Oleh:
GUNTUR GURITNO
NPM: 19700065
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Guntur Guritno
NPM: 19700065
Hari : ………………………….
Tanggal : .…………………………
Pembimbing Penguji
Prof. Soedarto, dr., DTM&H., PhD., SpPark Dr. Wike Herawaty, drg., M.Kes
NIK NIK
ii
HALAMAN PESETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Guntur Guritno
NPM: 19700065
Pembimbing Penguji
Prof. Soedarto, dr., DTM&H., PhD., SpPark Dr. Wike Herawaty, drg., M.Kes
NIK NIK
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penuIis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dimana
di Indonesia. Tugas Akhir ini dapat terseIesaikan karena dukungan dari berbagai
pihak. OIeh sebab itu pada kesempatan ini saya sampaikan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa teIah mengaruniakan nikmat dan hidayanya kepada
penuIis sehingga penuIis dapat menuIis tugas akhir ini dengan baik.
2. Prof. Suhartati, dr., MS., Dr., sebagai Dekan FakuItas Kedokteran Universitas
Surabaya.
3. Prof. Soedarto, dr., DTM&H., PhD., SpPark sebagai dosen pembimbing yang
4. Dr. Wike Herawaty, drg., M.Kes sebagai dosen penguji Tugas Akhir yang
teIah memberikan masukan dan arahan daIam mengerjakan Tugas Akhir ini.
Skripsi.
5. Seluruh keluarga besar saya dan teman-teman yang telah memberikan doa
iv
dan dukunga ndalam menyelesaikan tugas akhir ini.
PenuIis sangat menyadari bahwa penuIisan Tugas Akhir ini masih banyak
memerlukan kritik dan saran supaya lebih sempurna lagi, oIeh karena itu penuIis
Akhirnya penuIis sangat berharap semoga Poposal Tugas Akhir ini akan
PenuIis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
HALAMAN PESETUJUAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................6
C. Tujuan......................................................................................................6
D. Manfaat....................................................................................................6
A. Trichuris Trichiura..................................................................................8
A. Desain Penelitian...................................................................................15
D. Sintesis data...........................................................................................17
E. Penelusuran Jurnal.................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL
Singkatan
CR : Case Ratio
PC : Chemotherapy Preventif
Symbol
% : persen
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lingkungan yang kurang baik adalah penyebab utama. Salah satu penyakit
2016).
kecacingan yang paling sering ditemukan antara lain penyakit infeksi cacing
al., 2016; Anwar, 2013). Spesies nematoda yang termasuk dalam golongan
merupakan penyakit endemik dan kronik yang tidak berbahaya, namun bisa
1
2
870 juta anak tinggal di daerah dengan prevalensi tinggi. Wilayah yang paling
terkena dampak dunia termasuk Afrika, Asia Selatan, dan Selatan America.
dengan infeksi parasit. Ketika sekolah anak-anak lebih mudah sekali terkena
kecacatan terhadap 5,18 juta penderita keccaingan di dunia pada tahun 2010
Sumatera Utara yaitu sekitar 50% hingga 80%. Prevalensi, intensitas tertinggi
pada anak presekolah dan Sekolah Dasar. Pada penelitian yang dilakukan
3
Kapti dkk yang bertempat di Bali didapatkan pada rentang waktu 2003
sampai 2007 prevalensi infeksi cacing usus pada anak Sekolah Dasar maupun
antara 40,94% sampai 92,4%. Daerah atau lingkungan dengan suhu yang
Berdasarkan jurnal penelitian oleh Niluh Gede Dian Ratna Dewi pada
Ethiopia sosial ekonomi yang rendah dan sanitasi yang buruk merupakan
penyebab utama infeksi cacing usus (Sorensen W, 2011 dalam Niluh Gede
Dian Ratna Dewi, 2017). Infeksi cacing berpengaruh juga pada faktor sanitasi
contohnya adalah sanitasi pribadi yang sangat rendah (perilaku hidup bersih
dan sehat) seperti kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah Buang
lingkungan oleh feses yang ada telur cacingnya serta ketersediaan air bersih
dan mental pada anak dan kapasitas dan kualitas fisik/kerja yang terbatas.
Pada saat ini, Chemotherapy Preventif (PC) yang dapat diterapkan adalah
tahunan dan target yang direkomendasikan pada populasi telah diperluas, dari
hanya anak usia sekolah sampai anak yang lebih muda (usia 1-5 tahun),
remaja putri (10–19 tahun), wanita usia subur (15–49 tahun) dan wanita hamil
setelah trimester pertama di daerah dengan prevalensi STH 20%. Dua kali
50%). Albendazole, salah satu dari dua obat utama digunakan untuk POMP,
dianggap aman dan dapat digunakan dengan baik, namun obat albendazole ini
tidak pas atau tidak tepat untuk menghambat infeksi. Pemakaian Albendazole
ini menunjukkan angka kesembuhan tinggi yang memuaskan (CR) (96%) dan
keefektifan terhadap cacing tambang lebih rendah (CR = 80% dan ERR =
90%) dan terhadap Trichuris trichiura sangat rendah dengan CR 31% dan
ERR 50%. Selain itu, obat ini telah digunakan selama lebih dari tiga decade,
5
obat standar bersama dengan obat cacing lainnya, seperti ivermectin, bisa
menjadi cara untuk mencapai dampak universal pada semua spesies STH
persentase 45-46% dan banyak menyerang anak-anak karena pada usia anak
banyak bermain di area tanah, yang menjadi tempat hidup cacing, sehingga
masih banyak pula kasus gangguan tumbuh kembang pada anak yang
dari itu, berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan
Indonesia.
6
B. Rumusan masalah
Indonesia?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
trichiura.
trichiura.
D. Manfaat
1. Bagi Institusi
2. Bagi Masyarakat
masyarakat Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Trichuris Trichiura
secara menyeluruh berbentuk seperti cambuk maka dari itu cacing ini sering
cacing yang banyak menginfeksi pada manusia. Sekitar 900 juta orang pernah
terinfeksi dengan cacing ini (Soedarmo dkk., 2010). Ketika cacing tumbuh
besar dan menjadi cacing dewasa, cacing ini akan melekat pada mukosa usus
Hospes cacing Trichuris trichiura ini adalah manusia. Cacing ini bersifat
kosmopolit, pada daerah panas, kotor, sanitasi yang kurang dan lembab
prevalensinya sanyak banyak (lebih dari satu miliar manusia yang sudah
8
9
tropis, dimana iklim tropis sangat identic dengan hangat, hujan deras, dan
kondisi sanitasi yang jelek atau tidak bagus dengan polusi tanah. Biasanya
kecenderungan senang bermain yang kotor dan tidak mencuci tangan sehabis
main sehingga lebih besar untuk kontak fisik dengan tanah yang
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Enoplida
Famili : Trichuridae
Genus : Trichuris
cacing betina dewasa panjangnya kurang lebih 5 cm. Bagian anteriornya pun
halus seperti cambuk, tetapi bagian ekor lurus berujung tumpul. Tiga perlima
bagian anterior tubuh cacing berukuran kecil seperti cambuk. Dua perlima
bagian posterior tubuh cacing melebar, bagian yang melebar ini berisi usus
bagian tubuh posterior. Bagian posterior cacing jantan melingkar dan terdapat
esophagus sempit berdinding tipis terdiri dari satu sel, tidak memiliki bulbus
esophagus. Untuk menancapkan diri pada mukosa usus dilakukan oleh bagian
anterior yang halus. 2 per 5 bagian posterior lebih tebal, berisi usus, dan alat
kelamin cacing. Cacing jantan memiliki ukuran lebih pendek daripada betina,
cacing jantan berukuran (3-4 cm) dari pada betina dengan ujung posterior
bentuk yang sangat khas seperti tong (lonjong) (barrel shape) dan pada kedua
Telur yang keluar bersama kotoran manusia ini adalah telur dalam
keadaan yang belum sempurna (belum membelah) sehingga telur ini tidak
lebih hangat dan curah hujan yang tinggi sangat mempengaruhi pematangan
terbentuk telur infektif yang berisi embrio di dalamnya yang nantinya embrio
ini akan menjadi telur cacing. Manusia dapat terinfeksi jika telur yang infektif
ini tertelan hingga ke usus halus. Selanjutnya di bagian proksimal usus halus
setelah itu telur akan menetas, keluar menjadi larva dan menetap selama 3-10
hari. Setelah dewasa, cacing akan turun ke usus besar dan menetap dalam
beberapa tahun ketika di usus besar ini lah cacing juga bisa menginfeksi
berukuran 50x25 mikron, kulit bagian luar berwarna kuning, kulit bagian
jol di dinding dan mempunyai penutup warnyanya jernih, terdiri atas dua
lapis disebut dengan mukoid plug (Gambar 2) (Natadisastra dkk, 2009). Telur
cacing (tidak dicuci dengan bersih atau dimasak kurang matang). Larva ini
nantinya akan menetas di dalam duodenum (bagian dari usus halus) kemudian
akan hidup selama 1 sampai 5 tahun dan cacing betina dewasa akan
menghasilkan 3.000 sampai 20.000 telur setiap harinya (Lubis, 2012). Telur
yang telah dibuahi selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh manusia atau
hospes bersama dengan kotoran manusia. Telur tersebut akan matang dalam
waktu 3 sampai 6 minggu pada lingkungan yang sesuai sehingga, yaitu pada
tanah lembab dan tempat yang teduh sehingga cacing dapat berkembang biak
dengan baik. Telur matang secara sempurna adalah telur yang berisi larva dan
sinar matahari secara langsung dan akan mati bila berada pada suhu dibawah
-9◦C atau diatas 52◦C. Cacing cambuk dewasa umumnya ditemukan pada
epitel sekum atau kolon. Akan tetapi, pada infeksi berat cacing dewasa juga
bisa ditemukan pada apendiks, rektum, atau bagian distal ileum (Stephenson,
2013).
menunjukan gejala mual, muntah, nyeri abdomen, diare dan konstipasi, yaitu
infeksi lebih berat atau akut (Prasetyo & Tantular, 2011). Pasien yang
anemia, tinja yang bercampur darah, sakit perut, kekurangan berat badan dan
prolaps rectal yang berisi cacing pada mukosa rectum (Irianto, 2009). Cacing
14
menghisap darah setelah itu akan menyebabkan luka pada mukosa usus,
obat pada anak yang terinfeksi Trichuris trichiura dan memberi pemahaman
tanah dalam bentuk yang sudah infektif. Infeksi cacing ini bisa disebut
6 sampai 12 tahun berarti bisa dikatakan anak anak sekolah dasar. Transmisi
dipercepat dengan sanitasi yang buruk dan tanah yang hangat, karena cacing
ini sangat suka didaerah yang seperti itu. Tangan dapat terkontaminasi dengan
telur cacing jika seseorang melakukan kontak langsung dengan tanah dan
dikonsumsi.
2011).
BAB III
A. Desain Penelitian
Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk megumpulkan data
atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa didapat
dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain.
1. Tipe Studi
Desain penelitian yang diambil dalam penulusuran ilmiah ini adalah Mix
2. Tipe intervensi
3. Hasil Ukur
16
17
medline with full text, Proquest dan Pubmed, EBSCO menggunakan beberapa
kata kunci yang dipilih yakni : Epidemiologi, Trichuris trichuria. Artikel atau
jurnal yang sudah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi diambil untuk
tahun 2013-2018 yang dapat diakses fulltext dalam format pdf dan scholarly
Indonesia dan Inggris dengan subyek manusia berbagai umur, jenis jurnal
dilakukan review. Kriteria jurnal yang terpilih untuk review adalah jurnal
Waktu (2011-2021)
D. Sintesis data
yang diukur untuk menjawab tujuan Jurnal penelitian yang sesuai dengan
nama peneliti, tahun terbit jurnal, negara penelitian, judul penelitian, metode
nantinya akan dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan tahun
terbit jurnal dan sesuai dengan format tersebut di atas. Untuk lebih
memperjelas analisis abstrak dan teks penuh jurnal dibaca dan dicermati.
yang terdapat di dalam tujuan penelitian dan hasil atau temuan penelitian.
dilakukan koding terhadap isi jurnal yang direview menggunakan. Data yang
E. Penelusuran Jurnal
2536 jurnal yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Sebanyak 453 jurnal dari
dilakukan skrining, 187 jurnal dieksklusi karena tidak tersedia artikel full
text. Asesment kelayakan terhadap 266 jurnal full text dilakukan, jurnal yang
duplikasi dan tidak sesuai kriteria inklusi dilakukan eksklusi sebanyak 231,
Epidemiologi infeksi
Trichuris trichiura
Faktor resiko
Trichuris trichiura.
DAFTAR PUSTAKA
22
23
Hadidjaja P., & Margono S. S. 2011. Dasar Parasitologi Klinik Edisi 1. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hansen, EP. Tejedor, AM. Hansen, TVA. Dahlerup, JF. Nejsum, P. 2015. Faecal
egg counts and expulsion dynamics of the whipworm, Trichuris trichiura
following self-infection. Journal of Helminthology, Cambridge University
Press 2015, page 1 of 5. . https://doi.org/10.1017/S0022149X1500019X
Izurieta, R. Ortiz, MR. Capello, TO. 2018. Trichuris Trichiura. Global Water
Pathogen Project, Page 1-23.
Mara, D. Lane, J. Scott, B. Trouba, D. 2010. Sanitation and Health. PLoS Med
7(11): e1000363. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1000363
Margono SS, Supali T, Abidin SAN. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran ed
4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cetakan ke-4.
Jakarta: Balai penerbit FKUI
Mulyowati, T. 2017. Identifikasi Telur dan Larva Nematode Usus Golongan Soil
Transmitted Helmint pada Feces Anak Kelompok Bermain Al Kautsar
Mojosongo Kecamatan Jebres Surakarta. Biomedika, 10 (1), 19-22.
Nasution, RKA. Nasution, BB. Lubis, M. Lubis, IND. 2019. Prevalence and
Knowledge of Soil-Transmitted Helminth Infections in Mandailing Natal,
North Sumatera, Indonesia. Macedonian Journal of Medical Sciences, 7
(20) : 3443-3446. https://dx.doi.org/10.3889%2Foamjms.2019.441
25
Natadisastra et al. 2009. Parasitologi Kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang
diserang. EGC. Jakarta
Nurhalina. Desyana. 2018. Gambaran Infeksi Kecacingan Pada Siswa SDN 1-4
Desa Muara Laung Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2017. Jurnal Surya Medika, 3 (2), 41-53.
https://doi.org/10.33084/jsm.v3i2.97
Rihibiha, DD. Aqmalia, RN. 2021. Identifikasi Telur Cacing Nematoda Usus
Pada Siswa SDN Cimerang Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ilmiah
Analis Kesehatan, 7 (1), 9-15. https://doi.org/10.37012/anakes.v7i1.454
Soedarmo, Sumarmo, S., Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. 2010. Buku Ajar
Infeksi & Pediatri Tropis Edisi II. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Supali T, Margono SS, Abidin SAN. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran ed
4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cetakan ke-4.
Jakarta: Balai penerbit FKUI
Trasia, RF. 2021. Dampak Lingkungan Terhadap Kejadian Infeksi Parasit. Jurnal
Envi Science, 5 (1), Page 20-24. https://doi.org/10.30736/5ijev.v5iss1.244
Zahara, NAS. 2021. Tingkat Praveleansi Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar
Di Beberapa Daerah Indonesia. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3
(2), 283-290. https://doi.org/10.37287/jppp.v3i2.3