
perdarahan gastrointestinal juga dapat terjadi pada fase ini namun tidak
umum terjadi. Hati dari pasien cenderung membesar dan melunak setelah
beberapa hari demam. Pada pemeriksaan darah lengkap, akan ditemukan
penurunan berkala pada total sel darah putih.
11
b. Fase Kritis
Saat terjadi penurunan demam hingga 37,5 - 38°C atau kurang,
umumnya pada hari ke - 3 hingga ke - 7 dari penyakit, peningkatan
permeabilitas kapiler dan kadar hematokrit akan meningkat dan merupakan
tanda dimulainya fase kritis. Kebocoran plasma yang terjadi dapat saja
berujung pada syok. Pemeriksaan darah yang lengkap akan menjadi
panduan dalam mengenal awal fase kritis serta kebocoran plasma yang
terjadi. Pasien yang memiliki gejala warning signs akan didiagnosis dengan
dengue with warning signs, namun beberapa pasien akan menjadi severe
dengue.
c. Fase Pemulihan
Apabila pasien bertahan setelah 24 hingga 48 jam dalam fase kritis,
akan terjadi reabsorbsi berkala daripada cairan ekstravaskuler dalam 48 - 72
jam. Kondisi pasien akan membaik, nafsu makan akan kembali normal,
gejala gastrointestinal mereda, hemodinamik stabil dan terjadi diuresis.
Beberapa pasien akan menimbulkan ruam “islet of white in the sea of red”
dan lainnya juga dapat mengalami pruritus.
d. Severe Dengue
Severe Dengue dikatakan bila pasien memiliki satu atau lebih gejala
berupa (i) kebocoran plasma yang dapat berujung pada syok (syok dengue)
dan atau akumulasi cairan, dengan atau tanpa distress nafas, dan atau (ii)
Perdarahan berat, dan atau (iii) kerusakan organ yang berat.,14,16
Saat gejala permeabilitas vaskular dengue terjadi, hipovolemia akan
memburuk dan dapat pada syok. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke - 4
atau ke - 5 dari penyakit dan didahului dengan warning signs. Pada stadium
awal dari syok, terdapat gejala awal yang dilihat berupa takikardi,
ekstremitas yang dingin dan perlambatan capillary refill time (CRT).
Tekanan diastol akan meningkat mendekati tekanan sistol dimana hal ini
menjadi pertimbangan pasien mengalami syok yaitu apabila rentang antara
tekanan sistolik dan diastolik berkisar ≤ 20 mmHg pada anak atau pasien
12
tersebut memiliki perfusi kapiler yang buruk (dingin pada ekstremitas, CRT
melambat, denyut nadi cepat). Sedangkan pada pasien dewasa dapat
mengalami syok berat apabila perbedaan antara tekanan sistol dan diastol
berkisar ≤ 20 mmHg Kesadaran pasien dengan dengue shock seringkali
tetap baik dan jernih. 16
Pada pasien yang tinggal pada daerah endemik demam berdarah,
severe dengue harus dicurigai apabila dalam 2 hingga 7 hari menimbulkan
gejala berupa:
1. Adanya kebocoran plasma
Peningkatan hematokrit yang tinggi atau progresif
Efusi pleura atau asites
Gangguan sirkulasi atau syok seperti takikardi, akral dingin
dan lembab, waktu pengisian kapiler lebih dari tiga detik, denyut nadi teraba
lemah dan terkadang tidak terdeteksi, tekanan darah tidak dapat dicatat, dan
tekanan nadi yang menyempit
2. Perdarahan yang signifikan
3. Penurunan kesadaran
4. Gejala berat gastrointestinal
5. Gejala berat kerusakan organ atau manifestasi tidak umum
lainnya.
Tabel 2.1 Gejala Tidak Spesifik pada Pasien dengan DBD menurut WHO 20113
Muntah 57.9
Konstipasi 53.3
Batuk 21.5
Restlessness 21.5
Rhinitis 12.8
Enanthema 8.3
2.7 Diagnosis
Menurut Guideline yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2009,
seseorang dapat dikatakan probable dengue fever atau probable demam dengue
apabila ada riwayat bepergian ataupun tinggal di tempat yang endemis diserta
dengan demam yang terjadi secara akut yang kemudian diikuti dua atau lebih dari
gejala gejala berikut:9
1. Nyeri kepala
2. Nyeri retro orbital
3. Mual Muntah
4. Myalgia
5. Arthralgia
6. Rash
7. Tes Torniquet Positif
8. Leukopenia (WBC ≤5000 sel /mm3),
Untuk konfirmasi diagnosis adalah kasus probable yang disertai oleh salah
satu berikut ini:9
1. Isolasi virus dengue dari serum, CSF ataupun sampel autopsi
14
Kasus probable tersebut kemudian dapat disertai ataupun tidak disertai dengan
gejala warning sign. Adapun gejala warning sign tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:9
1. Adanya nyeri abdominal
2. Muntah yang persisten
3. Perdarahan mukosa
4. Letargi, Restlessness
5. Hepatomegali
6. Peningkatan HCT yang disertai dengan penurunan jumlah platelet dalam
waktu yang cepat.
Adapun untuk kriteria untuk mendiagnosis Severe Dengue adalah sebagai berikut:9
1. Severe Plasma Leakage atau Kebocoran Plasma Yang Berat
Kebocoran plasma yang berat dapat menyebabkan terjadinya syok (DSS)
dan akumulasi cairan.
2. Perdarahan yang berat.
3. Adanya keterlibatan Organ / Severe organ impairment
Yang umum ditemukan adalah peningkatan enzim hati atau penurunan
kesadaran
Syok pada pasien dengue dapat terpikirkan telah terjadi apabila ditemukan gejala
berikut;8
1. Pulse Pressure (yang mana diperoleh dari pengurangan tekanan sistolik -
tekanan diastolik) ≤ 20 mm Hg.
15
2. Adanya tanda tanda perfusi kapiler yang buruk, seperti akral dingin, refill
CRT yang melambat atau nadi yang cepat.
Pada fase fase awal demam, karena gejala yang ditimbulkan oleh DBD itu
sendiri tidaklah begitu khas, DBD dapat didiagnosis banding dengan berbagai
infeksi yang disebabkan baik oleh bakteri, virus ataupun protozoa. Sebagai contoh
demam typhoid, chikungunya, malaria ataupun meningitis. Namun, adanya
manifestasi perdarahan, seperti tes torniquet yang positif dan adanya leukopenia
lebih mengarahkan diagnosis kearah DBD.9
a. Chikungunya
Chikungunya biasanya ditandai dengan demam serta nyeri pada sendi yang
menetap selama hitungan minggu hingga bulan. Demam yang ditimbulkan biasanya
suhunya sangat tinggi yaitu 38,5oC dengan durasi 3 hingga 5 hari. Ruam yang
ditimbulkan biasanya muncul di hari kedua atau ketiga dengan distribusi sentripetal
atau muncul bersamaan dengan onset demam. Derajat sakit kepala dan sakit sendi
yang dirasakan lebih berat dibandingkan dengue.9,17
b. Malaria
Malaria biasanya ditandai dengan demam yang dapat mencapai suhu 40oC
dengan masa inkubasi diantara 7-30 hari. Terkadang disertai dengan ruam
maculopapular serta derajat sakit kepala dan atralgia lebih ringan dibandingkan
dengan dengue. 9,17
c. Demam Tifoid
Demam tifoid memiliki ciri khusus yaitu demam dengan step ladder pattern
dimana demam yang timbul terus menerus hingga suhu 41oC yang tidak pernah
mencapai suhu normal. Namun pada demam tifoid ini akan muncul rose spot pada
sisi badan anterior yang muncul setelah demam, terdapat ciri lidah tifoid, serta
jarang atau bahkan tidak ada gejala atralgia.9,17
16
d. Campak
Masa inkubasi campak biasanya berkisar 9-11 hari dengan gejala demam
mencapai suhu 40oC. Gejala yang ditimbulkan biasanya ruam makulopapular yang
muncul pertama kali di belakang telinga dengan waktu 3-4 hari setelah demam
muncul, sakit kepala derajat ringan, atralgia derajat ringan, serta terdapat koplik’s
spots.9,17
2.10 Penatalaksanaan
Nilai kembali status klinis dan ulangi pemeriksaan hematokrit pasien. Jika
kadar hematokrit tetap sama atau hanya naik minimal, lanjutkan dengan
kecepatan yang sama (2-3 ml/kg BB/jam) selama 2-4 jam lagi. Jika tanda -
tanda vital memburuk dan kadar hematokrit meningkat, maka tingkatkan
kecepatan pemberian cairan menjadi 5-10 ml/kg BB/jam selama 1-2 jam.
Kemudian, nilai kembali status klinis dan ulangi pemeriksaan kadar
hematokrit untuk menyesuaikan pemberian cairan intravena.
Pasien dengan warning sign harus dipantau terus hingga fase kritis berakhir.
Keseimbangan cairan juga harus dipertahankan. Parameter yang harus
dipantau, meliputi tanda-tanda vital dan perfusi perifer (setiap 1-4 jam
sampai pasien melewati fase kritis), luaran urin (setiap 4-6 jam), kadar
hematokrit (sebelum dan setelah pemberian cairan, kemudian setiap 6-12
jam), glukosa darah, dan fungsi organ (sesuai indikasi, seperti ginjal, hati,
dan koagulasi).
Bila sirkulasi pasien tetap stabil, kurangi jumlah cairan yang diberikan
secara bertahap menjadi 7,5-5-3-1,5 mL/kg BB/jam.
2.8 Prognosis
Prognosis demam dengue secara umum baik, hal ini dikarenakan dengue
merupakan penyakit infeksi yang dapat sembuh dengan sendirinya atau self limiting
disease. Namun apabila dengue tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat
menimbulkan kematian, angka kematian dengue cukup rendah yaitu <1%.
Penyebab kematian biasanya disebabkan oleh syok berkepanjangan, perdarahan
yang masif, serta kelebihan cairan.18
BAB III
LAPORAN KASUS
22
23
pasien meminta dirawat di Tabanan atas dasar keinginan keluarga dimana jarak dari
kampung halaman ibu.
Selain demam, pasien juga mengeluhkan adanya sakit kepala yang dirasakan
bersamaan dengan munculnya demam, yaitu pada tanggal 15/12. Sakit kepala
dirasakan berdenyut, terutama di daerah dahi dan belakang mata dan tidak menjalar
ke area lainnya. Sakit kepala dirasakan dengan intensitas sedang dengan skala nyeri
4/10, dan dikatakan memberat pada saat malam hari,dan meringan setelah
pemberian paracetamol.
Pasien juga mengeluhkan adanya rasa nyeri di bagian kaki dari bagian lutut ke
bawah yang terjadi bersamaan dengan mulai terjadinya demam, sehingga pasien
lebih banyak berbaring di tempat tidur. Keluhan lain seperti batuk, pilek, dan sesak
disangkal. Pasien juga menyangkal adanya keluhan gusi berdarah, mimisan, mual
dan muntah, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, perut kembung,
ataupun nyeri bagian abdomen. Tidak ada penurunan nafsu makan yang dirasakan
pasien saat demam. Pasien juga mengatakan tidak ada penurunan frekuensi BAK
dan dapat BAB dengan normal seperti biasa dari sebelum pasien sakit tanpa disertai
pendarahan.
Untuk Keluhan saat ini (22/12/22), pasien tidak mengeluhkan demam, sakit
kepala sudah tidak ada, nyeri otot berkurang, nyeri sendi tidak ada, buang air kecil
dengan volume kurang lebih 1 gelas plastik air mineral, dan tidak ada tanda gusi
berdarah, BAB berdarah.
mengaku sudah lupa, namun mengatakan bahwa pasien lahir sehat tanpa masalah
apa pun.
3.5 Diagnosis
3.6 Tatalaksana
Dengue hemorrhagic fever Novorapid 8-10-8 IU
IVFD NACL 25 tpm
Paracetamol tab 3x500 mg (k/p)
32
3.7 KIE
1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, terutama selokan yang berada di
depan rumah.
2. Upayakan melakukan 3M untuk mencegah terjadinya infeksi berulang.
3. Melakukan upaya-upaya pencegahan gigitan nyamuk
4. Menjelaskan kepada orangtua mengenai keadaan pasien saat ini, bahwa
akan diberikan obat-obatan selama proses terapi.
5. Menjelaskan kepada orang tua terkait demam pasien, meminta orang tua
turut serta memantau kondisi pasien seperti memeriksa suhu dan asupan
cairan pasien.
6. Menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa pasien harus beristirahat yang
cukup, serta selalu menjaga kebersihan area rumah agar tidak ada
penyebaran penyakit.
.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kesempatan kali ini, tim penulis ingin melaporkan sebuah kasus,
seorang anak laki-laki usia 16 tahun yang datang ke RSUD Tabanan. Saat ini pasien
tidak memiliki keluhan apa pun. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
tanggal 22 Desember 2022 didapatkan keadaan pasien dalam batas normal, dengan
tanda vital yang telah stabil,sedangkan pada pemeriksaan antropometri didapatkan
TB/U (-2 SD) - (-1 SD) (Normal) dan IMT/U (-1 SD) - (0) (normal)(gizi baik).
Dari hasil anamnesis yang dilakukan kepada ibu pasien, pasien terkena
penyakit infeksi dengue diperkirakan tanggal 15/12/2022 yang ditandai secara
mendadak dengan perubahan perilaku dan demam sejak malam setelah melakukan
kegiatan ekstrakulikurer barong di pendompo rumah temanya. Pasien menjelaskan
keluhan demam yang muncul mendadak dan persisten tinggi pada tanggal 19/12/22,
dan menurun dengan penggunaan obat parasetamol, namun naik kembali untuk
suhu 39,3ºC sehingga dibawa ke RS Surya Husadha untuk dilakukan cek lab atas
33
34
saran Klinik Nurjaya.setelah dilakukan cek lab ditemukan trombosit menurun, dan
disarankan masuk rumah sakit, dan dirujuk ke RSUD Tabanan atas dasar akses
rumah sakit yang lebih dekat. Selain itu pasien mengeluhkan nyeri otot di kaki
kanan dan nyeri kepala yang bermunculan disekitar depan kepala dengan skala
nyeri 4/10, keluhan ini bermunculan berbarengan dengan demam pertama kali.
Adanya demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot dan tidak disertai dengan nyeri sendi
yang termasuk arthralgia, nyeri menelan, muntah, penurunan nafsu makan serta
nyeri perut yang merupakan gejala awal yang sering dikeluhkan dari DBD, sesuai
dengan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit demam berdarah menurut
guideline WHO tahun 2009.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan tourniquet
(Rumple Leed Test) dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan Rumple
Leed Test didapatkan hasil negatif (<10 petekie / inci persegi). Selain itu, pada
pemeriksaan darah lengkap didapatkan hasil leukopenia (WBC < 5000 cells/mm3)
dengan lymphocytosis. Terjadi juga eritrositosis yang dapat mengindikasikan
terjadinya hemokonsentrasi karena perembesan plasma. Didapatkan juga bahwa
pasien mengalami trombositopenia. Menurut WHO, DBD akan semakin parah
seiring berjalannya waktu dimana akan terjadi kondisi-kondisi yang akan semakin
memberatkan yakni gangguan elektrolit yang dapat menyebabkan distress
pernapasan, atau syok hipovolemik, kegagalan multi organ dan perdarahan masif
dari beberapa organ.
Penatalaksanaan yang tepat untuk memaintance cairan merupakan anjuran
WHO dalam menangani pasien DBD, dimana pasien yang memasuki fase kritis
memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami kematian. Sesuai dengan hal tersebut,
pasien ini telah dirawat di ruangan angrek. Menurut teori, penanganan pasien
dengan syok dimulai dengan cairan intravena dengan larutan kristaloid isotonik 5-
10 mg/kg/jam selama satu jam dan pasien ini telah diberikan penanganan berupa
MRS, NaCl 0.9% bolus 20 ml/Kg dalam 15 menit (900ml), Paracetamol 10-15
mg/Kg/kali – 500 mg tab jika demam dengan suhu > 38 C atau skala nyeri VAS >
4, dan Pemantauan tanda vital.
35
BAB V
SIMPULAN
40-50% apabila tidak diberikan terapi. Apabila diagnosis ditegakkan lebih awal,
pemantauan yang baik, dan terapi cairan dapat menurunkan angka mortalitas hingga
1%.
DAFTAR PUSTAKA
37
38
17. Tjandra ET, Ehrchen J, Broekaert S, Sunderkötter C. Dengue fever and the
differential diagnoses of rash, fever, and headache following travel to the
tropics. JDDG: Journal Der Deutschen Dermatologischen Gesellschaft.
2016;15(1):82–85. 32.
18. Hadinegoro SRH, Moedjito I, Chairulfatah A, penyunting. Pedoman
Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta:
UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI; 2014.