Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

Dengue Hemorrhagic Fever

Disusun oleh:
dr. Aisyah Mariam Fadhilla

Pembimbing:
dr. M Darussalam. MARS

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT ISLAM HASANAH MUHAMMADIYAH
PERIODE AGUSTUS 2022-AGUSTUS 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Dengue Hemorrhagic Fever

Disusun Oleh:
dr. Aisyah Mariam Fadhilla

Mojokerto, Februari 2023

Pendamping:

dr. M. Darussalam., MARS

ii
BERITA ACARA

Pada hari............................. tanggal....................................telah dipresentasikan laporan


kasus oleh

Nama : dr. Aisyah Mariam Fadhilla

Judul/Topik : Dengue Hemorrhagic Fever

Pendamping : dr. M. Darussalam., MARS

Nama Wahana : RSI Hasanah Muhammadiyah, Kota Mojokerto

No Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Mojokerto, Februari 2023

Pembimbing

dr. M. Darussalam., MARS

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan topik “Dengue Hemorrhagic Fever”.
Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. M. Darussalam. MARS selaku pembimbing yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan kasus ini. Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Program Dokter Intersip Indonesia periode Agustus 2022 – Agustus
2023
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman sejawat kelompok
internsip dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus
ini, sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini, semoga
bermanfaat, amin.

Mojokerto, Februari 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 6
BAB II LAPORAN KASUS ......................................................................................................... 8
I. IDENTITAS PASIEN ........................................................................................................... 8
II. ANAMNESIS.................................................................................................................... 8
III. PEMERIKSAAN FISIK....................................................................................................... 9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................................................................ 11
V. RESUME ....................................................................................................................... 11
VI. DAFTAR MASALAH ...................................................................................................... 11
VII. DIAGNOSIS BANDING ................................................................................................. 11
VIII. DIAGNOSIS KERJA ...................................................................................................... 11
IX. TATALAKSANA ............................................................................................................. 12
X. PROGNOSIS .................................................................................................................. 12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 13
2.1. Definisi ................................................................................................................. 13
2.2 Epidemiologi ........................................................................................................ 13
2.3. Etiologi ................................................................................................................. 14
2.4. Faktor Resiko ....................................................................................................... 14
2.5. Nyamuk Aedes ..................................................................................................... 14
2.7. Patogenesis dan Patofisiologi ............................................................................... 16
2.8. Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue ...................................................................... 17
2.9. Kriteria Diagnosis ................................................................................................. 21
2.10 Diagnosis Banding ................................................................................................ 28
2.11. Penatalaksanaan .................................................................................................. 29
2.12. Pencegahan.......................................................................................................... 37
2.13. Komplikasi............................................................................................................ 37
2.14. Prognosis ............................................................................................................. 38
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 40

v
BAB I
PENDAHULUAN

Demam adalah keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau suhu
rektal > 38oC. American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan bahwa suhu
normal rektal pada anak berumur kurang dari 3 tahun sampai 38 oC dengan suhu normal
oral 37,5oC. Pada anak berumur lebih dari 3 tahun suhu oral normal sampai 37,2 oC dan
suhu rektal normal 37,8oC. Suhu tubuh anak anda akan naik turun setiap empat jam atau
lebih. Ini merupakan cara alami tubuh untuk melawan infeksi. Obat-obatan seperti
paracetamol atau ibuprofen mungkin tidak berpengaruh pada suhu anak anda ataupun
menurunkan suhu hanya untuk waktu yang singkat. 1
Demam pada anak merupakan 15 % dari kunjungan pasien di poliklinik dan 10 %
dari kunjungan di Unit Gawat Darurat. Sebagian besar anak berumur kurang dari 3
tahun. Umumnya penyebab demam diidentifikasi berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Demam pada anak umumnya disebabkan oleh virus yang dapat
sembuh sendiri, tetapi sebagian kecil dapat berupa infeksi bakteri serius seperti
meningitis bakterialis, bakteremia, pneumonia bakterialis, infeksi saluran kemih,
enteritis bakteri, infeksi tulang dan sendi.
Demam dengue dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopeni, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan daistesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. 1
Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan
subtropis. Data yang didapatkan dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. 2 Pada banyak daerah
tropis dan subtropis, penyakit DBD adalah endemik yang muncul sepanjang tahun
terutama saat musim hujan yang merupakan kondusi optimal untuk nyamuk dapat
berkembang biak.3Peningkatan kasus DBD ini juga dapat terjadi dalam kurun waktu
yang singkat bahkan dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di sebagian wilayah
di dunia.

6
DBD menyebar dengan cepat di sebagian besar wilayah di dunia. Menurut laporan
WHO, jumlah penderita DBD terbanyak berada di wilayah Pasifik Barat, Asia Tenggara
dan beberapa negara di Amerika. Jumlah kasus DBD dilaporkan oleh WHO setiap
tahunnya meningkat dari 0,4-1,3 juta pada dekade 1996-2005, pada tahun 2010
mencapai 2,2 juta, dan 3,2 juta di tahun 2015. Bahkan pada tahun 2016, terjadi wabah
DBD di berbagai belahan dunia, khususnya di negara yang berada pada wilayah
khatulistiwa.
Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 50 tahun
terakhir. Indonesia termasuk negara dengan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue
yang terbanyak di benua Asia. Letak geografis Indonesia yang berada di kawasan tropis
memberikan pengaruh terhadap kejadian DBD. Seiring dengan meningkatnya mobilitas
dan kepadatan penduduk, jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin
bertambah.
Jumlah kasus DBD di Indonesia bersifat fluktuatif, berdasarkan data kementrian
kesehatan RI menunjukkan bahwa kejadian DBD pada tahun 2016 tercatat sebanyak
204.171 kasus dan mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2017 dengan
jumlah kasus 68.407. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI disebutkan bahwa
distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu pertama 2018 hingga minggu pertama
2019 tertinggi ada di Jawa Timur dengan jumlah suspek DBD 700 orang, diikuti Jawa
Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401 orang.
Tingginya angka kejadian DBD di dunia terutama di Indonesia menjadikan
pentingnya deteksi awal untuk penyakit ini. Oleh karena itu, dengan mengetahui gejala
klinis dan klasifikasi DBD dengan penegakkan diagnosis yang tepat akan membantu
deteksi dini dan penatalaksanaan yang adekuat. Dalam SKDI (Standar Kompetensi
Dokter Indonesia), Demam Berdarah Dengue termasuk dalam tingkat kemampuan 4A
yang artinya lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit
tersebut dan mampu menatalaksana hingga tuntas. Oleh karena itu, di butuhkan
pemahaman mengenai demam berdarah dengue sehingga dapat mengenali secara dini
dengan harapan dapat mencegah komplikasi akibat keterlambatan penatalaksanaan.
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn. AP
b. Tanggal Lahir : 13 Juni 1997 (25 tahun)
c. No. Rekam Medis : 169561
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Berat Badan : 75 kg
f. Alamat : Gersapi RT.02 RW.04 Sukorejo, Tanjungan
g. Agama : Islam
h. Suku : Jawa
i. Pekerjaan : Karwayawan
j. Tanggal Masuk : 21 Desember 2022
k. Tanggal Pemeriksaan : 21 Desember 2022

II. ANAMNESIS
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama: Demam
Pasien datang ke IGD RSI Hasanah Muhammadiyah Mojokerto dengan rujukan
dari klinik Kemlagi dengan keluhan demam sejak 6 hari SMRS. Demam dirasa naik
turun, tidak diukur dengan termometer namun pasien mengatakan dahi teraba sangat
panas dan disertai nyeri kepala. Keluhan sempat membaik selama beberapa jam di siang
hari setelah pasien mengkonsumsi obat penurun panas. Namun kembali demam pada
saat sore hari.
Satu hari sebelum demam, pasien merasakan nyeri kepala, batuk dan pilek.
Kemudian esoknya demam dirasakan disertai nyeri kepala, batuk, pilek, mual dan pegal-
pegal badan. Pada hari ketiga demam keluhan disertai dengan BAB sedikit berdarah,
lemas, pegal-pegal, mual, menggigil, nyeri kepala, nafsu makan berkurang. Tidak ada
mimisan, BAB cair berlendir dan bintik - bintik kemerahan.
Pasien menyangkal nyeri sendi yang sangat hebat. Bepergian ke daerah Indonesia
bagian timur juga disangkal. Buang air kecil 3-4x sehari, nyeri saat buang air kecil, dan
sensasi tidak puas setelah buang air kecil disangkal. Pasien menyangkal juga adanya

8
9

nyeri telinga, telinga berdenging, telinga terasa penuh, penurunan pendengaran, dan ada
benjolan belakang telinga. Menyangkal adanya sesak, nyeri dada, dan riwayat tidak
sadar.
Pasien mengatakan di sekitar rumah ada tetangga yang mengalami DBD dan
dirawat dirumah sakit. Di kompleks rumah sudah dilakukan foging, namun banyak
genangan air, banyak nyamuk belang di pagi hari. Sebelum pasien datang ke IGD RSI
Hasanah pasien sudah mengonsumsi obat penurun panas yang diberikan klinik kemlagi
dan sempat membaik.

B. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya pada pasien.

C. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keluarga yang serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal Pemeriksaan : 21 Desember 2022
Kesan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS : 15 E4M5V6
Tanda Vital : TD : 100/60 mmHg
N : 80 x/mnt, isi cukup, kuat, reguler, equal
RR : 22x/menit, regular, tipe abdominothoracal,
retraksi (-), PCH (-)
S : 37,0°C
SpO2 : 99% free air
Kepala : Normocephal, deformitas (-)
Rambut Hitam, tidak mudah rontok
Wajah Simetris, edema (-), deformitas (-)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor 3 mm/3 mm, refleks kornea (+/+)
Telinga : Bentuk dan lokasi normal, simetris, sekret (-/-)

9
10

Hidung : Bentuk dan lokasi normal, pernapasan cuping


hidung (-),sekret (+/+), sedikit, deviasi septum (-),
hiperemis (-), epistaksis (-)
Mulut : Mukosa bibir lembab dan basah, perioral cyanosis
(-), Tonsil T1-T1 tenang, gusi hiperemis (-)
Leher : Simetris, tidak ada deviasi trakhea, tidak teraba
pembesaran kelenjar getah bening
Dada : Pulmo:
Inspeksi: Dinding dada simetris, pergerakan
simeteris, retraksi suprasternal (-) retraksi
epigastrium (-)
Palpasi: taktil fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskulatasi: VES ka=ki, rh (-/-), wh (-/-)
Cor
Inspeksi: Tidak tampak ictus cordis
Auskultasi: BJ I dan II reguler, Gallop (-),
Murmur(-)
Abdomen : Inspeksi: Cembung, retraksi epigastrium (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Palpasi: lembut, soefel, organomegali (-), nyeri
tekan epigastrik (+)
Perkusi: timpanik
Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), capillary refill <2 detik,
akral dingin (+)

10
11

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan darah rutin pada tanggal (21-12-2022
jam 12.13) sebagai petanda infeksi, dengan hasil yaitu: Hb 13,5 g/dL; leukosit 16.40
x103/μL; Ht 36,1%; trombosit 40 x103/μL.

V. RESUME
Demam sejak 6 hari SMRS. Demam dirasa naik turun, tidak diukur dengan
termometer namun pasien mengatakan dahi teraba sangat panas dan disertai nyeri
kepala. Keluhan sempat membaik dengan mengkonsumsi obat penurun panas. Namun
kembali demam pada saat sore hari. Pasien mengatakan disertai nyeri kepala, batuk,
pilek, mual dan pegal-pegal badan. Pada hari ketiga demam keluhan disertai dengan
BAB sedikit berdarah, lemas, menggigil, nafsu makan berkurang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang dengan tanda
vital TD 100/60 mmHg, N 80 x/mnt, isi cukup, kuat, reguler, RR 22x/menit, suhu
37,0°C, SpO2 99% free air. Nyeri tekan epigastrik (+), akral dingin (+/+). Dan hasil
laboratorium didaptakan trombositopenia (40 x103/μL) dan leukositosis (16.40 x103/μL)

VI. DAFTAR MASALAH


1) Demam
2) BAB berdarah
3) Nyeri kepala
4) Pegal-pegal badan
5) Mual
6) Muntah

VII. DIAGNOSIS BANDING


1) Demam Berdarah Dengue
2) Demam Dengue

VIII. DIAGNOSIS KERJA


Demam Berdarah Dengue

11
12

IX. TATALAKSANA
A. Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan tes darah rutin.

B. Non-farmakologis
Bed rest, makan yang banyak.

C. Farmakologis
IGD :
- Infus RL 20 tpm
- Antrain Inj 3x1 amp bila demam >38°C
- Inj Ranitidin 2x1 amp
E. Edukasi
- Bila pasien demam, beri obat penurun panas sesuai dosis yang dianjurakan
dokter.
- Tambah pemberian multivitamin untuk meningkatkan napsu makan.
- Istirahat yang cukup, tidak terlalu banyak aktivitas terlebih dahulu.
- Membasmi nyamuk dirumah dan disekitar rumah.
- Menerapkan 5M dilingkungan rumah.

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albocpictus.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah
air. Gejala yang akan muncul ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri
belakang bola mata, mual, dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi
berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita. 5

2.2 Epidemiologi
Jumlah kasus DBD dilaporkan oleh WHO setiap tahunnya meningkat dari 0,4-1,3
juta pada dekade 1996-2005, pada tahun 2010 mencapai 2,2 juta dan 3,2 juta di tahun
2015. Berdasarkan pemodelan matematika, kejadian tahunan dunia diperkirakan sekitar
50.000.000 – 100.000.000 gejala kasus dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Asia,
diikuti oleh Amerika Latin dan Afrika, dengan kemungkinan kasus terbanyak sekitar
25% yaitu infeksi virus dengue. Pada tahun 2013 virus dengue diperkirakan mencapai
sekitar 3,2 juta kasus hebat dan 9000 kematian, mayoritas terjadi di negara-negara
berpenghasilan menengah bawah dan untuk 1,1 juta ketidakmampuan mencapai usia
hidup (DALY) di seluruh dunia.8

Sejak 20 tahun terakhir, terjadi peningkatan frekuensi infeksi virus dengue secara
global. Di seluruh dunia 50-100 milyar kasus telah dilaporkan. Setiap tahunnya sekitar
500.000 kasus DBD perlu perawatan di rumah sakit, 90% diantaranya adalah anak –
anak usia kurang dari 15 tahun. Angka kematian DBD diperkirakan sekitar 5% dan
sekitar 25.000 kasus kematian dilaporkan setiap harinya.
Berdasarkan data kementrian kesehatan RI menunjukkan bahwa kejadian DBD
pada tahun 2016 tercatat sebanyak 204.171 kasus dan mengalami penurunan yang
signifikan pada tahun 2017 dengan jumlah kasus 68.407. Berdasarkan data dari
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI disebutkan bahwa distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu
pertama 2018 hingga minggu pertama 2019 tertinggi ada di Jawa Timur dengan jumlah

13
14

suspek DBD 700 orang, diikuti Jawa Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401
orang.8,9

2.3. Etiologi
Penyebab utama virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan
nyamuk Aedes (Ae). Virus tersebut Mempunyai 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-
3 dan DEN-4. Di Indonesia serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
banyak berhubungan dengan kasus berat.

2.4. Faktor Resiko


Beberapa faktor resiko yang dapat memicu terjadinya penyakit infeksi dengue
yaitu dari faktor host, faktor lingkungan, dan faktor perilaku. Faktor host yaitu umur,
umur yang paling sering terkena infeksi dengue adalah usia anak-anak, walaupun
sekarang sudah banyak orang dewasa yang terkena penyakit ini. Faktor lingkungan
seperti kepadatan rumah, adanya tempat perindukan nyamuk, tempat peristirahatan
nyamuk, kepadatan nyamuk, serta curah hujan. Faktor perilaku yaitu menguras
penampungan air, membuang sampah, menghindari gigitan nyamuk, melaksanakan 3M
Plus, menggantung pakaian, dan bepergian kedaerah endemis atau daerah berisiko.

2.5. Nyamuk Aedes


Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,kecuali
di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Pengertian Vektor DBD adalah nyamuk yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau
menjadi sumber penular DBD. Di Indonesia teridentifikasi ada 3 jenis nyamuk yang
bisa menularkan virus dengue yaitu: Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes
scutellaris.
1. Morfologi
Morfologi tahapan Aedes aegypti sebagai berikut:
a. Telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm, berbentuk oval yang
mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding
tempat penampung air. Telur dapat bertahan sampai ± 6 bulan di tempat kering.
15

b. Jentik (larva)
Ada 4 tingkat (instar) jentik/larva sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut,
yaitu:
1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II : 2,5-3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm

c. Pupa
Pupa berbentuk seperti ’koma’. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping
dibanding larva ( jentik)nya. Pupa Aedes aegypti berukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.

d. Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk
lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan
dan kaki.
16

2. Siklus Hidup Ae.aegypti


Nyamuk Aedes aegypti seperti juga jenis nyamuk lainnya mengalami
metamorfosis sempurna, yaitu: telur – jentik (larva) –pupa - nyamuk. Stadium telur,
jentikdan pupa hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi
jentik/larva dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik/larva
biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong (Pupa) berlangsung antara 2–4
hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk
betina dapat mencapai 2-3 bulan.

2.7. Patogenesis dan Patofisiologi


Manifestasi klinis DD timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus yang
berkembang di dalam peredaran darah dan ditangkap oleh makrofag. Sebelum timbul
gejala akan terjadi viremia yang berlangsung selama 2 hari dan berakhir setelah lima
hari timbul gejala panas. Makrofag akan menjadi antigen presenting cell (APC) dan
mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak
virus. T-helper mengaktifasi sel T-sitotoksik yang bertugas untulk melisiskan makrofag
17

yang sudah memfagosit virus serta mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi.
Proses tersebut akan menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang
terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya.
Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung selama 5-
7 hari. Infeksi tersebut akan menyebabkan munculnya respon tubuh berupa humoral
maupun selular, yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinin dan antibodi
komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah immunoglobulin G (IgG)
dan immunoglobulin M (IgM), pada infeksi primer antibodi tersebut mulai terbentuk
sedangkan pada infeksi sekunder antibodi yang telah ada akan meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan dalam darah sekitar demam hari
ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari.
Infeksi primer IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi
sekunder IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu, diagnosa dini infeksi primer
hanya dapat ditegakkan setelah mendeteksi IgM setelah hari ke-5, diagnosis dini infeksi
sekunder dapat ditegakan dengan peningkatan IgM dan IgG yang cepat.

Patofisiologi utama membedakan dengue klasik dan DBD adalah tingginya


permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik.

2.8. Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue


Dengue adalah infeksi dengan manifestasi kompleks dengan masa inkubasi 4
sampai 10 hari, dan memiliki 3 fase dalam perjalanan penyakitnya, yaitu fase demam,
fase kritis, dan fase pemulihan. Ketepatan dan kecepatan tatalaksana serta pemantauan
18

pasien sejak fase demam, mampu mengurangi risiko kematian pasien severe dengue
hingga <0,5%.

1. Fase Demam
Fase demam ditandai dengan demam yang timbul mendadak tinggi
(dapat mencapai 40°C), terus-menerus, kadang bifasik, serta berlangsung
selama 2–7 hari. Demam disertai dengan gejala lain yang sering ditemukan
seperti muka kemerahan (facial flushing), nyeri kepala, nyeri retroorbita,
anoreksia, mialgia, dan artralgia. Gejala lain yang mungkin dijumpai adalah
nyeri ulu hati, mual, muntah, nyeri di daerah subkostal kanan atau nyeri
abdomen difus, kadang disertai nyeri tenggorokan. Faring dan konjungtiva
yang kemerahan (pharyngeal injection dan ciliary injection) dapat ditemukan
pada pemeriksaan fisik. Pada fase awal demam, sulit membedakan dengue
secara klinis dari penyakit demam non-dengue lainnya. Hasil penelitian di
Indonesia menunjukkan penyebab utama demam akut adalah infeksi dengue
dengan variasi antar daerah adalah 25%–52%. Kemampuan mendiagnosis
dengue secara klinis dengan adanya demam akut sebesar 88,5%, setelah
dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium dengue, hal ini menunjukkan
ketepatan yang baik dalam membedakan demam akibat dengue dengan non-
dengue.
19

Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan membran


mukosa (misal epistaksis dan perdarahan gusi) dapat terjadi. Perubahan hasil
pemeriksaan darah perifer lengkap pada fase demam berupa penurunan
progresif jumlah leukosit (leukopenia) dapat menjadi panduan klinisi untuk
mendiagnosis dengue. Pada infeksi dengue jumlah total leukosit, neutrofil dan
trombosit lebih rendah jika dibandingkan dengan penderita demam oleh virus
lain pada daerah endemis dengue.
2. Fase Kritis
Fase kritis terjadi pada saat demam turun (time of fever defervescence)
yaitu ketika suhu tubuh turun menjadi 37,5–38C atau kurang dan tetap berada
di bawah suhu tersebut, merupakan saat berlangsungnya perembesan plasma
terjadi sehingga pasien dapat mengalami syok hipovolemik. Gejala ini
menandai awal fase kritis. Tanda bahaya umumnya terjadi menjelang akhir fase
demam, yaitu antara hari sakit ke-3 sampai ke-7, berupa peningkatan
permeabilitas pembuluh kapiler bersamaan dengan peningkatan kadar
hematokrit. Periode perembesan plasma yang signifikan biasanya berlangsung
24–48 jam. Kewaspadaan dalam mengantisipasi kemungkinan syok adalah
dengan mengenal warning signs yang mendahului fase syok. Kemunculan
warning signs merupakan tanda perburukan yang perlu diwaspadai.
20

Warning Sign
Warning signs umumnya terjadi menjelang akhir fase demam antara hari
sakit ke-3 sampai ke-7, berupa peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler
bersamaan dengan peningkatan kadar hematokrit. Warning signs merupakan
tanda perburukan dengue yang perlu diwaspadai. Penetapan definisi yang jelas
untuk warning signs dan derajat beratnya infeksi dengue penting untuk
menghidari rawat inap yang tidak perlu terutama pada saat outbreak.

Sebagian besar kasus dengue dengan warning signs akan membaik


setelah pemberian cairan intravena dini, walaupun sebagian lainnya dapat
berkembang menjadi severe dengue.
21

3. Fase Pemulihan
Jika pasien berhasil melewati fase kritis selama 24 - 48 jam, reabsorbsi
cairan ekstravaskular secara bertahap akan berlangsung selama 48 - 72 jam
berikutnya. Keadaan umum akan membaik, nafsu makan membaik, gejala
gastrointestinal menghilang, status hemodinamik stabil, dan diikuti dengan
perbaikan diuresis. Beberapa pasien memperlihatkan tanda ”pulau putih di
tengah lautan merah (white isles in the sea of red)”, sebagian mungkin
mengalami pruritus. Bradikardia dan perubahan elektrokardiografi sering
terjadi pada fase pemulihan. Hematokrit akan stabil atau lebih rendah dari
normal karena dampak dilusi dari penyerapan cairan. Jumlah leukosit mulai
meningkat segera setelah masa defervescence sedangkan jumlah trombosit
kembali normal terjadi setelahnya.
Beberapa masalah klinis selama fase perjalanan penyakit yang berbeda
disimpulkan pada gambar di bawah ini:

2.9. Kriteria Diagnosis


A. Kriteria Diagnosis Klinis
Berdasar petunjuk klinis dibuat kriteria diagnosis klinis, yang terdiri atas kriteria
diagnosis klinis Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), Demam
Berdarah Dengue dengan syok (Sindrom Syok Dengue/SSD), dan Expanded Dengue
Syndrome (unusual manifestation).
22

1. Demam Dengue (DD)


Demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39º) ditambah 2 atau lebih gejala/tanda
penyerta:
- Nyeri kepala
- Nyeri belakang bola mata
- Nyeri otot & tulang
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan
- Leukopenia (Lekosit ≤ 5000 /mm³)
- Trombositopenia (Trombosit < 150.000 /mm³ )
- Peningkatan hematokrit 5 – 10 %

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila ditemukan manifestasi berikut:
a. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus
b. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti ptekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena; maupun
berupa uji tourniquet positif.
c. Trombositopnia (Trombosit ≤ 100.000/mm³)
d. Adanya kebocoran plasma (plasma leakage) akibat dari peningkatan
permeabilitas vaskular yang ditandai salah satu atau lebih tanda berikut:
• Peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi ≥ 20% dari nilai baseline atau
penurunan sebesar itu pada fase konvalesens
• Efusi pleura, asites atau hipoproteinemia/ hipoalbuminemia

Syok
Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
syok pada penderita Demam Berdarah Dengue
23

Demam Berdarah Dengue dengan Syok (Sindrom Syok Dengue/SSD)


• Memenuhi kriteria Demam Berdarah Dengue
• Ditemukan adanya tanda dan gejala syok hipovolemik baik yang terkompensasi
maupun yang dekompensasi

3. Expanded Dengue Syndrom (EDS)


Memenuhi kriteria Demam Dengue atau Demam Berdarah Dengue baik yang
disertai syok maupun tidak, dengan manifestasi klinis komplikasi infeksi virus
dengue atau dengan manifestasi klinis yang tidak biasa, seperti tanda dan
gejala:
24

• Kelebihan cairan
• Gangguan elektrolit
• Ensefalopati
• Ensefalitis
• Perdarahan hebat
• Gagal ginjal akut
• Haemolytic Uremic Syndrome
• Gangguan jantung: gangguan konduksi, miokarditis, perikarditis
• Infeksi ganda

Untuk mengenali adanya syok, tenaga kesehatan dalam memeriksa pasien infeksi
dengue cukup dengan hanya memegang tangan pasien selama 30 detik untuk menilai
hemodinamik berupa kecukupan perfusi perifer dan cardiac output, atau dikenal sebagai
”the 5-in-1 manneuver”.

Pasien dikatakan mengalami syok apabila tekanan nadi (perbedaan antara tekanan
sistolik dan diastolik) =20 mmHg pada anak. Klinis menunjukkan tanda-tanda perfusi
kapiler yang menurun (ekstremitas dingin, pemanjangan pengisian waktu kapiler, atau
denyut nadi yang cepat). Hipotensi pada umumnya dihubungkan dengan syok
berkepanjangan dengan penyulit perdarahan hebat.
25

B. Kriteria Diagnosis Laboratoris


Kriteria Diagnosis Laboratoris infeksi dengue baik demam dengue, demam
berdarah dengue maupun expanded dengue syndrom terdiri atas:
1. Probable; apabila diagnosis klinis diperkuat oleh hasil pemeriksaan serologi
antidengue (deteksi antibodi) serum tunggal dan/atau penderita bertempat
tinggal/ pernah berkunjung ke daerah endemis DBD dalam kurun waktu masa
inkubasi.
2. Confirmed; apabila diagnosis klinis diperkuat dengan sekurang-kurangnya
salah satu pemeriksaan berikut:
a. Isolasi virus Dengue dari serum atau sampel otopsi.
b. Pemeriksaan HI Test dimana terdapat peningkatan titer antibodi 4 kali pada
pasangan serum akut dan konvalesen atau peningkatan antibodi IgM spesifik
untuk virus dengue
c. Positif antigen virus Dengue pada pemeriksaan otopsi jaringan, serum atau
cairan serebrospinal (LCS) dengan metode immunohistochemistry,
immunofluoressence atau serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari negatif
menjadi positif) pada pemeriksaan serologi berpasangan (ELISA)
d. Positif pemeriksaan antigen dengue dengan Polymerase Chain Reaction
(PCR) atau pemeriksaan NS1 dengue.
26

Pemeriksaan Laboratorium
Ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium pada penderita infeksi dengue
antara lain:
1. Hematologi
- Leukosit : Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi
sel neutrofil.
- Trombosit : Jumlah trombosit =100.000/µl biasanya ditemukan diantara hari
ke 3-7 sakit.
- Hematokrit : Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan adanya kebocoran
pembuluh darah. Dapat dipertimbangkan estimasi nilai Ht = 3 x kadar Hb.
2. Radiologi
Pada foto toraks posisi “Right Lateral Decubitus” dapat mendeteksi adanya
efusi pleura minimal pada paru kanan. Sedangkan asites,penebalan dinding
kandung empedu dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan
Ultra Sonografi (USG).
3. Serologis
a. Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi (Haemaglutination Inhibition Test)
Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai uji baku emas (gold
standard). Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah (serum)
dimana spesimen harus diambil pada fase akut dan fase konvalensen
(penyembuhan), sehingga tidak dapat memberikan hasil yang cepat.
b. ELISA (IgM/IgG)
Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder dengan
menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. Saat ini tersedia
Dengue Rapid Test (misalnya Dengue Rapid Strip Test) dengan prinsip
pemeriksaan ELISA.
Interpretasi:
- Garis yang muncul hanya IgM dan kontrol tanpa garis IgG, maka Positif
Infeksi Dengue Primer (DD).
- Muncul tiga garis pada kontrol, IgM, dan IgG dinyatakan sebagai Positif
Infeksi Sekunder (DBD). Beberapa kasus dengue sekunder tidak muncul
garis IgM, jadi hanya muncul garis kontrol dan IgG saja.
27

- Pemeriksaan dinyatakan negatif apabila hanya garis kontrol yang


terlihat. Ulangi pemeriksaan dalam 2-3 hari lagi apabila gejala klinis
kearah DBD.
- Pemeriksaan dinyatakan invalid apabila garis kontrol tidak terlihat dan
hanya terlihat garis pada IgM dan/atau IgG saja.
Pilihan Uji Diagnostik Infeksi Dengue:

Klasifikasi Infeksi Dengue:


28

2.10 Diagnosis Banding


Diagnosis banding demam dengue:
1. Infeksi virus: Virus chikungunya, dan penyakit infeksi virus lain seperti
campak, campak Jerman, dan virus lain yang menimbulkan ruam; virus
eipstein-barr, enterovirus, influenza, dan hepatitis A
2. Infeksi bakteri: Meningokokus, leptospirosis, demam tifoid, meiloidosis,
penyakit riketsia, demam skarlet
3. Infeksi parasit: malaria
29

2.11. Penatalaksanaan
Alur tatalaksana infeksi dengue:

GRUP A – Rawat Jalan


Pasien yang masuk grup A adalah mereka yang masih bisa minum dengan jumlah
cukup dan buang air kecil setidaknya 6 jam sekali serta tidak memiliki warning signs,
terutama ketika demam turun (defervescense).
Pasien rawat jalan harus kontrol ke poliklinik setiap hari untuk dipantau
perkembangan klinisnya sampai mereka melewati fase kritis.
- Ingatkan untuk segera membawa pasien ke rumah sakit bila dijumpai warning signs.
- Meningkatkan asupan cairan dengan memberi larutan
rehidrasi oral (ORS) untuk menggantikan cairan yang hilang karena demam dan
muntah.
- Berikan parasetamol untuk demam tinggi dengan interval pemberian 4–6 jam. Berikan
kompres hangat apabila pasien masih mengalami demam tinggi.
30

GRUP B - Pasien yang harus dirujuk untuk perawatan di rumah sakit


Tata laksana grup B adalah untuk pasien dengan warning signs atau dengan
penyakit penyerta (faktor risiko) yang akan membuat tata laksana menjadi lebih
kompleks. Anjurkan pasien untuk minum lebih banyak. Jika tidak terpenuhi, mulai
31

terapi cairan intravena dengan NaCl 0,9% (normal saline) atau ringer laktat dengan atau
tanpa dekstrose dengan tetesan rumatan. Berikan cairan intravena secukupnya untuk
mempertahankan perfusi yang baik dan diuresis cukup, umumnya hanya diperlukan
selama 24–48 jam.

Grup B: Dengue dengan warning signs (tidak syok): tatalaksana cairan rawat inap
32

Grup B: Dengue dengan warning signs (tidak syok):tidak perbaikan setelah pemberian
cairan pertama

Grup C – Butuh rujukan segera dan perawatan darurat (severe dengue)


Pada fase kritis dijumpai keadaan berikut:
1) Perembesan plasma hebat yang menyebabkan syok dan/atau akumulasi cairan yang
disertai distres napas.
2) Perdarahan hebat.
3) Kerusakan organ yang berat (gagal hati, gangguan fungsi ginjal, kardiomiopati,
ensefalopati atau ensefalitis).
33

Grup C: Tatalaksana emergensi syok terkompensasi (tekanan sistolik dipertahankan +


perfusi perifer berkurang)
34
35

Algoritme untuk manajemen cairan pada saat syok hipotensi

Grup C: Tatalaksana emergensi severe dengue –Rangkuman


36

Simpulan Tata laksana Dengue:

Kriteria Memulangkan Pasien


Pasien dengue dapat dipulangkan apabila menunjukkan tanda penyembuhan dan
memenuhi seluruh kriteria pulang rawat. Tanda penyembuhan:
a. Nafsu makan membaik.
b. Tidak dijumpai muntah maupun nyeri perut.
c. Frekuensi nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas stabil.
d. Suhu badan normal.
e. Diuresis ≥1 ml/kgBB/jam.
f. Tidak dijumpai perdarahan baik eksternal maupun internal.
g. Ruam konvalesens, ditemukan pada 20–30% kasus.
h. Kadar hematokrit stabil pada kadar basal normal.

Kriteria pulang rawat


a. Nafsu makan membaik.
b. Tidak demam minimal 24 jam tanpa antipiretik.
c. Perbaikan klinis yang jelas.
d. Jumlah urine cukup.
37

e. Tidak tampak distres napas yang disebabkan efusi pleura dan/atau asites.
f. Minimal 48 jam setelah syok teratasi.
g. Jumlah trombosit ≥50.000/mm dan cenderung meningkat.
h. Tidak dijumpai bradikardia.

2.12. Pencegahan
1. Pengendalian Vektor Dengue
Pengendalian vektor yang bertujuan untuk menurunkan jumlah tempat
perkembangbiakan larva / nyamuk A. aegypti dengan memodifikasi
lingkungan. Metode ini sudah lama dijalankan seperti menguras dan
menyikat, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan/mendaur ulang
barang bekas, plus mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk (3M
plus), menggerakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan pemberantasan
sarang nyamuk dan penyediaan pipa air.
2. Vaksin Dengue
Vaksin dengue CYD-TVD adalah vaksin hidup yg dilemahkan,
rekombinan, tetravalen dengan basis virus yellow fever. Jadwal pemberian
adalah injeksi 0,5 ml subkutan, tiga kali, dengan interval enam bulan.
Vaksin ini telah mendapatkan ijin di beberapa negara, diindikasikan untuk
usia 9–45 tahun di banyak negara.

2.13. Komplikasi
- Asidosis metabolik
- Perdarahan hebat / masif
- Ensefalopati dengue atau ensefalitis
- Multiorgan failure : hati, ginjal, otak, jantung,
- Dehidrasi
- Kelebihan cairan (edema paru)
- Gangguan elektrolit
- Gangguan neurologis
- Kelainan ginjal
- Kelainan hepar
- Miokarditis
38

2.14. Prognosis
Prognosis DBD ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya penanganan
diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik.
DBD derajat III dan IV bila dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong.
Angka kematian pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi
penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %. Pada kasus- kasus DHF yang disertai
komplikasi sepeti DIC dan ensefalopati prognosisnya buruk.
BAB V
KESIMPULAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albocpictus. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah
tanah air. Gejala yang akan muncul ditandai dengan demam mendadak, sakir kepala,
nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi
berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita.
Dalam menegakkan diagnosis dan memberikan pengobatan yang tepat,
pemahaman mengenai perjalanan infeksi virus dengue harus dikuasai dengan baik.
Pemantauan klinis dan laboratoris berkala merupakan kunci tatalaksana DBD. Akhirnya
dalam menegakkan diagnosis dan memberikan pengobatan pada kasus DBD perlu
disesuaikan dengan kondisi pasien. Penaganan yang cepat tepat dan akurat akan dapat
memberikan prognosis yang lebih baik.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. In. Alwi I,
Setiati S, Setyohadi B, Simadibruto MK, Sudibyo, Syam AI, editors. Buku Ajar IPD.
Edisi ke-enam. Jakarta: Intern Publish. 2014. P.539-548.
2. Achmadi, Umar Fahmi. 2010. DBD di Indonesia tahun 1968-2019. Buletin Jendela
Epidemiologi Vol.2. 1-13. Kementrian Kesehatan Indonesia
3. CDC. 2010. Epidemiology Dengue Hompage. Available at
http://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/index.html accessed on March 2018
4. WHO. 2014. Dengue and Severe Dengue. From World Health Organization.
Available at http://www.who.int/mediacentre/factsheets/f s117/en/ accessed on
March 2018
5. Kementrian Kesehatan.2016. Situasi DBD di Indonesia. Infodatin; 1-14
6. Markum H.M.S. 2005. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
7. WHO. 2018. Clinical Diagnose. From World Health Organization. Available at
http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/012-23.pdf accessed on
April 2018.
8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Demam Berdarah Dengue. From
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Available at
http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/index.php?cid=1-17042 500
004&id=demam-berdarah-dengue-dbd-.html Accessed on April 2018
9. World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive
Guidelines for Prevention and Control of Dangue and Dangue Hemorrhagic Fever.
India ; 2011.p.1-67.
10. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Penerbit
IDAI. 2014.
11. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia Jilid 1. Penerbit IDAI. Jakarta.
2010
12. Dengue haemorrhagic fever. Diagnosis, treatment, prevention and control, 2nd
edition. WHO, Geneva.

40

Anda mungkin juga menyukai