Disusun oleh:
dr. Aisyah Mariam Fadhilla
Pembimbing:
dr. M Darussalam. MARS
Disusun Oleh:
dr. Aisyah Mariam Fadhilla
Pendamping:
ii
BERITA ACARA
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan topik “Dengue Hemorrhagic Fever”.
Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. M. Darussalam. MARS selaku pembimbing yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan kasus ini. Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Program Dokter Intersip Indonesia periode Agustus 2022 – Agustus
2023
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman sejawat kelompok
internsip dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus
ini, sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini, semoga
bermanfaat, amin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 6
BAB II LAPORAN KASUS ......................................................................................................... 8
I. IDENTITAS PASIEN ........................................................................................................... 8
II. ANAMNESIS.................................................................................................................... 8
III. PEMERIKSAAN FISIK....................................................................................................... 9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................................................................ 11
V. RESUME ....................................................................................................................... 11
VI. DAFTAR MASALAH ...................................................................................................... 11
VII. DIAGNOSIS BANDING ................................................................................................. 11
VIII. DIAGNOSIS KERJA ...................................................................................................... 11
IX. TATALAKSANA ............................................................................................................. 12
X. PROGNOSIS .................................................................................................................. 12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 13
2.1. Definisi ................................................................................................................. 13
2.2 Epidemiologi ........................................................................................................ 13
2.3. Etiologi ................................................................................................................. 14
2.4. Faktor Resiko ....................................................................................................... 14
2.5. Nyamuk Aedes ..................................................................................................... 14
2.7. Patogenesis dan Patofisiologi ............................................................................... 16
2.8. Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue ...................................................................... 17
2.9. Kriteria Diagnosis ................................................................................................. 21
2.10 Diagnosis Banding ................................................................................................ 28
2.11. Penatalaksanaan .................................................................................................. 29
2.12. Pencegahan.......................................................................................................... 37
2.13. Komplikasi............................................................................................................ 37
2.14. Prognosis ............................................................................................................. 38
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 40
v
BAB I
PENDAHULUAN
Demam adalah keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau suhu
rektal > 38oC. American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan bahwa suhu
normal rektal pada anak berumur kurang dari 3 tahun sampai 38 oC dengan suhu normal
oral 37,5oC. Pada anak berumur lebih dari 3 tahun suhu oral normal sampai 37,2 oC dan
suhu rektal normal 37,8oC. Suhu tubuh anak anda akan naik turun setiap empat jam atau
lebih. Ini merupakan cara alami tubuh untuk melawan infeksi. Obat-obatan seperti
paracetamol atau ibuprofen mungkin tidak berpengaruh pada suhu anak anda ataupun
menurunkan suhu hanya untuk waktu yang singkat. 1
Demam pada anak merupakan 15 % dari kunjungan pasien di poliklinik dan 10 %
dari kunjungan di Unit Gawat Darurat. Sebagian besar anak berumur kurang dari 3
tahun. Umumnya penyebab demam diidentifikasi berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Demam pada anak umumnya disebabkan oleh virus yang dapat
sembuh sendiri, tetapi sebagian kecil dapat berupa infeksi bakteri serius seperti
meningitis bakterialis, bakteremia, pneumonia bakterialis, infeksi saluran kemih,
enteritis bakteri, infeksi tulang dan sendi.
Demam dengue dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopeni, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan daistesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. 1
Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan
subtropis. Data yang didapatkan dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. 2 Pada banyak daerah
tropis dan subtropis, penyakit DBD adalah endemik yang muncul sepanjang tahun
terutama saat musim hujan yang merupakan kondusi optimal untuk nyamuk dapat
berkembang biak.3Peningkatan kasus DBD ini juga dapat terjadi dalam kurun waktu
yang singkat bahkan dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di sebagian wilayah
di dunia.
6
DBD menyebar dengan cepat di sebagian besar wilayah di dunia. Menurut laporan
WHO, jumlah penderita DBD terbanyak berada di wilayah Pasifik Barat, Asia Tenggara
dan beberapa negara di Amerika. Jumlah kasus DBD dilaporkan oleh WHO setiap
tahunnya meningkat dari 0,4-1,3 juta pada dekade 1996-2005, pada tahun 2010
mencapai 2,2 juta, dan 3,2 juta di tahun 2015. Bahkan pada tahun 2016, terjadi wabah
DBD di berbagai belahan dunia, khususnya di negara yang berada pada wilayah
khatulistiwa.
Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 50 tahun
terakhir. Indonesia termasuk negara dengan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue
yang terbanyak di benua Asia. Letak geografis Indonesia yang berada di kawasan tropis
memberikan pengaruh terhadap kejadian DBD. Seiring dengan meningkatnya mobilitas
dan kepadatan penduduk, jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin
bertambah.
Jumlah kasus DBD di Indonesia bersifat fluktuatif, berdasarkan data kementrian
kesehatan RI menunjukkan bahwa kejadian DBD pada tahun 2016 tercatat sebanyak
204.171 kasus dan mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2017 dengan
jumlah kasus 68.407. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI disebutkan bahwa
distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu pertama 2018 hingga minggu pertama
2019 tertinggi ada di Jawa Timur dengan jumlah suspek DBD 700 orang, diikuti Jawa
Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401 orang.
Tingginya angka kejadian DBD di dunia terutama di Indonesia menjadikan
pentingnya deteksi awal untuk penyakit ini. Oleh karena itu, dengan mengetahui gejala
klinis dan klasifikasi DBD dengan penegakkan diagnosis yang tepat akan membantu
deteksi dini dan penatalaksanaan yang adekuat. Dalam SKDI (Standar Kompetensi
Dokter Indonesia), Demam Berdarah Dengue termasuk dalam tingkat kemampuan 4A
yang artinya lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit
tersebut dan mampu menatalaksana hingga tuntas. Oleh karena itu, di butuhkan
pemahaman mengenai demam berdarah dengue sehingga dapat mengenali secara dini
dengan harapan dapat mencegah komplikasi akibat keterlambatan penatalaksanaan.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn. AP
b. Tanggal Lahir : 13 Juni 1997 (25 tahun)
c. No. Rekam Medis : 169561
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Berat Badan : 75 kg
f. Alamat : Gersapi RT.02 RW.04 Sukorejo, Tanjungan
g. Agama : Islam
h. Suku : Jawa
i. Pekerjaan : Karwayawan
j. Tanggal Masuk : 21 Desember 2022
k. Tanggal Pemeriksaan : 21 Desember 2022
II. ANAMNESIS
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama: Demam
Pasien datang ke IGD RSI Hasanah Muhammadiyah Mojokerto dengan rujukan
dari klinik Kemlagi dengan keluhan demam sejak 6 hari SMRS. Demam dirasa naik
turun, tidak diukur dengan termometer namun pasien mengatakan dahi teraba sangat
panas dan disertai nyeri kepala. Keluhan sempat membaik selama beberapa jam di siang
hari setelah pasien mengkonsumsi obat penurun panas. Namun kembali demam pada
saat sore hari.
Satu hari sebelum demam, pasien merasakan nyeri kepala, batuk dan pilek.
Kemudian esoknya demam dirasakan disertai nyeri kepala, batuk, pilek, mual dan pegal-
pegal badan. Pada hari ketiga demam keluhan disertai dengan BAB sedikit berdarah,
lemas, pegal-pegal, mual, menggigil, nyeri kepala, nafsu makan berkurang. Tidak ada
mimisan, BAB cair berlendir dan bintik - bintik kemerahan.
Pasien menyangkal nyeri sendi yang sangat hebat. Bepergian ke daerah Indonesia
bagian timur juga disangkal. Buang air kecil 3-4x sehari, nyeri saat buang air kecil, dan
sensasi tidak puas setelah buang air kecil disangkal. Pasien menyangkal juga adanya
8
9
nyeri telinga, telinga berdenging, telinga terasa penuh, penurunan pendengaran, dan ada
benjolan belakang telinga. Menyangkal adanya sesak, nyeri dada, dan riwayat tidak
sadar.
Pasien mengatakan di sekitar rumah ada tetangga yang mengalami DBD dan
dirawat dirumah sakit. Di kompleks rumah sudah dilakukan foging, namun banyak
genangan air, banyak nyamuk belang di pagi hari. Sebelum pasien datang ke IGD RSI
Hasanah pasien sudah mengonsumsi obat penurun panas yang diberikan klinik kemlagi
dan sempat membaik.
9
10
10
11
V. RESUME
Demam sejak 6 hari SMRS. Demam dirasa naik turun, tidak diukur dengan
termometer namun pasien mengatakan dahi teraba sangat panas dan disertai nyeri
kepala. Keluhan sempat membaik dengan mengkonsumsi obat penurun panas. Namun
kembali demam pada saat sore hari. Pasien mengatakan disertai nyeri kepala, batuk,
pilek, mual dan pegal-pegal badan. Pada hari ketiga demam keluhan disertai dengan
BAB sedikit berdarah, lemas, menggigil, nafsu makan berkurang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang dengan tanda
vital TD 100/60 mmHg, N 80 x/mnt, isi cukup, kuat, reguler, RR 22x/menit, suhu
37,0°C, SpO2 99% free air. Nyeri tekan epigastrik (+), akral dingin (+/+). Dan hasil
laboratorium didaptakan trombositopenia (40 x103/μL) dan leukositosis (16.40 x103/μL)
11
12
IX. TATALAKSANA
A. Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan tes darah rutin.
B. Non-farmakologis
Bed rest, makan yang banyak.
C. Farmakologis
IGD :
- Infus RL 20 tpm
- Antrain Inj 3x1 amp bila demam >38°C
- Inj Ranitidin 2x1 amp
E. Edukasi
- Bila pasien demam, beri obat penurun panas sesuai dosis yang dianjurakan
dokter.
- Tambah pemberian multivitamin untuk meningkatkan napsu makan.
- Istirahat yang cukup, tidak terlalu banyak aktivitas terlebih dahulu.
- Membasmi nyamuk dirumah dan disekitar rumah.
- Menerapkan 5M dilingkungan rumah.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albocpictus.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah
air. Gejala yang akan muncul ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri
belakang bola mata, mual, dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi
berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita. 5
2.2 Epidemiologi
Jumlah kasus DBD dilaporkan oleh WHO setiap tahunnya meningkat dari 0,4-1,3
juta pada dekade 1996-2005, pada tahun 2010 mencapai 2,2 juta dan 3,2 juta di tahun
2015. Berdasarkan pemodelan matematika, kejadian tahunan dunia diperkirakan sekitar
50.000.000 – 100.000.000 gejala kasus dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Asia,
diikuti oleh Amerika Latin dan Afrika, dengan kemungkinan kasus terbanyak sekitar
25% yaitu infeksi virus dengue. Pada tahun 2013 virus dengue diperkirakan mencapai
sekitar 3,2 juta kasus hebat dan 9000 kematian, mayoritas terjadi di negara-negara
berpenghasilan menengah bawah dan untuk 1,1 juta ketidakmampuan mencapai usia
hidup (DALY) di seluruh dunia.8
Sejak 20 tahun terakhir, terjadi peningkatan frekuensi infeksi virus dengue secara
global. Di seluruh dunia 50-100 milyar kasus telah dilaporkan. Setiap tahunnya sekitar
500.000 kasus DBD perlu perawatan di rumah sakit, 90% diantaranya adalah anak –
anak usia kurang dari 15 tahun. Angka kematian DBD diperkirakan sekitar 5% dan
sekitar 25.000 kasus kematian dilaporkan setiap harinya.
Berdasarkan data kementrian kesehatan RI menunjukkan bahwa kejadian DBD
pada tahun 2016 tercatat sebanyak 204.171 kasus dan mengalami penurunan yang
signifikan pada tahun 2017 dengan jumlah kasus 68.407. Berdasarkan data dari
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI disebutkan bahwa distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu
pertama 2018 hingga minggu pertama 2019 tertinggi ada di Jawa Timur dengan jumlah
13
14
suspek DBD 700 orang, diikuti Jawa Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401
orang.8,9
2.3. Etiologi
Penyebab utama virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan
nyamuk Aedes (Ae). Virus tersebut Mempunyai 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-
3 dan DEN-4. Di Indonesia serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
banyak berhubungan dengan kasus berat.
b. Jentik (larva)
Ada 4 tingkat (instar) jentik/larva sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut,
yaitu:
1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II : 2,5-3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm
c. Pupa
Pupa berbentuk seperti ’koma’. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping
dibanding larva ( jentik)nya. Pupa Aedes aegypti berukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.
d. Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk
lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan
dan kaki.
16
yang sudah memfagosit virus serta mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi.
Proses tersebut akan menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang
terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya.
Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung selama 5-
7 hari. Infeksi tersebut akan menyebabkan munculnya respon tubuh berupa humoral
maupun selular, yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinin dan antibodi
komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah immunoglobulin G (IgG)
dan immunoglobulin M (IgM), pada infeksi primer antibodi tersebut mulai terbentuk
sedangkan pada infeksi sekunder antibodi yang telah ada akan meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan dalam darah sekitar demam hari
ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari.
Infeksi primer IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi
sekunder IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu, diagnosa dini infeksi primer
hanya dapat ditegakkan setelah mendeteksi IgM setelah hari ke-5, diagnosis dini infeksi
sekunder dapat ditegakan dengan peningkatan IgM dan IgG yang cepat.
pasien sejak fase demam, mampu mengurangi risiko kematian pasien severe dengue
hingga <0,5%.
1. Fase Demam
Fase demam ditandai dengan demam yang timbul mendadak tinggi
(dapat mencapai 40°C), terus-menerus, kadang bifasik, serta berlangsung
selama 2–7 hari. Demam disertai dengan gejala lain yang sering ditemukan
seperti muka kemerahan (facial flushing), nyeri kepala, nyeri retroorbita,
anoreksia, mialgia, dan artralgia. Gejala lain yang mungkin dijumpai adalah
nyeri ulu hati, mual, muntah, nyeri di daerah subkostal kanan atau nyeri
abdomen difus, kadang disertai nyeri tenggorokan. Faring dan konjungtiva
yang kemerahan (pharyngeal injection dan ciliary injection) dapat ditemukan
pada pemeriksaan fisik. Pada fase awal demam, sulit membedakan dengue
secara klinis dari penyakit demam non-dengue lainnya. Hasil penelitian di
Indonesia menunjukkan penyebab utama demam akut adalah infeksi dengue
dengan variasi antar daerah adalah 25%–52%. Kemampuan mendiagnosis
dengue secara klinis dengan adanya demam akut sebesar 88,5%, setelah
dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium dengue, hal ini menunjukkan
ketepatan yang baik dalam membedakan demam akibat dengue dengan non-
dengue.
19
Warning Sign
Warning signs umumnya terjadi menjelang akhir fase demam antara hari
sakit ke-3 sampai ke-7, berupa peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler
bersamaan dengan peningkatan kadar hematokrit. Warning signs merupakan
tanda perburukan dengue yang perlu diwaspadai. Penetapan definisi yang jelas
untuk warning signs dan derajat beratnya infeksi dengue penting untuk
menghidari rawat inap yang tidak perlu terutama pada saat outbreak.
3. Fase Pemulihan
Jika pasien berhasil melewati fase kritis selama 24 - 48 jam, reabsorbsi
cairan ekstravaskular secara bertahap akan berlangsung selama 48 - 72 jam
berikutnya. Keadaan umum akan membaik, nafsu makan membaik, gejala
gastrointestinal menghilang, status hemodinamik stabil, dan diikuti dengan
perbaikan diuresis. Beberapa pasien memperlihatkan tanda ”pulau putih di
tengah lautan merah (white isles in the sea of red)”, sebagian mungkin
mengalami pruritus. Bradikardia dan perubahan elektrokardiografi sering
terjadi pada fase pemulihan. Hematokrit akan stabil atau lebih rendah dari
normal karena dampak dilusi dari penyerapan cairan. Jumlah leukosit mulai
meningkat segera setelah masa defervescence sedangkan jumlah trombosit
kembali normal terjadi setelahnya.
Beberapa masalah klinis selama fase perjalanan penyakit yang berbeda
disimpulkan pada gambar di bawah ini:
Syok
Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
syok pada penderita Demam Berdarah Dengue
23
• Kelebihan cairan
• Gangguan elektrolit
• Ensefalopati
• Ensefalitis
• Perdarahan hebat
• Gagal ginjal akut
• Haemolytic Uremic Syndrome
• Gangguan jantung: gangguan konduksi, miokarditis, perikarditis
• Infeksi ganda
Untuk mengenali adanya syok, tenaga kesehatan dalam memeriksa pasien infeksi
dengue cukup dengan hanya memegang tangan pasien selama 30 detik untuk menilai
hemodinamik berupa kecukupan perfusi perifer dan cardiac output, atau dikenal sebagai
”the 5-in-1 manneuver”.
Pasien dikatakan mengalami syok apabila tekanan nadi (perbedaan antara tekanan
sistolik dan diastolik) =20 mmHg pada anak. Klinis menunjukkan tanda-tanda perfusi
kapiler yang menurun (ekstremitas dingin, pemanjangan pengisian waktu kapiler, atau
denyut nadi yang cepat). Hipotensi pada umumnya dihubungkan dengan syok
berkepanjangan dengan penyulit perdarahan hebat.
25
Pemeriksaan Laboratorium
Ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium pada penderita infeksi dengue
antara lain:
1. Hematologi
- Leukosit : Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi
sel neutrofil.
- Trombosit : Jumlah trombosit =100.000/µl biasanya ditemukan diantara hari
ke 3-7 sakit.
- Hematokrit : Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan adanya kebocoran
pembuluh darah. Dapat dipertimbangkan estimasi nilai Ht = 3 x kadar Hb.
2. Radiologi
Pada foto toraks posisi “Right Lateral Decubitus” dapat mendeteksi adanya
efusi pleura minimal pada paru kanan. Sedangkan asites,penebalan dinding
kandung empedu dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan
Ultra Sonografi (USG).
3. Serologis
a. Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi (Haemaglutination Inhibition Test)
Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai uji baku emas (gold
standard). Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah (serum)
dimana spesimen harus diambil pada fase akut dan fase konvalensen
(penyembuhan), sehingga tidak dapat memberikan hasil yang cepat.
b. ELISA (IgM/IgG)
Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder dengan
menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. Saat ini tersedia
Dengue Rapid Test (misalnya Dengue Rapid Strip Test) dengan prinsip
pemeriksaan ELISA.
Interpretasi:
- Garis yang muncul hanya IgM dan kontrol tanpa garis IgG, maka Positif
Infeksi Dengue Primer (DD).
- Muncul tiga garis pada kontrol, IgM, dan IgG dinyatakan sebagai Positif
Infeksi Sekunder (DBD). Beberapa kasus dengue sekunder tidak muncul
garis IgM, jadi hanya muncul garis kontrol dan IgG saja.
27
2.11. Penatalaksanaan
Alur tatalaksana infeksi dengue:
terapi cairan intravena dengan NaCl 0,9% (normal saline) atau ringer laktat dengan atau
tanpa dekstrose dengan tetesan rumatan. Berikan cairan intravena secukupnya untuk
mempertahankan perfusi yang baik dan diuresis cukup, umumnya hanya diperlukan
selama 24–48 jam.
Grup B: Dengue dengan warning signs (tidak syok): tatalaksana cairan rawat inap
32
Grup B: Dengue dengan warning signs (tidak syok):tidak perbaikan setelah pemberian
cairan pertama
e. Tidak tampak distres napas yang disebabkan efusi pleura dan/atau asites.
f. Minimal 48 jam setelah syok teratasi.
g. Jumlah trombosit ≥50.000/mm dan cenderung meningkat.
h. Tidak dijumpai bradikardia.
2.12. Pencegahan
1. Pengendalian Vektor Dengue
Pengendalian vektor yang bertujuan untuk menurunkan jumlah tempat
perkembangbiakan larva / nyamuk A. aegypti dengan memodifikasi
lingkungan. Metode ini sudah lama dijalankan seperti menguras dan
menyikat, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan/mendaur ulang
barang bekas, plus mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk (3M
plus), menggerakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan pemberantasan
sarang nyamuk dan penyediaan pipa air.
2. Vaksin Dengue
Vaksin dengue CYD-TVD adalah vaksin hidup yg dilemahkan,
rekombinan, tetravalen dengan basis virus yellow fever. Jadwal pemberian
adalah injeksi 0,5 ml subkutan, tiga kali, dengan interval enam bulan.
Vaksin ini telah mendapatkan ijin di beberapa negara, diindikasikan untuk
usia 9–45 tahun di banyak negara.
2.13. Komplikasi
- Asidosis metabolik
- Perdarahan hebat / masif
- Ensefalopati dengue atau ensefalitis
- Multiorgan failure : hati, ginjal, otak, jantung,
- Dehidrasi
- Kelebihan cairan (edema paru)
- Gangguan elektrolit
- Gangguan neurologis
- Kelainan ginjal
- Kelainan hepar
- Miokarditis
38
2.14. Prognosis
Prognosis DBD ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya penanganan
diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik.
DBD derajat III dan IV bila dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong.
Angka kematian pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi
penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %. Pada kasus- kasus DHF yang disertai
komplikasi sepeti DIC dan ensefalopati prognosisnya buruk.
BAB V
KESIMPULAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albocpictus. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah
tanah air. Gejala yang akan muncul ditandai dengan demam mendadak, sakir kepala,
nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi
berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita.
Dalam menegakkan diagnosis dan memberikan pengobatan yang tepat,
pemahaman mengenai perjalanan infeksi virus dengue harus dikuasai dengan baik.
Pemantauan klinis dan laboratoris berkala merupakan kunci tatalaksana DBD. Akhirnya
dalam menegakkan diagnosis dan memberikan pengobatan pada kasus DBD perlu
disesuaikan dengan kondisi pasien. Penaganan yang cepat tepat dan akurat akan dapat
memberikan prognosis yang lebih baik.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. In. Alwi I,
Setiati S, Setyohadi B, Simadibruto MK, Sudibyo, Syam AI, editors. Buku Ajar IPD.
Edisi ke-enam. Jakarta: Intern Publish. 2014. P.539-548.
2. Achmadi, Umar Fahmi. 2010. DBD di Indonesia tahun 1968-2019. Buletin Jendela
Epidemiologi Vol.2. 1-13. Kementrian Kesehatan Indonesia
3. CDC. 2010. Epidemiology Dengue Hompage. Available at
http://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/index.html accessed on March 2018
4. WHO. 2014. Dengue and Severe Dengue. From World Health Organization.
Available at http://www.who.int/mediacentre/factsheets/f s117/en/ accessed on
March 2018
5. Kementrian Kesehatan.2016. Situasi DBD di Indonesia. Infodatin; 1-14
6. Markum H.M.S. 2005. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
7. WHO. 2018. Clinical Diagnose. From World Health Organization. Available at
http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/012-23.pdf accessed on
April 2018.
8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Demam Berdarah Dengue. From
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Available at
http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/index.php?cid=1-17042 500
004&id=demam-berdarah-dengue-dbd-.html Accessed on April 2018
9. World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive
Guidelines for Prevention and Control of Dangue and Dangue Hemorrhagic Fever.
India ; 2011.p.1-67.
10. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Penerbit
IDAI. 2014.
11. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia Jilid 1. Penerbit IDAI. Jakarta.
2010
12. Dengue haemorrhagic fever. Diagnosis, treatment, prevention and control, 2nd
edition. WHO, Geneva.
40