OLEH
CHRISTIAN GYSBERT GERRITS
NPM. 12113201110012
Kami menyatakan menerima dan menyetujui skripsi ini yang disusun oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
Pasien yang Berobat di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2014-2015” ini
dapat terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini dapat berjalan dengan baik atas
bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
program TB-MDR
peminatan Epidemiologi dan Prof. Dr. J. F. Rehena, M.Kes selaku penguji III
7. Dosen dan pegawai administrasi Fakultas Kesehatan yang tidak dapat disebut
iv
9. Direktur RSUD Dr. M. Haulussy Ambon, Kepala Bidang Pendidikan,
penelitian ini serta kepada pasien TB dan pasien TB-MDR yang telah bersedia
13. Yang terus memotivasi dan memberiku semangat Criselda Fransin Bapaduli
dengan berbagai cara dan perannya telah membantu penulis dalam proses
saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan dan pengembangan skripsi ini
Christian G. Gerrits
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN JUDUL
LEMBARAN PENGESAHAN.................................................................. ii
ABSTRAK .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
2. Manfaat Institusi......................................................................... 6
viii
3. Manfaat Praktis .......................................................................... 7
1. Pengertian TB............................................................................. 8
2. Etiologi ....................................................................................... 8
3. Epidemiologi .............................................................................. 9
6. Pengobatan ................................................................................. 11
2. Epidemiologi .............................................................................. 13
3. Patogenesis ................................................................................. 14
ix
E. Hipotesis........................................................................................... 33
E. Definisi Operasional......................................................................... 38
F. Instrumen Penelitian......................................................................... 39
H. Pengolahan Data............................................................................... 39
1. Editing ........................................................................................ 40
2. Coding ........................................................................................ 40
x
1. Analisis Univariat....................................................................... 41
1. Analisis Univariat....................................................................... 46
C. Pembahasan ...................................................................................... 56
TB-MDR .................................................................................... 63
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ................................................................................ 66
2. Saran ........................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI (FOTO-FOTO)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2 Tabel Kontigensi 2x2 untuk Odds Ratio (OR) .......................... 41
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7 : Persuratan
xiv
DAFTAR SINGKATAN
CI : Convidence Interval
Lingkungan
H : Isoniazid
n : Frekuensi
N : Jumlah/Total
OR : Odds Ratio
xv
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
R : Rifampicin
RI : Republik Indonesia
SD : Sekolah Dasar
TBC/TB : Tuberculosis
UU : Undang-Undang
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
sampai saat ini masih merupakan masalah bagi kesehatan masyarakat, seperti
(Rahmansyah, 2012).
masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 WHO telah
1
Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan
2011 secara global sebanyak 12 juta kasus dengan 8.7 juta kasus baru dan
56% dengan angka kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60% (Zulkoni,
mencapai 74,2% (Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2015). Di provinsi Maluku
pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif sebanyak 3.573
2
kasus (Dinas Kesehatan Maluku, 2014). Data dari Dinas Kesehatan Kota
Ambon pada tahun 2015 sampai bulan Agustus terdapat 391 BTA positif.
sebanyak dua kali (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif
bila ke 2 spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen positif atau
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
pada tahun 2011 sebanyak 290.000 kasus. Ada 27 negara dengan status High
setiap tahun dan 10% kasus TB baru yang terregister adalah TB-MDR.
Indonesia berada pada urutan 9 dengan jumlah kasus 6.100 orang per tahun
(WHO, 2011).
3
Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT
pasien TB yang tidak sesuai dengan standar dan mutu yang ditetapkan
(Kemenkes, 2013).
antara lain usia, jenis kelamin, dukungan dan jarak fasilitas kesehatan dari
rumah. Faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap resistensi obat pada
samping, dokter, pasien, obat, program nasional TB, terapi yang tidak adekuat,
Maluku Tahun 2006 pada penderita TB paru BTA positif baru yang
responden yang tidak patuh minum obat akan berisiko 41,8 kali mengalami
PMO mengawasinya secara rutin untuk minum obat. Dari penelitian ini
4
menunjukan bahwa di Kota Ambon juga memiliki faktor-faktor yang
B. Rumusan Masalah
Apa saja faktor risiko kejadian TB-MDR pada pasien yang berobat di RSUD
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
5
2. Tujuan Khusus
2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
TB-MDR.
2. Manfaat Institusi
6
3. Manfaat Praktis
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian TB
2. Etiologi
mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak
lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Bakteri
warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut BTA, serta tahan
terhadap zat kimia dan fisik. Kuman TB juga tahan dalam keadaan kering
dan dingin, bersifat dorman dan aerob. Bakteri TB ini mati pada
pemanasan 100ºC selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60ºC selama 30
menit. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang
8
lembap dan gelap, namun tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran
3. Epidemiologi
kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya
adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut
dan telah menunjukan tren penurunan 2%/tahun pada tahun 2012, angka
9
Penyakit ini menyerang semua golongan usia dan jenis kelamin,
serta mulai merambah tidak hanya pada golongan sosial ekonomi rendah
tahun (15,94%), 15-24 tahun (15, 49%), lebih dari 65 tahun (8,33%), dan
tanda dan gejalanya. Gejala atau tanda yang sering di jumpai (Zulkoni,
2011) :
a. Gejala umum:
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
Batuk darah, dahak bercampur darah, sesak napas, rasa nyeri dada,
5. Cara Penularan
dalam dahaknya.
10
b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
65%, pasien dengan BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah
26% sedangkn pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks
percikan dahak.
6. Pengobatan
a. Tahap Awal
kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari
11
b. Tahap Lanjutan
untuk membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
terjadinya kekambuhan.
berkembang.
12
f. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap OAT
1. Pengertian TB-MDR
adalah keadaan di mana kuman sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan
manusia, sebagai akibat dari pengobatan pasien TB yang tidak adekuat dan
2. Epidemiologi
Data WHO pada tahun 2005 terdapat 11.988 (12%) per 100.000
penduduk menderita baru TB pada tahun 2010. Kawasan Asia pada tahun
13
di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2010 – 2012 sebanyak
dengan jumlah 182 kasus di tahun 2010 dan 428 kasus pada tahun 2012
antara kasus baru TB adalah sebesar 2%; di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2006, data kasus TB MDR di antara kasus baru TB adalah 1,9% dan
di Kota Makasar pada tahun 2007, data kasus TB MDR di antara kasus
3. Patogenesis
resisten. Hal ini amat ditakuti karena dapat terjadi resisten terhadap
tidak hanya pada pasien di rumah sakit tetapi juga pada petugas rumah
biaya mahal.
14
d. Pasien dengan OAT yang resisten yang mendapat pengobatan jangka
OAT yang resisten (The amplifier effect). Hal ini menyebabkan seleksi
mutasi resisten karena penambahan obat yang tidak multipel dan tidak
efektif.
4. Kategori TB-MDR
salah satu dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin, dan
amikasin)
5. Kriteria TB-MDR
2013) :
15
a. Pasien TB kronik.
pemberian sisipan.
MDR.
a. Kasus Kronik:
16
c. Kasus Kambuh
biakan positif.
terhadap OAT adalah ulah manusia sebagai akibat tata laksana pengobatan
adekuat,
17
2) Tidak teratur menelan panduan OAT,
a. Pengertian Pengetahuan
18
b. Cara Mendapatkan Pengetahuan
yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang
19
d) Melalui Jalan Pikiran
pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut
1) Pendidikan
20
2) Informasi
orang.
4) Lingkungan
21
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
5) Pengalaman
6) Usia
menambah pengetahuannya.
d. Tingkat Pengetahuan
22
dan adanya pertimbangan dan sikap positif. Pengetahuan membuat
seseorang yang pada awalnya tidak tahu menjadi tahu memiliki proses
1) Tahu (Know)
sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
3) Aplikasi (Application)
23
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
4) Analisis (Analysis)
5) Sintesis (Syntesis)
6) Evaluasi (Evaluation)
e. Pengukuran Pengetahuan
24
diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
dari :
a. Pengertian PMO
bisa berasal dari keluarga, tetangga, kader atau tokoh masyarakat atau
2008).
25
b. Persyaratan PMO
PMO.
berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh
jauh, diperlukan PMO atas bantuan masyarakat, LSM, PPTI dan PKK
d. Tujuan PMO
26
1) Untuk menjamin ketekunan dan keteraturan pengobatan sesuai
waktunya.
terhadap OAT.
pengobatan.
b) Cara pemberian OAT dan jenis OAT untuk kategori I, II, III.
pelaksanaan PMO.
e. Tugas PMO
yaitu :
27
3) Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang
a. Pengertian
28
multidisiplin profesi yang terintegrasi dan dapat bekerjasama dengan
datang lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian dan
dikatakan Drop Out jika lebih dari 2 bulan berturut-turut tidak datang
1) Pendidikan
29
a) Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan(knowledge).
diberikan (attitude).
yang diberikan.
2) Akomodasi
pengobatan.
30
1) Dukungan profesional kesehatan
2) Dukungan sosial
3) Perilaku sehat
untuk tidak merokok dan mengatur pola makan agar terhindar dari
4) Pemberian informasi
31
d. Pengukuran Kepatuhan
menjadi :
1) Patuh
profesional kesehatan.
2) Tidak Patuh
diberikan.
PENGETAHUAN
PMO MDR - TB
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
32
E. HIPOTESIS
H0 : Pengetahuan bukan merupakan faktor risiko kejadian TB-MDR pada
MDR pada pasien yang berobat di RSUD Dr. M. Haulussy Tahun 2015
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi ada atau
berikut.
34
ortoRisiko (+)
Faktor
- Pengetahuan
- PMO
- Kepatuhan
Minum Obat
Kasus
Penderita
TB-MDR
Faktor Risiko (-)
- Pengetahuan
- PMO
- Kepatuhan
Minum Obat
Matching
Sampel Populasi
Umur
Faktor Risiko (+)
- Pengetahuan
- PMO
- Kepatuhan
Minum Obat
Kontrol
Penderita
TB
Faktor Risiko (-)
- Pengetahuan
- PMO
- Kepatuhan
Minum Obat
Gambar 3.1
Rancangan Penelitian Case Control
35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi Penelitian
sebanyak 36 orang.
2. Sampel Penelitian
adalah 36 orang.
36
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
minum obat.
2. Variabel Dependen
37
E. Definisi Operasional
3.1 yaitu:
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Skala
No. Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif
Ukur
Dependen
1 Pasien Pasien yang resisten OAT Kasus, yaitu pasien yang Nominal
TB-MDR yang berobat di Rumah berobat dan menderita
Sakit. TB-MDR.
Kontrol, yaitu pasien TB
yang berobat dan tidak
menderita TB-MDR.
Independen
1 Pengetahuan Kemampuan responden Risiko, jika responden Nominal
untuk mengetahui pengertian mendapat skor < 7.
TB- MDR, penyebab TB- Tidak risiko, jika
MDR, tanda dan gejala serta responden mendapat
pencegahan TB dan TB- skor ≥ 7.
MDR dan risko terjadinya
TB-MDR.
2 PMO Orang yang mengawasi Risiko, jika PMO Nominal
secara langsung baik dari melakukan ≤ 3 tugasnya.
petugas kesehatan atau Tidak risiko, jika PMO
keluarga terhadap responden melakukan > 3 tugasnya.
pada saat minum obat TB
DOTS setiap harinya dengan
menggunakan panduan obat
jangka pendek.
3 Kepatuhan Tingkat perhatian responden Risiko, jika responden Nominal
Minum Obat dalam melaksanakan mendapat skor > 2 pada
instruksi pengobatan. kuesioner.
Tidak risiko, jika
responden mendapat
skor ≤ 2 pada kuesioner.
38
F. Instrumen Penelitian
berupa kuesioner.
G. Pengumpulan Data
1. Data Primer
independen.
2. Data Sekunder
diperoleh dari dokumen tertulis pada RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Tahun
H. Pengolahan Data
39
proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,
1. Editing
2. Coding
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
3. Entry Data
hendak dianalisis.
I. Analisis Data
Tahapan analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
40
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
independen dan variabel dependen. Uji yang digunkan adalah uji chi-square
Tabel 3.2
Tabel Kontigensi 2x2 untuk Odds Ratio (OR)
Penyakit / TB-MDR
Jumlah
Faktor Risiko Kasus Kontrol
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Sumber : Sidney, 1997
Keterangan :
41
b = Jumlah kontrol dengan risiko positif (+)
2) Nilai kemaknaan untuk melihat besar risiko dengan kasus yang ditentukan
kejadian TB-MDR
kejadian TB-MDR
42
BAB IV
kepulauan yang terdiri dari 632 pulau besar dan kecil. Luas daratan Provinsi
Maluku yang hanya 7,6 % dari luas Wilayah 712.479,69 km2 dihuni oleh
1.200.000 jiwa.
mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 40.205 orang, 10.367 orang atau 25.8%
pasien baru, sedangkan pasien lama berjumlah 29.838 orang atau 74.2%. Para
jalan, rawat inap maupun pelayanan gawat darurat. Aktivitas pelayanan tersebut
yaitu: Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap,
Instalasi Bedah Sentral, Unit Perawatan Intensif yang terdiri atas ICU dan ICCU,
43
Medis. Dari fasilitas yang tersedia, yang merupakan pelayanan unggulan RS yaitu
Bedah Sentral, Unit Hemodialisa, Unit Endoscopy dan Kemoterapi pada ruang
Bedah Wanita. Fasilitas pelayanan pendukung lainnya yang sudah tersedia yaitu
RSUD Dr. M. Haulussy memiliki jumlah tenaga kesehatan medis dan non
keseluruhan berjumlah 690 orang. Jumlah tenaga medis rumah sakit sebanyak
45 orang yang terdiri atas 19 orang dokter umum, 28 orang dokter spesialis, dan
B. Hasil Penelitian
44
Tabel 4.1
Distribusi Kelompok Kasus dan Kontrol
Setelah Dilakukan Matching Kelompok Umur
di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2016
Kelompok
Jumlah
No Kelompok Umur Kasus Kontrol
n % n % N %
1 20-49 tahun 4 66.7 20 66.7 24 66.7
2 > 50tahun 2 33.3 10 33.3 12 33.3
Total 6 100 30 100 36 100
Sumber : Data Primer, 2016
matching umur, presentase terbanyak adalah pada kelompok umur 20-49 tahun
yaitu 24 orang (66.7%) yang terdiri dari 4 orang kelompok kasus dan 20 orang
> 50 tahun yaitu 12 orang (33.3%) yang terdiri dari 2 orang kelompok kasus dan
10 kelompok kontrol.
45
1. Analisis Univariat
a. Jenis Kelamin
tabel 4.2 :
Tabel 4.2
Distribusi Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan Jenis Kelamin
di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2016
Kelompok
Jumlah
No Jenis Kelamin Kasus Kontrol
n % n % N %
1 Laki-Laki 4 66.7 20 66.7 24 66.7
2 Perempuan 2 33.3 10 33.3 12 33.3
Total 6 100 30 100 36 100
Sumber : Data Primer 2016
(66.7%) yang terdiri dari 4 orang kelompok kasus dan 20 orang kelompok
kontrol.
46
b. Pendidikan
tabel 4.3 :
Tabel 4.3
Distribusi Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan Pendidikan
di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2016
Kelompok
Jumlah
No Pendidikan Kasus Kontrol
n % n % N %
1 SD/Sederajat 1 16.7 7 23.3 8 22.2
2 SMP/Sederajat 1 16.7 4 13.3 5 13.9
3 SMA/Sederajat 4 66.6 16 53.3 20 55.6
4 Perguruan Tinggi 0 0 3 10.0 3 8.3
Total 6 100 30 100 36 100
Sumber : Data Primer 2016
yaitu 20 orang (55.6%) yang terdiri dari 4 orang kelompok kasus dan 16
47
c. Pekerjaan
tabel 4.4 :
Tabel 4.4
Distribusi Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan Pekerjaan
di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2016
Kelompok
Jumlah
No Pekerjaan Kasus Kontrol
n % n % N %
1 Tidak Bekerja 3 50.0 19 63.3 22 61.1
2 PNS 0 0 2 6.7 2 5.6
3 Wiraswasta 3 50.0 3 10.0 6 16.7
4 Petani 0 0 6 20.0 6 16.7
5 Nelayan 0 0 0 0 0 0
Total 6 100 30 100 36 100
Sumber : Data Primer 2016
(61.1%) yang terdiri dari 3 orang kelompok kasus dan 19 orang kelompok
0 orang (0%).
48
d. Pengetahuan
tabel 4.5 :
Tabel 4.5
Distribusi Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan Pengetahuan
di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2016
Kelompok
Jumlah
No Pengetahuan Kasus Kontrol
n % n % N %
1 Baik 4 66.7 13 43.3 17 47.2
2 Kurang Baik 2 33.3 17 56.7 19 52.8
Total 6 100 30 100 36 100
Sumber : Data Primer 2016
yaitu 19 orang (52.8 %) yang terdiri dari 2 orang kelompok kasus dan 17
baik yaitu 17 orang (47.2%) yang terdiri dari 4 orang kelompok kasus dan
13 kelompok kontrol.
49
e. PMO (Pegawas Minum Obat)
tabel 4.6 :
Tabel 4.6
Distribusi Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan PMO
di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2016
Kelompok
Jumlah
No PMO Kasus Kontrol
n % n % N %
1 Aktif 5 83.3 17 56.7 22 61.1
2 Tidak Aktif 1 16.7 13 43.3 14 38.9
Total 6 100 30 100 36 100
Sumber : Data Primer 2016
22 orang (61.1%) yang terdiri dari 5 orang kelompok kasus dan 17 orang
kelompok kontrol. Sedangkan yang terendah adalah PMO yang tidak aktif
yaitu 18 orang (38.9%) yang terdiri dari 1 orang kelompok kasus dan 17
50
f. Kepatuhan Minum Obat
Tabel 4.7
Distribusi Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan
Kepatuhan Minum Obat di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2016
Kelompok
Kepatuhan Jumlah
No Kasus Kontrol
Minum Obat
n % n % N %
1 Patuh 5 83.3 20 66.7 26 69.4
2 Tidak Patuh 1 16.7 10 33.3 10 30.6
Total 6 100 30 100 36 100
Sumber : Data Primer 2016
yaitu 10 orang (30.6%) yang terdiri dari 1 orang kelompok kasus dan 10
kelompok kontrol.
51
2. Analisis Bivariat
antara pengetahuan dengan kejadian TB-MDR dapat dilihat pada tabel 4.8
dibawah ini.
Tabel 4.8
Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kejadian TB-MDR
Pada Pasien Yang Berobat di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2016
Kelompok
95% CI
No Pengetahuan Kasus Kontrol Jumlah p OR
n % n % N % LL UL
1 Baik 4 66.7 13 43.3 17 47.2 0.391 2.615 0.413 16.544
2 Kurang Baik 2 33.3 17 56.7 19 52.8
Total 6 100 30 100 36 100
Sumber : Data Primer 2016
yaitu 19 orang (52.8%) yang terdiri dari dua orang kelompok kasus dan 17
baik yaitu 17 orang (47.2%) yang terdiri dari 4 orang kelompok kasus dan
52
Nilai Odds Ratio (OR) = 2.615 maka pengetahuan yang tidak baik
yang baik. Dan dengan tingkat kepercayaan (CI) 95% yaitu 0.413 –
16.544.
atau tidak ada PMO. Kemudian di bagi menjadi dua kategori yaitu PMO
aktif dan PMO tidak aktif. Hubungan antara PMO dengan kejadian
Tabel 4.9
Hubungan Antara PMO dengan Kejadian TB-MDR Pada Pasien
Yang Berobat di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2016
Kelompok
95% CI
No PMO Kasus Kontrol Jumlah p OR
n % N % N % LL UL
1 Aktif 5 66.7 17 56.7 22 61.1 0.370 3.824 0.397 36.833
2 Pasif 1 33.3 13 43.3 14 38.9
Total 6 100 30 100 36 100
Sumber : Data Primer 2016
22 orang (61.1%) yang terdiri dari 5 orang kelompok kasus dan 17 orang
kelompok kontrol. Sedangkan yang terendah adalah PMO yang tidak aktif
53
yaitu 14 orang (38.9%) yang terdiri dari 1 orang kelompok kasus dan 13
Nilai Odds Ratio (OR) = 3.824 maka PMO yang pasif mempunyai besar
risiko 3.824 kali dibandingkan dengan PMO yang aktif. Dan dengan
Kemudian dibagi menjadi dua kategori yaitu patuh dan tidak patuh.
Tabel 4.10
Hubungan Antara Kepatuhan Minum Obat Dengan Kejadian TB-
MDR Pada Pasien Yang Berobat di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2016
Kepatuhan Kelompok
95% CI
No Minum Kasus Kontrol Jumlah p OR
Obat n % n % N % LL UL
1 Patuh 5 83.3 20 66.7 25 69.4 0.643 2.500 0.256 24.375
2 Tidak Patuh 1 16.7 10 33.3 11 30.6
Total 6 6 100 30 100 36
Sumber : Data Primer 2016
54
orang (69.4%) yang terdiri dari 5 orang kelompok kasus dan
yaitu 11 orang (30.6%) yang terdiri dari 1 orang kelompok kasus dan 10
Nilai Odds Ratio (OR) = 2.500 maka pasien yang tidak patuh berobat
patuh. Dan dengan tingkat kepercayaan (CI) 95% yaitu 0.256 – 24.375.
C. Pembahasan
a. Kelompok Umur
umur 20-49 tahun yaitu 24 orang (66.7%) yang terdiri dari 4 orang
terendah adalah pada kelompok umur > 50 tahun yaitu 12 orang (33.3%)
signifikan terjadi pada umur 45–65 tahun (Revino dkk, 2014). Pada
penelitian ini MDR TB banyak terjadi pada kelompok umur 20-49 tahun.
Munir dkk (2010) menemukan bahwa TB-MDR terjadi lebih banyak pada
55
kelompok umur 25-34 tahun. Umur produktif sangat berbahaya terhadap
b. Jenis Kelamin
(66.7%) yang terdiri dari 4 orang kelompok kasus dan 20 orang kelompok
kontrol.
56
Tirtana (2011) menemukan bahwa proporsi jenis kelamin pasien
c. Pendidikan
orang (55.6%) yang terdiri dari 4 orang kelompok kasus dan 16 orang
orang (0%).
2010).
57
pendidikan. Selain itu, pasien tersebut memiliki kesempatan yang lebih
dari berbagai media yang ada (Sarwani dkk, 2012). Tingkat pendidikan
d. Pekerjaan
(61.1%) yang terdiri dari 3 orang kelompok kasus dan 19 orang kelompok
terinfeksi TB Paru antara lain supir, buruh, tukang becak dan lain-lain
58
transportasi dan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang banyak (Munir dkk,
2010).
pasien yang berobat. Namun, diperoleh nilai OR = 3.824 artinya, ada risiko
besar risiko 2.615 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang
sebanyak 19 orang (52.8%) yang terdiri dari 2 orang kelompok kasus dan 17
suatu objek tertentu. Pengetahuan ini nantinya akan menjadi dasar bagi
dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media
poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
59
tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya
p = 0.000, OR = 1.88. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Himawan dkk
p = 0.000).
yang cukup baik oleh penderita TB-MDR sebab jumlah kasus yang tidak
60
lebih baik dan menyampaikan informasi kepada mereka juga akan lebih
mudah. Selain itu, mereka yang sudah mendertita TB-MDR akan lebih aktif
mencari informasi tentang penyakit mereka agar mereka dapat sembuh dari
penyakit tersebut.
ada risiko terjadinya TB-MDR pada respon PMO yang pasif dengan besar
risiko 3.824 kali lebih besar dibandingkan dengan respon PMO yang aktif.
keteraturan minum obat. Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan
dipercaya, dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain
itu harus disegani dan dihormati oleh pasien, tinggal dekat dengan pasien,
61
adalah agar pasien TB patuh dalam pengobatannya oleh karena itu PMO
harus mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
mengingkatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
faktor risiko sebesar 2.1 kali pada PMO yang tidak aktif (OR = 2.1, CI 95% =
0.27-19.12, p = 0.51).
1-3 hari setelah itu akan kembali ke rumah mereka masing-masing. Untuk
peneliti juga tidak dapat menilai langsung PMO baik dari segi pengetahuan,
kinerja dan presepsi penderita tentang PMO itu sendiri serta peneliti pun
tidak dapat mengetahui apakah PMO tersebut merupakan orang terdekat atau
62
4. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian TB-MDR
responden yang tidak patuh dalam mengkonsumsi obat dengan besar risiko
2.500 kali lebih besar dari responden yang patuh dalam mengkonsumsi obat..
pengobatan, misalnya tidak minum cukup obat, minum obat terlalu banyak,
sangat penting. Perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis, saran
untuk gaya hidup umum dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks, dan
dari sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan
63
atau motivasi individu untuk sembuh, keyakinan, dukungan keluarga,
mengkonsumsi obat TB tidak teratur mempunya risiko 2,3 kali lebih besar
bahwa kepatuhan minum obat pasien mencapai 69.4%. Hal ini mungkin
yang dapat diakses mudah oleh angkutan umum dan kendaraan pribadi,
Peneliti tidak dapat melihat dan menilai secara langsung kepatuhan minum
obat dari responden. Namun, sekilas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berobat di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2014 - 2015 dapat disimpulkan:
responden yang pengetahuan kurang baik dengan besar risiko 2.615 kali
2. PMO memperoleh nilai OR = 3.824. Artinya, ada risiko pada responden yang
PMO pasif dengan besar risiko 3.824 kali dibandingkan dengan responden
pada responden yang tidak patuh dalam mengkonsumsi obat dengan besar
65
B. Saran
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan agar tidak hanya melakukan tidakan kuratif dan rehabilitatif saja
pasien agar mereka bisa mengetahui dengan jelas tentang penyakit TB-MDR.
penderita agar mereka dapat menjaga kesehatan mereka dan dapat menjadi
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor risiko kejadian TB-MDR.
66
DAFTAR PUSTAKA
Andriyanti, A.S. 2013. Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Resisten Obat Ganda
(TB ROG). Artikel Penelitian Kesehatan. Fakultas Kedokteran. UNPAD
Kaplan H.I, Sadock B.J. 2010. Sinopsis Psikitiatri. Binatupa Aksara. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Data dan Informasi Tahun 2014 (Profil Kesehatan
Indonesia). Jakarta
67
Linda, Dorothea Oje. Hubungan Karakteristik Klien Tuberkulosis dengan
Pengetahuan tentang Muti Drugs Resisten (MDR TB) di Poli Paru Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. UI. Depok
Munir S.M, Nawas A, Soetoyo D.K. 2010. Pengamatan Pasien Tuberkulosis Paru
dengan Multidrug Resistant (TB-MDR) di Poliklinik Paru RSUP
Persahabatan. Jurnal Kesehatan. J Respir Indo Vol. 30, No. 2, April 2010.
Halaman 92-104. FKUI. Jakarta
N, Juwita Resty Hapsari. 2010. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO)
dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru Strategi DOTS di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta
Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta
Pare A.L, Amiruddin R dan Leida Ida. 2012. Hubungan antara Pekerjaan, PMO,
Pelayanan Kesehatan, Dukungan Keluarga dan Diskriminasi dengan
Perilaku Berobat Pasien TB Paru. Artikel Penelitia. UNHAS. Makassar
Permitasari, Desy Ayu. 2012. Faktor Risiko Terjadinya Koinfeksi Tuberkulosis pada
Pasien HIV/AIDS di RSUP Dr. Kariadi Semarang. KTI. Fakultas
Kedokteran. UNDIP
68
Putri, Jose Adelina. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan PMO
(Pengawas Minum Obat) Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis Pasien TB Paru. Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung
Rahmansyah, Ali. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Drop Out (DO)
pada Penderita TB Paru di Rumah Sakit Paru Palembang Tahun 2010.
Tesis. FKM. UI. Depok
RSUD Dr. M. Haulussy. 2014. Profil RSUD Dr. M. Haulussy Tahun 2014. RSUD
Dr. M. Haulussy. Ambon
Sarwani Dwi, Nurlaela Sri dan A Zahtorul. 2012. Analisis Faktor Risiko Multidrug
Resistant Tuberculosis (MDR-TB) (Studi Kasus di BP4 Purwokerto). Jurnal
Kesehatan Masyarakat. ISSN 1858-1196. Universitas Negeri Semarang
Tahitu R dan Amiruddin. 2006. Faktor Risiko Kegagalan Konversi Pada Penderita
Tuberkulosis Paru BTA Positif Baru di Kota Ambon Provinsi Maluku
Tahun 2006. Diterbitkan oleh MKMI No. 01, Volume 02, Januari-Maret
2006
Vijay S, Kumar P, al e. 2010. Risk Factor Associated with Default among New Smear
Positive TB Patients Treated Under DOTS in India. Plose One
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta
WHO. 2011. Global Tuberculosis Control: WHO Report 2010. Geneva
69