Oleh
Hilda Nur Achfidawati 142011101012
Pembimbing
dr. Andy Maulana Ardiansyah
dr. Ida Srisurani W. A., M.Kes.
i
FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME)
KASUS KELUARGA DENGAN HIV
Oleh
Hilda Nur Achfidawati 142011101012
Pembimbing
dr. Andy Maulana Ardiansyah
dr. Ida Srisurani W. A., M.Kes.
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................... 3
1.3 Manfaat ................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
2.1 Keluarga ................................................................................ 4
2.1.1 Definisi .......................................................................... 4
2.1.2 Fungsi ............................................................................ 4
2.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) .................................. 4
2.2.1 Definisi .......................................................................... 4
2.2.2 Epidemiologi ................................................................. 5
2.2.3 Etiologi dan Patogenesis ............................................... 5
2.2.4 Manifestasi Klinis ......................................................... 7
2.2.5 Gejala dan Stadium Klinis ............................................ 8
BAB III. HASIL KEGIATAN ...................................................................... 9
3.1 Profil Keluarga dan Genogram .......................................... 9
3.1.1 Profil Keluarga .............................................................. 9
3.1.2 Genogram ...................................................................... 10
3.2 Profil Kondisi Sosial Keluarga dan APAR Score ............. 11
3.3 Profil Health Seeking Behaviour ......................................... 11
3.4 Profil Tempat Tinggal dan PHBS....................................... 12
3.4.1 Lokasi ............................................................................ 12
3.4.2 Bentuk Rumah............................................................... 12
iv
3.4.3 Lantai Rumah ................................................................ 12
3.4.4 Ruang Rumah ................................................................ 12
3.4.5 Ventilasi ........................................................................ 13
3.4.6 Ruang Tidur .................................................................. 13
3.4.7 Binatang Penular Penyakit ............................................ 13
3.5 Profil Lingkungan Tempat Tinggal.................................... 13
3.5.1 Sarana Kesehatan Lingkungan ...................................... 13
3.5.2 Keadaan Rumah ............................................................ 14
3.5.3 Binatang Penular Penyakit ............................................ 14
3.5.4 Pekarangan .................................................................... 14
3.5.5 Kandang ........................................................................ 14
3.6 Profil Kesehatan Pasien ....................................................... 15
3.6.1 Identitas Pasien.............................................................. 15
3.6.2 Pemeriksaan Tanggal 30 November 2019 .................... 15
3.6.3 Pemeriksaan Tanggal 6 Desember 2019 ....................... 18
3.6.4 Pemeriksaan Tanggal 14 Desember 2019 ..................... 21
3.6.5 Pemeriksaan Tanggal 19 Desember 2019 ..................... 24
BAB IV. PEMBAHASAN ............................................................................. 27
4.1 Identifikasi Masalah Kesehatan dalam Keluarga ............. 27
4.1.1 Risiko Terkait dengan Karakteristik Keluarga .............. 27
4.1.2 Risiko Terkait dengan Keadaan Rumah ........................ 27
4.1.3 Risiko Terkait dengan Fungsi dalam Keluarga ............. 28
4.1.4 Risiko Terkait dengan Faktor Ekonomi ........................ 28
4.1.5 Risiko Terkait dengan Gaya Hidup Keluarga ............... 28
4.1.6 Risiko Terkait Lingkungan Sekitar ............................... 28
4.1.7 Risiko Terkait dengan Status Kesehatan ....................... 29
4.2 Analisis Masalah .................................................................. 29
4.3 Plan of Action ........................................................................ 31
4.4 Pelaksanaan Intervensi dan Edukasi ................................. 31
4.5 Evaluasi dan Hasil Intervensi ............................................. 32
4.6 Pesan dan Kesan Keluarga Binaan .................................... 32
v
BAB V. PENUTUP ...................................................................................... 34
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 34
5.2 Saran ..................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 35
LAMPIRAN ................................................................................................ 37
vi
1
BAB 1. PENDAHULUAN
sakit kepala, nyeri otot, nafsu makan buruk, mual, pembengkakan kelenjar, berat
badan yang durun drastis, dan bercak di kulit.
Nasronudin (2006) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang memiliki
peranan penting dalam kualitas hidup pasien dengan HIV adalah dukungan sosial.
Dukungan sosial dapat diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian,
penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang lain atau kelompok
lain (Uchino, 2004). Dengan adanya dukungan sosial ini maka seseorang akan
merasa dihargai, dicintai, dan merasa menjadi bagian dari masyarakat, sehingga
pasien dengan HIV tidak merasa didiskriminasi yang nantinya dapat berdampak
positif bagi kesehatannya (Sarafino, 2011). ). Hadirnya keluarga berperan penting
dalam memberikan dukungan sehingga mampu menghilangkan perasaan tidak
berdaya dan meningkatkan kepercayaan diri dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi (Setiadi, 2008). Dukungan dapat diberikan dengan memberikan informasi,
penilaian, materi dan dukungan emosional.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang tinggal bersama-sama, memiliki
kerja sama secara ekonomi dan terjadi proses reproduksi (Lestari, 2016). Menurut
Geldrad (2011), keluarga merupakan sebuah sistem sosial yang memiliki tugas
untuk memenuhi kebutuhan setiap anggotanya. Ketika salah satu anggota keluarga
mengalami kondisi yang sulit seperti terdiagnosis HIV/AIDS maka akan
berdampak bagi anggota keluarga yang lain. Ruth B. Freeman (dalam Effendy,
2007) menambahkan bahwa masalah- masalah kesehatan dalam keluarga saling
berkaitan dan apabila salah satu anggota memiliki masalah kesehatan akan
memberikan dampak terhadap kehidupan keluarga. Disisi lain, keluarga memiliki
tugas dalam bidang kesehatan berupa pengambilan keputusan dalam melakukan
tindakan perawatan dan memberikan perawatan terhadap anggota keluarganya yang
sakit (Mubarak, Chayatin, & Santoso, 2009). Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan program keluarga binaan dengan tujuan untuk
memberikan wawasan mengenai HIV/AIDS kepada pasien dan keluarganya guna
menyelesaikan permasalahan mengenai keluarga dengan HIV di Kecamatan
Sukowono, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.
3
1.2 Tujuan
Beberapa tujuan dari kegiatan keluarga binaan ini adalah sebagai berikut.
a. Melakukan identifikasi permasalahan pada pasien HIV
b. Mengevaluasi keadaan fisik penderita.
c. Memberikan alternatif pemecahan permasalahan pada pasien HIV
d. Memberikan edukasi kepada keluarga binaan terkait masalah yang ada
1.3 Manfaat
Manfaat dari keluarga binaan adalah sebagai berikut.
1.3.1 Keluarga binaan
a. Memberikan informasi mengenai HIV/AIDS
b. Memberikan alternatif pemecahan permasalahan kesehatan pada pasien dengan
HIV/AIDS
1.3.2 Institusi
Menambah informasi mengenai permasalahan kesehatan pada pasien
dengan penyakit HIV yang ada di Sukowono
1.3.3 Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai permasalahan
kesehatan pada pasien dengan HIV
4
2.1 Keluarga
2.1.1 Definisi
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Sedangkan menurut Ali (2010), keluarga adalah dua atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah
tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
2.1.2 Fungsi
Fungsi Keluarga Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1992 PP No. 21 Tahun
1994 tertulis fungsi keluarga dalam delapan bentuk yaitu:
a. fungsi Keagamaan
b. fungsi Budaya
c. fungsi Cinta Kasih
d. fungsi Perlindungan
e. fungsi Reproduksi
f. fungsi Sosialisasi
g. fungsi Ekonomi
h. fungsi Pelestarian Lingkungan (Setiadi, 2008).
2.2.2 Epidemiologi
Kasus HIV/AIDS pertama di dunia dilaporkan pada tahun 1981. Menurut
UNAIDS, salah satu bagian dari WHO yang mengurus tentang AIDS menyebutkan
bahwa perkiraan jumlah penderita yang terinfeksi HIV/AIDS di seluruh dunia
sampai dengan akhir tahun 2010 mencapai 34 juta. Dilihat dari tahun 1997 hingga
tahun 2011 jumlah penderita HIV/AIDS mengalami peningkatan hingga 21%. Pada
tahun 2011, UNAIDS memperkirakan jumlah penderita baru yang terinfeksi
HIV/AIDS sebanyak 2,5 juta. Jumlah orang yang meninggal karena alasan yang
terkait AIDS pada tahun 2010 mencapai 1,8 juta, menurun dibandingkan pada
pertengahan tahun 2000 yang mencapai puncaknya yaitu sebanyak 2,2 juta
(UNAIDS, 2011).
Di Indonesia, jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ke
tahun tetapi jumlah kasus baru yang terinfeksi HIV/AIDS relatif stabil bahkan
cenderung menurun. Menurut Laporan HIV-AIDS Triwulan II Tahun 2012,
didapatkan jumlah kasus baru HIV pada triwulan kedua (April-Juni 2012) sebanyak
3.892 kasus dan jumlah kasus kumulatif HIV pada Januari 1987- Juni 2012
sebanyak 86.762 kasus. Sedangkan kasus baru AIDS pada triwulan kedua (April-
Juni 2012) sebanyak 1.673 kasus dan jumlah kasus kumulatif AIDS pada Januari
1987- Juni 2012 sebanyak 32.103 kasus. Pada kasus baru HIV, Provinsi Jawa
Tengah menduduki peringkat ke 7 se-Indonesia dan pada kasus baru AIDS, Provinsi
Jawa Tengah menduduki peringkat ke 2 se-Indonesia. Kasus HIV menurut usia
pada Januari-Juni 2012 terbanyak pada 25-49 tahun. Pada kasus AIDS, terbanyak
pada usia 30-39 tahun. Jenis kelamin pada kasus HIV adalah laki-laki sebanyak
57% dan wanita sebanyak 43%. Jenis kelamin pada kasus AIDS adalah laki-laki
sebanyak 61,8% dan perempuan sebanyak 38,1%. Jadi dapat disimpulkan, kasus
HIV dan AIDS menurut jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki. Pada tahun 2012
angka kematian AIDS mengalami penurunan menjadi 0,9% dibandingkan dengan
tahun 2011 (Kemenkes RI, 2012).
2.2.3 Etiologi dan Patogenesis
Dasar utama terinfeksinya HIV adalah berkurangnya jenis Limfosit T helper
yang mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 adalah pusat dan sel utama
6
yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi
imunologik. Menurun atau menghilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena
virus HIV menginfeksi sel yang berperan membentuk antibodi pada sistem
kekebalan tersebut, yaitu sel Limfosit T4. Setelah virus HIV mengikatkan diri pada
molekul CD4, virus masuk ke dalam target dan melepaskan bungkusnya kemudian
dengan enzim reverse transkriptase virus tersebut merubah bentuk RNA
(Ribonucleic Acid) agar dapat bergabung dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid)
sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengandung bahan genetik
virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur
hidup (Djoerban dan Djauzi, 2015).
Pada awal infeksi, virus HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel
yang diinfeksinya, tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi sehingga ada
kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut dan lambat laun
akan merusak limfosit T4 sampai pada jumlah tertentu. Masa ini disebut dengan
masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang
terpapar virus HIV sampai menunjukkan gejala AIDS. Pada masa inkubasi, virus
HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan
sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan masa “window period”. Setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun akan terlihat gejala klinis pada penderita
sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut.20 Pada sebagian penderita
memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah
terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah
infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya
berlangsung selama 8-10 tahun, tetapi ada sekelompok kecil penderita yang
memliki perjalanan penyakit amat cepat hanya sekitar 2 tahun dan ada juga yang
sangat lambat (non-progressor) (Djoerban dan Djauzi, 2015).
Secara bertahap sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh virus HIV akan
menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak. Kekebalan tubuh yang rusak akan
mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang bahkan hilang, sehingga penderita akan
menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik (Djoerban dan Djauzi,
7
2015).
2.2.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS umumnya sulit
dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada penderita
penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Rasa lelah dan lesu
b. Berat badan menurun secara drastic
c. Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru
h. Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal
yaitu:
a. Manifestasi tumor
1. Sarkoma Kaposi
Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini sangat jarang
menjadi sebab kematian primer.
2. Limfoma ganas
Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf serta dapat
bertahan kurang lebih 1 tahun.
b. Manifestasi oportunistik
1. Manifestasi pada Paru
a) Pneumoni pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi
paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
b) Cytomegalovirus (CMV)
Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada paruparu tetapi
dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan 30% penyebab kematian pada
AIDS.
8
Tabel 1. Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS (WHO, 2007)
Gejala Mayor Gejala Minor
Berat badan menurun >10% dalam Herpes Zooster multi-segmental
1 bulan dan berulang
Diare kronik berlangsung >1 bulan Dermatitis generalisata
Demam berkepanjangan >1 bulan Batuk menetap >1 bulan
Demensia/HIV ensefalopati Kandidiasis orofaringeal
Penurunan kesadaran Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat
kelamin wanita
Retinitis Cytomegalovirus
9
3.1.2 Genogram
Genogram keluarga binaan dapat dilihat pada gambar 3.1
55 52 48 42 39
th th th th th
60
th
28 24 22
th th th
40 30 25
th th th
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal satu rumah : Meninggal
Jarang atau
Kadang- Sering atau
No. APGAR Tidak Sama Nilai
Kadang (1) Selalu (2)
Sekali (0)
1. Adaptation V - - 0
2. Partnership - v - 1
3. Growth - v - 1
4. Affection - v - 1
5. Resolve - v - 1
Jumlah 4
Hasil APGAR score keluarga binaan ini didapatkan jumlah total 4, yang
artinya pada keluarga tersebut terdapat disfungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang Ny. S.
3.4.5 Ventilasi
Ventilasi cukup di setiap ruangan karena menggunakan pembatas anyaman
bambu namun pada kamar tidur dan dapur pencahayaan kurang.
3.4.6 Ruang Tidur
Ruang tidur dengan dapur hanya dibatasi dengan anyaman bambu. Ada sekat
antara ruang tamu dan ruang tidur. Kamar tersebut tidak memiliki pintu dan hanya
diberi pembatas berupa tirai. Kamar tersebut terdiri dari satu kasur beralas dipan
dan dipenuhi oleh barang-barang milik Ny. S.
3.4.7 Binatang Penular Penyakit
Terkadang terdapat tikus di dalam rumah namun jumlah tikus semakin
berkurang karena adanya kucing. Terdapat beberapa nyamuk di dalam rumah
namun dapat dikurangi dengan penggunaan obat nyamuk bakar, sedangkan di
dalam kandang sapi jumlah nyamuk sangat banyak.
Luas rumah sekitar 30 m2 yang dihuni oleh satu orang. Hal ini sudah sesuai dengan
konsep PHBS dimana setiap penghuni seharusnya memiliki 9 m2 per orang.
3.5.3 Binatang Penular Penyakit
a. Bebas jentik Aedes aegypti
Tidak terdapat jentik nyamuk di bak mandi maupun jamban. Tidak didapatkan
kaleng yang menumpuk ataupun air yang tergenang di sekiyar rumah Ny. S.
b. Bebas tikus
Terkadang terdapat tikus di sekitar dapur, kamar tidur, maupun ruang tamu Ny. S
3.5.4 Pekarangan
Ny. S memiliki pekarangan yang cukup luas yang ditanami dengan bayam untuk
makan sehari-hari.
3.5.5 Kandang
Keluarga tersebut memiliki kandang sapi dan ayam yang terletak tepat di samping
rumah. Letak kandang sapid an ayam tersebut yang sangat berdekatan tentunya
dapat menjadi sarana penularan penyakit.
15
P: Sonor P: Sonor
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
18
c) Abdomen
Inspeksi : flat, striae (-), spider naevi, pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 10x/ menit
Perkusi : timpani di semua kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat +/+, oedema -/-
Inferior : Akral hangat +/+, oedema -/-
c. Diagnosis : HIV
d. Terapi : Cotrimoksazol forte 1x1, Vitamin B kompleks 2x1
e. Program :
1. Edukasi untuk minum obat secara teratur dan menjaga pola makan
2. Edukasi mengenai penyakit dan gejala serta komplikasi dari penyakit tersebut
3. Edukasi dan motivasi untuk kontrok ke puskesmas secara teratur
4. Edukasi dan motivasi untuk melakukan aktivitas fisik
5. Istirahat yang cukup
6. Pengobatan diare dengan obat
3.6.3 Pemeriksaan Tanggal 6 Desember 2019
a. Anamnesis
1. Keluhan utama : diare
2. Riwayat penyakit sekarang : keluhan diare masih belum menbaik setelah mium
obat dari puskesmas
3. Riwayat obat : Cotrimoksazol forte 1x1
Vitamin B Kompleks 2x1
b. Pemeriksaan Fisik :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS 4-5-6
Tanda-tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 18 x/menit
19
P: Sonor P: Sonor
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
c) Abdomen
Inspeksi : flat, striae (-), spider naevi, pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 10x/ menit
Perkusi : timpani di semua kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat +/+, oedema -/-
Inferior : Akral hangat +/+, oedema -/-
c. Diagnosis : HIV
d. Terapi : Cotrimoksazol forte 1x1, Vitamin B kompleks 2x1
e. Program :
1. Edukasi untuk minum obat secara teratur dan menjaga pola makan
2. Edukasi mengenai penyakit dan gejala serta komplikasi dari penyakit tersebut
3. Edukasi dan motivasi untuk kontrok ke puskesmas secara teratur
21
b) Pulmo
Kanan Kiri
P: Sonor P: Sonor
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
c) Abdomen
Inspeksi : flat, striae (-), spider naevi, pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 10x/ menit
Perkusi : timpani di semua kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat +/+, oedema -/-
Inferior : Akral hangat +/+, oedema -/-
c. Diagnosis : HIV
d. Terapi : Cotrimoksazol forte 1x1, Vitamin B kompleks 2x1
e. Program :
1. Edukasi untuk minum obat secara teratur dan menjaga pola makan
2. Edukasi mengenai penyakit dan gejala serta komplikasi dari penyakit tersebut
3. Edukasi dan motivasi untuk kontrok ke puskesmas secara teratur
4. Edukasi dan motivasi untuk melakukan aktivitas fisik
5. Istirahat yang cukup
24
eksoftalmus : -/-
refleks cahaya : +/+
Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)
Mulut : sianosis (-), plak berwarna putih di lidah (-)
Leher
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran
JVP : tidak meningkat
Thorax
a) Cor :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V MCL S
Perkusi : Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan
Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal kanan
Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikula kiri
Auskultasi : S1S2 (+) tunggal reguler, suara tambahan (-) murmur (-)
b) Pulmo
Kanan Kiri
P: Sonor P: Sonor
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
26
c) Abdomen
Inspeksi : flat, striae (-), spider naevi, pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal 10x/ menit
Perkusi : timpani di semua kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat +/+, oedema -/-
Inferior : Akral hangat +/+, oedema -/-
c. Diagnosis : HIV
d. Terapi : Cotrimoksazol forte 1x1, Antides 3x2
e. Program :
1. Edukasi untuk minum obat secara teratur dan menjaga pola makan
2. Edukasi mengenai penyakit dan gejala serta komplikasi dari penyakit tersebut
3. Edukasi dan motivasi untuk kontrok ke puskesmas secara teratur
4. Edukasi dan motivasi untuk melakukan aktivitas fisik
5. Istirahat yang cukup
6. Pengobatan diare dengan obat
27
BAB 4. PEMBAHASAN
berbatas tembok). Kondisi rumah pasien memiliki risiko tinggi terhadap penularan
penyakit.
4.1.3 Risiko Terkait dengan Fungsi dalam Keluarga
Pasien merupakan seorang ibu dalam keluarga dan sehari-hari bekerja
sebagai buruh tani serta memelihara ayam dan sapi. Suami pasien dari pernikahan
yang pertama meninggal sekitar dua tahun yang lalu karena tertendang sapi. Pasien
lalu menikah lagi dan dari pernikahan keduanya, suami pasien meninggal dunia
sekitar empat bulan yang lalu karena penyakit HIV yang dideritanya. Anak-anak
pasien tidak tinggal satu rumah dengan pasien sebab anak pertama dan keduanya
telah berkeluarga sedangkan anak ketiga pasien sejak kecil dirawat oleh adik pasien.
Meski begitu, anak-anak pasien sering mengunjungi pasien untuk menengok
keadaan pasien. Setelah terdiagnosis HIV, pasien rutin kontrol ke puskesmas
dengan diantar oleh anaknya atau menantunya. Pasien selalu kontrol ke puskesmas
saat obat habis meski tidak ada keluhan. Anak-anak pasien cukup membantu dalam
kehidupan sehari-hari pasien.
4.1.4 Risiko Terkait dengan Faktor Ekonomi
Berdasarkan penghasilan yang didapatkan pasien dari pekerjaan sehari-
harinya, keluarga ini dapat dikategorikan sebagai keluarga dengan kondisi ekonomi
rendah. Penghasilan pasien tiap bulannya tidak menentu, berkisar sekitar Rp
500.000,00 sampai Rp 800.000,00, namun pasien mengatakan bahwa penghasilan
tersebut telah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.
4.1.5 Risiko Terkait Gaya Hidup Keluarga
Berdasarkan hasil pengamatan, gaya hidup pasien dan keluarganya kurang
baik. Pasien terkadang masih BAB di sungai meski terdapat kamar mandi yang
digunakan bersama di depan rumah pasien. Asupan gizi pasien dapat dikategorikan
cukup.
4.1.6 Risiko Terkait Lingkungan Sekitar
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, lingkungan tempat tinggal
pasien kurang layak. Jarak antar rumah sangat dekat hanya berbataskan tembok,
bahkan rumah pasien dengan rumah adiknya tidak terdapat pembatas di bagian
ruang tamu, sedangkan jarak dengan rumah di depannya hanya sekitar 5 meter.
29
Terdapat kandang dengan jarak kurang dari satu meter dari rumah pasien. Sampah
masih dibuang sembarangan atau dibakar.
4.1.7 Risiko Terkait dengan Status Kesehatan
Pasien menderita penyakit HIV yang diduga tertular dari suaminya. Suami
pasien dari pernikahan yang kedua telah meninggal dunia bulan September 2019
akibat HIV. Pasien kemudian diminta oleh melakukan tes HIV oleh perugas
puskesmas dan hasilnya positif. Sejak terdiagnosis HIV, pasien rutin kontrol ke
Puskesmas Sukowono untuk mengambil obat meskipun tidak ada keluhan.
Kurangnya
pehamanan
pasien terhadap
penyakit HIV
Management Machine Money
yang ada di keluarga. Edukasi yang kami sampaikan sesuai dengan plan of action
yang kami buat yaitu:
1. Memberikan edukasi tentang penyakit HIV
2. Memberikan edukasi mengenai konsumsi obat HIV dan pentingnya untuk kontrol
3. Memberikan edukasi gizi seimbang dan PHBS
4. Memberikan edukasi mengenai aktifitas fisik yang baik dilakukan untuk pasien
dari pihak keluarga binaan yakni rasa terimakasih atas segala perhatian terhadap
pasien dan keluarganya.
Pesan untuk keluarga binaan yaitu agar menerapkan hal yang telah
diedukasikan kepada mereka agar dapat meningkatkan status kesehatan keluarga
tersebut. Pihak keluarga binaan berpesan agar nantinya kegiatan ini bisa terus
dilanjutkan agar tetap tersambung tali silaturahmi.
34
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kejadian HIV sebenarnya dapat dicegah dengan pemahaman yang baik
mengenai faktor-faktor risikonya dan meghindarinya. Kejadian HIV juga
sebenarnya dapat dicegah dengan screening HIV pranikah. Kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai HIV tentunya menjadi tanggungjawab para tenaga medis
untuk memberikan edukasi dan pemahaman yang baik mengenai HIV/AIDS. Selain
itu, motivasi untuk terus melanjutkan pengobatan dan semangat menjalani hidup
juga diperlukan oleh ODHA.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis yaitu perlu adanya penyuluhan
mengenai HIV/AIDS dan perlunya diadakan screening HIV/AIDS. Selain itu,
penulis menyarankan pihak keluarga binaan untuk mempertimbangkan supaya
tidak menikah lagi untuk menghindari penularan HIV/AIDS.
35
DAFTAR PUSTAKA
Djoerban, Z. dan S. Djauzi . 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-3.
Jakarta: Interna Publishing.
Puspitawati. 2013. Konsep Dan Teori Keluarga. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga
dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian Bogor.
Rohmat. 2010. Keluarga dan pola pengasuhan anak. Jurnal Studi Gender & Anak
Yinyang. 5(1): 35-46.
UNAIDS. 2011. UNAIDS World AIDS Day Report 2011. Geneva (Swizerland).
WHO. 2007. WHO Case Definitions of HIV for Surveilance and Revised Clinical
Stagging and Immunological Classification of HIV Related Disease in Adult
and Children. Geneva (Switzerland).
37
LAMPIRAN
Lampiran Foto Kunjungan Keluarga Binaan dengan HIV oleh Dokter Muda
Periode 18 November 2019-28 Desember 2019
Tampak ruang tamu dua rumah yang dijadikan satu, tampak ruang tamu
yang bocor ketika hujan turun
39