Anda di halaman 1dari 42

Refrat

SPONTAN
PNEUMOTORAKS
PRIETI NANDA MELYA
2208436554
PEMBIMBING :

dr.Hariadi Hatta,Sp.BTKV

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2022
1 2 3

BAB I BAB II BAB III


Pendahuluan Tinjauan Penutup
Pustaka
BAB I
Latar Belakang
• Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sedikit cairan yang berfungsi untuk melapisi permukaan
pleura  memungkinkan dua lapisan tersebut bertemu dengan sedikit gesekan
• Hubungan abnormal dapat terjadi antara alveolus dan rongga pleura atau antara udara ruang dan
rongga pleura
• Hubungan abnormal seperti akibat trauma akan menyebabkan perpindahan udara dari rongga
alveolus ke rongga pleura
• Kejadian ini menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga pleura yang menyebabkan gangguan
recoil paru dan gangguan ekspansi lobus paru
SPONTAN PNEUMOTORAKS
Terjadi tiba-tiba tanpa adanya trauma sebelumnya atau penyebab
lain yang jelas

Pneumotoraks primer Pneumotoraks sekunder

Muncul pada orang sehat tanpa


penyakit paru-paru.
Muncul pada orang dengan
Usia 18-40 tahun dengan kebiasaan penyakit paru yang mendasarinya
merokok (tuberkulosis paru, PPOK, asma
bronkial, pneumonia, tumor paru).
Penyakit paru subklinik ”bleb”
pleura pada hasil CT-Scan
Pneumotoraks spontan primer
• Terjadi pada orang berusia 15-34 tahun, dengan puncak kejadiannya di awal 20-an
• AS  Laki-laki : 7,4/100.000 per tahun dan Perempuan 1,2/100.000 per tahun
• Pneumotoraks primer spontan jarang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun

Pneumotoraks spontan sekunder

• Lebih sering terjadi pada pasien berusia 60-65 tahun atau > 55 tahun
• AS  Laki-laki :1,2/100.000 per tahun dan Perempuan 2/100.000 per tahun
• Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab pneumotoraks
spontan sekunder yang sering dengan insiden 26 kasus per 100.000 orang
Batasan Masalah
DEFINISI ANATOMI EPIDEMIOLOGI

ETIOLOGI KLASIFIKASI PATOFISIOLOGI

MANIFESTASI DIAGNOSIS TATALAKSANA


KLINIS

KOMPLIKASI PROGNOSIS
Tujuan Penelitian

Memahami dan Meningkatkan Memenuhi salah satu syarat


menambah wawasan kemampuan penulisan kelulusan Kepaniteraan
mengenai spontan ilmiah di bidang Klinik di Bagian Ilmu Bedah
penumothoraks kedokteran khususnya Fakultas kedokteran
di bagian Ilmu Bedah Universitas Riau dan Rumah
Sakit Umum Daerah Arifin
Thorak Kardiovaskuler
Achmad Provinsi Riau
Metode Penelitian

Metode tinjauan pustaka dengan


mengacu pada beberapa literatur
BAB II
DEFINISI
DEFINISI

Spontan Pneumothoraks  Adanya udara yang


abnormal pada rongga pleura tanpa etiologi yang
jelas seperti trauma atau penyebab iatrogenik
ANATOMI DAN FISIOLOGI
EPIDEMIOLOGI

PSP
• Dewasa > Anak
• Pria > Wanita

Amerika Serikat
Laki-laki : 7/100.000
Perempuan : 1/100.000

102 kali lebih tinggi pada perokok berat


EPIDEMIOLOGI
SSP
Usia Tua : 60-65 Tahun

Paling banyak di Indonesia

• Laki-laki : 6,3/100.000
• Perempuan : 2/100.000
• Rasio  3 : 1
ETIOLOGI

SPONTAN PNEUMOTORAKS
SPONTAN PNEUMOTORAKS PRIMER SEKUNDER

 Merokok  PPOK
 Postur tubuh  Asma
 Kehamilan  HIV dengan Pneumonia
 Sindrom Marfan  Pneumokistik
 Riwayat Pneumotoraks pada  Necrotizing Pneumonia
keluarga  Tuberkulosis
 Sarcoidisis
 Kistik Fibrosis
 Severe ARDS
KLASIFIKASI

PSP SSP

Didasari oleh riwayat penyakit paru


yang telah dimiliki sebelumnya,
Terjadi tiba-tiba dan tidak
contoh adanya fibrosis kistik,
diketahui penyebab pastinya
penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK), kanker paru, asma dan
infeksi paru.
PATOFISIOLOGI
Peningkatan tekanan dalam rongga
pleura  gangguan recoil paru dan
gangguan ekspansi lobus paru
yaang menimbulkan efek :
1. Penurunan kapasitas vital dan
PaO2
2. Gangguan hemodinamik
PATOFISIOLOGI
PSP SSP
• Robekan suatu kantong udara dekat pleura • Karena pecahnya bulla subpleura
viseralis atau bleb viseralis
• Secara patologis paru yang direseksi • Berhubungan dengan penyakit paru
tampak:
• Bulla : kantong yang dibatasi pleura fibrotik
yang mendasarinya.
yang menebal, jaringan fibrosa paru sendiri • Patogenesis PSS multifaktorial
dan jaringanparu emfisematous • Terjadi akibat komplikasi penyakit
• Bleb: terbentuk dari suatu alveoli yang PPOK, asma, fibrosiskistik, TB paru
pecah melalui jaringan interstisial ke dalam dan penyakit-penyakit paru infiltrate
lapisan fibrosatipis pleura viseralis yang lainnya
kemudian berkumpuldalam bentuk kista.
• Mekanisme terjadinya bulla atau bleb belum
jelas
DIAGNOSIS

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan


Fisik Penunjang
Anamnesis
● Sesak nafas, didapatkan pada hampir 80-100%
pasien
● Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90%
pasien
● Batuk-batuk yang didapatkan pada 25-35%
pasien
● Denyut jantung meningkat (berdebar-debar)
● Kulit bisa tampak sianosis karena kadar oksigen
darah yang kurang
● Tidak menunjukkan (silent) yang terdapat pada
5-10% pasien, biasanya pada jenis
pneumotoraks spontan primer
Pemeriksaan Fisik
INSPEKSI PALPASI

● Dapat terjadi pencembungan ● Pada sisi yang sakit, ruang


pada sisi yang sakit antar iga dapat normal atau
(hiperekspansi dinding dada) melebar
● Pada waktu respirasi, bagian ● Iktus cordis terdorong ke sisi
yang sakit gerakannya toraks yang sehat
tertinggal ● Fremitus suara melemah atau
● Trakea dan jantung terdorong menghilang pada sisi yang
ke sisi yang sehat sakit
Pemeriksaan Fisik
PERKUSI AUSKULTASI

● Hipersonor dan tidak menggetar ● Pada bagian yang sakit, suara


pada sisi pneumotoraks napas melemah sampai
● Batas jantung terdorong ke menghilang
arah toraks yang sehat, apabila ● Suara vokal melemah dan
tekanan intrapleural tinggi tidak menggetar serta
bronkofoni negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM RADIOLOGIS
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
1. Standard erect PA chest x-rays
Gambaran radiologis yang
tampak pada foto rontgen kasus
pneumothoraks, antara lain
bagian pneumothoraks akan
tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis-garis
yang merupakan tepi paru
(pleural line)
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
2. Lateral x-rays
Dapat memberikan tambahan
ketika pneumotraks yang
dicurigai tidak tampak pada foto
yang diambil secara PA
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
3. Supine and lateral decubitus x-rays
Teknik pencitraan ini sebagian telah
digunakan untuk pasien trauma yang tidak
dapat dimobilisasi dengan aman
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
4. Ultrasound scanning
Gambaran spesifik pada pemindaian
ultrasound adalah diagnostik
pneumotoraks
Teknik ini terutama untuk manajemen
pasien trauma terlentang
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
5. Digital imaging
Dibanding foto toraks konvensional, digital
imaging memiliki keuntungan seperti
pembesaran, pengukuran dan manipulasi
kontras, kemudahan transmisi, penyimpanan
dan reproduksi
6. CT scanning
Dapat dianggap sebagai gold standard dalam
mendeteksi pneumotoraks kecil serta dapat
dengan mudah menentukan estimasi ukuran
Pengukuran Luas Pneumothoraks
Rumus Kircher-swartel
 Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dibagi dengan luas
hemitoraks

Ukuran pneumotoraks (%) =


(A x B – C x D)/A x B] x 100
Pengukuran Luas Pneumothoraks
Metode Rhea
 Menggunakan 3 pengukuran, dengan cara mengukur paru yang kolaps pada
beberapa tempat antara lain di apeks, tengah dan bawah yang kemudian
disesuaikan dengan table

Ukuran pneumotoraks =
(A+B+C)/3
Pengukuran Luas Pneumothoraks
Metode Light
 untuk menghitung luas pneumotoraks, yaitu dengan mengukur rasio antara
volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana masing-masing
volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus.

Ukuran pneumotoraks = A3/B3


Diagnosis Banding

Infark Miokard Emboli Paru Pneumonia


TATALAKSANA
TATALAKSANA
Berdasarkan British Thoracic Society 2010 Tatalaksana spontan pneumotoraks
primer :

1. Pasien dengan PSP atau SSP dengan sesak nafas berat harus segera dilakukan intervensi
aktif berapapun luas pneumotoraks
2. Chest drains diperlukan untuk pasien dengan tension atau pneumotoraks bilateral
3. PSP minimal dengan sesak nafas ringan dapat dilakukan observasi
4. Pasien asimtomatis dengan PSP yang luas dapat dilakukan observasi
5. Pasien dengan PSP minimal tanpa disertai sesak nafas dapat dipertimbangkan
untuk rawat jalan lebih awal
TATALAKSANA
Berdasarkan British Thoracic Society 2010 Tatalaksana spontan pneumotoraks
sekunder :

1. Seluruh pasien dengan PSS harus dirawat di RS selama minimal 24 jam dan diberikan bantuan
oksigen
2. Pasien secara umum akan dilakukan insersi chest drain
3. Pasien dengan pneumotoraks persisten harus dikonsultasikan ke spesialis bedah toraks
KOMPLIKASI
Pneumotoraks jenis tension dapat mengakibatkan
kegagalan respirasi akut, pio-pneumotoraks,
hidropneumotoraks/ hemo-pneumotoraks, henti
jantung dan paru, syok dan kematian (sangat jarang
terjadi); pneumomediastinum dan emfisema
subkutan dapat terjadi akibat komplikasi
pneumotoraks spontan
PROGNOSIS
● Sebagian pasien dengan pneumotoraks spontan akan
mengalami kekambuhan setelah sembuh dari observasi
maupun setelah pemasangan tube torakostomi
● Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien
pneumotoraks yang dilakukan torakotomi terbuka
● Pasien umumnya tidak akan mengalami komplikasi jika
penatalaksanaannya baik
● Prognosis pasien pneumotoraks spontan tergantung pada
penyakit yang mendasarinya
BAB III
KESIMPULAN
 Spontan pneumotoraks merupakan keadaan dimana terdapat udara di dalam
cavum pleura tanpa etiologi yang jelas seperti trauma atau penyebab iatrogenic
 Penyakit spontan pneumotoraks diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder,
bisa terjadi dikarenakan oleh berbagai faktor seperti penyakit pernapasan lain
yang menyertai ataupun tidak
 Diagnosis spontan pneumotoraks dapat ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang tepat
 Tata laksana spontan pneumotoraks meliputi medikamentosa, bedah, rehabilitasi
dan dekompresi
 Prognosis spontan pneumotoraks pada umumnya baik jika ditangani dengan tata
laksana yang baik
 Komplikasi spontan pneumotoraks di antaranya adalah gagal nafas dan
kematian
TERIMAKASIH
MOHON ARAHAN
DAN
BIMBINGANNYA DOKTER

Anda mungkin juga menyukai