Anda di halaman 1dari 46

S

FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME)


KASUS KELUARGA DENGAN HIV

Oleh
Hilda Nur Achfidawati 142011101012

Pembimbing
dr. Andy Maulana Ardiansyah
dr. Ida Srisurani W. A., M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


KSM/LAB. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS SUKOWONO
KABUPATEN JEMBER
2019

i
FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME)
KASUS KELUARGA DENGAN HIV

diajukan guna melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


KSM/Lab. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Oleh
Hilda Nur Achfidawati 142011101012

Pembimbing
dr. Andy Maulana Ardiansyah
dr. Ida Srisurani W. A., M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


KSM/LAB. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS SUKOWONO
KABUPATEN JEMBER
2019

ii
iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................... 3
1.3 Manfaat ................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
2.1 Keluarga ................................................................................ 4
2.1.1 Definisi .......................................................................... 4
2.1.2 Fungsi ............................................................................ 4
2.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) .................................. 4
2.2.1 Definisi .......................................................................... 4
2.2.2 Epidemiologi ................................................................. 5
2.2.3 Etiologi dan Patogenesis ............................................... 5
2.2.4 Manifestasi Klinis ......................................................... 7
2.2.5 Gejala dan Stadium Klinis ............................................ 8
BAB III. HASIL KEGIATAN ...................................................................... 9
3.1 Profil Keluarga dan Genogram .......................................... 9
3.1.1 Profil Keluarga .............................................................. 9
3.1.2 Genogram ...................................................................... 10
3.2 Profil Kondisi Sosial Keluarga dan APAR Score ............. 11
3.3 Profil Health Seeking Behaviour ......................................... 11
3.4 Profil Tempat Tinggal dan PHBS....................................... 12
3.4.1 Lokasi ............................................................................ 12
3.4.2 Bentuk Rumah............................................................... 12

iv
3.4.3 Lantai Rumah ................................................................ 12
3.4.4 Ruang Rumah ................................................................ 12
3.4.5 Ventilasi ........................................................................ 13
3.4.6 Ruang Tidur .................................................................. 13
3.4.7 Binatang Penular Penyakit ............................................ 13
3.5 Profil Lingkungan Tempat Tinggal.................................... 13
3.5.1 Sarana Kesehatan Lingkungan ...................................... 13
3.5.2 Keadaan Rumah ............................................................ 14
3.5.3 Binatang Penular Penyakit ............................................ 14
3.5.4 Pekarangan .................................................................... 14
3.5.5 Kandang ........................................................................ 14
3.6 Profil Kesehatan Pasien ....................................................... 15
3.6.1 Identitas Pasien.............................................................. 15
3.6.2 Pemeriksaan Tanggal 30 November 2019 .................... 15
3.6.3 Pemeriksaan Tanggal 6 Desember 2019 ....................... 18
3.6.4 Pemeriksaan Tanggal 14 Desember 2019 ..................... 21
3.6.5 Pemeriksaan Tanggal 19 Desember 2019 ..................... 24
BAB IV. PEMBAHASAN ............................................................................. 27
4.1 Identifikasi Masalah Kesehatan dalam Keluarga ............. 27
4.1.1 Risiko Terkait dengan Karakteristik Keluarga .............. 27
4.1.2 Risiko Terkait dengan Keadaan Rumah ........................ 27
4.1.3 Risiko Terkait dengan Fungsi dalam Keluarga ............. 28
4.1.4 Risiko Terkait dengan Faktor Ekonomi ........................ 28
4.1.5 Risiko Terkait dengan Gaya Hidup Keluarga ............... 28
4.1.6 Risiko Terkait Lingkungan Sekitar ............................... 28
4.1.7 Risiko Terkait dengan Status Kesehatan ....................... 29
4.2 Analisis Masalah .................................................................. 29
4.3 Plan of Action ........................................................................ 31
4.4 Pelaksanaan Intervensi dan Edukasi ................................. 31
4.5 Evaluasi dan Hasil Intervensi ............................................. 32
4.6 Pesan dan Kesan Keluarga Binaan .................................... 32

v
BAB V. PENUTUP ...................................................................................... 34
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 34
5.2 Saran ..................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 35
LAMPIRAN ................................................................................................ 37

vi
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi dari Human Immunodeficiency Virus (HIV), yaitu virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia (Departemen Kesehatan R.I., 2006). Terdapat 35
juta orang dengan HIV di seluruh dunia pada tahun 2013. Jumlah infeksi baru HIV
pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta jiwa sedangkan jumlah kematian akibat AIDS
adalah sebanyak 1,5 juta jiwa. Di Indonesia, HIV sudah menyebar ke 386
kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia (Djoerban dan Djauzi, 2015). Di
Jember sendiri jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada tahun 2015
mencapai 2309 jiwa (Depkes, 2016).
Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen
dan sekret vagina. Human Immunodeficiency Virus tergolong retrovirus yang
mempunyai materi genetik RNA yang mampu menginfeksi limfosit CD4, dengan
melakukan perubahan sesuai dengan DNA inangnya. Virus HIV cenderung
menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen CD4 terutama
limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan
sistem kekebalan tubuh. Virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel
Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada
alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang
masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi
banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri (Pinsky dan Douglas,
2009).
Rusaknya sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV
menyebabkan orang tersebut mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain yang
berakibat fatal dan sering disebut dengan infeksi oportunistik (Siregar, 2004).
Greene, Derlega, Yep, dan Petronio (2003) menyebutkan bahwa penurunan sistem
kekebalan tubuh dapat menyebabkan pasien HIV mengalami gejala-gejala
menyerupai flu, seperti: lemas, mudah lelah, batuk yang berkepanjangan, demam,
2

sakit kepala, nyeri otot, nafsu makan buruk, mual, pembengkakan kelenjar, berat
badan yang durun drastis, dan bercak di kulit.
Nasronudin (2006) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang memiliki
peranan penting dalam kualitas hidup pasien dengan HIV adalah dukungan sosial.
Dukungan sosial dapat diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian,
penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang lain atau kelompok
lain (Uchino, 2004). Dengan adanya dukungan sosial ini maka seseorang akan
merasa dihargai, dicintai, dan merasa menjadi bagian dari masyarakat, sehingga
pasien dengan HIV tidak merasa didiskriminasi yang nantinya dapat berdampak
positif bagi kesehatannya (Sarafino, 2011). ). Hadirnya keluarga berperan penting
dalam memberikan dukungan sehingga mampu menghilangkan perasaan tidak
berdaya dan meningkatkan kepercayaan diri dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi (Setiadi, 2008). Dukungan dapat diberikan dengan memberikan informasi,
penilaian, materi dan dukungan emosional.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang tinggal bersama-sama, memiliki
kerja sama secara ekonomi dan terjadi proses reproduksi (Lestari, 2016). Menurut
Geldrad (2011), keluarga merupakan sebuah sistem sosial yang memiliki tugas
untuk memenuhi kebutuhan setiap anggotanya. Ketika salah satu anggota keluarga
mengalami kondisi yang sulit seperti terdiagnosis HIV/AIDS maka akan
berdampak bagi anggota keluarga yang lain. Ruth B. Freeman (dalam Effendy,
2007) menambahkan bahwa masalah- masalah kesehatan dalam keluarga saling
berkaitan dan apabila salah satu anggota memiliki masalah kesehatan akan
memberikan dampak terhadap kehidupan keluarga. Disisi lain, keluarga memiliki
tugas dalam bidang kesehatan berupa pengambilan keputusan dalam melakukan
tindakan perawatan dan memberikan perawatan terhadap anggota keluarganya yang
sakit (Mubarak, Chayatin, & Santoso, 2009). Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan program keluarga binaan dengan tujuan untuk
memberikan wawasan mengenai HIV/AIDS kepada pasien dan keluarganya guna
menyelesaikan permasalahan mengenai keluarga dengan HIV di Kecamatan
Sukowono, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.
3

1.2 Tujuan
Beberapa tujuan dari kegiatan keluarga binaan ini adalah sebagai berikut.
a. Melakukan identifikasi permasalahan pada pasien HIV
b. Mengevaluasi keadaan fisik penderita.
c. Memberikan alternatif pemecahan permasalahan pada pasien HIV
d. Memberikan edukasi kepada keluarga binaan terkait masalah yang ada

1.3 Manfaat
Manfaat dari keluarga binaan adalah sebagai berikut.
1.3.1 Keluarga binaan
a. Memberikan informasi mengenai HIV/AIDS
b. Memberikan alternatif pemecahan permasalahan kesehatan pada pasien dengan
HIV/AIDS
1.3.2 Institusi
Menambah informasi mengenai permasalahan kesehatan pada pasien
dengan penyakit HIV yang ada di Sukowono
1.3.3 Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai permasalahan
kesehatan pada pasien dengan HIV
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga
2.1.1 Definisi
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Sedangkan menurut Ali (2010), keluarga adalah dua atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah
tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
2.1.2 Fungsi
Fungsi Keluarga Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1992 PP No. 21 Tahun
1994 tertulis fungsi keluarga dalam delapan bentuk yaitu:
a. fungsi Keagamaan
b. fungsi Budaya
c. fungsi Cinta Kasih
d. fungsi Perlindungan
e. fungsi Reproduksi
f. fungsi Sosialisasi
g. fungsi Ekonomi
h. fungsi Pelestarian Lingkungan (Setiadi, 2008).

2.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency


Syndrome (AIDS)
2.2.1 Definisi
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau
penyakit yang diakibatkan karena penurunan kekebalan tubuh akibat adanya infeksi
oleh Human Imunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk famili retroviridae. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. (Djoerban dan Djauzi, 2015)
5

2.2.2 Epidemiologi
Kasus HIV/AIDS pertama di dunia dilaporkan pada tahun 1981. Menurut
UNAIDS, salah satu bagian dari WHO yang mengurus tentang AIDS menyebutkan
bahwa perkiraan jumlah penderita yang terinfeksi HIV/AIDS di seluruh dunia
sampai dengan akhir tahun 2010 mencapai 34 juta. Dilihat dari tahun 1997 hingga
tahun 2011 jumlah penderita HIV/AIDS mengalami peningkatan hingga 21%. Pada
tahun 2011, UNAIDS memperkirakan jumlah penderita baru yang terinfeksi
HIV/AIDS sebanyak 2,5 juta. Jumlah orang yang meninggal karena alasan yang
terkait AIDS pada tahun 2010 mencapai 1,8 juta, menurun dibandingkan pada
pertengahan tahun 2000 yang mencapai puncaknya yaitu sebanyak 2,2 juta
(UNAIDS, 2011).
Di Indonesia, jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ke
tahun tetapi jumlah kasus baru yang terinfeksi HIV/AIDS relatif stabil bahkan
cenderung menurun. Menurut Laporan HIV-AIDS Triwulan II Tahun 2012,
didapatkan jumlah kasus baru HIV pada triwulan kedua (April-Juni 2012) sebanyak
3.892 kasus dan jumlah kasus kumulatif HIV pada Januari 1987- Juni 2012
sebanyak 86.762 kasus. Sedangkan kasus baru AIDS pada triwulan kedua (April-
Juni 2012) sebanyak 1.673 kasus dan jumlah kasus kumulatif AIDS pada Januari
1987- Juni 2012 sebanyak 32.103 kasus. Pada kasus baru HIV, Provinsi Jawa
Tengah menduduki peringkat ke 7 se-Indonesia dan pada kasus baru AIDS, Provinsi
Jawa Tengah menduduki peringkat ke 2 se-Indonesia. Kasus HIV menurut usia
pada Januari-Juni 2012 terbanyak pada 25-49 tahun. Pada kasus AIDS, terbanyak
pada usia 30-39 tahun. Jenis kelamin pada kasus HIV adalah laki-laki sebanyak
57% dan wanita sebanyak 43%. Jenis kelamin pada kasus AIDS adalah laki-laki
sebanyak 61,8% dan perempuan sebanyak 38,1%. Jadi dapat disimpulkan, kasus
HIV dan AIDS menurut jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki. Pada tahun 2012
angka kematian AIDS mengalami penurunan menjadi 0,9% dibandingkan dengan
tahun 2011 (Kemenkes RI, 2012).
2.2.3 Etiologi dan Patogenesis
Dasar utama terinfeksinya HIV adalah berkurangnya jenis Limfosit T helper
yang mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 adalah pusat dan sel utama
6

yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi
imunologik. Menurun atau menghilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena
virus HIV menginfeksi sel yang berperan membentuk antibodi pada sistem
kekebalan tersebut, yaitu sel Limfosit T4. Setelah virus HIV mengikatkan diri pada
molekul CD4, virus masuk ke dalam target dan melepaskan bungkusnya kemudian
dengan enzim reverse transkriptase virus tersebut merubah bentuk RNA
(Ribonucleic Acid) agar dapat bergabung dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid)
sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengandung bahan genetik
virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur
hidup (Djoerban dan Djauzi, 2015).
Pada awal infeksi, virus HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel
yang diinfeksinya, tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi sehingga ada
kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut dan lambat laun
akan merusak limfosit T4 sampai pada jumlah tertentu. Masa ini disebut dengan
masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang
terpapar virus HIV sampai menunjukkan gejala AIDS. Pada masa inkubasi, virus
HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan
sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan masa “window period”. Setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun akan terlihat gejala klinis pada penderita
sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut.20 Pada sebagian penderita
memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah
terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah
infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya
berlangsung selama 8-10 tahun, tetapi ada sekelompok kecil penderita yang
memliki perjalanan penyakit amat cepat hanya sekitar 2 tahun dan ada juga yang
sangat lambat (non-progressor) (Djoerban dan Djauzi, 2015).
Secara bertahap sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh virus HIV akan
menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak. Kekebalan tubuh yang rusak akan
mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang bahkan hilang, sehingga penderita akan
menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik (Djoerban dan Djauzi,
7

2015).
2.2.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS umumnya sulit
dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada penderita
penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Rasa lelah dan lesu
b. Berat badan menurun secara drastic
c. Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru
h. Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal
yaitu:
a. Manifestasi tumor
1. Sarkoma Kaposi
Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini sangat jarang
menjadi sebab kematian primer.
2. Limfoma ganas
Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf serta dapat
bertahan kurang lebih 1 tahun.
b. Manifestasi oportunistik
1. Manifestasi pada Paru
a) Pneumoni pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi
paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
b) Cytomegalovirus (CMV)
Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada paruparu tetapi
dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan 30% penyebab kematian pada
AIDS.
8

c) Mycobacterium avilum Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium


akhir dan sulit disembuhkan.
d) Mycobacterium tuberculosis Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi
milier dan cepat menyebar ke organ lain di luar paru.
2. Manifestasi gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, penurunan berat badan >10% per bulan.
c. Manifestasi neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang biasanya
timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum adalah ensefalitis,
meningitis, demensia, mielopati, neuropati perifer (Siregar, 2004).
2.2.5 Gejala dan stadium klinis
Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi
klinis WHO atau CDC. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan surveilans
epidemiologi dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang- kurangnya
didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor (WHO, 2007).

Tabel 1. Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS (WHO, 2007)
Gejala Mayor Gejala Minor
Berat badan menurun >10% dalam Herpes Zooster multi-segmental
1 bulan dan berulang
Diare kronik berlangsung >1 bulan Dermatitis generalisata
Demam berkepanjangan >1 bulan Batuk menetap >1 bulan
Demensia/HIV ensefalopati Kandidiasis orofaringeal
Penurunan kesadaran Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat
kelamin wanita
Retinitis Cytomegalovirus
9

BAB 3. HASIL KEGIATAN

3.1 Profil Keluarga dan Genogram


3.1.1 Profil Keluarga
Keluarga yang dibina dalam program keluarga binaan ini adalah keluarga
Ny. S. Ny. S pernah menikah sebanyak 2 kali, suami yang pertama adalah Tn. M
yang meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan kerja yakni tertendang sapi.
Dari pernikahannya yang pertama, Ny. S dikaruniai 3 orang anak yakni Ny. S, Tn.
Z, dan Nn. S. Ny. S kemudian menikah lagi dengan Tn. A sekitar satu tahun yang
lalu, dari pernikahannya ini mereka tidak dikaruniai anak. Tn. A kemudian
meninggal 3 bulan yang lalu karena terkena penyakit HIV. Ny. S kemudian diminta
melakukan rapid test oleh petugas puskesmas karena ditakutkan tertular HIV dari
suaminya. Hasil rapid test Ny. S positif, petugas puskesmas kemudian mengedukasi
Ny. S dan keluarganya mengenai HIV dan cara penularannya serta meminta
keluarga Ny. S untuk tidak menjauhi Ny. S. Ny. S mengatakan bahwa sebelumnya
dirinya tidak tau mengenai penyakit HIV dan cara penularannya, Ny. S juga
mengatakan tidak tau darimana suaminya mendapatkan penyakit HIV. Semasa
hidupnya Tn. A bekerja sebagai pedagang sapi keliling ke beberapa tempat di
Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso, sebelum bekerja sebagai pedagang
sapi, Tn. A pernah bekerja di Bali. Ny. S tinggal sendiri di rumahnya karena anak
pertama dan keduanya telah berkeluarga dan tidak tinggal bersama Ny. S,
sedangkan Nn. S sejak kecil dirawat oleh adik Ny. S dan hanya terkadang saja
mengunjungi Ny. S. Berikut ini adalah identitas anggota keluarga yang diperoleh
pada saat kunjungan pertama keluarga Ny. S.
10

Tabel 3.1 Profil Keluarga Binaan

Jenis Status Pendidikan/


Nama Usia Agama Alamat
Kelamin Keluarga Pekerjaan
Dusun
Sumber Tengah, RT
60
Tn. S Perempuan Islam Ibu SD/ IRT 017/ RW 008,
tahun
Pocangan
Sukowono, Jember

3.1.2 Genogram
Genogram keluarga binaan dapat dilihat pada gambar 3.1

55 52 48 42 39
th th th th th

60
th

28 24 22
th th th
40 30 25
th th th

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Binaan

Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal satu rumah : Meninggal

: Perempuan : Yang diamati


11

3.2 Profil Kondisi Sosial Keluarga dan APGAR Score


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan APGAR SCORE
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. APGAR
SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian
dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai
rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.

Tabel 3.2 Penilaian APGAR score keluarga binaan

Jarang atau
Kadang- Sering atau
No. APGAR Tidak Sama Nilai
Kadang (1) Selalu (2)
Sekali (0)

1. Adaptation V - - 0

2. Partnership - v - 1

3. Growth - v - 1

4. Affection - v - 1

5. Resolve - v - 1

Jumlah 4

Hasil APGAR score keluarga binaan ini didapatkan jumlah total 4, yang
artinya pada keluarga tersebut terdapat disfungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang Ny. S.

3.3 Profil Health Seeking Behavior


Perilaku pencarian pengobatan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan
praktek individu. Hal tersebut mempengaruhi respon manusia terhadap kondisi
tertentu. Dalam bidang kesehatan, hal tersebut dipengaruhi oleh unsur sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan serta lingkungan juga mempengaruhi cara
pencarian layanan kesehatan baik itu ke fasilitas modern, tradisional, maupun
pengobatan yang dilakukan sendiri.
12

Ny. S dan keluarganya kurang mengerti mengenai kesehatan. Pasien dan


keluarganya kurang mengetahui mengenai HIV dan cara penulurannya. Setelah
suami pasien meninggal karena penyakit HIV, pasien kemudian diminta melakukan
rapid test dan hasilnya positif. Setelah itu pasien mendapatkan informasi mengenai
penyakit HIV dan diminta rutin kontrol ke puskesmas jika obat habis. Dari hasil
pengamatan didapatkan bahwa keluarga tersebut memiliki pengetahuan yang masih
kurang mengenai kesehatan.

3.4 Profil Tempat Tinggal dan PHBS


3.4.1 Lokasi
Dusun Sumber Tengah, RT 017/ RW 008, Pocangan Sukowono, Jember
3.4.2 Bentuk Rumah
Bangunan rumah tidak bertingkat dan rumah berbentuk semi permanen
dengan luas bangunan sekitar 30 m2. Bagian depan rumah terdapat halaman kecil
yang berbatasan dengan rumah lain, pada bagian samping rumah terdapat halaman
yang ditanami dengan bayam. Bagian samping rumah lainnya terdapat kandang
ayam dan sapi yang letaknya berdampingan dengan rumah pasien. Terdapat teras
kecil di depan rumah, dinding rumah bagian depan terbuat dari tembok, dan dinding
antar kamar hingga ke belakang terbuat dari anyaman bambu, atap rumah terbuat
dari genteng. Kamar mandi berdiri terpisah dari rumah pasien yakni terdapat di
depan rumah pasien. Kepemilikan tanah rumah adalah tanah keluarga, keluarga
membangun rumah tersebut atas dana sendiri.
3.4.3 Lantai Rumah
Sebagian rumah bagian depan berlantai semen sedangkan sebagian rumah
bagian belakang rumah masih berlantaikan tanah.
3.4.4 Ruang Rumah
Ruang rumah yang ditempati terdiri dari 1 kamar tidur, 1 ruang tamu, dan 1
dapur. Kamar mandi dan sumur terdapat di depan rumah.
13

3.4.5 Ventilasi
Ventilasi cukup di setiap ruangan karena menggunakan pembatas anyaman
bambu namun pada kamar tidur dan dapur pencahayaan kurang.
3.4.6 Ruang Tidur
Ruang tidur dengan dapur hanya dibatasi dengan anyaman bambu. Ada sekat
antara ruang tamu dan ruang tidur. Kamar tersebut tidak memiliki pintu dan hanya
diberi pembatas berupa tirai. Kamar tersebut terdiri dari satu kasur beralas dipan
dan dipenuhi oleh barang-barang milik Ny. S.
3.4.7 Binatang Penular Penyakit
Terkadang terdapat tikus di dalam rumah namun jumlah tikus semakin
berkurang karena adanya kucing. Terdapat beberapa nyamuk di dalam rumah
namun dapat dikurangi dengan penggunaan obat nyamuk bakar, sedangkan di
dalam kandang sapi jumlah nyamuk sangat banyak.

3.5 Profil Lingkungan Tempat Tinggal


3.5.1 Sarana Kesehatan Lingkungan
a. Pembuangan kotoran
Ny. S sehari-harinya membuang kotoran di jamban yang terdapat di depan
rumahnya, namun terkadang masih membuang kotoran disungai.
b. Penyediaan air bersih
Air bersih berasal dari air tanah yang dibor di sekitar depan rumah berupa
sumur. Air tersebut digunakan untuk keperluan memasak, mandi, mencuci pakaian,
dan lain-lain.
c. Pembuangan sampah
Sampah langsung di buang di depan rumahnya, ditampung menjadi satu lalu
dibakar.
d. Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah dibuang ke selokan kecil yang bermuara ke sungai.
14

3.5.2 Keadaan Rumah


a. Jendela ruang tidur
Tidak terdapat jendela di kamar tidur Ny. S
b. Lubang asap dapur
Rumah Ny. S memiliki dapur yang tidak memiliki lubang asap, namun terdapat
pintu kecil yang mengarah ke belakang sehingga dapat digunakan sebagai sarana
keluarnya asap.
c. Ruang tidur lembap
Ruang tidur tampak lembap dan gelap serta terdapat beberapa tumpukan barang
yang tampak kurang rapi
d. Memiliki jamban sehat
Terdapat jamban umum yang terletak di depan rumah Ny. S, jamban tersebut
digunakan oleh empat keluarga. Jamban tersebut belum memenuhi seluruh kriteria
jamban sehat karena jarak jamban dengan sumber air dekat yaitu sekitar 2 meter.
e. Tidak padat penghuni

Luas rumah sekitar 30 m2 yang dihuni oleh satu orang. Hal ini sudah sesuai dengan
konsep PHBS dimana setiap penghuni seharusnya memiliki 9 m2 per orang.
3.5.3 Binatang Penular Penyakit
a. Bebas jentik Aedes aegypti
Tidak terdapat jentik nyamuk di bak mandi maupun jamban. Tidak didapatkan
kaleng yang menumpuk ataupun air yang tergenang di sekiyar rumah Ny. S.
b. Bebas tikus
Terkadang terdapat tikus di sekitar dapur, kamar tidur, maupun ruang tamu Ny. S
3.5.4 Pekarangan
Ny. S memiliki pekarangan yang cukup luas yang ditanami dengan bayam untuk
makan sehari-hari.
3.5.5 Kandang
Keluarga tersebut memiliki kandang sapi dan ayam yang terletak tepat di samping
rumah. Letak kandang sapid an ayam tersebut yang sangat berdekatan tentunya
dapat menjadi sarana penularan penyakit.
15

3.6 Profil Kesehatan Pasien


3.6.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Sumber Tengah, RT 017/ RW 008, Pocangan
Sukowono Jember
Suku : Madura
Pendidikan : SD
Agama : Islam
3.6.2 Pemeriksaan Tanggal 30 November 2019
a. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan sering diare
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sering mengalami diare sejak sekitar 5 bulan terakhir.
Diare biasanya cair tanpa ampas sebanyak 3-4 kali per hari, tidak disertai darah
maupunpun lender. Pasien mengatakan bahwa diare kadang berwarna kehijauan,
bergantung dari makanan apa yang dimakan pasien. Pasien terkadang juga
merasakan nyeri perut pada bagian atas. Pasien tidak merasakan demam, mual,
maupun muntah. Pasien mengatakan bahwa dirinya mengetahui menderita HIV
sejak bulan September 2019. Pasien diminta melakukan rapid test oleh petugas
puskesmas sebab suaminya terdiagnosis menderita HIV dan meninggal bulan
Agustus 2019.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
DM (-), HT (-), Stroke (-), Alergi (-)
4. Riwayat Pemberian Obat
Cotrimoksazol Forte dan Vitamin B Kompleks
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Suami pasien terdiagnosis menderita HIV
6. Riwayat Sosial Ekonomi
16

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pasien bekerja sebagai buruh


tani baik itu bekerja menanam padi dan terkadang memetik cabai, pasien juga
memelihara ayam dan sapi di samping rumahnya. Rata-rata penghasilan pasien per
bulan tidak menentu, bergantung pada tanaman apa yang ditanam, namun pasien
mengatakan bahwa penghasilannya berkisar antara Rp 500.000,00 hingga Rp
1.000.000,00.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS 4-5-6
Tanda-tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 18 x/menit
Suhu Aksila : 36,7o C
Pernapasan : sesak (-), batuk (-), mengi (-)
Kulit : turgor kulit normal, purpura (-), ptechie (-)
Kelenjar limfe : pembesaran KGB (-)
Otot : edema di keempat ekstremitas (-), atrofi (-)
Tulang : deformitas (-)
Status Gizi : BB : 50 kg
TB : 150 cm
BMI : 22 (Normal)
2. Pemeriksaan Khusus
Kepala
Bentuk : normosefal, bulat, simetris, edema (-)
Rambut : hitam, lurus, panjang
Mata : edema periorbita : -/-
konjungtiva anemis : -/-
sklera ikterik : -/-
eksoftalmus : -/-
refleks cahaya : +/+
17

Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-)


Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)
Mulut : sianosis (-), plak berwarna putih di lidah (-)
Leher
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran
JVP : tidak meningkat
Thorax
a) Cor :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V MCL S
Perkusi : Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan
Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal kanan
Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikula kiri
Auskultasi : S1S2 (+) tunggal reguler, suara tambahan (-) murmur (-)
b) Pulmo :
Kanan Kiri

I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

Depan P: Fremitus raba (+), dbn P: Fremitus raba (+), dbn

P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)

I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

P: Fremitus raba (+), dbn P: Fremitus raba (+), dbn


Belakang
P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
18

c) Abdomen
Inspeksi : flat, striae (-), spider naevi, pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 10x/ menit
Perkusi : timpani di semua kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat +/+, oedema -/-
Inferior : Akral hangat +/+, oedema -/-
c. Diagnosis : HIV
d. Terapi : Cotrimoksazol forte 1x1, Vitamin B kompleks 2x1
e. Program :
1. Edukasi untuk minum obat secara teratur dan menjaga pola makan
2. Edukasi mengenai penyakit dan gejala serta komplikasi dari penyakit tersebut
3. Edukasi dan motivasi untuk kontrok ke puskesmas secara teratur
4. Edukasi dan motivasi untuk melakukan aktivitas fisik
5. Istirahat yang cukup
6. Pengobatan diare dengan obat
3.6.3 Pemeriksaan Tanggal 6 Desember 2019
a. Anamnesis
1. Keluhan utama : diare
2. Riwayat penyakit sekarang : keluhan diare masih belum menbaik setelah mium
obat dari puskesmas
3. Riwayat obat : Cotrimoksazol forte 1x1
Vitamin B Kompleks 2x1
b. Pemeriksaan Fisik :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS 4-5-6
Tanda-tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 18 x/menit
19

Suhu Aksila : 36,6o C


Pernapasan : sesak (-), batuk (-), mengi (-)
Kulit : turgor kulit normal, purpura (-), ptechie (-)
Kelenjar limfe : pembesaran KGB (-)
Otot : edema di keempat ekstremitas (-), atrofi (-)
Tulang : deformitas (-)
Status Gizi : BB : 50 kg
TB : 150 cm
BMI : 22 (Normal)
2. Pemeriksaan Khusus
Kepala
Bentuk : normosefal, bulat, simetris, edema (-)
Rambut : hitam, lurus, panjang
Mata : edema periorbita : -/-
konjungtiva anemis : -/-
sklera ikterik : -/-
eksoftalmus : -/-
refleks cahaya : +/+
Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)
Mulut : sianosis (-), plak berwarna putih di lidah (-)
Leher
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran
JVP : tidak meningkat
Thorax
a) Cor :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V MCL S
Perkusi : Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan
Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal kanan
20

Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri


Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikula kiri
Auskultasi : S1S2 (+) tunggal reguler, suara tambahan (-) murmur (-)
b) Pulmo :
Kanan Kiri

I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

Depan P: Fremitus raba (+), dbn P: Fremitus raba (+), dbn

P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)

I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

P: Fremitus raba (+), dbn P: Fremitus raba (+), dbn


Belakang
P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)

c) Abdomen
Inspeksi : flat, striae (-), spider naevi, pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 10x/ menit
Perkusi : timpani di semua kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat +/+, oedema -/-
Inferior : Akral hangat +/+, oedema -/-
c. Diagnosis : HIV
d. Terapi : Cotrimoksazol forte 1x1, Vitamin B kompleks 2x1
e. Program :
1. Edukasi untuk minum obat secara teratur dan menjaga pola makan
2. Edukasi mengenai penyakit dan gejala serta komplikasi dari penyakit tersebut
3. Edukasi dan motivasi untuk kontrok ke puskesmas secara teratur
21

4. Edukasi dan motivasi untuk melakukan aktivitas fisik


5. Istirahat yang cukup
6. Pengobatan diare dengan obat
3.6.4 Pemeriksaan Tanggal 14 Desember 2019
a. Anamnesis
1. Keluhan utama : diare
2. Riwayat penyakit sekarang : keluhan diare masih belum menbaik setelah
mium obat dari puskesmas
3. Riwayat obat : Cotrimoksazol forte 1x1
Vitamin B Kompleks 2x1
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS 4-5-6
Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 18 x/menit
Suhu Aksila : 36,5o C
Pernapasan : sesak (-), batuk (-), mengi (-)
Kulit : turgor kulit normal, purpura (-), ptechie (-)
Kelenjar limfe : pembesaran KGB (-)
Otot : edema di keempat ekstremitas (-), atrofi (-)
Tulang : deformitas (-)
Status Gizi : BB : 49 kg
TB : 150 cm
BMI : 22 (Normal)
c. Pemeriksaan Khusus
Kepala
Bentuk : normosefal, bulat, simetris, edema (-)
Rambut : hitam, lurus, panjang
Mata : edema periorbita : -/-
22

konjungtiva anemis : -/-


sklera ikterik : -/-
eksoftalmus : -/-
refleks cahaya : +/+
Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)
Mulut : sianosis (-), plak berwarna putih di lidah (-)
Leher
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran
JVP : tidak meningkat
Thorax
a) Cor
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V MCL S
Perkusi : Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan
Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal kanan
Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikula kiri
Auskultasi : S1S2 (+) tunggal reguler, suara tambahan (-) murmur (-)
23

b) Pulmo
Kanan Kiri

I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

Depan P: Fremitus raba (+), dbn P: Fremitus raba (+), dbn

P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)

I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

P: Fremitus raba (+), dbn P: Fremitus raba (+), dbn


Belakang
P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)

c) Abdomen
Inspeksi : flat, striae (-), spider naevi, pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 10x/ menit
Perkusi : timpani di semua kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat +/+, oedema -/-
Inferior : Akral hangat +/+, oedema -/-
c. Diagnosis : HIV
d. Terapi : Cotrimoksazol forte 1x1, Vitamin B kompleks 2x1
e. Program :
1. Edukasi untuk minum obat secara teratur dan menjaga pola makan
2. Edukasi mengenai penyakit dan gejala serta komplikasi dari penyakit tersebut
3. Edukasi dan motivasi untuk kontrok ke puskesmas secara teratur
4. Edukasi dan motivasi untuk melakukan aktivitas fisik
5. Istirahat yang cukup
24

6. Pengobatan diare dengan obat


3.6.5 Pemeriksaan Tanggal 19 Desember 2019
a. Anamnesis
1. Keluhan utama : diare
2. Riwayat penyakit sekarang : keluhan diare masih belum menbaik setelah mium
obat dari puskesmas
3. Riwayat obat : Cotrimoksazol forte 1x1
Vitamin B Kompleks 2x1
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS 4-5-6
Tanda-tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 18 x/menit
Suhu Aksila : 36,5o C
Pernapasan : sesak (-), batuk (-), mengi (-)
Kulit : turgor kulit normal, purpura (-), ptechie (-)
Kelenjar limfe : pembesaran KGB (-)
Otot : edema di keempat ekstremitas (-), atrofi (-)
Tulang : deformitas (-)
Status Gizi : BB : 49 kg
TB : 150 cm
BMI : 22 (Normal)
2. Pemeriksaan Khusus
Kepala
Bentuk : normosefal, bulat, simetris, edema (-)
Rambut : hitam, lurus, panjang
Mata : edema periorbita : -/-
konjungtiva anemis : -/-
sklera ikterik : -/-
25

eksoftalmus : -/-
refleks cahaya : +/+
Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)
Mulut : sianosis (-), plak berwarna putih di lidah (-)
Leher
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran
JVP : tidak meningkat
Thorax
a) Cor :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V MCL S
Perkusi : Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan
Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal kanan
Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikula kiri
Auskultasi : S1S2 (+) tunggal reguler, suara tambahan (-) murmur (-)
b) Pulmo
Kanan Kiri

I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

Depan P: Fremitus raba (+), dbn P: Fremitus raba (+), dbn

P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)

I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

P: Fremitus raba (+), dbn P: Fremitus raba (+), dbn


Belakang
P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
26

c) Abdomen
Inspeksi : flat, striae (-), spider naevi, pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 10x/ menit
Perkusi : timpani di semua kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat +/+, oedema -/-
Inferior : Akral hangat +/+, oedema -/-
c. Diagnosis : HIV
d. Terapi : Cotrimoksazol forte 1x1, Antides 3x2
e. Program :
1. Edukasi untuk minum obat secara teratur dan menjaga pola makan
2. Edukasi mengenai penyakit dan gejala serta komplikasi dari penyakit tersebut
3. Edukasi dan motivasi untuk kontrok ke puskesmas secara teratur
4. Edukasi dan motivasi untuk melakukan aktivitas fisik
5. Istirahat yang cukup
6. Pengobatan diare dengan obat
27

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah Kesehatan dalam Keluarga


Berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan ke keluarga binaan sebanyak
empat kali, permasalahan pada pasien yang kami temukan antara lain
4.1.1 Risiko Terkait dengan Karakteristik Keluarga
Berdasarkan analisis APGAR score dan karakteristik keluarga, antar
anggota keluarga pada keluarga ini kurang saling peduli dalam hal tenaga dan
materi dalam membantu anggota keluarga yang lain. Pendidikan serta pengetahuan
pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit HIV juga kurang. Pasien dan
keluarga pasien baru mengetahui tentang penyakit HIV, gejala, komplikasi, serta
cara penularannya dari tenaga kesehatan puskesmas setelah pasien dan mendiang
suaminya terdiagnosis HIV. Namun kini pasien telah mendapatkan informasi dan
edukasi mengenai penyakit HIV yang dideritanya dan pasien telah rutin kontrol ke
puskesmas apabila obat habis serta rutin minum obat.
4.1.2 Risiko Terkait dengan Keadaan Rumah
Berdasarkan analisis, luas rumah pasien cukup untuk dihuni yakni sekitar
30 m2 untuk satu orang. Kondisi rumah secara keseluruhan masih kurang layak
untuk dihuni. Beberapa dinding rumah pasien masih semi permanen yakni terbuat
dari anyaman bambu pada bagian kamar tidur dan dapur. Lantai di rumah pasien di
bagia kamar tidur dan dapur juga masih berupa tanah yang tampak lembab.
Pencahayaan di bagian kamar tidur dan dapur juga masih kurang karena disana
tidak terdapat jendela. Ventilasi pada bagian ruang tamu tampak baik dan sirkulasi
udara tampak baik, namun pada bagian kamar tidur dan dapur tampak lembab dan
pengap karena tidak terdapat ventilasi. Di dalam rumah juga masih belum terdapat
kamar mandi, kamar mandi terdapat di bagian luar rumah pasien yang digunakan
oleh empat keluarga secara bergantian, jarak antara sumber air dan jamban juga
terlalu dekat yakni sekitar 2 meter sehingga kotoran yang dibuang pada jamban
dapat memcemari air tanah. Jarak rumah dengan kandang ayam dan sapi juga terlalu
dekat yakni kurang dari 1 meter (rumah dengan kandang ayam dan sapi hanya
28

berbatas tembok). Kondisi rumah pasien memiliki risiko tinggi terhadap penularan
penyakit.
4.1.3 Risiko Terkait dengan Fungsi dalam Keluarga
Pasien merupakan seorang ibu dalam keluarga dan sehari-hari bekerja
sebagai buruh tani serta memelihara ayam dan sapi. Suami pasien dari pernikahan
yang pertama meninggal sekitar dua tahun yang lalu karena tertendang sapi. Pasien
lalu menikah lagi dan dari pernikahan keduanya, suami pasien meninggal dunia
sekitar empat bulan yang lalu karena penyakit HIV yang dideritanya. Anak-anak
pasien tidak tinggal satu rumah dengan pasien sebab anak pertama dan keduanya
telah berkeluarga sedangkan anak ketiga pasien sejak kecil dirawat oleh adik pasien.
Meski begitu, anak-anak pasien sering mengunjungi pasien untuk menengok
keadaan pasien. Setelah terdiagnosis HIV, pasien rutin kontrol ke puskesmas
dengan diantar oleh anaknya atau menantunya. Pasien selalu kontrol ke puskesmas
saat obat habis meski tidak ada keluhan. Anak-anak pasien cukup membantu dalam
kehidupan sehari-hari pasien.
4.1.4 Risiko Terkait dengan Faktor Ekonomi
Berdasarkan penghasilan yang didapatkan pasien dari pekerjaan sehari-
harinya, keluarga ini dapat dikategorikan sebagai keluarga dengan kondisi ekonomi
rendah. Penghasilan pasien tiap bulannya tidak menentu, berkisar sekitar Rp
500.000,00 sampai Rp 800.000,00, namun pasien mengatakan bahwa penghasilan
tersebut telah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.
4.1.5 Risiko Terkait Gaya Hidup Keluarga
Berdasarkan hasil pengamatan, gaya hidup pasien dan keluarganya kurang
baik. Pasien terkadang masih BAB di sungai meski terdapat kamar mandi yang
digunakan bersama di depan rumah pasien. Asupan gizi pasien dapat dikategorikan
cukup.
4.1.6 Risiko Terkait Lingkungan Sekitar
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, lingkungan tempat tinggal
pasien kurang layak. Jarak antar rumah sangat dekat hanya berbataskan tembok,
bahkan rumah pasien dengan rumah adiknya tidak terdapat pembatas di bagian
ruang tamu, sedangkan jarak dengan rumah di depannya hanya sekitar 5 meter.
29

Terdapat kandang dengan jarak kurang dari satu meter dari rumah pasien. Sampah
masih dibuang sembarangan atau dibakar.
4.1.7 Risiko Terkait dengan Status Kesehatan
Pasien menderita penyakit HIV yang diduga tertular dari suaminya. Suami
pasien dari pernikahan yang kedua telah meninggal dunia bulan September 2019
akibat HIV. Pasien kemudian diminta oleh melakukan tes HIV oleh perugas
puskesmas dan hasilnya positif. Sejak terdiagnosis HIV, pasien rutin kontrol ke
Puskesmas Sukowono untuk mengambil obat meskipun tidak ada keluhan.

4.2 Analisis Masalah


Fishbone diagram (diagram tulang ikan) merupakan diagram yang dapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi potensi masalah yang terjadi. Tujuan utama
dari diagram tulang ikan adalah untuk menggambarkan secara grafik cara hubungan
antara akibat dan semua faktor yang berpengaruh pada akibat ini.
Pembuatan diagram ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang
mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah atau penyimpangan (sebagai akibat
dari sebab-sebab). Dengan diketahui hubungan antara sebab dan akibat suatu
masalah, maka tindakan pemecahan masalah akan mudah ditentukan. Suatu
tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan
akar penyebab masalah sudah ditemukan. Untuk mengetahui akar masalah dari
keluarga ini maka dilakukan pembuatan diagram seperti pada Gambar
30

Kurang mengerti mengenai Antar anggota keluarga Pendidikan dan


penyakit yang diderita, cara memiliki kepedulian pengetahuan pasien
penularan, gejala, komplikasi. yang kurang mengenai kesehatan dan
Kurang mengerti mengenai penyakit yang
lifestyle yang baik dan PHBS dideritanya rendah

Material Method Man

Kurangnya
pehamanan
pasien terhadap
penyakit HIV
Management Machine Money

Jamban yang belum memenuhi Kurangnya penyuluhan Penghasilan keluarga


kriteria jamban sehat serta mengenai penyakit HIV kurang untuk
sumber air yang terlalu dekat oleh tenaga kesehatan memenuhi kebutuhan
dengan jamban dan terkadang sehari-hari
pasien masih BAB di sungai

Gambar 4.1 Diagram fishbone


31

4.3 Plan of Action


Tabel 4.1 Plan of action
Masalah Plan of action

Memberikan edukasi pada pasien dan keluarganya


Man
mengenai penyakit HIV

Memberikan edukasi mengenai pola makan yang baik


Material Memberikan edukasi mengenai aktivitas fisik yang
harus dilakukan

Mengedukasi keluarga pasien untuk lebih saling peduli


Method
satu sama lainnya

Memberikan saran kepada tenaga kesehatan untuk


lebih sering mengadakan penyuluhan dan screening
Machine
mengenai HIV

Mengedukasi pasien untuk membuat jamban di rumah


Management dan tidak BAB di sungai
2

Menyarankan kepada keluarga untuk mengalokasikan


Money
tabungan untuk kebutuhan penting

4.4 Pelaksanaan Intervensi dan Edukasi


Pelaksanaan kegiatan yang sudah kami rencanakan sebelumnya
dilaksanakan secara berkala yaitu pada tanggal 30 November 2019, 6, 14, dan 19
Desember 2019 yaitu pemberian edukasi kepada keluarga binaan terkait masalah
32

yang ada di keluarga. Edukasi yang kami sampaikan sesuai dengan plan of action
yang kami buat yaitu:
1. Memberikan edukasi tentang penyakit HIV
2. Memberikan edukasi mengenai konsumsi obat HIV dan pentingnya untuk kontrol
3. Memberikan edukasi gizi seimbang dan PHBS
4. Memberikan edukasi mengenai aktifitas fisik yang baik dilakukan untuk pasien

4.5 Evaluasi dan Hasil Intervensi


Evaluasi dari intervensi dan edukasi dilakukan dengan cara cross check atau
meminta penderita untuk mengulang dan mengingat poin-poin penting yang telah
disampaikan. Setelah dilakukan cross check, penderita dapat mengerti apa yang
telah disampaikan. Serta melalukan follow up pada kunjungan berikutnya.
1. Kunjungan I pada tanggal 30 November 2019, kami melakukan edukasi tentang
penyakit HIV meliputi penyebab, gejala, pemeriksaan yang perlu dilakukan, hingga
tatalaksana, pencegahan dan komplikasi.
2. Kunjungan II pada tanggal 6 Desember 2019, kami memberikan edukasi tentang
gizi seimbang dan aktifitas fisik. Motivasi untuk melanjutkan pengobatan dan rutin
kontrol.
3. Kunjungan III pada tanggal 14 Desember 2019, kami memberikan edukasi
kembali mengenai HIV, lifestyle yang baik ditambah tentang PHBS. Skrining
depresi menggunakan HDRS.
4. Kunjungan IV pada tanggal 19 Desember 2019, kami memberikan edukasi
kembali mengenai HIV, lifestyle yang baik ditambah tentang PHBS.

4.6 Kesan dan Pesan Keluarga Binaan


Kesan yang kami dapatkan dari keluarga binaan ini adalah kami mendapatkan
sambutan dan diterima dengan baik oleh anggota keluarga. Masukan yang kami
berikan juga dapat diterima dengan baik walaupun dalam penerapannya masih
belum. Adanya diskusi antara pihak keluarga binaan dengan kami tentang masalah
kesehatan yang sedang dialami memberikan pengalaman bagi kami bahwa masih
banyak keluarga di Indonesia yang belum mengerti mengenai HIV/AIDS. Kesan
33

dari pihak keluarga binaan yakni rasa terimakasih atas segala perhatian terhadap
pasien dan keluarganya.
Pesan untuk keluarga binaan yaitu agar menerapkan hal yang telah
diedukasikan kepada mereka agar dapat meningkatkan status kesehatan keluarga
tersebut. Pihak keluarga binaan berpesan agar nantinya kegiatan ini bisa terus
dilanjutkan agar tetap tersambung tali silaturahmi.
34

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kejadian HIV sebenarnya dapat dicegah dengan pemahaman yang baik
mengenai faktor-faktor risikonya dan meghindarinya. Kejadian HIV juga
sebenarnya dapat dicegah dengan screening HIV pranikah. Kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai HIV tentunya menjadi tanggungjawab para tenaga medis
untuk memberikan edukasi dan pemahaman yang baik mengenai HIV/AIDS. Selain
itu, motivasi untuk terus melanjutkan pengobatan dan semangat menjalani hidup
juga diperlukan oleh ODHA.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis yaitu perlu adanya penyuluhan
mengenai HIV/AIDS dan perlunya diadakan screening HIV/AIDS. Selain itu,
penulis menyarankan pihak keluarga binaan untuk mempertimbangkan supaya
tidak menikah lagi untuk menghindari penularan HIV/AIDS.
35

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G. F., J. S. Butell, dan S. A. Morse. 2007. Buku Ajar Mikrobiologi


Kedokteran. Jakarta: EGC.

Depkes. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Jember. Jember: Dinas kesehatan


kabupaten jember.

Kementrian Kesehatan RI. 2012. Laporan Situasi Perkembangan HIV/AIDS di


Indonesia s.d. 30 Juni 2012. Jakarta (Indonesia): Direktorat Jendral PP dan
PL Kementrian Kesehatan RI

Djoerban, Z. dan S. Djauzi . 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-3.
Jakarta: Interna Publishing.

Effendy, N. 2007. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi ke-2.


Jakarta: EGC.

Geldard, K. dan D. Geldard. 2011. Konseling Keluarga. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Gunung, I. K. dan I. G. M. Sumantera. 2003. Perawatan dan Dukungan. Australia:


Centre for International Health.

Lestari, S. 2016. Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik


dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Mubarak, W. I., N. Chayatin, & B. A. Santoso. 2009. Ilmu Keperawatan


Komunitas; Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam dan N. D. Kurniawati. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien


Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Pinsky, L. dan P. H. Douglas. 2009. The Columbia University Handbook on HIV


and AIDS. Columbia: Columbia University.

Puspitawati. 2013. Konsep Dan Teori Keluarga. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga
dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian Bogor.

Rohmat. 2010. Keluarga dan pola pengasuhan anak. Jurnal Studi Gender & Anak
Yinyang. 5(1): 35-46.

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
36

Setyoadi dan E. Triyanto. 2012. Strategi Pelayanan Keperawatan bagi Penderita


HIV/AIDS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siregar, F. A. 2004. Pengenalan dan Pencegahan AIDS. Disertasi. Medan:


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

UNAIDS. 2011. UNAIDS World AIDS Day Report 2011. Geneva (Swizerland).

WHO. 2012. Male Circumcision for HIV Prevention. Geneva (Switzerland).

WHO. 2007. WHO Case Definitions of HIV for Surveilance and Revised Clinical
Stagging and Immunological Classification of HIV Related Disease in Adult
and Children. Geneva (Switzerland).
37

LAMPIRAN

Lampiran Foto Kunjungan Keluarga Binaan dengan HIV oleh Dokter Muda
Periode 18 November 2019-28 Desember 2019

1. Kunjungan dan pemeriksaan kesehatan keluarga binaan


38

2. Tampak depan rumah pasien

3. Ruang tamu rumah pasien

Tampak ruang tamu dua rumah yang dijadikan satu, tampak ruang tamu
yang bocor ketika hujan turun
39

4. Ruang tengah rumah pasien

5. Dapur rumah pasien


40

6. Kamar mandi dan sumber air rumah pasien

7. Kandang sapid an ayam yang terletak tepat di sebelah rumah pasien

Anda mungkin juga menyukai