TUBERCULOSIS PARU
SUKMA NURHAYATI
NIM. 2302032323
TUBERCULOSIS PARU
secret
Terbentuk sel tubelkel nyeri Batuk
epiteloid
Deficit nutrisi
dorplet
Nekrosis kaseosa
Resiko tinggi penyebaran
infeksi
granulasi
Jaringan perut
kolagenosa
h. Penatalaksanaan Medis
Menurut Bacrudin tahun 2017 mengobatan TBC membutuhan waktu 6-8 bulan
dengan tujuan agar terjadi resistensi terhadap obat, mencegah relaps, dan mengurangi
penularan ke orang lain, mencegah kematian dan menyembuhkan pasien. Terdapat 2
cara pengobatan yaitu fase intensif terjadi selama 2 bulan pengobatan membunuh kuman
dengan cepat saat pasien terinfeksi selama 2 minggu menjadi tidak infeksi dan gejala
klinis membaik selama 2 bulan dengan BTA positif menjadi negative. Fase lanjutan
selama 4-6 bulan dengan tujuan membunuh kuman persisten dan mencegah relaps.
Pengobatan ini membutuhkan pengawasan minum obat (PMO), terdapat fase I dan fase
II intial atau fase intensif selama 2 bulan dengan obat yang hasrus diminum setiap hari
INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambtol. Fase lanjutan selama 4 bulan dengan obat
yang diminum 3 kali sehari obat INH dan rifampisin.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERCULOSIS PARU
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Menurut Lasma & Sirait tahun 2017 pengkajian merupakan langkah pertama dalam
proses keperawatan memiliki peran mengumpulkan informasi, data pasien untuk
selanjutnya di identifikasi dan dilakukan proses keperawatan.
Dasar pengkajian pasien :
1) Keluhan utama
Terdapat gejala seperti batuk berdahak, demam, sesak nafas dan nyeri dada
2) Aktivitas/ istirahat
Pada psein tuberculosis biasanya mudah kelelahan dan nafas pendek saat
melakukan aktivitas. Jika malam hari mengalami kesulitan tidur, menggigil atau
berkeringat.
3) Integritas ego
Gejala yang terdapat pada pasien tuberculosis adalah factor psikologis karena
masalah keuangan, rumah tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan stress.
Ditandai dengan menyangkal, ansietas.
4) Makanan /cairan
Terjadi penurunan berat badan karena kehilangan nafsu makan. Ditandai dengan
turgor kulit kering
5) Nyeri/kenyamanan
Batuk yang terus menerus menyebabkan nyeri dada. Ditadai perilaku menahan
dada, gelisah.
6) Pernafasan
Terdapat gejala nafas pendek, batuk berdahak maupun tidak berdahak, terpapar
oleh individu yang terinfeksi. Ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi
nafas, bunyi nafas dan karakteristik sputum
7) Pemeriksaan penunjang
Terdapat peningkatan pada lekosit dan LED. Ditemukan sputum BTA (+),
rontgen foto PA
2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
Menurut (Tim POKJA SDKI DPP PPNI, 2017) diangsosa keperawatan merupakan
pernyataan atau penilaian seorang perawat terhadap masalah yang muncul akibat
respon pasoen. Berikut beberapa diangnosa yang mungkin muncul dalam studi kasus
tuberculosis paru:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
2) Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
3) Konstipasi b.d aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
3. INTERVENSI
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018):
Subjektif :
1. Cepat kenyang
setelah makan
2. Kram/nyeri
abdomen
3. Nafsu makan
menurun
Objektif :
1. Bising usus
hiperaktif
2. Otot pengunyah
lemah
3. Otot menelan
lemah
4. Membran
mukosa pucat
5. Sariawan
4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2015).
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya
adalah membandingkan status keadaan kesehatan dengan tujuan atau kriteria hasil
yang telah ditetapkan (Tarwoto & Wartonah, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA). 2018. Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus.
Diabetes Care.
Gillani, S. W., Sulaiman S.A., Abdul, M.I.M., & Saad S.Y. 2018. Aqualitative study to Aqualitative
study to explore the explore the perception and behavior perception and behavior of
patients towards of patients towards diabetes management with physic diabetes
management with physical disability, al disability, Diabetology & Metabolic
Syndrome. Biomed Central.
Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. 2016. Buku Ajar Buku Ajar Keperawatan Medikal Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Bedah Brunner & Suddarth, Suddarth, edisi 8 . EGC : Jakarta
Price dan Wilson. 2017. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit . EGC. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Cetakan III. Jakarta Selatan:Dewan Pengu Edisi 1. Cetakan
III. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI
Wijaya, A dan Yessie M Putri. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperaatan Dewasa
Teori dan Catatan Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.