Anda di halaman 1dari 16

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Deskripsi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakterisitk
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang
datang ke Puskesmas Amplas Medan. Jumlah responden yang telibat dalam
penelitian ini adalah sebesar 100 responden. Mereka yang bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi yang
diperlukan. Distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel
5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden
No Karakteristik Frekuensi %
1. Usia
1. ≤20 tahun 2 2.0
2. 21-30 tahun 46 46.0
3. 31-40 tahun 38 38.0
4. >40 tahun 14 14.0
Total 100 100.0
2. Pendidikan
1. Tidak sekolah 1 1.0
2. SD/MI 8 8.0
3. SLTP 25 25.0
4. SLTA 50 50.0
5. Akademi/Sarjana 16 16.0
Total 100 100.0
3. Pekerjaan
1. Tidak bekerja 63 63.0
2. PNS 3 3.0
3. Pegawai Swasta 6 6.0
4. Wiraswasta 8 8.0
5. Lain-lain 20 20.0
Total 100 100.0
4. Pengetahuan
1. Baik 20 20.0
2. Cukup 50 50.0
3. Kurang 30 30.0
Total 100 100.0
Dari tabel 5.1 distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
umur <20 tahun sebanyak 2 responden (2%), umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 46
responden (46%), umur 31-40 tahun sebanyak 38 responden (38%), dan usia >40
sebanyak 18 responden (18%). Jadi berdasarkan umur responden dengan umur
21-30 tahun paling banyak (46%).
Berdasarkan tingkat pendidikan yaitu responden dengan pendidikan tidak
sekolah sebanyak 1 responden (1%), pendidikan SD/MI sebanyak 8 responden
(8%), pendidikan SLTP sebanyak 25 responden (25%), pendidikan SLTA
sebanyak 50 responden (50%), dan responden dengan pendidikan
Akademi/Sarjana sebanyak 16 responden (16%). Jadi berdasarkan tingkat
pendidikan responden dengan tingkat pendidikan SLTA paling banyak (50%).
Berdasarkan pekerjaan yaitu responden tidak bekerja sebanyak 63
responden (63%), responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 3 responden
(3%), Pegawai swasta sebanyak 6 responden (6%%), wiraswasta sebanyak 8
responden (8%) dan lain-lain sebanyak 20 responden (20%). Jadi berdasarkan
pekerjaan diketahui responden paling banyak tidak bekerja (63%).
Adapun berdasarkan tingkat pengetahuan responden yaitu pengetahuan
baik sebanyak 20 responden (20%), pengetahuan cukup 50 responden (50%), dan
pengetahuan kurang (30). Dalam hal ini pengetahuan responden mengenai
perilaku permanfaatan posyandu dalam kategori cukup (50%).

5.1.3 Hasil Analisis Data


5.1.3.1 Jawaban Responden
Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada setiap
pertanyaan dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner
Benar Salah Jumlah
No Pernyataan
f % f % f %
Hanya anak mulai lahir sampai
1 umur 5 tahun adalah sasaran 98 98.0 2 2.0 100 100.0
posyandu

Tablet tambah darah tidak dapat


2 28 28.0 72 72.0 100 100.0
diperoleh di posyandu

Ibu hamil tidak perlu mendapat


3 24 24.0 76 76.0 100 100.0
suntikan TT

Vitamin A dosis tinggi hanya


4 diberikan kepada anak umur 1-2 61 61.0 39 39.0 100 100.0
tahun

Beberapa penyakit infeksi tidak


5 dapat dilindungi dengan cara 45 45.0 55 55.0 100 100.0
imunisasi

Penimbangan tidak perlu dilakukan


6 setiap bulan untuk memantau 24 24.0 76 76.0 100 100.0
pertumbuhan berat badan anak

Bila berat badan anak berada pada


7 garis kuning, anak hanya perlu 31 31.0 69 69.0 100 100.0
istirahat saja

Kalau tidak rutin ke posyandu ibu


tetap dapat menmbandingkan berat
8 49 49.0 51 51.0 100 100.0
badan anaknya dengan bulan
kemarin pada KMS

81 81.0 19 19.0
9 Anak perlu diperhatikan pola 100 100.0
Benar Salah Jumlah
No Pernyataan
f % f % f %
makannya, bila berat badan anak
berada pada garis kuning

Untuk menilai kesesuaian berat


10 badan anak dengan umur adalah 76 76.0 24 24.0 100 100.0
dengan cara penimbangan

Bila anak diare tidak boleh


11 39 39.0 61 61.0 100 100.0
diberikan terlalu banyak minum

Pelayan keluarga berencana (KB)


12 di posyandu hanya dalam bentuk 60 60.0 40 40.0 100 100.0
pil saja

13 Posyandu adalah milik puskesmas 56 56.0 44 44.0 100 100.0

Setiap anak yang belum berumur 1


14 tahun tidak perlu mendapatkan 48 48.0 52 52.0 100 100.0
imunisasi lengkap

Kartu menuju sehat (KMS) adalah


alat untuk mencatat dan memantau
15 85 85.0 15 15.0 100 100.0
pertumbuhan serta perkembangan
anak

Anak yang kegemukan adalah anak


16 48 48.0 52 52.0 100 100.0
yang sehat

Pelayanan posyandu pada hari buka


17 dilaksanakan dengan sistem 4 46 46.0 54 54.0 100 100.0
(empat) meja

68 68.0 32 32.0
18 Salah satu gejala kurang gizi pada 100 100.0
Benar Salah Jumlah
No Pernyataan
f % f % f %
anak adalah sering menangis tanpa
alasan

Anak yang sehat tidak perlu ke


19 67 67.0 33 33.0 100 100.0
posyandu

Melalui pelayanan posyandu dapat


20 81 81.0 19 19.0 100 100.0
mengetahui pertumbuhan anak

Melalui pelayanan posyandu dapat


21 memberikan manfaat bagi 77 77.0 23 23.0 100 100.0
kesehatan anak

Seorang ibu yang sibuk biasanya


tidak dapat menyempatkan diri
22 74 74.0 26 26.0 100 100.0
untuk datang ke posyandu untuk
menimbang balita

Seorang bidan hanya bertugas


23 untuk mengajak ibu balita ke 41 41.0 59 59.0 100 100.0
posyandu

Seorang ibu tidak perlu malu untuk


24 membawa anak yang kurus ke 79 79.0 21 21.0 100 100.0
posyandu

Jarak rumah yang terlalu jauh dapat


25 menghalangi kehadiran ibu ke 68 68.0 32 32.0 100 100.0
posyandu

Petugas pada meja I sampai dengan


26 57 57.0 43 43.0 100 100.0
meja IV adalah tenaga kesehatan

27 KMS dapat digunakan untuk 94 94.0 6 6.0 100 100.0


Benar Salah Jumlah
No Pernyataan
f % f % f %
memantau pertumbuhan balita
setiap bulannya

Melalui program KB dapat


28 91 91.0 9 9.0 100 100.0
mengatur kelahiran anak

Posyandu yang menyenangkan jika


29 61 61.0 39 39.0 100 100.0
tempatnya cukup mewah

Sebaiknya tidak perlu mengajak ibu


30 balita lain ke posyandu bila tidak 59 59.0 41 41.0 100 100.0
mengetahui jadwal posyandu

Balita yang kurang gizi mudah


31 96 96.0 4 4.0 100 100.0
terserang penyakit

Sebaiknya anak dibawa ke


32 41 41.0 59 59.0 100 100.0
posyandu apabila sakit

Kegiatan posyandu tidak dapat


33 dilaksanakan jika sarananya tidak 68 68.0 32 32.0 100 100.0
lengkap

Anak mudah sakit jika berat


34 badannya tidak naik tiga bulan 71 71.0 29 29.0 100 100.0
berturut

Balita tidak perlu mendapatkan


perhatian dalam pemberian
35 makanan karena makanan untuk 35 35.0 65 65.0 100 100.0
balita sama saja dengan anggota
keluarga yang lain

Dari tabel 5.2 di atas, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah
pertanyaan nomor 1 ‘hanya anak mulai lahir sampai umur 5 tahun adalah sasaran
posyandu’ yaitu sebanyak 98%, diikuti pertanyaan nomor 31 ‘balita yang kurang
gizi mudah terserang penyakit’ sebanyak 96%, pertanyaan nomor 27 ‘balita yang
kurang gizi mudah terserang penyakit’ sebanyak 94%, dan pertanyaan nomor 91
‘melalui program KB dapat mengatur kelahiran anak’ sebanyak 91%. Sedangkan
pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 3 yaitu
‘ibu hamil tidak perlu mendapat suntikan TT’ sebanyak 76%, pertanyaan nomor 6
yaitu ‘penimbangan tidak perlu dilakukan setiap bulan untuk memantau
pertumbuhan berat badan anak’ sebanyak 76% dan pertanyaan nomor 2 ‘tablet
tambah darah tidak dapat diperoleh di posyandu’ yaitu sebanyak 72%.
Data lengkap distribusi perilaku pemanfaatan posyandu bagi ibu yang
memiliki balita di Puskesmas Amplas Medan berdasarkan kelompok umur dapat
dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden


Berdasarkan Umur

Pengetahuan
Total
Umur Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
1. ≤20 tahun 1 1.0 1 1.0 - - 2 2.0
2. 21-30 tahun 10 10.0 23 23.0 13 13.0 46 46.0
3. 31-40 tahun 7 7.0 17 17.0 14 14.0 38 38.0
4. >40 tahun 2 2.0 9 9.0 3 3.0 14 14.0
Total 20 20.0 50 50.0 30 30.0 100 100.0

Dari tabel 5.3 di atas, dapat diketahui bahwa dari 2 responden kelompok
umur ≤20 tahun memiliki tingkat pengetahuan baik dan cukup masing-masing
sebanyak 1 responden (1%), dan tidak ada responden dengan tingkat pengetahuan
kurang. Dari 46 responden kelompok umur 21-30 tahun memiliki tingkat
pengetahuan baik sebanyak 10 responden (10%), pengetahuan cukup sebanyak 23
responden (23%) dan pengetahuan kurang sebanyak 13 responden (13%). Dari 38
responden kelompok umur 31-40 tahun memiliki tingkat pengetahuan baik
sebanyak 7 responden (7%), pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (17%)
dan pengetahuan kurang 14 responden (14%). Dan dari 14 responden kelompok
umur >40 tahun memiliki tingkat pengetahuan baik ada 2 responden (2%),
pengetahuan cukup sebanyak 9 responden (9%) dan pengetahuan kurang ada 3
responden (3%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden


Berdasarkan Pendidikan

Pengetahuan
Total
Pendidikan Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
1. Tidak sekolah 1 1 - - - - 1 1.0
2. SD/MI - - 2 2.0 6 6.0 8 8.0
3. SLTP 4 4.0 11 11.0 10 10.0 25 25.0
4. SLTA 10 10.0 29 29.0 11 11.0 50 50.0
5. Akademi/Sarjana 5 5.0 8 8.0 3 3.0 16 16.0
Total 20 20.0 50 50.0 30 30.0 100 100.0

Dari tabel 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa hanya 1 responden tidak
sekolah memiliki pengetahuan baik. Dari 8 responden dengan tingkat pendidikan
SD/MI tidak ada yang memiliki pengetahuan baik, pengetahuan cukup sebanyak 2
responden (2%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (6%). Dari 25
responden dengan tingkat pendidikan SLTP memiliki pengetahuan baik sebanyak
4 responden (4%), pengetahuan cukup sebanyak 11 responden (11%) dan
pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (10%). Dari 50 responden dengan
tingkat pendidikan SLTA memiliki pengetahuan baik sebanyak 10 responden
(10%), pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (29%) dan pengetahuan
kurang sebanyak 11 responden (11%). Dan dari 16 responden dengan tingkat
pendidikan Akademi/Sarjana memiliki pengetahuan baik sebanyak 5 responden
(5%), pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (8%) dan pengetahuan kurang
sebanyak 3 responden (3%).
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan
Pekerjaan

Pengetahuan
Total
Pekerjaan Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
1. Tidak bekerja 15 15.0 30 30.0 18 18.0 63 63.0
2. PNS 1 1.0 2 2.0 - - 3 3.0
3. Pegawai Swasta 1 1.0 4 4.0 1 1.0 6 6.0
4. Wiraswasta - - 1 1.0 7 7.0 8 8.0
5. Lain-lain 3 3.0 13 13.0 4 4.0 20 20.0
Total 20 20.0 50 50.0 30 30.0 100 100.0

Dari tabel 5.5 di atas, dapat diketahui bahwa dari 63 responden tidak
bekerja memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 15 responden (15%),
pengetahuan cukup sebanyak 30 responden (30%) dan pengetahuan kurang
sebanyak 18 responden (18%). Dari 3 responden dengan pekerjaan sebagai PNS
memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 responden (1%), pengetahuan cukup
sebanyak 2 responden (2%) dan tidak ada responden dengan pengetahuan kurang.
Dari 6 responden yang bekerja sebagai pegawai swasta memiliki tingkat
pengetahuan baik dan kurang masing-masing sebanyak 1 responden (1%), dan
pengetahuan cukup sebanyak 4 responden (4%). Dari 8 responden dengan
pekerjaan sebagai wiraswasta tidak ada yang memiliki pengetahuan baik,
penetahuan cukup sebanyak 1 responden (1%) dan pengetahuan kurang sebanyak
7 responden (7%). Dan dari 20 responden dengan lain-lain pekerjaan memiliki
pengetahuan baik sebanyak 3 responden (3%), pengetahuan cukup sebanyak 13
responden (13%) dan pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (4%).

5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian mengenai perilaku pemanfaatan posyandu bagi
ibu yang memiliki balita di Puskesmas Amplas Medan pada tahun 2015.
5.2.1 Karakteristik Responden
Dari tabel 5.1 distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
umur <20 tahun sebanyak 2 responden (2%), umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 46
responden (46%), umur 31-40 tahun sebanyak 38 responden (38%), dan usia >40
sebanyak 18 responden (18%). Jadi berdasarkan umur responden dengan umur
21-30 tahun paling banyak (46%). Berdasarkan tingkat pendidikan yaitu
responden dengan pendidikan tidak sekolah sebanyak 1 responden (1%),
pendidikan SD/MI sebanyak 8 responden (8%), pendidikan SLTP sebanyak 25
responden (25%), pendidikan SLTA sebanyak 50 responden (50%), dan
responden dengan pendidikan Akademi/Sarjana sebanyak 16 responden (16%).
Jadi berdasarkan tingkat pendidikan responden dengan tingkat pendidikan SLTA
paling banyak (50%). Berdasarkan pekerjaan yaitu responden tidak bekerja
sebanyak 63 responden (63%), responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 3
responden (3%), Pegawai swasta sebanyak 6 responden (6%%), wiraswasta
sebanyak 8 responden (8%) dan lain-lain sebanyak 20 responden (20%). Dan
berdasarkan pekerjaan diketahui responden paling banyak tidak bekerja (63%).
Dan tingkat pengetahuan responden yaitu pengetahuan baik sebanyak 20
responden (20%), pengetahuan cukup 50 responden (50%), dan pengetahuan
kurang (30). Dalam hal ini pengetahuan responden mengenai perilaku
permanfaatan posyandu dalam kategori cukup (50%).

5.2.2 Perilaku Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita


Pos pelayanan terpadu (posyandu) adalah suatu bentuk keterpaduan
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dilaksanakan dalam wilayah
kerja masing-masing puskesmas. Posyandu berperan sebagai wadah yang
dibentuk dari swadaya masyarakat sebagai filter awal dalam perbaikan derajat
kesehatan masyarakat (Silaen, 2011).
Dari hasil analisis perilaku pemanfaatan posyandu oleh ibu yang memiliki
balita menunjukkan bahwa ibu memiliki perilaku cukup untuk memanfaatkan
posyandu dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan balitanya (50%). Hal
ini dibuktikan dari hasil jawaban kuesioner yang diberikan kepada ibu bahwa ibu
mengetahui hanya anak mulai lahir sampai umur 5 tahun merupakan sasaran dari
posyandu, ibu juga mengerti bahwa balita yang kurang gizi mudah terserang
penyakit, dan ibu mengetahui melalui program KB dapat mengatur kelahiran
anak.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yuryanti
(2010) yang menyatakan bahwa perilaku kunjungan ibu balita ke posyandu
sebesar 47%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun lokasi penelitian berbeda
namun tingkat partisipasi masyarakat dalam menimbang anak balita ke posyandu
tidak jauh berbeda.
Partisipasi masyarakat khususnya para ibu sangat penting untuk aktif ke
posyandu sehingga posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit
pemantau tumbuh kembang anak. Ibu yang memiliki bayi dan balita perlu
mengupayakan bagaimana memelihara anak secara baik yang mendukung tumbuh
kembang anak sesuai potensinya. Keaktifan ibu untuk datang dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan di posyandu dapat mencegah dan mendeteksi sedini mungkin
gangguan dan hambatan pertumbuhan pada balita, untuk itu perlu dilakukan
upaya-upaya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk berkunjung ke
posyandu dengan melibatkan masyarakat itu sendiri seperti dalam hal pemiliharan
kader kesehatan, pembangunan sarana posyandu maupun dalam penyediaan
sarana posyandu sehingga masyarakat merasa memiliki posyandu tersebut.

5.2.2 Perilaku Responden berdasarkan Umur


Hasil analisis perilaku pemanfaatan posyandu oleh ibu yang memiliki
balita menunjukkan bahwa proporsi ibu yang memiliki perilaku baik lebih besar
terdapat pada umur 21-30 tahun dibandingkan kelompok umur lain. Ini menjadi
dasar bahwa pada usia tergolong produktif berdampak pada ingatan informasi
yang diperoleh. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Notoatmodjo (2007) bahwa, usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah umur seseorang, semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikir sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nofianti
(2012), yang menyatakan bahwa perilaku baik dalam pemanfaatan posyandu lebih
banyak pada ibu balita dengan umur >30 tahun (65,6%). Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Yuryanti (2010) dan Koto (2011) yang
menyatakan bahwa proporsi ibu yang mempunyai perilaku kunjungan baik ke
posyandu lebih besar pada kelompok ibu umur <30 tahun dibandingkan dengan
kelompok ibu umur >30 tahun.
Hal ini diperkirakan karena pada ibu yang berusia muda biasanya lebih
tinggi kepeduliannya terhadap tumbuh kembang anaknya dan lebih memiliki rasa
ingin tahu yang lebih besar karena masih kurangnya pengalaman dalam
membesarkan anak, sedangkan pada ibu yang berusia lebih tua terdapat
kecenderungan untuk tidak membawa anak balitanya ke posyandu karena mulai
berkurang rasa khawatir terhadap tumbuh kembang anaknya sebab merasa sudah
lebih banyak pengalaman dalam membesarkan anak.

5.2.3 Perilaku Responden Berdasarkan Pendidikan


Hasil analisis perilaku pemanfaatan posyandu pada ibu yang memiliki
balita menunjukkan bahwa proporsi ibu yang memiliki perilaku baik terdapat pada
ibu dengan tingkat pendidikan SLTA (10%). Tingkat pendidikan orangtua
merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan anak. Karena
dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi
dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik dan bagaimana
menjaga kesehatan anak (Silaen, 2011).
Tingkat pengetahuan ibu yang bervariasi dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, sesuai dengan pendapat Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2002), bahwa
pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang terdiri dari:
pendidikan, persepsi, motivasi dan pengalaman.
Berdasarkan penelitian Kasnodiharjo (2006) yang mengatakan bahwa
pendidikan seseorang yang berbeda-beda akan mempengaruhi seseorang dalam
pengambilan keputusan, pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah
menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga
informasi lebih mudah dapat diterima dan dilaksanakan. Tingkat pendidikan yang
diperoleh seseorang dari bangku sekolah formal dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang maka makin tinggi
pengetahuannya tentang kesehatan.

5.2.4 Perilaku Responden Berdasarkan Pekerjaan


Tingkat keaktifan atau kehadiran ibu ke posyandu kemungkinan
disebabkan beberapa hal antara lain ibu tidak sempat karena terlalu sibuk dengan
pekerjaan. Pekerjaan umumnya merupakan hal yang penting dan cenderung
menyita waktu serta memerlukan aktivitas yang tinggi. Masyarakat yang sibuk
akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi (Notoatmodjo,
2003).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi ibu yang memiliki perilaku
baik dalam pemanfaatan posyandu lebih besar terdapat pada kelompok ibu tidak
bekerja (15%) dibandingkan kelompok ibu bekerja lainnya. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Sambas (2002) yang menyatakan ada hubungan yang
bermakna antara status pekerjaan ibu dengan kunjungan ke posyandu. Hal ini
diperkirakan karena ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu lebih banyak dalam
mengurus anak sehingga mereka akan menyediakan waktu untuk datang ke
posyandu.
Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat
akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan posyandu. Pada umumnya
orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas
pekerjaan orangtua semakin sulit datang ke posyandu. Oleh karena itu, ibu yang
tidak bekerja akan mempunyai waktu yang cukup untuk lebih memanfaatkan
sarana kesehatan seperti posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja, ibu
yang bekerja akan tersita waktunya dengan kesibukannya sehingga kemungkinan
untuk membawa anaknya setiap bulannya ke posyandu akan berkurang.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan


dan saran mengenai perilaku pemanfaatan posyandu pada ibu yang memiliki
balita di Puskesmas Amplas Medan pada tahun 2015 sebagai berikut.

6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Responden berdasarkan umur <20 tahun sebanyak 2 responden (2%), umur
21-30 tahun yaitu sebanyak 46 responden (46%), umur 31-40 tahun sebanyak
38 responden (38%), dan usia >40 sebanyak 18 responden (18%). Jadi
berdasarkan umur responden dengan umur 21-30 tahun paling banyak (46%).
2. Responden dengan pendidikan tidak sekolah sebanyak 1 responden (1%),
pendidikan SD/MI sebanyak 8 responden (8%), pendidikan SLTP sebanyak 25
responden (25%), pendidikan SLTA sebanyak 50 responden (50%), dan
responden dengan pendidikan Akademi/Sarjana sebanyak 16 responden
(16%). Jadi berdasarkan tingkat pendidikan responden dengan tingkat
pendidikan SLTA paling banyak (50%).
3. Responden tidak bekerja sebanyak 63 responden (63%), responden yang
bekerja sebagai PNS sebanyak 3 responden (3%), Pegawai swasta sebanyak 6
responden (6%%), wiraswasta sebanyak 8 responden (8%) dan lain-lain
sebanyak 20 responden (20%). Jadi berdasarkan pekerjaan diketahui
responden paling banyak tidak bekerja (63%).
4. Responden dengan pengetahuan baik sebanyak 20 responden (20%),
pengetahuan cukup 50 responden (50%), dan pengetahuan kurang 30
responden (30%). Dalam hal ini pengetahuan responden mengenai perilaku
permanfaatan posyandu dalam kategori cukup (50%).
6.2 Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan, diharapkan mengalokasikan dana operasional guna
mendukung kegiatan posyandu seperti pengadaan timbangan, KMS, media
promosi kesehatan seperti leaflet, poster dan sebagainya dan mengadakan
pelatihan bagi petugas kesehatan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
posyandu secara berkala dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas posyandu
2. Bagi Posyandu (kader)
a. Menciptakan posyandu yang terintegrasi PAUD sehingga anak-anak yang
datang ke posyandu tidak hanya mendapatkan pelayanan kesehatan di
posyandu tetapi juga mendapatkan pendidikan usia dini sehingga dapat
meningkatkan jumlah balita yang datang ke posyandu
b. Menyediakan tempat bermain bagi anak sehingga anak merasa senang
datang ke posyandu.
3. Peneliti selanjutnya
a. Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemanfaatan posyandu
bagi ibu yang memiliki balita.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang hendak
meneliti tentang perilaku pemanfaatan posyandu bagi ibu yang memiliki
balita.
Referensi bab 4 dan 5

Notoatmodjo, S.,2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar,


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kasnodiharjo,2006. Pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.


Available from
http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/04/19/pengetahuan-dan-faktor-/
faktor-yang-mempengaruhi/ (Accessed 5 November 2013)

Susanto, 2005. Macam-Macam Manfaat Imunisasi. Available from


http://www.creasoft.worldpress, (Accessed 5 November 2013)

Silaen, Henlida Erpian (2011), Hubungan Pengetahuan Ibu, Pemanfaatan


Posyandu dan Faktor Lainnya Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Bromo Medan Tahun 2011, Depok : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.

Koto, Nani Olivia (2011), Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Kunjungan Ibu Yang Mempunyai Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja
Puseksmas Kota Solok tahun 2011. Depok : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.

Nofianti Susi (2012), Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku


Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Maek
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012. Skripsi. FKM, UI, Depok.

Sambas, 2002. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan ibu balita ke


posyandu di Kelurahan Bojongheran Kabupaten Cianjur Tahun 2002.
Depok. FKM, UI.

Anda mungkin juga menyukai