Anda di halaman 1dari 33

2.

1 Anatomi Regional
2.1.1 Extremitas Superior
Berdasarkan posisi sendi-sendi utamanya, extremitas superior dibagi menjadi regio
deltoid atau bahu, brachium atau lengan atas, antebrachium atau lengan bawah, dan
manus atau tangan.

 Bahu adalah daerah perlekatan extremitas superior ke truncus atau badan. tulang-
tulang pada bahu meliputi scapula, clavicula, dan ujung proximal humerus.
 Brachium berada di antara bahu dan sendi siku. Tulang pada brachium adalah
humerus.
 Antebrachium berada di antara sendi cubitus atau siku dan sendi radiocarpea atau
pergelangan tangan. tulang–tulang pada antebrachium adalah radius dan ulna.
 Manus berada di distal dari sendi radiocarpea. tulang-tulang pada manus adalah
carpalia, metacarpalia, dan phalanges.

2.1.2 Extremitas Inferior


Regiones membri inferioris atau extremitas inferior terbagi menjadi regio glutealis,
femoralis, cruralis, dan pedis berdasarkan sendi – sendi utama , komponen tulang , dan
penanda-penanda superficial .

1
 Regio glutealis atau bokong: terletak posterolateral dan diantara crista iliaca dengan
lipatan kulit bokong (gluteal fold) yang menandai batas bawah kedua bokong.
Tulang utama pada regio glutealis adalah tulang pelvicum.
 Di anterior, regio femoralis atau paha: terletak diantara ligamentum inguinale dan
sendi genus, sendi coxae terletak di inferior dari 1/3 tengah ligamentum inguinale,
dan regio femoralis posterior terletak diantara lipatan bokong dan genus. Tulang
pada regio femoralis adalah femur.
 Regio cruralis atau tungkai bawah: terletak diantara sendi genus dan talocruralis.
tulang-tulang pada regio cruralis adalah tibia dan fibula.
 Pedis atau kaki: terletak di distal dari sendi talocruralis. Tulang-tulang pada pedis
adalah tarsi, metatarsi, dan digitorum atau phalanges.

2.1.3 Dorsales atau Punggung


Regiones dorsales atau punggung meliputi aspectus posterior truncus atau tubuh
dan menyediakan poros penyangga muskuloskeletal bagi tubuh. Regiones dorsales juga
berisi medulla spinalis dan bagian proximal nervi spinales, yang mengirim dan
menerima informasi ke dan dari sebagian besar tubuh.

2
Komponen tulang skeletal pada regiones dorsales terutama terdiri dari vertebrae
dan discus intervertebralis terkait. Cranium, scapula, tulang-tulang pelvicum (ilium,
ischium, pubis), dan costae juga berkontribusi membentuk kerangka tulang pada
regiones dorsales dan menyediakan tempat perlekatan bagi musculi.

Terdapat 33 buah vertebrae, yang terbagi ke dalam lima kelompok berdasarkan


morfologi dan lokasi.

 Tujuh vertebrae cervicales diantara thorax dan cranium ditandai terutama oleh
ukurannya yang kecil, processus spinosus yang terbelah atau bercabang dua, dan
adanya foramen disetiap processus transversus.
 Dua belas vertebrae thoracicae ditandai oleh adanya costae yang bersendi
kepadanya; costae merupakan tulang-tulang terpisah dan berartikulasi melalui sendi
synovialis dengan corpus vertebrae dan processus transversus vertebrae terkait;
meskipun semua vertebrae memiliki elemen costalis, pada daerah selain thorax
elemen-elemen tersebut kecil dan tergabung ke dalam processus transversus.
 Inferior dari vertebrae thoracicae ada lima vertebrae lumbales, yang membentuk 2
kerangka penyangga dinding posterior abdomen dan ditandai oleh ukurannya yang
besar .
 Selanjutnya ada lima vertebrae sacrales yang menyatu menjadi tulang tunggal
bernama sacrum, yang bersendi dengan tulang pelvis pada kedua sisinya dan
merupakan salah satu komponen dinding pelvis .
 Inferior dari sacrum ada vertebrae coccygeae , yang bervariasi jumlahnya, biasanya
empat, menyatu menjadi tulang kecil tunggal berbentuk segitiga bernama coccyx.

3
2.2 Luka
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan tubuh. Luka antara lain
dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi, kematian sel, dan gangguan sebagian atau
seluruh fungsi organ.

Klasifikasi luka

a. Berdasarkan penyebab
1) Luka mekanik atau fisik
Benda tumpul:
 Abrasions / memar
 Contusions (bruise) / lecet/ vulnus ekskoriasi
 Lacerations/ robek/ vulnus laceratum
Benda tajam:
 Incisions / irisan
 Punctures / stab /tusuk / vulnus punctum
Tembakan senjata api: luka tembak/ vulnus sclopetorum
 dengan senjata api yang dirampas
 dengan senjata api yang halus
 dengan senjata api buatan negara

2) Luka termal
Panas:
 Efek general: hyperpyrexia (heat stroke), exhaustion (collapse), heat
cramps ( miner’s cramps).
 Efek lokalisasi: luka bakar/ vulnus combutio
Dingin
 Efek general: hypothermia
 Efek lokalisasi: frosbite dan trench foot

3) Luka kimia
 Zat korosif: karena asam kuat atau alkali
 Zat iritasi: karena asam lemah, alkali, tumbuhan atau ekstrak hewan

4) Luka lain

4
Kilat, listrik, radiasi (sinar-X, sinar ultraviolet, zat radioaktif), luka ledak
(blast)

b. Berdasarkan derajat kualifikasi


 Luka ringan
Luka yang tidak berakibat penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau mata pencaharian.
 Luka sedang
Luka yang berakibat penyakit atau halangan pekerjaan korban untuk sementara
waktu.
 Luka berat
Penyakit tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut, Luka yang
menyebabkan rintangan atau halangan menjalankan jabatan, pekerjaan atau
pencarian korban selamanya.

c. Berdasarkan medikolegal
 Perbuatan sendiri (bunuh diri)
 Perbuatan orang lain (pembunuhan)
 Kecelakaan
 Luka tangkis
 Luka dibuat

d. Berdasarkan waktu kematian


 Antemortem
 Postmortem

e. Berdasarkan tingkat kebersihan


 Luka bersih
 Luka bersih yang terkontaminasi
 Luka terkontaminasi dan kotor

f. Berdasarkan waktu terjadinya


 Akut (<8 jam)

5
 Kronis

g. Berdasarkan derajat kontaminasi yaitu:


a) Luka bersih
Yaitu luka yang bersih tanpa kontaminasi, misalnya luka insisi dengan teknik
yang steril yang tidak mengenai saluran gastrointestinal, saluran kemih, genital
atau pernapasan. Tingkat infeksi ± 1,5% 2.
b) Luka bersih terkontaminasi
Yaitu luka bersih yang dapat terkontaminasi, misalnya luka insisi yang mengenai
saluran gastrointestinal, saluran kemih, genital atau pernapasan tetapi sekresi
saluran tersebut tidak mengenai luka operasi. Tingkat infeksi ± 7,7% 3.
c) Luka terkontaminasi
Yaitu luka yang terkontaminasi, misalnya luka insisi pada organ yang mengalami
inflamasi atau luka insisi yang terkena sekresi saluran gastrointestinal, saluran
kemih, genital atau pernapasan atau luka insisi dengan tindakan asepsis atau
antisepsis yang kurang. Tingkat infeksi ± 15,2%.
d) Luka kotor
Yaitu luka yang kotor. Tingkat infeksi ± 40%

Mekanisme Luka

 Terjadi ketika energi yang lebih besar dari toleransi jaringan yang ditransmisikan ke
tubuh manusia. Energi dapat berupa kinetik, termal, kimia, radiasi, dan listrik.
 Biomekanik adalah adalah kekuatan dari internal dan eksternal yang bekerja pada
tubuh manusia dan efek yang dihasilkan dari tubuh ini
 Kekuatan= ½ masa x kecepatan
 Tergantung daerah yang mendapatkan kekuatan. Kekuatan dari masa dan kecepatan
terjadi pada daerah yang lebih kecil
 Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan
penekanan, penarikan, perputaran, luka iris.

6
2.2.1 Trauma Mekanik
2.2.1.1 Luka Tumpul
Luka benda tumpul adalah luka yang diakibatkan benda yang permukaannya tidak
mampu untuk mengiritasi.Variasi utama dalam trauma tumpul

 Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam


 Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam

Sifat luka akibat persentuhan dengan permukaan tumpul:

1. Luka memar (kontusio, hematom) merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai
oleh kerusakan jaringan tanpa disertai diskontinuitas pembuluh darah dan jaringan
dibawah kulit tanpa rusaknya jaringan kulit. Kerusakan diakibatkan pecahnya
kapiler sehingga darah keluar dan meresap ke jaringan sekitar.
2. Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar
kulit. Dengan ciri-ciri:
 Bentuk dan batas luka tidak teratur
 Tepi luka tak rata
 Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan
 Permukaan ditutupi oleh krusta
 Warna kulit kuning mengkilat
 Lokasi biasanya didaerah tonjolan tulang
3. Luka robek disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu
tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit.

2.2.2 Trauma tajam

Luka benda tajam adalah kelainan pada tubuh diakibatkan persentuhan benda yang
permukannya mampu mengiris sehingga kontinuitas jaringan hilang. Ciri– ciri luka
karena benda tajam:

 Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya runcing.
 Bila ditautkan akan menjadi rapat dan membentuk garis lurus atau sedikit lengkung.
 Sudut luka tajam
 Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan

7
 Sekitar garis batas luka bersih tidak ada memar
 Bila lokasinya pada kepala maka rambutnya terpotong

a. Luka iris adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam. Biasanya
mencangkup seluruh luka akibat benda – benda sepeti pisau, pedang, silet, kaca,
kampak tajam.
Ciri-ciri luka iris:
 Dalam luka tidak lebih besar dari panjang irisan luka
 Arah trauma sejajar permukaan kulit
 Sudut luka lancip
 Tidak ada jembatan jaringan
Bentuk dari luka dipengaruhi oleh:
 Sifat-sifat pisau: bentuk, ketajamaan ujung dan kedua tepi pisau
 Bagaimana pisau tersebut masuk dan mengenai tubuh
 Tempat dimana terkena luka:
a. Bila sejajar arah otot, luka berbentuk celah
b. Bila tegak lurus arah otot, luka berbentuk menganga
c. Bila miring arah serat otot, luka berbentuk asimetris

b. Luka tusuk adalah luka dengan kedalaman luka yang melebihi panjang luka akibat
alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau bermata tumpul yang terjadi
dengan tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.

Contoh alat yang digunakan:

 Belati, bayonet, clurit, keris, pedang, pecahan kaca


 Benda yang berujung rucing dengan penampang bulat atau segitiga atau
segiempat seperti kikir, tandu

Pola yang seing ditemukan dimana luka (dalam > panjang > lebar)
 Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian dan kemudian ditusukan
kembali melalui saluran yang berbeda.

8
 Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan
kulit seperti ekor.
 Tusukan masuk kemudian saat masih didalam ditusukan ke arah lain, sehingga
saluran luka menjadi lebih luas.
 Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan menggunakan titik terdalam
sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar
pada bagian superficial.
 Tusukan diputar saat masuk, keluar maupun keduanya. Sudut luka berbentuk
ireguler dan besar.

Sebab kematian pada kasus luka tusuk yaitu:


1) Perdarahan
2) Kerusakan organ vital
3) Emboli udara
4) Infeksi dan sepsis

c. Luka bacok adalah luka akibat persentuhan benda tajam menimbukan dalam kurang
lebih sama dengan panjang luka, arah trauma ± 45° dari permukaan kulit. Luka
bacok tergantung 2 faktor:
a) Jenis senjata biasanya sedikit tajam atau tajam dan relatif berat seperti kapak
atau parang.
b) Tenaga yang digunakan biasanya lebih besar dari luka tusuk atau luka iris.

Ciri-ciri luka bacok

 Ukurannya biasanya besar


 Tepi luka tergantung pada mata senjata
 Sudut luka tergantung mata senjata
 Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, kadang kadang tubuh yang
rekena terputus.
 Dapat dijumpai memar atau lecet disekitar luka

d. Luka tembak

9
Hal yang harus dikerjakan jika ada luka tembak
1. Pengamanan dan pengumpulan barang bukti
2. Mengenali apakah itu suatu luka tembak
3. Jumlah dan lokasi luka pada pakaian atau tubuh
4. Memperkirakan jarak dan arah atau sudut tembakan
5. Jumlah tembakan
6. Menentukan luka yang menyebabkan kematian
7. Mencari anak peluru atau gotri
8. Pemeriksaan khusus: sidik jari, golongan darah, histopatologi
9. Membuat laporan otopsi-visum et repertum

2.2.3 Luka Termik

- Benda yang bersuhu tinggi dengan ciri-ciri:


 Eritema yang intak, kemerahan, dan sembuh tanpa skar
 Vesekel atau bulla
 Nekrosis coagulativa: warna coklat gelap
 Karbonasi

2.2.3.1 Luka Bakar (combustio)

Luka bakar yaitu luka yang terjadi karena kontak dengan api atau benda panas
lainnya, zat kimia, terkena radiasi, aliran listrik atau petir. Berdasarkan kedalaman
luka, luka bakar digolongkan menjadi:

a. Luka bakar derajat 1 (luka superfisial) Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan
epidermis kulit. Biasanya hanya ditandai dengan kemerahan pada kulit dan rasa
nyeri.
b. Luka derajat 2 (partial thickness burn) Yaitu luka yang mengenai lapisan epidermis
hingga dermis. Dibagi lagi menjadi :
a) Luka derajat 2 superfisial (superficial partial thickness wound) Yaitu luka
bakar yang mengenai lapisan epidermis hingga dermis bagian atas. Dapat
ditandai dengan adanya kemerahan pada kulit, adanya lepuhan berisi cairan
(blister atau bula) dan terasa sangat nyeri.

10
b) Luka derajat 2 dalam (deep partial thickness wound) Yaitu luka bakar yang
mengenai lapisan epidermis hingga dermis bagian bawah. Biasanya tidak
ditemukan adanya bula, namun luka biasanya basah atau lembab.
c. Luka derajat 3 (full thickness burn) Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan
epidermis hingga subkutan. Biasanya luka terlihat pucat dan luka tidak terasa nyeri
karena ujung saraf pada luka telah rusak.
d. Luka derajat 4 Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis, dermis,
subkutan, hingga otot, tendon atau tulang.

- Benda bersuhu rendah

Dua reaksi lokal

1. Korban awalnya pucat karena vasokontriksi kemudian kemerahan karena


vasodilatasi yang diatur oleh vasomotor center.
2. Kulit korban berwarna merah kehitaman, membengkak, gatal dan nyeri

Delapan reaksi umum

1. kulit pucat dan menggigil


2. sianosis
3. lethargy, koma dan mati
4. autopsi jantung terdapat darah berwarna merah cerah
5. organ dalam kongesti hebat
6. tengkorak bagian sutura retak
7. lebam mayat berwarna merah cerah bercampur bercak merah gelap
8. cairan tubuh korban menjadi es

2.3 Trauma Tumpul (Blunt Injury)

Trauma benda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan tubuh dengan
benda yang permukaannya tumpul. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka
antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai dan lain-lain. Adapun defenisi dari
benda tumpul itu sendiri adalah:
a. Tidak bermata tajam
b. Konsistensi keras / kenyal

11
c. Permukaan halus / kasar

Luka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu benda yang
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke arah
benda yang tidak bergerak.

Epidemiologi
Di Eropa, trauma tumpul abdomen sering terjadi, sekitar 80% dari keseluruhan trauma
abdomen. Di indonesia prevalensi cedera secara nasional adalah sebesar 8,2% dimana
penyebab cedera karena terkena benda tajam atau tumpul 7,3%

Etiologi
a. Kekerasan atau penganiayaan
b. Kecelakaan lalulintas, pekerjaan

Faktor resiko
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Lingkungan

Klasifikasi
Trauma benda tumpul tergantung kepada:
a. Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh
b. Waktu dari benda yang mengenai tubuh
c. Bagian dari tubuh yang terkena
d. Perluasan terhadap jaringan tubuh
e. Jenis benda yang mengenai tubuh
1) Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya
pada lapisan kulit epidermis.Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis
pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan.
Karakteristik luka lecet:
- Sebagian/ seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis

12
- Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan
tumpul.
- Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta).
- Timbul reaksi radang (Sel PMN).
- Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak
meninggalkan jaringan parut.

Terdapat 3 tipe spesifik abrasi:


1) Stratches (goresan): abrasi linear, misalnya disebabkan oleh kuku jari
2) Scuff (brush) abrasion: abrasi yang sangat superfisial
3) Point of gouge abrasion: lecet linear yang dalam, yang disebabkan oleh benda
contohnya paku logam.

Memperkirakan umur luka lecet:


- Hari ke 1-3: warna coklat kemerahan
- Hari ke 4-6: warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
- Hari ke 7-14: pembentukan epidermis baru
- Beberapa minggu: terjadi penyembuhan lengkap

2) Luka memar (kontusio)

13
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini
menyebabkan kerusakan pada pembulu darah kecil dan dapat menimbulkan
perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Kontusio adalah
suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan sewaktu
orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan
benda tumpul.

Memperkirakan umur luka memar :

- Hari ke 1: terjadi pembengkakan warna merah kebiruan


- Hari ke 2-3: warna biru kehitaman
- Hari ke 4-6: biru kehijauan-coklat
- > 1 minggu - 4 minggu: menghilang/ sembuh

3) Luka Robek (Laserasi)


Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan
kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggian balok kayu, ujung dari pipa,
permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang
menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing
tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan

14
menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit.Tepi dari laserasi ireguler dan
kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata
dari benda tersebut yang mengalami indentasi

Manifestasi klinis

- No injury
- Tenderness
- Pain
- Reddening
- Swelling
- Bruising
- Abrasion
- Laceration
- Fracture

Diferent Diagnosis
- Fraktur tertutup
- Internal bleeding
- Luka tajam

15
Medical assesment and management blunt trauma

 Primary survey
 Airway dan cervical spine stabilization
- Apakah pasien menjawab pertanyaan→ jika iya airway baik
- Periksa mulut dan larynx→ apakah ada obstruksi atau injury
- Lihat ada atau tidak cervical spine injury→ jika ada lakukan cervical collar
- Pasien dengan penurunan kesadaran→definitif airway (endotracheal intubation)
- Pertahankanoksigenasi dan cegah hipercarbia
- Tanda airway obstruction→ agitasi (hypoxia), obtunded (hypercarbia),
cyanosis, retraksi, abnormal breathing sound
 Breathing and ventilation
- Look, listen, feel
- Tanda gangguan ventilasi
Lihat gerakan dinding dada simetris atau tidak
Dengarkan pergerakan udara
Saturasi O2
 Circulation and hemorrhage control
Yang perlu di identifikasi:
- Tingkat kesadaran
- Perfusi kulit
- Pulse

Menangani bleeding:

- Rapid, eksternal blood loss→ direct pressure


- Resusitasi cairan→ grade hemorrhage
 Disability
- Cek tingkat kesadaran: GCS, refleks pupil
- Cek neurological status
- Penurunan kesadaran: penurunan perfusi cerebral
- Monitoring adequate oxygenation dan perfusion

16
 Exposure and environmental control
- Penderita harus di buka keseluruhan pakaian
- Kemudian nilai dan evaluasi keseluruhan bagian tubuh apakah ada jejas atau
luka
- Periksa bagian ekstrimitas atas, dada, ekstrimitas bawah, punggung
- Periksa punggung dengan memiringkan pasien dengan cara log roll.
- Selanjutnya berikan pasien selimut atau pakaian yang kering untuk mencegah
hipotermia.
 Secondary survey
- History: alergi, obat yang sedang dikonsumsi saat ini, riwayat penyakit, kejadian
- Kejadian: kapan terjadi, dimana, dengan siapa, menggunakan apa, memakai baju
apa, pelakunya siapa
- PE: head to toe
 Penunjang
- Blund abdominal trauma: FAST exam
- blunt chest trauma: chest x-ray
- extremity injury: x-ray
- CBC :Hb, Ht, trombosit, WBC
 Manajemen berdasarkan luka
 Luka lecet (abrasi)
- Bersihkan luka dengan air bersih dan antiseptik
- Tutup luka dengan kasa steril dan kering
- Jika luka sangatluas lakukan deseninfeksi
- Ganti balutan 1-2 hari sekali sampai dengan sembuh
 Luka memar
- Jaringan kulityang memar di kompres dengan air dingin atau air es atau es batu
- Bila perlu beri balutan penekanan
 Luka robek (laserasi)
- Bersihkan luka dengan air dan antiseptik
- Lakukan debridement
- Suturing bila perlu

Komplikasi

17
- Head injury: perdarahan intrakranial
- Pelvic: bladder rupture dan uretra rupture
- Thorax: cardiac temponade, tendion pneumothorax, hemothorax
- Abdomen: peritonitis

Prognosis

Tergantung keparahan luka dan cepat penanganan

2.4 Tipe –tipe kekerasan


Definisi Kekerasan
Menurut WHO: penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan
terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang
mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma, kematian,
kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.

Macam-Macam Kekerasan
Berdasarkan bentuknya, kekerasan dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah kekerasan nyata yang dapat dilihat, dirasakan oleh tubuh.
Wujud kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan atau kemampuan normal
tubuh, sampai pada penghilangan nyawa seseorang.
b. Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau jiwa
sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa.
c. Kekerasan Struktural
Kekerasan struktural yaitu kekerasan yang dilakukan oleh individu atau kelompok
dengan menggunakan sistem, hukum, ekonomi, atau tata kebiasaan yang ada di
masyarakat. Kekerasan struktural yang terjadi menimbulkan ketimpangan-
ketimpangan pada sumber daya, pendidikan, pendapatan, kepandaian, keadilan, serta
wewenang untuk mengambil keputusan.

Macam-Macam Kekerasan Pada Anak


 Kekerasan secara Fisik
18
Kekerasan fisik terjadi ketika orang tua atau pengasuh dan pelindung anak memukul
anak (ketika anak sebenarnya memerlukan perhatian). Pukulan akan diingat anak itu
jika kekerasan fisik itu berlangsung dalam periode tertentu. Kekerasan yang dilakukan
seseorang berupa melukai bagian tubuh anak.
 Kekerasan Emosional
Emotional abuse terjadi ketika orang tua atau pengasuh dan pelindung anak setelah
mengetahui anaknya meminta perhatian,mengabaikan anak itu. Ia membiarkan anak
basah atau lapar karena ibu terlalu sibuk atau tidak ingin diganggu pada waktu itu.
Boleh jadi mengabaikan kebutuhan anak untuk dipeluk atau dilindungi. Anak akan
mengingat semua kekerasan emosional jika kekerasan emosional itu berlangsung
konsisten. Orang tua yang secara emosional berlaku keji pada anaknya akan terus
menerus melakukan hal sama sepanjang kehidupan anak tersebut.

 KekerasanVerbal
Kekerasan secara verbal berupa perilaku verbal dimana pelaku melakukan pola
komunikasi yang berisi penghinaan, ataupun kata-kata yang melecehkan anak.
Pelaku biasanya melakukan tindakan mental abuse, menyalahkan, melabeli, dan
perlakuan-perlakuan lain yang menggunakan pola komunikasi yang tidak seharusnya
diterapkan pada anak. Kekerasan ini biasa terjadi ketika orang tua sedang mengalami
emosi yang kurang terkendali sehingga mengeluarkan kata-kata atau bahasa yang
tidak pantas untuk didengar oleh anak, seperti penggunanaan kata-kata “bodoh”
kurang ajar” dan lain-lain.

 Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang pemaksaan hubungan seksual,
pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan atau tidak disukai,
pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersil dan atau tujuan
tertentu. Kekerasan seksual yang terjadi pada anak sangat tidak patut untuk dicontoh.
Kekerasan seksual pada anak jelas akan mempengaruhi psikologis dan merusak masa
perkembangan anak
.

19
2.5 Luka Menurut Undang-Undang

Luka Menurut UUD Pasal 351-352

Pasal 351 KUHP:

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

Pasal 352 KUHP:

(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian,
diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang
yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.

(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

2.6 Medikolegal Luka

a) Abration

Abrasi, meskipun cedera ringan yang hanya melibatkan lapisan permukaan kulit, tidak
boleh dianggap terlalu tidak penting untuk diabaikan dalam penyelidikan medikolegal.
Mereka mungkin satu-satunya tanda eksternal yang terlihat dari cedera internal yang
berat atau bahkan fatal.

 Titik abrasi: titik area yang terkena dampak dari blunt force

20
 Menunjukkan pola, distribusi, tempat: memberi informasi kejahatan (dileher, wajah,
daerah inguinal perempuan) tentang nature of force
 Adanya material atau bahan yang berada didalam dan sekitar area abrasi
menunjukkan penyebabnya.
 Berbagai tahap penyembuhan -> bisa menentukan waktu terjadiya cedera

b) Contusion (Bruises)

Contusio adalah bukti adanya kekuatan tumpul dan biasanya keadaannya kecelakaan
atau pembunuhan. Adalah tidak biasa untuk bunuh diri karena memar terjadi dengan
pukulan atau benda lain dan menimbulkan rasa sakit. Tetapi dengan maksud untuk
mendukung muatan palsu, memar kadang-kadang disimulasikan dengan aplikasi
beberapa zat iritasi seperti juice of bhilawa (marking nut) atau root of chitra (Plumbago
zeylanica) atau lal chitra (Plumbago rosea).
Tanda yang dihasilkan oleh zat-zat ini tampak seperti memar tetapi berwarna coklat
gelap dalam warna dengan tepi ditutupi oleh vesikula dan kulit yang berdekatan merah
dan meradang.
 Memar yang sudah berpola, seperti yang sudah ditekankan, mungkin sangat
membantu dalam memberikan petunjuk terhadap sifat agen yang digunakan
dalam serangan, meskipun mereka relatif kurang informatif daripada lecet karena
mereka mungkin delayed, ektopik, dan tidak seperti lecet, tidak mampu
menunjukkan arah penerapan kekuatan.
 Memar dan lecet pada scapula menunjukkan tekanan kuat pada tubuh terhadap
tanah atau permukaan menahan lainnya.
 Contusion “6 sen” menandakan tekanan paksa pada ujung jari.

c) Lacerations

Laserasi biasanya kecelakaan atau pembunuhan dan jarang bunuh diri seperti dalam
kasus bunuh diri jatuh dari ketinggian atau bunuh diri melompat atau berbaring di
depan kendaraan yang sedang berjalan.

 Blunt trauma bisa fatal karena tidak adanya bukti cedera eksternal maupun internal.
Seperti contoh, adanya pengaruh yang kuat ke arah dada (area jantung) sehingga
kematian langsung akibat gangguan fungsi jantung.
 Hasil lain yang tidak terduga yang dapat dilihat pada laserasi adalah robekan atau
ruptur organ yang tertunda, terjadi setelah waktu yang cukup lama untuk pukulan.
Jantung, hati dan limpa cenderung berperilaku seperti ini.

2.7 Fraktur atau Patah Tulang

Fraktur atau patah tulang dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:

a. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar menurut black dan matassarin (1993):

21
1) Fraktur tertutup (simple): bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar atau tulang yang patah tidak tampak dari luar.
2) Fraktur terbuka (compound): bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan kulit

b. Berdasarkan deskripsi anatomi:


a) Complate: tulang terbagi menjadi 2 fragmen atau lebih. Contohnya: transverse,
oblique, spiral, impacted, comminuted dan segmental.
b) Incomplate: tulang terbagi secara incomplate dan periosteum masih utuh.
Contohnya: greenstik, torus.

22
Klasifikasi open fracture

Klasifikasi closed fracture

Sign and symptom

- Deformitas
- Open wound
- Tenderness
- Swelling

23
- Crepitus
- Rom terbatas
- Eritema dan memar
- Bone protuding

2.8 Manajemen

2.8.1 Patah Tulang

Treatment patah tulang tertutup

Pengobatan patah tulang tertutup terdiri atas manipulasi untuk memperbaiki posisi dari
pecahan tulang, pemasangan splint untuk menahan pecahan sampai pecahan bersatu
kembali, sementara pergerakan dan fungsi sendi di jaga. Tujuan dari pengobatan ini
tercakup dala 3 perlakuan:

- Reduce

Dalam proses reduksi harus dilakukan tarikan yang adequate (adequate opposition)
dan pecahan tulang yang sejajar (normal alignment). Terdapat 2 teknik reduksi;
reduksi tertutup (closed reduction) dan reduksi terbuka (open reduction)

 Closed redunction

Reduksi tertutu dilakukan pada pasien dengan keadaan dalam anastesi. Teknik
reduksi ini dilakukan dengan cara three-fold manoeuver, yaitu

1. Bagian paling distal dari tungkai ditarik sejajar dengan tulang


2. Pecahan tulang tertarik dan terjadi reposisi
3. Tungkai diluruskan

 Open reduction

Reduksi terbuka merupakan tindakan yang bersifat operatif. Teknik ini


dilakukan dengan indikasi:

1. Ketika reduksi tertutup gagal


2. Ketika terdapat pecahan besar yang berkaitan yang harus akurat dalam
memposisikannya
3. Fracture avultion

- Hold
Merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan immobilization dimana
terdapatat beberapa metode, yaitu:

24
 Continuous traction.

 Cast splintage.

 Functional bracing.

 Internal fixation.

25
 External fixation.

- Exercise
Latihan fisik ditujukan untuk mengembalikan kembali fungsi tidak hanya bagian
tubuh yang rusak, tetapi seluruh tubuh pasien. Pada latihan fisik diharapkan dapa
mencegah terjadinya oedema pada tungkai, menjaga fungsi dari sendi dan
mengembalikan kekuatan dan mengembalikan pasien kembali menjalankan aktivitas
fisik sehari hari.

2.8.2 Splinting dan Bandaging

a. Bandaging

26
Kegunaan

 Bandage digunakan untuk menahan balutan diatas luka


 Memberikan tekanan lebih pada luka perdarahan untuk mengontrol hemorrhage
 Untuk mengamankan splint pada bagian tubuh yang terluka
 Memberikan support pada bagian yang luka
Prinsip Bandage seharusnya tidak digunakan diatas luka secara langsung, seharusnya
digunakan hanya untuk menahan ditempat balutan yang menutupi luka. Bandage harus
digunakan dengan kuat dan diikat dengan aman. Jangan digunakan terlalu sesak yang
dapat menghentikan sirkulasi atau terlalu longgar yang memungkinkan balutan
tergelincir. Jika bandage bekerja secara longgar atau tidak terikat luka dapat berdarah,
mungkin dapat terinfeksi, dan tulang yang patah bisa menjadi displacement.

Tipe

27
b.Splinting

Tujuan

 Immobilisasi fragmen tulang yang patah


 Mengurangi nyeri
 Mencegah kerusakan otot, saraf, dan pembuluh darah
 Close fracture: akan mencegah fragmen tulang agar tidak menusuk tulang
 Open fracture: mencegah cedera lebih lanjut pada luka
Prinsip:

 Semua tulang yang fraktur harus tersplint


 Harus dua sendi agar immobile
 Jangan menganggu sirkulasi
 Splint harus diberikan padded mencegah injury limb dan ketidaknyamanan pasien
 Traksi pada long bone
Tipe

28
2.9 Visum et Repertum

Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik
hidup atau mati, ataupun bagian, atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Dasar hukum visum et repertum :
- Pasal 133 KUHAP
- Pasal 184 KUHAP
- Landasan negara no.350 tahun 1937
Yang berhak meminta keterangan ahli (VeR) adalah penyidik atau penyidik pembantu
yang merupakan pejabat kepolisian NKRI dengan pangkat minimal untuk penyidik adalah
inspektur dua dan untuk penyidik pembantu adalah brigadir dua. Permintaan keterangan
ahli/VeR ini harus secara tertulis.

Tahapan pembuatan VeR:


1. Penerimaan korban yang dikirim penyidik
2. Penerimaan surat permintaan keterangan ahli/VeR
3. Pemeriksaan korban secara medis
4. Pengetikan surat keterangan ahli/VeR
5. Penandatanganan surat keterangan ahli/VeR
6. Penyerahan benda bukti yang telah selesai diperiksa
7. Penyerahan surat keterangan ahli/VeR (hanya boleh diserahkan kepada penyidik yang
meminta)

Jenis-jenis VeR
1. Berdasarkan sifatnya:
a. VeR sementara  seperti visum lengkap tetapi belum disimpulkan, biasanya
diberikan sebagai bukti awal dan korbannya masih harus mendapatkan perawatan
atau pengobatan.
b. VeR lanjutan  sama dengan VeR sementara, tetapi fungsinya sebagai sambungan
dalam proses penyidikan perkara.

29
c. VeR definitif  VeR lengkap, memuat semua keterangan dan analisis hasil
pemeriksaan.
2. Berdasarkan jenis pidana:
a. VeR perlukaan (termasuk keracunan)  untuk mengetahui penyebab dan derajat
luka/sakit.
b. VeR kejahatan susila  kasus pemerkosaan, persetubuhan pada wanita yang tidak
berdaya atau pada wanita yang belum cukup umur. Dinilai untuk mencari bukti
persetubuhan, kekerasan, pemberian racun/obat/zat, usia korban, penyakit menular
seksual, kehamilan, kelainan psikiatri yang disebabkan karena kejadian tersebut.
c. VeR jenazah  pemeriksaan luar, bedah jenazah (membuka tengkorak, leher,
dada, perut, panggul), peunjang (histopatologi, toksikologi, serologi)
d. VeR psikiatri  dilakukan bagi tersangka/terdakwa pelaku, bukan bagi korban.

Ketentuan penulisan VeR:


- Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa
- Bernomor surat dan bertanggal
- Mencantumkan “pro justitia” di atas kiri atau tengah
- Menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
- Tidak menggunakan singkatan, terutama deskripsi temuan pemeriksaan
- Tidak menggunakan istilah asing
- Ditandatangani dan diberi nama jelas
- Berstempel instansi pemeriksa
- Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
- Hanya diberikan kepada penyidik peminta VeR
- Salinannya diarsipkan dan disimpan hingga 30 tahun

Komponen VeR:
1. Pembukaan
- Kata pro justitia (untuk peradilan)
- Tidak dikenakan materai
- Kerahasiaan
2. Pendahuluan (landasan operasional, objektif administratif)
- Identitas penyidik (nama, NRP, pangkat, jabatan, asal daerah kepolisian)
- Identitas surat permintaan (nomor, tanggal, asal, cap, kop surat)
- Identitas korban (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat)
- Identitas peristiwa (kecelakaan lalu lintas, kriminal, kasus lain)
- Identitas TKP (lokasi dan saat kejadian)
- Macam pemeriksaan (luar/dalam)
- Barang bukti lain (terlampir/tidak)
- Identitas pemeriksa (tim kedokteran forensik)
- Waktu dan tempat pemeriksaan
3. Pelaporan/inti isi
- Dasarnya objektif medis

30
- Bahasa komunikatif
- Penjelasan temuan medis (anamnesis, tanda vital, luka, pengobatan/perawatan,
hasil pengobatan)
4. Kesimpulan
- Landasan subjektif medis
- Hasil pemeriksaan medis
5. Penutup  pernyataan kejujuran, nama, TTD, cap instansi

31
32

Anda mungkin juga menyukai